Anda di halaman 1dari 2

DESAIN KONSEPTUAL HOVERCRAFT UNTUK PATROLI WILAYAH

HUTAN BAKAU
Ida Bagus Putu Sukadana1), I Wayan Suastawa2)
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali 1,2)
Bukit Jimbaran,Tuban, Badung 80714 Indonesia 1,2)
Phone: +62- 361-701981, Fax: +62- 361-701128 1,2)
E-mail : grantangs@yahoo.com1), asta782002@yahoo.com2)

Hutan bakau banyak memegang peranan dalam menjaga daratan pantai berlumpur
dari gerusan ombak, peredam gelombang dan tempat hidup dan berbiaknya biota
laut serta kawasannya juga berpotensi dikembangkan sebagai wisata alam. Bali
sendiri memiliki kawasan hutan bakau terluas yaitu Taman Hutan Raya (Tahura)
Ngurah Rai (1373,5 Ha) yang telah dikembangkan sebagai wisata alam. Meski
telah dipayungi hukum UU No 41 Tahun 1999 dan Keppres No 48 Tahun 1999,
penebangan liar bakau masih terjadi. Menurut penelitian, bahkan setelah
Departemen Kehutanan bekerja sama dengan JICA areal hutan bakau Tahura
Ngurah Rai mengalami degradasi hingga 40%. Berkat upaya konservasi yang
gencar`dilakukan Balai Pengelolaan Hutan Mangrove dengan masyarakat sekitar
kawasan ini berangsur-angsur telah pulih kembali. Namun demikian, untuk
menjaga eksistensinya diperlukan penanaman dan pengawasan berkesinambungan
terhadap kawasan hutan.
Selama ini, petugas hutan melaksanakan tugasnya dengan dibantu alat transportasi
sampan kayu untuk memantau kondisi tanaman bakau. Kondisi medan dengan air
relatif dangkal dan penuh akar bakau cukup menyulitkan penggunaan sampan.
Areal hutan yang sangat luas juga mengurangi kemampuan taktis dengan hanya
mengandalkan transportasi konvensional. Untuk itu, diperlukan kendaraan yang
lebih taktis dan berkemampuan amfibi untuk menjelajahi hutan yang berair
maupun daratan pesisir pantai. Makalah ini bermaksud untuk mengakomodasi
kebutuhan tersebut dengan mengajukan sebuah rancangan konseptual kendaraan
amfibi yang bekerja dengan prinsip air cushion, dikenal sebagai hovercraft. Pada
tahap awal, rancangan lambung ditetapkan dengan memperhatikan beberapa
parameter dan kriteria tertentu. Daya angkut hovercraft ditentukan untuk 2 orang
penumpang dan seorang pengemudi dengan daya jelajah minimal 80 mil.
Kecepatan operasi relatif rendah, sesuai dengan misi dari hovercraft. Geometri
lambung diharapkan cukup efisien dalam penyerapan daya untuk mengatasi
hambatan dan mampu melampaui titik hump dengan cepat. Mengingat karakter
zona yang akan dijelajahi, maka hovercraft juga harus memiliki kemampuan
manuver yang lincah, stabilitas yang handal serta tetap mengapung pada saat
motor dimatikan di atas air. Prediksi hambatan (drag) ditentukan dengan metode
Newman & Poole sedangkan stabilitas mengacu kepada ketentuan standar
International Maritime Organization (IMO). Pada tahap akhir, dilakukan kajian
parameter utama yang didapatkan dengan perbandingan model hovercraft sekelas
yang pernah dibuat untuk meningkatkan validitas hasil.
Dengan payload sebesar 155 kg, berat maksimum W=400 kg, konstanta
perbandingan tekanan terhadap panjang bantalan udara (pc/lc) sebesar 15 kg/m3
serta rasio panjang terhadap lebar bantalan (lc/bc) sebesar 2,4 didapatkan panjang

dan lebar bantalan minimal masing-masing 4 m dan 1,67 m. Tekanan udara yang
dibutuhkan untuk mengangkat beban maksimum adalah 60 kg/m2 pada laju aliran
sebesar 1,5 m3 per detik. Untuk itu, dibutuhkan daya untuk pengangkatan (lift)
sebesar 2,5 kW. Prediksi komponen drag hambatan lambung hovercraft dengan
metode Newman & Poole menunjukkan titik hump akan terjadi pada kecepatan 8
knot dimana total drag pada kecepatan maksimum 35 knot adalah sebesar 8,7 N.
Pada kecepatan maksimum, daya yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya lift dan
drag adalah 11 kW (15 HP). Udara tekan untuk mengangkat dan mendorong
hovercraft direncanakan menggunakan sistem terintegrasi dengan menggunakan
air splitter dimana porsi yang dialirkan untuk lift adalah 20% volume.
Kata kunci : mangrove, hovercraft, air cushion, lift, drag

Anda mungkin juga menyukai