Anda di halaman 1dari 6

Biofuel

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Energi terbarukan

Biofuel
Biomassa
Panas bumi
Energi air
Energi surya
Energi pasang surut
Energi ombak
Energi angin

Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar


baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahanorganik. Biofuel dapat
dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri,
komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah
organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah
basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga
60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan
energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).
Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel: alkohol dan ester. Bahan-bahan ini secara
teori dapat digunakan untuk menggantikanbahan bakar fosil tetapi karena kadang-kadang
diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar
fosil. Uni Eropa merencanakan 5,75 persen etanol yang dihasilkan dari gandum,
bit, kentang atau jagung ditambahkan pada bahan bakar fosil pada tahun 2010 dan 20 persen
pada 2020. Sekitar seperempat bahan bakar transportasi di Brasil tahun 2002 adalah etanol.
Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon di
atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi
kadar karbondioksida di atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon
yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel
lebih bersifatcarbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di
atmosfer (meski timbul keraguan apakah keuntungan ini bisa dicapai di dalam praktiknya).
Penggunaan biofuel mengurangi pula ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan
keamanan energi.[1]

Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam tanaman
yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis [2]) atau tanaman yang mengandung
pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol.
Strategi kedua adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi
seperti kelapa sawit, kedelai, alga, atau jathropa. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak
nabati akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak nabati bisa
diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel. Kayu dan produkproduk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel seperti gas kayu, metanol atau bahan
bakar etanol.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Energi biomassa dari Limbah

2Bahan bakar berbentuk cair bagi transportasi

3Biofuel generasi pertama


o

3.1Minyak sayur

3.2Biodiesel

3.3Bioalkohol

3.4BioGas

3.5Biofuel padat

3.6Syngas

4Biofuel generasi kedua

5Referensi

6Pranala luar

7Pustaka

Energi biomassa dari Limbah[sunting | sunting sumber]


Penggunaan limbah biomassa untuk memproduksi energi mampu mengurangi berbagai
permasalahan manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah laporan yang
menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk memberikan kontribusi bagi
pengurangan pemanasan global. Laporan itu menyimpulkan bahwa pada tahun 2020 nanti 19
juta ton minyak tersedia dari biomassa, 46% dari limbah bio: limbah padat perkotaan, residu
pertanian, limbah peternakan, dan aliran limbah terbiodegradasi yang lain. [3][4]
Tempat penampungan akhir sampah menghasilkan sejumlah gas karena limbah yang dipendam
di dalamnya mengalami pencernaan anaerobik. Secara kolektif gas-gas ini dikenal
sebagai landfill gas (LFG) atau gas tempat pembuangan akhir sampah. Landfill gas bisa dibakar
baik secara langsung untuk menghasilkan panas atau menghasilkan listrik bagi konsumsi publik.
Landfill gas mengandung sekitar 50% metana, gas yang juga terdapat di dalam gas alam.

Biomassa bisa berasal dari limbah materi tanaman. Gas dari tempat penampungan kotoran
manusia dan hewan yang memasuki atmosfer merupakan hal yang tidak diinginkan karena
metana adalah salah satu gas rumah kaca yang potensil pemanasan globalnya melebihi
karbondioksida.[5][6] Frank Keppler dan Thomas Rockmann menemukan bahwa tanaman hidup
juga memproduksi metana CH4.

Bahan bakar berbentuk cair bagi transportasi[sunting | sunting


sumber]
Sebagian besar bahan bakar transportasi berbentuk cairan, sebab berbagai kendaraan biasanya
membutuhkan kepadatan energi yang tinggi. Kendaraan biasanya membutuhkan kepadatan
kekuatan yang tinggi yang bisa disediakan oleh mesin pembakaran dalam. Mesin ini
membutuhkan bahan bakar pembakaran yang bersih untuk menjaga kebersihan mesin dan
meminimalisir polusi udara. Bahan bakar yang lebih mudah dibakar dengan bersih biasanya
berbentuk cairan dan gas. Dengan begitu cairan (serta gas-gas yang bisa disimpan dalam
bentuk cair) memenuhi persyaratan pembakaran yang portabel dan bersih. Selain itu cairan dan
gas bisa dipompa, yang berarti penanganannya mudah dimekanisasi, dan dengan begitu tidak
membutuhkan banyak tenaga.

Biofuel generasi pertama[sunting | sunting sumber]


Biofuel generasi pertama menunjuk kepada biofuel yang terbuat dari gula, starch, minyak sayur,
atau lemak hewan menggunakan teknologi konvensional.[7]
Biofuel generasi pertama yang umum didaftar sebagai berikut.

Minyak sayur[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Minyak sayur sebagai bahan bakar
Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar; kualitas dari minyak dapat
lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur dapat digunakan dalam mesin diesel
yang tua (yang dilengkapi dengan sistem injeksi tidak langsung, tapi hanya dalam iklim yang
hangat. Dalam banyak kasus, minyak sayur dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel,
yang dapat digunakan kebanyakan mesin diesel bila dicampur dengan bahan bakar diesel
konvensional. MAN B&W Diesel, Wartsila dan Deutz AGmenawarkan mesin yang dapat
digunakan langsung dengan minyak sayur. Minyak sayur bekas yang diproses menjadi biodiesel
mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan dari air dan partikel dan digunakan
sebagai bahan bakar.

Biodiesel[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Biodiesel
Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa. Biodiesel diproduksi dari minyak atau
lemak menggunakan transesterifikasi dan merupakan cairan yang komposisinya mirip dengan
diesel mineral. Nama kimianya adalah methyl asam lemak (atau ethyl) ester (FAME). Minyak
dicampur dengan sodium hidroksida dan methanol (atau ethanol_ dan reaksi kimia
menghasilkan biodiesel (FAME) dan glycerol. 1 bagian glycerol dihasilkan untuk setiap 10 bagian
biodiesel.
Biodiesel dapat digunakan di setiap mesin diesel kalau dicampur dengan diesel mineral. Di
beberapa negara produsen memberikan garansi untuk penggunaan 100% biodiesel.
Kebanyakan produsen kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel
sebanyak 15% yang dicampur dengan diesel mineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran
biodiesel 5% banyak digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan bakar.[8][9]
Di AS, lebih dari 80% truk komersial dan bis kota beroperasi menggunakan diesel. Oleh karena
itu penggunaan biodiesel AS bertumbuh cepat dari sekitar 25 juta galon per tahun pada 2004
menjadi 78 juta galon pada awal 2005. Pada akhir 2006, produksi biodiesel diperkirakan
meningkat empat kali lipat menjadi 1 miliar galon. [3]

Bioalkohol[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahan bakar alkohol
Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah ethanol, dan yang kurang umum
adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi mikroorganisme dan enzymmelalui
fermentasi gula atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti
langsung bensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.
Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, butanol, etanol) dan eksperimen modifikasi dari
proses tersebut memperlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol
sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar
"langsung" dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin). [10] Dan lebih tidak
menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanol, dan dapat
didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada.Dupont dan BP bekerja sama untuk
menghasilkan butanol.
Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum di dunia, terutama bahan bakar etanol di
Brasil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan
dari gandum, jagung, bit gula, tebu, molasses dan gula atau amilum yang dapat dibuat minuman
beralkohol (seperti kentang dan sisa buah, dll). Produksi etanol menggunakan
digesti enzim untuk menghasilkan gula dari amilum, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan.
Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (seringkali menggunakan gas alam).
Produksi etanol selulosa menggunakan tanaman non-pangan atau produk sisa yang tak bisa
dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus makanan.
Memproduksi etanol dari selulosa merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan
masih menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan
menggunakan proses digestif yang lamban untuk memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam
laboratorium ethanol selulosik, banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan
hal yang sama, dan menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.
Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan teknik genetika DNA
rekombinan yang mencoba untuk mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih
cepat dari alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh
secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan
struktur seluruh tanaman, yang dapat mengakhiri produksi oksigen yang dilepaskan oleh
proses fotosintesis tumbuhan.
Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin; ethanol dapat dicampur
dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi
menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin. Bensin dengan ethanol memiliki
angka oktan yang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.
Bahan bakar etanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang berarti memerlukan lebih banyak
bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi,
dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegah praignisi yang merusak (knocking).
Ethanol sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, aluminium,
dan ruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung alkohol
ilegal bila digunakan pesawat. Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin
perlu dimodifikasi.
Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena itu
diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi
yang dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen.
Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan bakar fleksibel, yang
dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol.
Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar etanol dapat tercampur
setelah proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan

bakar ethanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan,


menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada karburatordan
komponen dari besi).
]</ref>-->

BioGas[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: biogas
Biogas diproduksi dengna proses digesti anaerobik dari bahan organik oleh anaerobe. Biogas
dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau menggunakantanaman energi yang
dimasukan ke dalam pencerna anaerobik untuk menambah gas yang dihasilkan. Hasil
sampingan, digestate, dapat digunakan sebagai bahan bakar bio atau pupuk.
Biogas mengandung methane dan dapat diperoleh dari digester anaerobik industri dan
sistem pengelolaan biologi mekanik. Gas sampah adalah sejenis biogas yang tidak bersih yang
diproduksi dalam tumpukan sampah melalui digesti anaerobik yang terjadi secara alami. Bila gas
ini lepas ke atmosfer, gas ini merupakan gas rumah kaca.
Oils and gases can be produced from various biological wastes:

Thermal depolymerization of waste can extract methane and other oils similar to
petroleum.

GreenFuel Technologies Corporation developed a patented bioreactor system that uses


nontoxic photosynthetic algae to take in smokestacks flue gases and produce biofuels such
as biodiesel, biogas and a dry fuel comparable to coal.[11]

Biofuel padat[sunting | sunting sumber]


Contohnya termasuk kayu, arang, dan manur kering.

Syngas[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gasifikasi
Syngas dihasilkan oleh kombinasi proses pyrolysis, kombusi, dan gasifikasi. Bahan bakar bio
dikonversi menjadi karbon monoksida dan energi melalui pyrolysis. Masukan oksigen terbatas
diberikan untuk mendukung kombusi. Gasifikasi mengubah materi organik menjadi hidrogen dan
karbon monoksida.
Campuran gas yang dihasilkan, syngas, adalah bahan bakar.

Biofuel generasi kedua[sunting | sunting sumber]


Para pendukung biofuel mengklaim telah memiliki solusi yang lebih baik untuk meningkatkan
dukungan politik serta industri untuk, dan percepatan, implementasi biofuel generasi kedua dari
sejumlah tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan, di
antaranya cellulosic biofuel.[12] Proses produksi biofuel generasi kedua bisa menggunakan
berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan yang diantaranya
adalah limbah biomassa, batang/tangkai gandum, jagung, kayu, dan berbagai tanaman
biomassa atau energi yang spesial (contohnya Miscanthus). Biofuel generasi kedua (2G)
menggunakan teknologi biomassa ke cairan, diantaranya cellulosic biofuel dari tanaman yang
tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan.[13]
Sebagian besar biofuel generasi kedua sedang dikembangkan
seperti biohidrogen, biometanol, DMF, Bio-DME, Fischer-Tropsch diesel, biohydrogen diesel,
alkohol campuran dan diesel kayu. Produksi cellulosic ethanol mempergunakan berbagai
tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan atau produk buangan yang
tidak bisa dimakan. Memproduksi etanol dari selulosa merupakan sebuah permasalahan teknis
yang sulit untuk dipecahkan. Berbagai hewan ternak pemamah biak (seperti sapi) memakan
rumput lalu menggunakan proses pencernaan yang berkaitan dengan enzim yang lamban untuk

menguraikannya menjadi glukosa (gula). Di dalam labolatorium cellulosic ethanol, berbagai


proses eksperimen sedang dikembangkan untuk melakukan hal yang sama, lalu gula yang
dihasilkan bisa difermentasi untuk menjadi bahan bakar etanol. Para ilmuwan juga sedang
bereksperimen dengan sejumlah organisme hasil rekayasa genetik penyatuan kembali
DNA yang mampu meningkatkan potensi biofuel seperti pemanfaatan tepung Rumput Gajah
(Panicum virgatum).[14]
Jerami tanaman minyak biji Rapa sebagai salah satu sumber energi alternatif penting dimasa
depan. Jerami minyak biji Rapa kebanyakan tidak lagi digunakan petani, hanya sebagai kompos
dan tempat tidur hewan ternak. Tetapi dengan memanfaatkan jerami minyak biji Rapa akan
menghasilkan energi alternatif Biofuel terbarukan. Ilmuwan dari Institute of Food Research
mencari cara, bagaimana mengubah jerami dari minyak biji Rapa menjadi energi alternatif
biofuel. Penemuan awal menunjukkan bagaimana proses pembuatan biofuel bisa diproduksi
lebih efisien, serta bagaimana meningkatkan produksi jerami minyak biji Rapa dapat
ditingkatkan. Jerami dari tanaman seperti gandum, barley, dan minyak biji Rapa dipandang
sebagai sumber potensial energi biomassa untuk meningkatkan produksi biofuel generasi kedua.
Setidaknya produksi di Inggris mencapai sekitar 12 juta ton jerami minyak biji Rapa. Dalam
kenyataannya, minyak biji Rapa banyak digunakan untuk tempat tidur hewan ternak dan kompos
dan pembangkit energi. Jerami berisi campuran gula yang dapat digunakan sebagai sumber
energi alternatif biofuel, dimana dalam penggunaannya tidak bersaing dengan produksi pangan
melainkan merupakan solusi berkelanjutan dalam hal pemanfaatan limbah. Gula yang ada pada
jerami tidak dapat diakses oleh enzim yang membebaskannya agar dapat dikonversi menjadi
energi alternatif biofuel, sehingga perawatan sebelum pengelolaan jerami akan sangat
diperlukan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Anda mungkin juga menyukai