Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SIFILIS

Posted Maret 5, 2009 by vietha2008 in Asuhan Keperawatan. Tagged: AsKep. 10 Komentar


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SIFILIS
A. PENGERTIAN
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.
B. ETIOLOGI
Penyebab

penyakit

ini

adalah

Treponema

pallidum

yang

termasuk

ordo

spirochaetales, familia spirochaetaceae, dan genus treponema. Bentuk spiral, panjang antara
6 15 m, lebar 0,15 m. Gerakan rotasi dan maju seperti gerakan membuka botol.
Berkembang biak secara pembelahan melintang, pembelahan terjadi setiap 30 jam pada
stadium aktif.
C. EPIDEMIOLOGI
Asal penyakit tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada tahun
1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis
melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadiwabah di Eropa. Sesudah tahun 1860,
morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat dan
puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun setelah itu.
Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium
laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.
D. PATOFISIOLOGI
1. Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui
mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut

berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas
sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh
darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang.
Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium
yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan
klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar
getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran
hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh
reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh
perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya.
Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga
mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika
infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan
berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulangulang.
2. Stadium Lanjut
Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan
dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu
dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun
untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium
laten tidak memberi gejala.

F. KLASIFIKASI dan GEJALA


Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisital (didapat). Sifilis kongenital
dibagi menjadi sifilis dini (sebelum dua tahun), lanjut (setelah dua tahun), dan stigmata.
Sifillis akuisita dapat dibagi menurut dua cara yaitu:
Klinis (stadium I/SI, stadium II/SII, stadium III/SIII) dan
Epidemiologik, menurut WHO dibagi menjadi:

1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S II,
stadium rekuren, dan stadium laten dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas
stadium laten lanjut dan S III.
GEJALA KLINIS
Sifilis Akuisita
1. Sifilis Dini
a. Sifilis Primer (S I)
b. Sifilis Sekunder (S II)
2. Sifilis Lanjut
G. DIAGNOSA BANDING
1. Stadium I
Herpes simplek
Ulkus piogenik
Skabies
Balanitis
Limfogranuloma venereum (LGV)
Karsinoma sel skuamosa
Penyakit behcet
Ulkus mole
2. Stadium II

Erupsi obat alergik


Morbili
Pitiriasis rosea
Psoriasis
Dermatitis seboroika
Kandiloma akuminatum
Alopesia areata
3. Stadium III
Sporotrikosis
Aktinomikosis
H. PENCEGAHAN
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular
penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Tidak berganti-ganti pasangan
2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan
protective sex.
3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang
sudah terinfeksi.
I. PENATALAKSANAAN
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin
diberikan tetrasiklin 4500 mg/hr, atau eritromisin 4500 mg/hr, atau doksisiklin 2100
mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin

diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih
baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4500 mg/hr selama 15
hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I
dan S II.
J. PROGNOSIS
Prognosis sifilis menjadi lebih baik setelah ditemukannya penisilin. Jika penisilin
tidak diobati, maka hampir seperempatnya akan kambuh, 5% akan mendapat S III, 10%
mengalami sifilis kardiovaskuler, neurosifilis, dan 23% akan meninggal.
Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan kulit
akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening akan menetap bermingguminggu.
Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I dan S II. Kambuh klinis umumnya terjadi
setahun setelah terapi berupa lesi menular pada mulut, tenggorokan, dan regio perianal.
Selain itu, terdapat kambuh serologik.
Pada sifilis laten lanjut, prognosis baik. Pada sifilis kardiovaskuler, prognosis sukar
ditentukan. Prognosis pada neurosifilis bergantung pada tempat dan derajat kerusakan.
Sel saraf yang sudah rusak bersifat irreversible. Prognosis neurosifilis pada sifilis dini
baik, angka penyembuhan dapat mencapai 100%. Neurosifilis asimtomatik pada stadium
lanjut juga baik, kurang dari 1% memerlukan terapi ulang
Prognosis sifilis kongenital dini baik. Pada yang lanjut, prognosis tergantung pada
kerusakan yang sudah ada.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi
b. Pemeriksaan sistemik
Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau
tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), genitalia, ekstremitas
atas dan bawah.
c.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin,
darah rutin)
2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi
a. Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan
Tujuan: nyeri klien hilang dan kenyamanan terpenuhi
Kriteria:
Nyeri klien berkurang
Ekspresi wajah klien tidak kesakitan
Keluhan klien berkurang
Intervensi:
Kaji riwayat nyeri dan respon terhadap nyeri
Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi nyeri dan jelaskan tentang teknik
mengurangi nyeri dan penyebab nyeri
Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)
Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik


b. Hipertermi b.d proses infeksi
Tujuan: klien akan memiliki suhu tubuh normal
Kriteria:
Suhu 3637 C
Klien tidak menggigil
Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi:
Observasi keadaan umum klien dengan tanda vital tiap 2 jam sekali
Berikan antipiretik sesuai anjuran dokter dan monitor keefektifan 30-60 menit
kemudian
Berikan kompres di dahi dan lengan
Anjurkan agar klien menggunakan pakaian yang tipis dan longgar
Berikan minum yang banyak pada klien
c. Cemas b.d proses penyakit
Tujuan: cemas berkurang atau hilang
Kriteria:
Klien merasa rileks
Vital sign dalam keadaan normal
Klien dapat menerima dirinya apa adanya
Intervensi:

Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan saling
percaya
Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan bendabenda berbahaya
Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
Ajarkan penggunaan relaksasi
Beritahu tentang penyakit klien dan tindakan yang akan dilakukan secara
sederhana.

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Kencing nanah atau gonorrhea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa
menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri
pinggul dan gangguan reproduksi.Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui
ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat
ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan.
B.

Etiologi
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea / Gonokok yang
bersifat patogen. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies,
yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. cattarrhalis dan N.
pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan
tes fermentasi.

C. Patofisiologi
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan
farings.Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis,

epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan
ovarium pada wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan sub
epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen, immunoglobulin
A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah
gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi
terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit.Faktor
yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida,
dan protease IgA.Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari
uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar
Bartolini, konjungtiva mata dan rectum.Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum
pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
D. Manifestasi Klinis
a) Pada pria
1. Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup atau
gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan.
2. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika
berkemih
3. Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid
dari uretra
4. Retensi urin akibat inflamasi prostat
5. Keluarnya nanah dari penis atau kadang-kadang sedikit mengandung darah.
6. Tempat masuk kuman pada pria di uretra menimbulkan uretritis.
7. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau
bagian distal uretra, perasaan nyeri saat ereksi.
b) Pada wanita
1. Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
2.
Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis)
3. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala
yang berat seperti desakan untuk berkemih
4. Nyeri ketika berkemih
5. Keluarnya cairan dari vagina
6. Demam
7.
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
8. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Wanita dan
pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di
rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar
cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan
nanah.
9. Pada umumnya terdapat rasa sakit pada punggung bagian bawah, bersama-sama keadaan
tidak enak badan
E.

Komplikasi
Dapat timbul komplikasi berupa bartolitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin
sehingga penderita sukar jalan karena nyeri.Komplikasi dapat ke atas menyebabkan
kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan radang di perut dan usus.Selain itu baik pada

wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke sendi, jantung, selaput otak
dan lain-lain.Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi,
bila tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan.Infeksi kadang menyebar melalui
aliran darah atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga
pergerakannya menjadi terbatas.Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan
timbulnya bintik-bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri
di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi kesendi lainnya (sindroma artritisdermatitis).Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis).Infeksi pembungkus hati (perihepatitis)
bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.
F. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot)
atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya
diberikan doksisiklin).Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita
dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah,
infus).

Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak strain


yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap
merupakan pengobatan pilihan.

Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid peroral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.

Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka
terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.

Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.


b. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

Bahaya penyakit menular seksual

Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan

Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.

Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tgl MRS, dll.
2. Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit berat (sinovitis, artritis).
4. Riwayat penyakit sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar,,,
S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan

T = Kapan keluhan dirasakan.


5. Riwayat kesahatan keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti yang diderita sekarang.
6. pengkajian persistem
a. Sistem Integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.
b. Sistem Kardiovaskuler
Kaji apakah bunyi jantung normal / mengalami gangguan, biasanya pada klien bunyi
jantung normal, namun akan mengalami peningkatan nadi karena proses dari inflamasi yang
mengakibatkan demam.
c. Sistem Pernafasan
Perlu dikaji pola nafas klien, auskultasi paru paru untuk mengetahui bunyi nafas, dan
juga kaji anatomi pada sistem pernafasan, apakah terjadi peradangan atau tidak. Biasanya
pada klien terdapat peradangan pada faringnya karena adanya penyakit.
d. Sistem Penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan / tidak.( Konjungtiva tidak mengalami
peradangan, namun akan mengalami peradangan jika pada konjungtivitis gonore dan juga
bisa ditemukan adanya pus )
e. Sistem Pencernaan
Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil.
Apakah terdapat diare / tidak.
Anus
Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi yang menyebabkan klien sulit
dan nyeri saat BAB
f. Sistem Perkemihan
Biasanya klien akan mengalami, retensi urin karena inflamasi prostat, keluar nanah dari
penis dan kadangkadangujung uretra disertai darah, pembengkakan frenulum pada pria, dan
pembengkakan kelenjar bartoloni serta labio mayora pada wanita yang juga disertai dengan
nyeri tekan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan adanya reaksi inflamasi pada
uretra
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit ( reaksi inflamasi).
3. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan inflamasi pada prostat.
4. ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan pengobatannya.
C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan adanya reaksi inflamasi pada
uretra
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan klien akan merasa nyaman saat berkemih.
Kriteria Hasil :
Klien tampak rileks saat berkemih
Klien secara verbal mengatakan tidak sakit / tidak nyeri
Klien akan menggunakan pencegahan non analgetik untuk mengurangi rasa nyerinya.
Skala nyeri klien 2 3 / 0
Tanda tanda vital klien dalam batas normal
Klien tampak tenang

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Rencana Tindakan :
Observasi tanda-tanda nyeri non verbal, seperti ekspresi wajah gelisah, menangis. R/ :
Mengetahui tingkat rasa nyeri yang dirasakan pasien
Observasi skala nyeri. R/ : Mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh pasien
Observasi tanda-tanda vital. R/ : Mengetahui perkembangan dari penyakit
Ajarkan klien tehnik relaksasi dan dekstraksi untuk mengurangi nyeri. R/ : Dengan tehnik
relaksasi dan dekstraksi dapat mengurangi rasa nyeri
Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang. R/ : klien akan merasa nyaman dan tenang
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesik. R/ : Melaksanakan fungsi
independen dan analgesik dapat mengurangi rasa nyeri

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit ( reaksi inflamasi )
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan suhu tubuh klien dalam batas normal
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh klien normal
Klien tampak nyaman
Tidak ada perubahan warna kulit
Rencana Tindakan :
a. Observasi suhu tubuh klien setiap 2 jam sekali. R/ : dengan memonitor secar rutin tentang
suhu tubuh klien bisa memantau perubahan perubahan yang terjadi sehingga bisa segera
dilakukan tindakan keperawatan.
b.
Observasi nadi, tekanan darah dan respirasi rate klien. R/ : jika tubuh mengalami
peningkatan maka nadi klien juga bisa mengalami peningkatan, sehingga bisa memperburuk
kondisi klien jika tidak dilakukan observasi.
c. Jelaskan pada klien dan keluarga klien untuk mengompres klien pada daerah arteri besar
misalnya pada aksila dan leher. R/ : dengan melakukan kompres pada daerah arteri besar bisa
membantu menyeimbangkan termoregulasi tubuh, agar suhu tubuh klien normal
d. Jelaskan pada klien agar mengompres menggunakan air hangat , tidak boleh menggunakan
air dingin. R/ : menggompres menggunakan air hangat akan mempercepat proses evaporasi
tubuh untuk menurunkan suhu tubuh hingga batas normal, namun jika menggunakan air
dingin akan beresiko terjadinya hipotermi.
e.
Tingkatkan inktake cairan dan nutrisi klien. R/ : peningkatan cairan bisa membantu
menstabilkan termoregulasi panas klien
f.
Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat antipiretik. R/ : obat antipiretik
akan membantu menurunkan suhu tubuh klien sesuai batas normal.
3. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan keperawatan : pola eliminasi tidak terganggu lagi.
Kriteria hasil : klien akan:
Urin akan menjadi kontinens
Eliminasi urin tidak akan terganggu
pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Rencana Tindakan :
a. Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat.
R/ : membantu dalam menentukan intervensi selanjutnnya.
b.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih. R/ : agar
keluarga tahu apabila pasien mengalami ISK.
c. Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari. R/ : membantu mempertahankan
fungsi ginjal, mencegah infeksi dan pembentukan batu.

d.

Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan. R/ : membantu dalam mengurangi
ganggua pola eliminasi pasien.

4. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan pengobatannya.
Tujuan: kecemasan klien berkurang.
kriteria hasil :
wajah klien nampak tenang dan rileks
klien tidak lagi bertanya tentang penyakitnya.
Rencana Tindakan :
a.
Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu,
ekspresi cemas non verbal). R/ : Indikator derajat ansietas/ sterss. Stress dapat terjadi sebagai
akibat kondisi fisik.
b. Berikan informasi yang akurat tentang prosedur dan pengobatan. R/ : mengurangi ansietas
pasien.
c. Dorong untuk mengungkapkan perasaaan. Berikan umpan bailk. R/ : membuat hubungan
terapeutik dan membantu pasien dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
d.
Berikan lingkungan yang nyaman. R/ : untuk meningkatkan relaksasi, membantu
menurunkan stress.
D.
1.
2.
3.
4.

Evaluasi
klien akan merasa nyaman saat berkemih.
Suhu tubuh kembali normal.
pola eliminasi tidak terganggu lagi
Klien tidak merasa cemas lagi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kencing nanah atau gonorrhea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Penyebab pasti penyakit gonore adalah
bakteri Neisseria gonorrhea / Gonokok yang bersifat patogen.
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan
farings.Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis,
epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan
ovarium pada wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan sub
epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen, immunoglobulin
A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah
gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi
terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit.Faktor
yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida,
dan protease IgA.Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari
uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar
Bartolini, konjungtiva mata dan rectum.Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum
pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.

Anda mungkin juga menyukai