DISUSUN OLEH :
ARI YULI HARTATI
KELAS 2C PROGRAM S1 TRANSFER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2015-2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sampai saat ini, kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling sering
diderita perempuan di dunia. Kanker pada leher rahim ini dialami oleh lebih dari 1,5 juta
wanita dalam 5 tahun terakhir dengan angka kejadian per tahun lebih dari 520.000 kasus dan
sekitar 265.000 orang meninggal di seluruh dunia. Kanker serviks menempati peringkat
kedua dari segi jumlah penderita kanker pada perempuan di Indonesia. Berdasarkan data 5
tahun terakhir terjadi lebih dari 59.000 kasus kanker serviks dengan angka kejadian per tahun
lebih dari 20.000 kasus dan sekitar 9.400 orang meninggal (GLOBOCAN, 2012). Oemiati,
dkk. (2011) menunjukkan bahwa prevalensi tumor tertinggi berdasarkan provinsi adalah
Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 9,66% dengan urutan jenis tumor tertinggi di Indonesia
adalah tumor ovarium dan serviks yang mempunyai risiko berkembang menjadi kanker
ovarium atau kanker serviks. Insidensi kanker serviks yang tinggi dapat meningkatkan beban
kesehatan negara. Semestinya penyakit ini dapat dicegah dengan deteksi dini lesi prakanker,
yaitu perubahan sel pada lapisan epitel serviks yang apabila segera diobati tidak akan
berlanjut menjadi kanker serviks.
Kanker yang disebabkan oleh infeksi virus human papilloma (HPV) ini umumnya
tidak menunjukan gejala, bahkan ketika infeksi tersebut sudah menyebabkan lesi prakanker
(Ocviyanti dan Handoko, 2013). Hal tersebut tentu merupakan faktor penyulit diagnosis dan
terapi dini sehingga sebagian besar pasien dengan kanker serviks terdeteksi pada stadium
lanjut yang memiliki resiko tinggi kematian. Metode tepat untuk menurunkan angka insidensi
kejadian kanker serviks adalah dengan melakukan deteksi dini dan bila perlu terapi untuk lesi
prakanker yang ditemukan. Tes Pap Smear dan tes IVA (inspeksi visual dengan aplikasi asam
asetat) telah berhasil digunakan sebagai metode deteksi dini pencegahan kanker serviks di
semua negara. Tes Pap Smear adalah pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari apusan serviks untuk dapat mendeteksi lesi prakanker, sedangkan tes IVA
dilakukan dengan lebih sederhana karena tanpa memerlukan fasilitas laboratorium yaitu
dengan mengoleskan asam cuka pada rahim dan mengamati perubahannya. Kedua metode
tersebut memiliki spesifitas dan sensitivitas bervariasi antara 50-98% (Kustiyati ).
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap petugas kesehatan primer
terhadap perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker serviks di puskesmas Cengkareng?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan
sikap petugas kesehatan primer terhadap perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks di puskesmas Cengkareng.
2. Tujuan Khusus
a.Mengetahui tingkat pengetahuan petugas kesehatan primer terhadap deteksi
dini kanker serviks di puskesmas Cengkareng.
b.Mengetahui nilai sikap petugas kesehatan primer terhadap deteksi dini
kanker serviks di puskesmas cengkareng.
c.Mengetahui nilai perilaku petugas kesehatan primer terhadap deteksi dini
kanker serviks di puskesmas Cengkareng.
D.Manfaat Penulisan
Dengan dilakukannya penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
` Untuk pengembangan pengetahuan tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
petugas kesehatan primer terhadap perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.
2.Manfaat Praktis
Bagi penulis diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan
primer tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap petugas kesehatan primer
terhadap perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi
sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun,
90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
2. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks.
3. Factor resiko:
1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma
Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18.
a) Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b) Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c) Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh
beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka kejadian kanker
serviks yang meningkat.
d) DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.
5. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
7. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
8. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
9. Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear
secara rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )
4. Stadium klinis
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :Tingkat kriteria
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada serviks
walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan
sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate tumor.
TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetap belum
sampai pada dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah satu
atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding
panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke parametrium
tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau
proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum
dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar
paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
( Dr Imam Rasjidi, 2010 )
5. Manesfestasi Klinik
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus
tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas
jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan,
dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan
larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi
dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna
oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2006 )
8. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut hanya
dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa
digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari
stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk
kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker
leher rahim ini juga mendapatkan sitostatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel
pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
9. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal anatara lain
kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu
memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi,
laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14
hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah
teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain
menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang
kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga
tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monitor tanda tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan
parenteral sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara
lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan
pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)
Identitas pasien
b.
Riwayat keluarga
c.
Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
Status kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit keluarga
d.
3.Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih. Dapat
pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari
peningkatan tekanan otot abdominal
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis makanan yang biasa
dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil
juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.
5. Pola kognitif perseptual
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap. Bila sudah metastase ke organ
tubuh
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker
serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari
kanker serviks adalah akibat dari sering berganti ganti pasangan seksual.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan
perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan
alat, 4= tergantung total).
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien
menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri
yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya
perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk
dari vagina.
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping
pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
10. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah
penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
3.2 Analisis data
1. Data subyektif :
Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah senggama
yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
Pasien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawah
Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur darah
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
Pasien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemas
Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviks
2.
Data obyektif
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
3. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)
6. Kerusakan eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan aktivitas
metabolik terhadap kanker
8. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker serviks
9. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
10. Inkontinensia alvi b/d peningkatan tekanan otot abdominal akibat nekrosis jaringan,
kerusakan neuromuscular
11. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuscular akibat infiltrasi kanker pada
serabut saraf lumbosakral
C.
RENCANA TINDAKAN
Dx 1
: Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan
Tujuan
NO
1
INTERVENSI
RASIONAL
Awasi masukan dan haluaran. Ukur Memberikan pedoman untuk penggantian
volume
darah
yang
keluar
perdarahan
menurunkan perfusi
Hindari trauma dan pemberian tekanan Mengurangi
potensial
terjadinya
pendarahan
Pantau status sirkulasi dan volume darah
atau hipoksia
Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan Menunjukkan
keadekuatan
pengisian kapiler
sirkulasi
Catat respon fisiologis individual pasien Simtomatologi
dapat
terhadap
pendarahan,
kelemahan,
gelisah,
misalnya mengukur
ansietas,
berat
berguna
lamanya
volume
untuk
episode
pada pasien
Kolaborasi :
Kolaborasi :
untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan memperbaiki jumlah darah dalm tubuh ibu
trombosit sesuai indikasi
trombosit
penting
untuk
diminimalisir.
Perlu dilakukan
Kolaborasi :
untuk
resusitasi
menentukan
cairan
dan
Dx 2
Tujuan
infeksi
Kriteria Hasil :1.Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesia)
2.TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi
Pernapasan
Tekanan
Suhu
normal ( 16 - 24 x / menit)
3. Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada dalam batas normal (4 - 9
103/L)
NO
1
4
5
INTERVENSI
RASIONALISASI
Kaji tanda / gejala infeksi secara kontinyu pada semua Pengenalan dini dan intervensi segera dapa
sistem tubuh
(misalnya : pernafasan, pencernaan, mencegah perkembangan infeksi lebih lanjut
genitourinaria)
Pantau perubahan suhu pasien
Peningkatan suhu pada ibu hamil dengan kanker
serviks dapat terjadi karena proses penyakitnya
infeksi, dan efek samping kemoterapi yang
dijalaninya. Identifikasi dini proses infeks
memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai
segera
Kaji janin untuk melihat adanya tanda infeksi seperti Deteksi dini terhadap reaksi infeksi yang bisa
takikardi dan penurunan keaktifan gerakan janin
berdampak pada janin dan menghamba
pertumbuhan janin.
Pertahankan teknik perawatan aseptik. Hindari / batasi Menurunkan risiko kontaminasi agen infeksius
prosedur invasif
Utamakan personal hygiene
Membantu mengurangi pajanan potensial sumber
7
8
Tujuan:
:Perubahan Pola eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius
:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, pola eliminasi urine pasien
kembali normal (adekuat)
Kriteria Hasil :1. Tidak terjadi hematuria
2.Tidak terjadi inkontinensia urine
3.Tidak terjadi disuria
4.Jumlah output urine dalam batas normal ( 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
NO
1
2
3
4
5
6
7
INTERVENSI
RASIONALISASI
Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran Penurunan
aliran
urine
tib
mengindikasikan adanya obstruksi /
urine tiba-tiba
traktus urinarius
Kaji pola berkemih (frekuensi dan jumlahnya). Bandingkan Identifikasi kerusakan fungsi vesika
metastase sel-sel kanker pada bagian
haluaran urine dan masukan cairan serta catat berat jenis urine
Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada / tidaknya Penyebaran kanker pada traktus u
satunya di vesika urinaria) dapa
hematuria
jaringan di vesika urinaria meng
sehingga urine yang keluar berwarn
bercampur dengan darah
Observasi adanya bau yang tidak enak pada urine (bau Identifikasi tanda - tanda infeksi
traktus urinarius
abnormal)
Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan Mempertahankan hidrasi dan aliran
akurat
Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian Indikator keseimbangan cairan da
tingkat hidrasi
kapiler, dan membran mukosa
Kolaborasi :
Pemeriksaan diagnostik dan penu
pemeriksaan retrograd dapat dig
Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur penunjang sesuai
mengevaluasi tingkat infiltrasi kank
indikasi
urinarius sehingga dapat menjad
intervensi selanjutnya
Kolaborasi :
Pantau nilai BUN dan kreatinin
3.5 Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
3.6 Evaluasi
1. Keseimbangan volume cairan
2. Tidak ada tanda tanda infeksi
3. Pola eliminasi uri ( bak ) normal
4. Nyeri berkurang / hilang / teratasi
5. Nafsu makan meningkat
6. Pengetahuan tentang penyakit kanker meningkat
7. Perhatian keluarga meningkat
8. Turgor kulit normal
9. Cairan yang keluar pervagina tidak berbau busuk
10. Berat badan stabil
11. Pola eliminasi alvi normal sehari sekali dengan konsistensi lembek
12. Mual dan muntah berkurang / hilang
13. Ekspresi wajah klien tenang
14. Pengisian kapiler cepat
15. Kulit lembab, rambut tidak rontok atau sudah tumbuh
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan pada Ny. K dengan diagnosa medis kanker serviks stadium
IIIB .
.
A. Pengkajian
Klien bernama Ny. K, umur 53 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat
tegal, pendidikan SD, suku bangsa jawa / indonesia, status menikah, agama
islam, masuk tanggal 05 April 2010, dengan diagnosa medis kanker serviks
stadium IIIB. Penanggung jawab, suami bernama Tn. S, umur 54 tahun,
jenis kelamin laki laki, alamat tegal, agama islam, pekerjaan swasta.
Keluhan utama, pada saat di lakukan pengkajian, klien mengeluh
nyeri pada daerah bawah abdomen bagian kanan dan kiri.
pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan Patologi Klinik ( Biopsi )
Pemeriksaan USG Abdomen
Pemeriksaan Rontgen
Analisa Data
DATA FOKUS
DS : Klien mengeluh nyeri
DO: P: Nyeri timbul saat
beraktivitas
MASALAH
KEPERAWATAN
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
ETIOLOGI
Penekanan
massa pada
daerah
bawah
abdomen
Intoleransi aktivitas
Kelemahan fisik
Resiko perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Efek
kemoterapi
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan penekanan
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program
skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Hal terpenting menghadapi penderita
kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang
efektif sekaligus prediksi prognosisnya.
Membuat diagnosa karsinoma serviks uterus yang sudah agak lanjut tidaklah sulit. Yang
menjadi masalah ialah, bagaimana mendiagnosis dalam tingkat yang sangat awal, misalnya
pada tingkat pra-invasif, lebih baik jika dapat menangkapnya dalam tingkat pra-maligna.
Sayang , hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang,
hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau
kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi
masih dalam tahap penelitian. Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya
penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan
teknologi kedokteran.
DAFTAR PUSTAKA
Tilong, Adi, D., 2012. Bebas dari Ancaman Kanker Serviks, Flashbook. Cetakan Pertama,
Yogyakarta. 3.
Kumalasari, Intan., Andhyantoro, Iwan., 2012. Kesehatan Reproduksi, Salemba Medika,
Jakarta. 4.
Soebachman, Agustina., 2011. Awas 7 Kanker Paling Mematikan, Syura Media Utama,
Cetakan Pertama, Yogyakarta. 5.
Nuranna, Laila., 2010. Pedoman Tatalaksana Kanker, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. 7.
Mardjikoen P. Tumor ganas alat genital. Dalam: ilmu kandungan. Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. hal. 381. 8.
Andrijono. Kanker serviks. Ed 3. Jakarta: Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan
Ginekologi FKUI; 2010. hal. 11. 10.
Price SA, Wilson LM. Patofisologi konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Jakarta:
EGC; 2006. hal. 1296 11.
Sukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi KANKER SERVIK (Leher Rahim).
Yogyakarta: Genius Printika 12.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta 2.
.
Widayatun,T,R. 2009. Ilmu Perilaku M.A.104. Jakarta : CV Agung Seto
.
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Perilaku 1.
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika