BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri atas
trigliserida, digliserida dan monogliserida, asam lemak bebas, pengotor dan
komponen-komponen minor bukan minyak/lemak yang secara umum disebut
dengan senyawa yang tidak dapat disabunkan (sekjen deperindag, 2007).
Tabel 2.1. Asam lemak (fatty acid) dari minyak CPO kelapa sawit.
Kadar Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit CPO
Lainnya - 0,9%
Sumber: depperindag
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan oleh reaksi kimia
antara minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek, misalnya
metanol, etanol, atau butanol dengan dibantu katalis, proses ini disebut
5
1. 2006 14 0 0 0 16
2. 2010 36 2% 0,72 0,65 24,8
6
Alkohol
Recovery
Crude Glycerin Crude Biodiesel
Gliserin Biodiesel
Gambar 1. Blok Diagram Proses Biodiesel
Hampir semua biodiesel diproduksi dengan metode transesterifikasi dengan
katalisator basa karena merupakan proses yang ekonomis dan hanya memerlukan
suhu dan tekanan rendah. Hasil konversi yang bisa dicapai dari proses ini adalah
bisa mencapai 98%. Proses ini merupakan metode yang cukup krusial untuk
memproduksi biodiesel dari minyak/lemak nabati. Proses transesterifikasi
merupakan reaksi dari trigliserin (lemak/minyak) dengan bioalkohol (methanol
atau ethanol) untuk membentuk ester dan gliserol.
Minyak nabati dengan kadar asam lemak bebas (ALB)-nya rendah (< 1%),
bila lebih, maka perlu pretreatment karena berakibat pada rendahnya kinerja
efisiensi. Padahal standar perdagangan dunia kadar ALB yang diijinkan hingga
5%. Jadi untuk minyak nabati dengan kadar ALB >1%, perlu dilakukan
deasidifikasi dengan reaksi metanolisis atau dengan gliserol kasar. Secara
sederhana reaksi transesterifikasi dapat digambar sebagai berikut:
R1, R2, dan R3 adalah alkil dari ester. Selama proses esterifikasi, trigliserin
bereaksi dengan alkohol dengan katalisator alkalin kuat (NaOH, KOH atau sodium
silikat). Jumlah katalisator yang digunakan dalam proses titrasi ini adalah cukup
menentukan dalam memproduksi biodiesel. Secara empiris 6,25gr/l NaOH adalah
konsentrasi yang memadai. Reaksi antara biolipid dan alkohol adalah reaksi dapat
balik (reversible) sehingga alkohol harus diberikan berlebih untuk mendorong
reaksi kekanan dan mendapatkan konversi yang sempurna.
Pada reaksi transesterifikasi dimana R1, R2, R3, merupakan rantai panjang dari atom
karbon dan hydrogen, yang disebut sebagai sama lemak. Ada beberapa tipe rantai
dari minyak nabati yaitu:
16 karbon termasuk R
Palmitik R = - (CH2)14 – CH3
(16:0)
18 karbon, 0 double
Stearik R = - (CH2)16 – CH3
bond (18:0)
18 karbon, 1 double
Oleat R = - (CH2)7 CH = CH (CH2)7CH3
bond (18:1)
18 karbon, 2 double
Linoleat R= -(CH2)7CH=CH-CH2–CH=CH(CH2)4CH3
bond (18:2)
Linolenik R=-(CH2)7CH=CH-CH2–CH=CH-CH2- 18 karbon, 3 double
CH=CHCH2-CH3 bond (18:3)
Kadar asam lemak bebas harus kurang dari 1%. Selain itu instalasi biodiesel
juga mensyaratkan bahwa ukuran partikel asam lemak bebas harus < 5
mikrometer. Bila kondisi ini tidak terpenuhi, diperlukan proses persiapan sebagai
berikut:
Pencucian dengan air
Dekantasi
Pemanasan minyak
Dekantasi kedua
Bila dalam minyak nabati kadar airnya cukup tinggi, maka setelah dekantasi
kedua dilakukan pengeringan disamping itu perlu diperhatikan adalah minyak
mudah larut dalam alkohol.
Secara ringkas tahapan proses dari pembuatan biodiesel (Gambar 4.) adalah
sebagai berikut:
Jika kandungan asam lemak bebas dan air terlalu tinggi, hal ini akan
mengakibatkan pembentukan sabun (saponifikasi) dan menimbulkan masalah
pada pemisahan gliserol nantinya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan
pendahuluan bahan baku dilakukan proses degumming dan refined
Air
Air
Biodiesel
Methanol
Pemisahan Pengeringan
Metil
Ester
88%
Air Pencuci
Minyak
Nabati
ALB 1%
∞ Methanol
Methanol 22%
KOH 1%
Air
Reaktor
Gliserol 12%
A. Biodiesel
B. Gliserol
Berdasarkan data kajian yang dilakukan oleh Tim BRDST BPPT dan
mengacu pada kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan
Departemen Pertanian didapatkan beberapa data mengenai potensi pemanfaatan
jenis tanaman tertentu beserta jumlah biodiesel yang didapatkan diantaranya:
Diketahui :
25 ton kelapa sawit/ha/thn = 3600 liter/ha/thn
Ditanya : Jumlah biodiesel/thn……… (kg/ha/thn) ?
Penyelesaian
25 ton kelapa sawit/ha/thn = 3600 liter/ha/thn
25 ton kelapa sawit/ha/thn = (3600/1,1) kg/ha/thn
25 ton kelapa sawit/ha/thn = 3272 kg/ha/thn
1 ton kelapa sawit/ha/thn = 130,909 kg Biodiesel/ha/thn
Dari tabel 1 dikatakan pula kandungan daging buah yang digunakan dalam
pemanfaatan kelapa sawit mampu menghasilkan minyak 54 % (CPO) sehingga
dapat dihitung :
1 ton kelapa sawit/ha/thn = 54 % CPO
1 ton kelapa sawit/ha/thn = 540 kg CPO /ha/thn
Artinya disimpulkan bahwa persentase CPO yang dihasilkan dari tiap ton
CPO mampu mencapai 54 % dan dari CPO yang dihasilkan jumlah biodiesel yang
diperoleh mencapai 24 % atau sebesar 13 % dari jumlah perton kelapa sawit yang
dihasilkan.
Melihat perbandingan ini sangat wajar pula disamping dengan harga yang
tidak mampu bersaing, kondisi ini menunjukkan bahwa nilai ambundance CPO
justru lebih tinggi jika dibandingkan dengan Biodiesel terhadap bahan baku kelapa
sawit, dimana jika kelapa sawit dimanfaatkan sebagai sumber pangan akan lebih
menguntungkan jika dibandingkan sebagai sumber pembuatan biodiesel.
BAB V
KESIMPULAN
1. Proses pembuatan biodiesel dari minyak mentah kelapa sawit terdiri dari
beberapa proses yaitu, degumming, transesterifikasi, separation, dry
washing dan refined.
2. Produk yang dihasilkan berupa methyl ester (biodiesel) sebagai bahan bakar
dan gliserol yang dimanfaatkan sebagai bahan farmasi dan bahan makanan.
3. Bahan baku kelapa sawit akan lebih menguntungkan untuk diolah menjadi
bahan pangan dibandingkan diolah menjadi biodesel.