Anda di halaman 1dari 21

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI HUKUM PIDANA

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN


NARKOTIKA OLEH REMAJA DI KABUPATEN X

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah bagian dari generasi muda merupakan suatu kekuatan sosial yang
sangat berperan dalam pembangunan bangsa dan negara. Di tangan generasi muda terletak
masa depan bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin dalam membangun hari depan yang
lebih baik. Sebagai generasi penerus perjuangan bangsa Indonesia yang mempunyai hak dan
kewajiban ikut serta dalam membangun negara dan bangsa Indonesia, generasi muda dalam
hal ini remaja merupakan subyek dan obyek pembangunan nasional dalam usaha mencapai
tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Remaja merupakan modal pembangunan yang akan memelihara dan mengembangkan
hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial Indonesia yang harus ditumbuhkembangkan sebagai manusia seutuhnya, sehingga mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang senantiasa
memiliki tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Sebagai salah satu sumber daya manusia yang mempunyai potensi dan memiliki
peranan yang stategis dan kedudukannya sebagai generasi penerus cita-cita bangsa
keberadaannya di tengah kehidupan masyarakat, pada prinsipnya remaja merupakan pilar
terpenting yang akan menentukan nasib peradaban masyarakat di masa yang akan datang dan
juga remaja mempunyai ciri dan sifat khusus yang memerlukan pembinaan dalam rangka
menjamin pertumbuhan fisik dan mentalnya secara utuh, selaras dan seimbang.

Namun yang menjadi suatu permasalahan serius yang sedang dihadapi adalah
masalah kenakalan remaja yang merupakan persoalan aktual dihampir setiap negara di dunia
termasuk Indonesia. Saat ini sebagai gambaran merebaknya kasus-kasus pelanggaran hukum
yang dilakukan remaja dapat berupa perkelahian, penodongan, perampokan, pencurian,
pemilikan senjata tajam bahkan penyalahgunaan narkotka atau berbagai pelanggaran hukum
lainnya. Dari beberapa kasus pelanggaran hukum tersebut dapat memberikan gambaran
bahwa di era pembangunan manusia seutuhnya, remaja yang mempunyai hak dan kewajiban
membangun bangsa dan negara, justru mereka melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
Berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkotika, merupakan masalah yang
sangat kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan yang komprehensif dengan
melibatkan kerjasama antara multidispliner, multi sektor dan peran serta masyarakat secara
aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Perkembangan
penyalahgunaan narkotika dari waktu-kewaktu menunjukan kecenderungan yang semakin
meningkat dan akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas dan
terhadap remaja.
Khususnya terhadap remaja yang sedang berada dalam fase transisi perkembangan
antara masa anak-anak dan masa dewasa yang dapat menimbulkan masa krisis, ditandai
dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang dimana pada masa remaja akan
timbul keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba-coba sesuatu, mengikuti trend dan gaya
hidup, serta bersenang-senang walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi
hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong untuk menyalahgunakan narkotika.
Oleh karena itulah apabila pada masa remaja telah rusak karena penyalahgunaan narkoba,
maka suram atau bahkan hancurlah masa depan remaja tersebut.
Begitu pula di Kabupaten X yang merupakan wilayah hukum Polres X dengan
peningkatan jumlah populasi penduduk yang cukup tinggi setiap tahunnya serta berada pada

lokasi yang strategis yaitu merupakan salah satu jalur akses transportasi antara propinsi dan
juga menjadi pusat aktivitas perekonomian, perdagangan serta kegiatan masyarakat lainnya
sehingga memungkinkan akan banyak terjadi tindak pidana di tengahtengah kehidupan
masyarakat khususnya tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang melibatkan remaja
sebagai pelaku tindak pidana.
Hasil observasi awal penulis (tanggal 25 Januari 2011), yang dilakukan pada Satuan
Reserse Kriminal Polres X, menunjukan bahwa jumlah tindak pidana penyalahgunaan
narkotika yang terjadi di Kabupaten X pada tahun 2009 sebanyak 2 kasus, kemudian pada
tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 3 kasus, dan sampai bulan April 2011 tercatat
sebanyak 5 kasus yang dilakukan oleh remaja sehingga menimbulkan kekhawatiran dan
keresahan dari masyarakat terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak.
Dengan alasan-alasan yang dikemukakan di atas maka penulis terdorong untuk
melakukan kajian secara mendalam tentang penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh
remaja dalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul tinjauan kriminologis terhadap tindak
pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten X.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika
oleh remaja di Kabupaten X ?
2. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor X dalam
menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten
X?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana


penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten X.
b. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor X
dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di
Kabupaten X.
2. Manfaat Penelitian ini adalah :
a.

Manfaat Teoritis :

1). Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya
hukum pidana.
2). Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan bidang
penelitian yang penulis teliti.
b. Manfaat Praktis :
1). Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau praktisi hukum dan
instansi terkait tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja.
2). Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan dapat memberikan masukan
kepada pihak Kepolisian Resor X dalam rangka menanggulangi tindak pindana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten X.

PROPOSAL SKRIPSI
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM
MENANGGULANGI TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG DILAKUKAN GURU
TERHADAP ANAK DIDIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH
MENURUT PASAL 351-355 KUHP DAN UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2003
PASAL 80 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

A. Latar Belakang
. Perkembangan masyarakat senantiasa membawa dampak tersendiri terhadap proses
pembangunan suatu bangsa. Semakin dinamis perkembangan masyarakat dari bangsa
tersebut, maka akan semakin kompleks proses pembangunan yang akan terselenggara.
Kedinamisan perkembangan masyarakat tersebut yang nantinya akan menjadi pertimbangan
strategis bagi bangsa tersebut untuk menentukan visi, misi yang hendak dicapai dan prioritas
pembangunan yang hendak diselenggarakan. Visi, misi dan rencana prioritas pembangunan
merupakan 3 (tiga) pedoman mendasar dalam penyelenggaraan pembangunan. Keajegan,
kecermatan dan ketepatan substansi ketiganya akan menentukan apakah pembangunan
tersebut dapat berlangsung terarah dan harmonis ataukah tidak, sehingga mencapai
keberhasilan yang dikehendaki.
Visi merupakan tujuan umum pembangunan. Eksistensinya sebagai roh/spirit dari
pembangunan tersebut, yang kemudian dijabarkan melalui tujuan-tujuan khusus yang disebut
dengan misi. Penjabaran misi pembangunan selanjutnya dituangkan dalam rencana prioritas
pembangunan.
Dalam hal ini, visi, misi dan rencana prioritas pembangunan Indonesia termuat dalam
suatu program pembangunan nasional atau biasa disebut dengan Propenas, yang disusun
setiap lima tahun sekali (dahulu dikenal dengan Repelita).Visi pembangunan nasional

Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,


berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang
didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri dan bertaqwa, berakhlak mulia, cinta
tanah air, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi
dan disiplin.1[1]
Adapun misi yang hendak dicapai pembangunan nasional adalah sebagai berikut:2[2]
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.

12.

terwujudnya pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara;
terwujudnya penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara;
terwujudnya pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan
kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan
mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlaq mulia, toleran, rukun dan damai;
terwujudnya kondisi aman, damai, tertib dan ketentraman masyarakat;
terwujudnya sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak
asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran;
terwujudnya kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya
tahan terhadap pengaruh globalisasi;
terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama
pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya
saing,berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
terwujudnya otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan
pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
terwujudnya kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar,
yakni pangan, sandang, papan,kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja;
terwujudnya aparatur negara yang berfungsi melayani masyrakat,profesonal, berdaya guna,
produktif, transparan, dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;
terwujudnya sistem dan iklim nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh
akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan,cerdas, sehat, berdisiplin dan
bertanggung jawab, berketerampilan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangja mengembangkan kualitas manusia Indonesia;
terwujudnya politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas, dan proaktif bagi
kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.

1
2

Berdasarkan visi, misi dan kegiatan pembangunan yang diprioritaskan oleh bangsa
Indonesia, jelas kiranya jika pendidikan merupakan salah satu bidang yang
secara kontinuitas hendak dibangun oleh pemerintah, dalam rangka mewujudkan manusia
Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, atau dapat secara umum
dikatakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia.
Pendidikan

dan

kualitas

hidup

merupakan

dua

variabel

dengan

jalinan

interdependensi yang cukup kuat dalam pencapaian tujuan hidup manusia. Hubungan
keduanya tidak hanya dapat dimaknai sebagai hubungan sebab akibat belaka, namun lebih
tepat disebut sebagai hubungan yang saling menentukan Artinya, untuk mencapai tujuan
hidup yang diinginkan, manusia harus memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Kualitas hidup tersebut umumnya sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang
dimilikinya.Sebagai faktor yang menentukan, eksistensi pendidikan dewasa ini tidak lagi
dianggap sebagai pelengkap kebutuhan manusia saja, namun telah diposisikan sebagai
instrumen pokok dengan tingkat urgensi yang hampir sama dengan tiga kebutuhan
pokok manusia, yaitu; pangan, sandang dan papan.
Kesadaran manusia terhadap pentingnya pemenuhan pendidikan yang berkualitas
dalam hidupnya berkembang seiring dengan peranan - peranan strategis pendidikan dalam
kehidupan manusia dan negara/bangsa. Dengan pendidikan, manusia dapat memperkuat
identitas, aktualitas dan integritas dirinya sehingga terbentuk pribadi-pribadi yang
berkualitas, kritis, inovatif, humanis dan bermoral. Pribadi-pribadi yang berkualitas dan
bermoral ini yang nantinya akan membawa perubahan dan kemajuan bangsa dan negaranya
di berbagai sektor kehidupan.
Mengingat pentingnya peranan pendidikan bagi kemajuan suatu negara,masyarakat
dan individu, maka tanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas pada
hakekatnya tidak hanya menjadi urusan negara saja, tetapi juga tanggung jawab semua pihak

sebagai komponen dari pembangunan. Masyarakat dalam hal ini diharapkan dapat berperan
serta dalam mengelola pendidikan itu sendiri.Negara sebagai organisasi politik terbesar yang
dibentuk oleh rakyat memang mempunyai tanggung jawab terbesar dalam hal
penyelenggaraan pendidikan bagi warga negaranya, hal ini disebabkan :3[3]
1. demi menumbuhkan demokrasi politik;
2. kebutuhan akan warga negara yang terdidik merupakan kebutuhan esensial yang nantinya
diperlukan untuk memajukan bangsa dan negara di era modern.
Di Indonesia, tanggung jawab negara akan penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas bagi setiap warga negaranya secara eksplisit diatur dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945, alinea keempat dan batang tubuh Pasal 31. Dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945 alinea 4 menyatakan tujuan nasional Negara Indonesia salah satunya
adalah .Mencerdaskan kehidupan bangsa.4[4]
Nampak dari pernyataan tersebut bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
hanya bisa dicapai melalui Pendidikan. Selanjutnya ditegaskan kembali dalam Pasal 31 ayat
(1) Undang-Undang Dasar 1945, bahwa: 5[5] Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran dan, dalam Pasal 31 ayat (2) dinyatakan bahwa : 6[6] Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam satu sistem
pengajaran nasional.
Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa dunia pendidikan merupakan dunia
yang sarat akan nilai-nilai kebaikan (etika) dan nilai-nilai keindahan (estetika),bahkan secara

3
4
5
6

ekstrem disebut sebagai dunia tanpa cela, karena dunia pendidikan merupakan dunia untuk
mewujudkan manusia lebih tangguh, bermartabat dan bermoral, sehingga manusia akan dapat
survive dalam mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya. Akan tetapi, benarkah anggapan
semacam itu masih tetap eksis dalam dunia pendidikan di tengah-tengah dunia yang serba
berubah?.
Kenyataan di masyarakat demikian bertolak belakang. Anggapan-anggapan tersebut
telah mengalami pergeseran-pergeseran yang cukup signifikan seiring dengan dinamika
masyarakat. Dunia pendidikan bukanlah dunia yang bebas dari masalah, bukan juga dunia
yang tanpa cela. Sebaliknya, dunia pendidikan dewasa ini penuh dengan kompleksitas
masalah, baik masalah internal dalam penyelenggaraan pendidikan itu sendiri, maupun
masalah eksternal, sehingga dapat menghambat tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Di Indonesia sendiri, masalah dalam dunia pendidikan menempati posisi ketiga dari
tiga masalah besar yang memerlukan penanganan yang serius dari pemerintah,yaitu: 7[7]
1. national security of national life and development;
2. equitable welfare of the people;
3. education as a crusial component of human resource development.
Kompleksitas masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia ini turut menjadi
penyebab dari penurunan ranking kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Masalah
pendidikan di Indonesia tidak hanya berkisar pada masalah-masalah yang berada dalam ranah
sosial ekonomi saja, tetapi juga masalah-masalah yang berada dalam ranah hukum.
Adapun masalah pendidikan dalam ranah sosial ekonomi yang biasa terjadi adalah
minimnya anggaran pendidikan, biaya pendidikan yang mahal, kurangnya tenaga profesional
guru/tenaga pendidik, rendahnya kesejahteraan guru/tenaga pendidikan, kurangnya sarana
dan prasarana pendidikan, manajemen pendidikan yang kacau, dan komersialisasi
7

pendidikan. Masalah pendidikan dalam ranah hukum dapat berupa berbagai bentuk
penyimpangan pendidikan yang
mempunyai dampak yuridis tertentu.Fenomena penyimpangan dalam dunia pendidikan dapat
digolongkan sebagai pelanggaran biasa maupun tindak pidana. Bentuk penyimpangan yang
seringkali terjadi dalam dunia pendidikan menurut Ridwan Halim dapat dilakukan oleh
berbagai pihak, baik eksternal maupun internal. Pihak internal tentunya adalah komponen
yang terkait langsung dengan dunia pendidikan. Sedangkan, pihak eksternal adalah semua
pihak tidak terkait langsung dalam dunia pendidikan, misalnya masyarakat luas. Menurut
Ridwan Halim, bentuk-bentuk penyimpangan yang biasanya terjadi dalam dunia pendidikan
salah satunya dapat berupa berbagai bentuk kekerasan, perbuatan asusila serta berbagai
bentuk pencemaran ataupun penghinaan.8[8]
Sebenarnya, berbagai bentuk kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah bukanlah satu
hal yang luar biasa ataupun tidak wajar. Semua bidang dalam kehidupan manusia mempunyai
potensi yang sama untuk terjadinya penyimpangan,meskipun bidang tersebut merupakan
bidang yang difungsikan untuk memperbaiki tingkah laku.
Mengingat pendidikan merupakan salah satu instrumen pokok bagi sustainable
development (pembangunan berkelanjutan) dari suatu negara, dan mengingat penyimpangan
terhadap dunia pendidikan dalam hal ini adalh bentuk kekerasan bukan hanya pelanggaran
etika belaka,namun dapat dimungkinkan sebagai pelanggaran hukum dengan dampak yang
ditimbulkan

cukup

signifikan,

maka

eksistensi

hukum

pidana

diperlukan

guna

menanggulangi atau meminimalisasi terjadinya berbagai bentuk penyimpangan yang dapat


merusak citra Pendidikan Nasional.
Menurut Barda Nawawi Arief mengenai upaya penanggulangan berbagai bentuk perilaku
menyimpang adalah sebagai berikut:
8

Bahwa upaya penanggulangan berbagai bentuk perilaku menyimpang dapat ditempuh melalui
upaya non-penal dan upaya penal. Upaya non-penal biasanya menitikberatkan pada upayaupaya yang sifatnya pencegahan (preventive) terhadap terjadinya kejahatan, dengan cara
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Sedangkan, upaya penal
merupakan upaya penanggulangan dengan menggunakan hukum pidana. Upaya penal ini
menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya memberantas (repressive).9[9]
Penanggulangan berbagai bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak
didik di lingkungan sekolah melalui jalur penal (menggunakan sarana hukum pidana) selama
ini masih relative fragmentaris. Artinya, ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam rangka
menanggulangi penyimpangan dalam dunia Pendidikan masih terbatas pada ketentuan pidana
yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang- undang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-undang Perlindungan Anak
Beberapa peraturan perundang-undangan tersebut di atas (selain Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional) tidak secara khusus mengatur penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dalam dunia pendidikan. Selain pengaturan dalam peraturan perundang-undangan di
atas masih bersifat umum seperti ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP), setiap peraturan perundang-undangan di atas memiliki adressat (tujuan) yang
berbeda satu sama lainnya yang tidak dikhususkan pada bidang pendidikan. sedangkan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk melindungi Sistem
Pendidikan Nasional tidak sepenuhnya mengakomodir semua bentuk penyimpangan di
bidang pendidikan.
Bertolak dari pemikiran di atas bahwa berbagai bentuk kekerasan dalam lingkungan
sekolah yang berdampak yuridis merupakan ancaman bagi penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia, sedangkan eksistensi hukum pidana yang mengatur masalah pendidikan ini masih
relatif fragmentaris, maka penulisan karya tulis ini diharapkan dapat mengkaji berbagai

kebijakan hukum pidana sebagai salah satu sarana untuk menanggulangi bentuk-bentuk
penyimpangan di bidang pendidikan.
Mendasarkan pada latar belakang masalah seperti dijelaskan di atas serta berbagai
fenomena kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan khususnya di lingkungan sekolahsaat
ini , masalah tindak pidana kekerasan di lingkungan sekolah yang kerap dilakukan oleh guru
terhadap anak didik perlu dilakukan penelitian secara mendalam. Oleh karena itu penulis
memilih judul : KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM MENANGGULANGI TINDAK
PIDANA KEKERASAN YANG DILAKUKAN GURU TERHADAP ANAK DIDIK DI
LINGKUNGAN SEKOLAH MENURUT

PASAL 351-355 KUHP DAN UNDANG-

UNDANG NO.23 TAHUN 2003 PASAL 80 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan yang
dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut pasal 351-355 KUHP dan
Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan anak saat ini?

2. Bagaimanakah sebaiknya kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana yang
dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut pasal 351-355 KUHP dan
Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan anak di masa mendatang ?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak
pidana kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut
pasal 351-355 KUHP dan Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan
anak saat ini
2. Untuk mengetahui bagaimanakah sebaiknya kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi
tindak pidana kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah
menurut pasal 351-355 KUHP dan Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang
perlindungan anak di masa mendatang.

PERMASALAHAN KEADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK


DI BAWAH UMUR
II. Pelaksanaan Penelitian
a. Nama Mahasiswa

: Trisiana Saputri

b. NPM

: 0210389812

c. Jumlah SKS

: 21

d. IP Kumulatif

: 3,

e. Nilai MPH

e. Dosen Wali

: ESMARA SUGENG, SH.M.Hum

III. Dosen Pembimbing

:1.Dr AULIA, SH.,MHum


:2LOSO, SH.M.Hum

IV. Ruang Lingkup/Bidang Kajian

: Hukum Pidana

V . Latar Belakang Masalah


Negara Indonesia merupakan Negara hukum yang berdasarkan pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, yang mengatur segala kehidupan masyarakat Indonesia, Hukum disini
mempunyai arti yang sangat penting dalam aspek kehidupan sebagai pedoman tingkah laku
manusia dalam hubunganya dengan manusia yang lain.
Hukum merupakan sarana untuk mengatur masyarakat sebagai sarana kontrol sosial,
maka hukum bertugas untuk menjaga agar masyarakat dapat tetap berada dalam pola-pola
tingkah laku yang diterima olehnya. Didalam peranannya yang demikian ini hukum hanya
mempertahankan saja apa yang telah terjadi sesuatu yang tetap dan diterima dalam
masyarakat. Tetapi diluar itu hukum masih dapat menjalankan fungsinya yang lain yaitu
dengan tujuan untuk mengadakan perubahan-perubahan di dalam masyarakat.
Hukum bertugas untuk mengatur masyarakat yang dimaksudkan bahwa kehadiran
hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan untuk mengkoordinasikan
kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat, Sehingga diharapkan kepentingankepentingan yang satu dan yang lain tidak saling barlawanan. Untuk mencapai keadaan ini
dapat dilakukan dengan membatasi dan melindungi kepentingan tersebut.
Anak adalah generasi penerus bangsa. Oleh karena itu setiap anak seharusnya mendapatkan

haknya untuk bermain, belajar dan bersosialisasi. Tetapi keadaannya akan menjadi berbalik
apabila anak melakukan tindak pidana, seperti yang baru terjadi pada kasus 10 siswa Sekolah
Dasar yang diadili oleh Pengadilan Negeri Tangerang karena tertangkap sedang bermain judi
lempar koin.[1]
Lalu ketika anak terkena kasus tindak pidana, bukan berarti polisi ataupun pejabat yang
berwenang lainnya memperlakukan anak sama seperti orang dewasa yang melakukan tindak
pidana.
Maka dari itu, diperlukan adanya peradilan khusus yang menangani masalah tindak
pidana pada anak yang berbeda dari lingkungan peradilan umum. Dengan demikian, proses
peradilan perkara pada anak yang melakukan tindak pidana dari sejak ditangkap, ditahan,
diadili dan sampai diberikan pembinaan selanjutnya, wajib diberikan oleh pejabat khusus
yang benar-benar memahami masalah anak dan dunianya.
Oleh karena situasi dan kondisi itulah, penulis merasa prihatin dan tergugah untuk
membuat makalah ini. Karena penulis merasa adanya perbedaan antara teori dan praktek
dalam melaksanakan dan menjalankan hukum tersebut, khususnya kepada anak yang
melakukan tindak pidana dan masih kurangnya perlindungan yang diperoleh anak yang
sedang diproses karena terlibat tindak pidana.

VI. Pembatasan Masalah dan perumusan masalah


1. Pembatasan Masalah
Dengan mengingat keterbatasan pemikiran serta waktu yang penulis miliki, maka dalam
skripsi ini penulis akan membatasi pada masalah implementasi UU korupsi terhadap para
pejabat negara.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis dapat merumuskan masalah mengenai :
a. Bagaimana terselenggaranya suatu keadilan terhadap kasus pidana anak di bawah umur ?
b. Bagaimanakah ketertarikan masyarakat terhadap penindakan kasus anak di bawah umur?

VII. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan penelitian ini antara lain yaitu dikemukakan

sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana terselenggaranya suatu keadilan terhadap kasus pidana anak di
bawah umur.
b. Untuk mengetahui ketertarikan masyarakat terhadap penindakan kasus anak di bawah umur.
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menghasilkan bahan pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya serta
memberikan gambaran mengenai terselenggaranya suatu keadilan terhadap kasus pidana anak
di bawah umur.
b. Pelaksanaan penelitian hendaknya dapat membantu mengetahui hambatan-hambatan atau
permasalahan-permasalahan yang timbul terhadap ketertarikan masyarakat terhadap
penindakan kasus anak di bawah umur.
.
c. Untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir guna memperoleh gelar sarjana Hukum
dari Fakultas Hukum Universitas Pekalongan.

PROPOSAL HUKUM TENTANG UPAYA APARAT PENEGAK


HUKUM DALAM MEMINIMALISIR TINDAK KEJAHATAN
PENCURIAN MOTOR DI WILAYAH SUKODONO
KOTA SIDOARJO
Posted on January 5, 2013 by vian

BAB I
PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG

Seperti kita ketahui bahwa negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam
suku, agama dan adat istiadat yang beraneka ragam dari sabang sampai merauke. Adat
istiadat tersebut sangat berbeda satu sama lainnya. Sejak negara ini memproklamirkan
kemerdekaannya maka, Indonesia terbentuk menjadi negara kesatuan dengan memiliki satu
sistem hukum yang berlaku secara Nasional. Yang mana sistem hukum itu merupakan salah
satu alat pengitegrasi bangsa ini.
Sistem hukum Indonesia sampai saat ini masih berlaku adalah sistem hukum yang masih
berkiblat kepada negara Belanda yaitu sistem hukum Eropa Continental atau sistem hukum
Civil Law. Bukti adanya sistem hukum ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
( KUHP ) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHPer ) yang sampai saat ini
dianggap masih tetap berlaku. Hal ini tertuang dalam pembukaan undang-undang dasar 1945,
pasal 1 aturan peralihan yang berbunyi : segala peraturan perundang-undangan yang masih
ada dianggap tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar
1945
Pembangunan nasional yang dituangkan dalam GBHN, merupakan implementasi kehendak
rakyat, yang berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, secara terencana dan
terarah, sehingga pada gilirannya pembangunan dalam berbagai dimensi tidak berdiri sendiri
tetapi memiliki korelasi antara berbagai upaya pembangunan yang memiliki keterkaitan,
dalam menjalankan amanah Undang-Undang Dasar Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945,
Pembangunan hukum merupakan suatu kewajiban pemerintah, yang mendapat berbagai
hambatan, sehingga upaya penyadaran hukum kepada masyarakat perlu makin ditingkatkan.

Tanpa ada upaya yang baik akan berakhir dengan sebuah kenistaan dimana terdapat sebuah
kondisi masyarakat yang amburadul.
Untuk itu hukum dijadikan sebagai Panglima dalam mengatur berbagai gerak dinamika
masyarakat.Proses penegakan hukum terasa masih jauh dari harapan masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari peradilan yang tidak jujur, hakim-hakim yang terkontaminasi oleh kondisi
perilaku pemerintahan yang tidak konsisten, pengacara yang mengerjai rakyat, adalah
akumulasi ketidakpercayaan lembaga yudikatif, di dalam menjalankan perannya sebagai
pelindung, pengayom rakyat, yang berdampak pada tatanan kehidupan masyarakat yang tidak
menganggap hukum sebagai jaminan keselamatan di dalam interaksi sesama warga
masyarakat.
Berbagai kasus merebak sejalan dengan tuntutan akan perubahan, yang dikenal dengan
reformasi, tampak di berbagai lapisan masyarakat dari tingkat atas sampai bawah terjadi
penyimpangan hukum. Pembangunan masyarakat hukum madani (civil society) merupakan
tatanan hidup masyarakat yang memiliki kepatuhan terhadap nilai-nilai hukum. Akan tetapi
dalam perjalanan (transisi) perubahan terdapat sejumlah ketimpangan hukum yang dilakukan
oleh berbagai lapisan masyarakat.
Pencurian, misalnya dibentuk dari tingkat dan klasifikasi pencurian yang bermula dari tingkat
atas sampai bawah, sehingga dalam setiap peristiwa, sorotan keras terhadap pencurian terus
dilancarkan, dalam rangka mengurangi tindak kriminal. Dalam sejarah peradaban manusia
pencurian ada sejak terjadi ketimpangan antara kepemilikan benda-benda kebutuhan manusia,
kekurangan akan kebutuhan, dan ketidakpemilikan cenderung membuat orang berbuat
menyimpang (pencurian). Pencurian dilakukan dengan berbagai cara, dari cara-cara
tradisional sampai pada cara-cara modern dengan menggunakan alat-alat modern dengan pola
yang lebih lihai. Hal seperti ini dapat terlihat dimana-mana, dan cenderung luput dari jeratan
hukum.
Kecenderungan melakukan pencurian dengan delik apapun sering dilakukan, namun dalam
beberapa kasus pencurian dilakukan dalam waktu tertentu, yaitu melibatkan kondisi dimana
setiap orang akan mencari waktu yang tepat dalam melakukan aksi operandinya. Dari
beberapa pengamatan terhadap kasus-kasus tampak bahwa kejadian pencurian yang sangat
rawan (rentan) terhadap perilaku pencurian adalah di waktu malam hari
Sehingga hampir setiap saat di waktu malam seluruh komponen masyarakat cenderung
menyiapkan berbagai cara untuk mengatasi atau meminimalkan peluang pencurian, untuk itu
dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam ronda-ronda malam (jaga malam) ini
memberikan indikasi bahwa peluang pencurian dan Sasaran waktu yang dipilih oleh
komplotan atau individu di dalam melakukan aksi pencurian dilakukan pada malam hari,
sehingga dapatlah diindikasikan waktu malam memiliki potensi pencurian yang sangat tinggi
dibandingkan dengan waktu-waktu lain, sementara aktivitas pencurian yang dilakukan
memiliki kecenderungan berkelompok yang dibentuk untuk menyusun aktivitas
pencuriannya.

Pencurian merupakan tindakan kriminalitas, yang sangat menganggu kenyamanan rakyat.


Untuk itu perlu sebuah tindakan konsisten yang dapat menegakkan hukum, sehingga terjalin
kerukunan. Kemiskinan yang banyak mempengaruhi perilaku pencurian adalah kenyataan
yang terjadi di tengah masyarakat, ini dapat dibuktikan dari rasio pencurian yang makin
meningkat di tengah kondisi obyektif pelaku di dalam melakukan aktivitasnya, kondisi ini
dapat berdampak pada beberapa aspek, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan kehidupan
pelaku tersebut, namun sejauh mana aktivitas itu dapat memberikan nilai positif dalam
membangun masyarakat yang taat hukum.
Salah satu bentuk kejahatan yang akhir-akhir ini sering terjadi dan sangat mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat di Sukodono kota Sidoarjo adalah pencurian kendaraan
bermotor. Dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP, buku ke-2 titel XXII mulai
dari Pasal 362 sampai Pasal 367 KUHP. Bentuk pokok pencurian diatur dalam Pasal 362
KUHP, adalah pencurian kendaraan bermotor khususnya kendaraan bermotor roda dua
merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap harta benda yang banyak menimbulkan
kerugian.

II.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana suatu tindak kejahatan pencurian motor dapat terjadi di


daerah Sukodono kota Sidoarjo ?
2. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pencurian motor di daerah
Sukodono kota Sidoarjo ?
3. Upaya apa yang dilakukan oleh para pihak penegak hukum untuk
meminimalisir kejahatan pencurian motor di daerah Sukodono kota
Sidoarjo ?

III.

TUJUAN PENELITIAN

1. Mendiskripsikan dan menganalisis masalah apa yang mempengaruhi


tindak kejahatan pencurian motor di daerah Sukodono kota Sidoarjo
2. Menganalisis dan mengetahui Faktor apakah yang menyebabkan
terjadinya suatu tindak pencurian motor di daerah Sukodono kota Sidoarjo
3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh para pihak
penegak hukum untuk menanggulangi tindak kejahatan pencurian motor
roda dua di daerah Sukodono kota Sidoarjo

IV.

MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
atau memberikan solusi untuk meminimalisir terjadinya tindak
kejahatan pencurian motor di suatu daerah
2. Memberikan kontribusi pemikiran atau solusi mengenai masalah
hukum pidana terkait dengan pencurian motor yang terjadi di kota
Sidoarjo.
3. Dapat dijadikan pedoman bagi para pihak atau peneliti lain yang
ingin mengkaji secara mendalam tentang penyebab tindak pidana
pencurian motor

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dalam rangka
meningkatkan kualitas para penegak hukum dalam meminimalisir tindak kejahatan pencurian
di daerah Sukodono kota Sidoarjo.

Anda mungkin juga menyukai