Anda di halaman 1dari 4

6.

6 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah kontaminasi pada lumpur pemboran. Kontaminan
yang sering terdapat pada lumpur antara lain sodium klorida, gypsum dan semen
yang dapat menyebabkan berubahnya sifat fisik dari lumpur pemboran.
Parameter-parameter yang berubah antara lain viskositas, gel strength, pH,
filtration loss dan ketebalan mud cake.
Dari percobaan yang dilakukan dengan penambahaan gypsum sebesar 3 gr
dan didapat filtration loss sebesar 49 ml dan pH sebesar 7, plastic viscosity 5 cp,
yield point 15 lb/100 ft2, GS 10`` sebesar 7 lb/100 ft, GS 10` sebesar 7 lb/100 ft
dan tebal mud cake 0,25 cm. Dari hasil percobaan dapat dikatakan bahwa lumpur
yang dianalisa hampir ideal atau baik. Hal ini dikarenakan PV dan YP dari lumpur
yang dianalisa diperoleh harga sebesar 5 cp dan 15 lb/100 ft2. Berdasarkan
standar API, suatu lumpur dapat dikatakan ideal jika harga PV minimum sebesar 8
cp dan YP maksimum sebesar 3xYP. Dari hasil analisa ternyata lumpur tidak
termasuk dalam standar yang diijinkan API. Begitu pula dengan gel strength
dimana diperoleh perbandingan antara gel strength 10 dan 10 adalah 1 : 1 yang
mana dapat dikatakan bahwa lumpur yang dianalisa ini bersifat flat. Dengan sifat
yang seperti ini maka lumpur sangat tidak ideal jika digunakan dalam pemboran.
Mud cake yang didapatkan dari hasil analisa juga tidak ideal karena tebal mud
cake yang dihasilkan sebesar 0,25 cm. Telah diketahui bahwa tebal mud cake yang
ideal adalah berkisar antara 0,08-0,2 cm. Mud cake yang tebal juga dapat
mengakibatkan filtration loss yang cukup besar. pH lumpur yang dianalisa
didapatkan sebesar 7. Ini menunjukkan bahwa lumpur juga tidak ideal karena
lumpur yang ideal mempunyai pH berkisar 8,5-9,5.
Lumpur yang tidak ideal ini disebabkan karena lumpur telah terkontaminasi
dengan material lain yang berasal dar formasi yang dibor. Perbedaan percobaan
kontaminasi lumpur dengan analisa kimia adalah analisa kimia dilakukan untuk
menganalisa kandungan kimia di lumpur setelah ada kontaminasi, sedangkan
kontaminasi lumpur dilakukan untuk mengecek sifat fisik setelah ada kontaminan
di lumpur. Untuk itu diperlukan treatment untuk menanggulangi kontaminasi pada
lumpur tersebut. Untuk kontaminasi Cl- maka dapat menambahkan fresh water

sehingga mengurangi konsentrasi Cl- dan juga dapat menambahkan additive


defloculant agar tidak terjadi flokulasi. Untuk kontaminasi NaCl dapat dilakukan
penambahan sodium oksida (NaOH) untuk mengontrol pH agar tidak terlalu asam
dan untuk kontaminasi gipsum atau formasi yang mengandung Ca2+ dapat
ditambahkan dengan soda ash (NaHCO3) sehingga dapat memisahkan padatan
yang berada didalam lumpur membentuk CaCO3. Untuk kontaminasi semen
penanganannya dapat menambahkan SAPP ataupun sodium bikarbonat.
Aplikasi lapangannya adalah karena terjadi peningkatan Gel Strength,
Viscosity dan Yield Point, maka kerja pada pompa lumpur dipermukaan akan
menjadi semakin besar. Selain itu pemisahan cutting di conditioning area juga
menjadi lebih sukar karena banyaknya material padatan yang terbawa selama
proses pemboran. Sedangkan bila gel strength terlalu kecil, maka lumpur tidak
dapat menahan cutting pada saat round trip. Kemudian jika filtration loss terlalu
besar maka mud cake yang terbentuk akan semakin tebal sehingga dapat
menimbulkan masalah pipe sticking. Pada pengaruh pH, harus tetap dijaga agar
tidak terjadi korosif (lumpur bersifat terlalu asam) pada rangkaian Drill String
atau terjadi Flokulasi (penggumpalan) karena lumpur bersifat terlalu basa.

6.7 KESIMPULAN
1. Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berikut:

Plastic Viscosity (p)


p = 5 cp

Yield Point (Yp , lb/100ft2)


Yp = 15 lb/ft2

Gel Strength (lb/100ft2)


Gel Strength 10

= 7 lb/100ft2

Gel Strength 10

= 7 lb/100ft2

Filtration loss

= 49 ml

Tebal mud cake

= 0,25 cm

pH

=7

2. Kontaminasi terhadap lumpur pemboran sering terjadi pada saat pemboran


berlangsung. Zat kontaminan tersebut antara lain : NaCl, gypsum, semen,
hard water, karbon dioksida, hidrogen sulfida dan lain-lain.
3. Kontaminasi lumpur pemboran dapat menyebabkan perubahan terhadap
nilai pH, plastic viscosity, gel strength, filtration loss, dan tebal mud cake
sehingga pengetahuan mengenai kontaminasi lumpur sangat penting dalam
hal penanggulangan masalah yang timbul dalam proses pemboran yang
disebabkan oleh kontaminan.
4. Aplikasi lapangannya adalah karena terjadi peningkatan Gel Strength,
Viscosity dan Yield Point, maka kerja pada pompa lumpur dipermukaan
akan menjadi semakin besar. Selain itu pemisahan cutting di conditioning
area juga menjadi lebih sukar karena banyaknya material padatan yang
terbawa selama proses pemboran. Sedangkan bila gel strength terlalu
kecil, maka lumpur tidak dapat menahan cutting pada saat round trip.
Kemudian jika filtration loss terlalu besar maka mud cake yang terbentuk
akan semakin tebal sehingga dapat menimbulkan masalah pipe sticking.
Pada pengaruh pH, harus tetap dijaga agar tidak terjadi korosif (lumpur

bersifat terlalu asam) pada rangkaian Drill String atau terjadi Flokulasi
(penggumpalan) karena lumpur bersifat terlalu basa.

Anda mungkin juga menyukai