Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan kita adalah nilai keabadian dan
kesehatan. Kesehatan seseorang bergantung pada keseimbangan variabel fisik, psikologis,
sosialogis, kultural, perkembangan dan spiritual. Perawat mempunyai pendekatan tradisional
mendekati promosi kesehatan melalui perspektif holistik. Asumsi mendasar tentang holisme
adalah keyakinanan dimana indivdu tidak dapat membaginya menjadi bagian komponen ;
individu secara keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian - bagian ( Mansen, 1993 ).
Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara
keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan ( Clark et al, 1991 ). Spiritualitas
memberi dimensi luas pada pandangan holistik kemanusiaan. Agar perawat memberikan
peratawatan yang berkualitas, mereka harus mendukung klien seperti halnya ketika mereka
mengidentifikasi dan mengeksplorasi apa yang sangat bermakna dalam kehidupan mereka dan
ketika mereka menemukan cara untuk mengadaptasi nyeri dan menderita penyakit.
Keperawatan membutuhkan keteramilan dalam perawatan spiritual.
B. RumusanMasalah
Bagaimana keyakinan spiritual mempengaruhi kehidupan setiap orang?
C. Tujuan
Mengetahui pentingnya Setiap perawat harus memahami tentang spiritualitas.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pngertian spiritual
Spiritual Adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson,
1989).
Kesehatan Spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dan orang
lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi (Hungelmannet al, 1985).
Mempunyai kepercayaaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian.
Pertama, kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan
seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai
sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai
wewenang atau kuasa, suatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (belief) dan
keyakinan sepenuhnya (action). Harapan (hope), harapan merupakan suatu konsep
multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa kebaikan, perkembangan, dan bisa
mengurangi sesuatu yang kurang menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa
memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai sutau prestasi dan berorientasi ke
depan. Agama, adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana
seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama
adalah suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau teratur.
B. Perkembangan Spiritual
Perkembangan spiritual seeorang menurut Westerhoffs dibagi kedalam empat tingakatan
berdasarkan katagori umur, yaitu :
1. Usia anak anak, merupakan tahap perkembangan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang
didapat, antara lain : adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan
atau kepercayaan yang dianut. Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau
benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual
atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain lain. Pada masa
prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya,
perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal
ini keluarga. Pada masa ini anak anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti
doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
2. Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya
pertisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka
semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa
ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui
meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan
pertolongan melaui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak
terpenuhi, akn timbul kekecewaan.
3. Usia awal dewasa. Merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses
pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebai bentuk
yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional. Segala
2

pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul
perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
4. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri, perkembangan
ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun
menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya.

C. Contoh kebutuhan spiritual :


1. Kebutuhan akan cinta
2. Kebutuhan akan harapan
3. Kebutuhan akan kepercayaan
4. Kebutuhan akan kemaafan dan dimaafkan
5. Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
6. Kebutuhan akan martabat
7. Kebutuhan akan mana hidup secara utuh
8. Kebutuhan akan nilai
9. Kebutuha akan kreativitas
10. Kebutuha untuk berhubungan dengan tuhan
11. Kebutuhsn untuk menjadi anggota komunitas
D. Factor factor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spritual
1. Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual,
karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
2. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual,
karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan
sehari hari.
3. Ras / suku. Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang berbeda beda, sehingga
proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
4. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat
menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan
dirinya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.
Beberapa Peran yang Membutuhkan Spiritual
1. Pasien kesepian. Pasien dalam keadaan kesendirian dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan
Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
2. Pasien ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan dan kecemasan dapat menimbulakan perasaan
kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan
yang paling besar adalah bersama Tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan anatara hidup dan mati. Pada saat itulah
keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu
membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih
membutuhkan keberadaan Tuhan ( Kebutuhan spiritual ). Pola gaya hidup dapat membuat
kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke
arah yang lebih baik, maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual.
3

E. Masalah Kebutuhan Spiritual


Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress
spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
resiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya
kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan
spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam system kepercayaan, adanya keraguan yang
berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian
dan sesudah hidup.
Adanya keputusan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda tanda seperti menangis,
menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti nafsu makan
terganggu, kesulitan tidur. Dan tekanan darah meningkat. Distres spiritual terdiri atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang yang dicintai atau
dari penderitaan yang berat.
2. Spitual yang khawatir, yaitu terjadi pertentangan kepercayaan dan system nilai seperti adanya
absorbs.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaan.
Penyakit Akut
Penyakit yang mendadak, yang tidak diperkirakan, yang mengharapkan baik ancaman
langsung atau jangka penjang terhadap, kesehatan dan kesejahteraan klien, dapat
menimbulkan distress spiritual yang bermakna. Misalnya, pria berusia 40 tahun yang terkena
serangan jantung, individu berusia 20tahunan yang menjadi korban kecelakaan kendaraan
bermotor, atau wanita berusia 32 tahun dengan kanker payudarah, semua menghadapi krisis
yang mungkin mengancam kesehatan spiritual mereka. Penyakit atau cedera yang dialami
dapat dipandang sebagai hukuman, sehingga pasien menyalahkan diri mereka sendiri karena
mempunyai kebiasaan kesehatan yang buruk, gagal untuk memetahui tindak kewaspadaan
keselamatan, atau menghindari pemeriksaan kesehatan secara rutin. Konflik dapat
beyrkembang sekitar keyakinan individu dan dan makna hidup. Individu mengkin mempunyai
kesulitan memandang masa depan dan dapat terpuruk tidak berdaya oleh kedudukan.
Penyakit Kronis
Seseorang yang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang melumpuhkan dan
mengganggu kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup normal mereka. Kemandirian dapat
sangat terancam, yang menyebabkan ketakutan ansietas, kesedihan yang menyeluruh.
Ketergantungan pada orang lain untuk mendapat perawatan diri rutin dapat menimbulkan
perasaan tidak berdaya dan persepsi tentang penurunan kekuatan batiniah. Seseorang mungkin
merasa kehilangan tujuan dalam hidup yang dipengaruhi kekuatan dari dalam yang diperlukan
untuk menghadapi perubahan fungsi yang alami. Kekuatan spiritual dapat menjadi factor
penting dalam cara seseorang menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis.
Keberhasilan dalam mengatasi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis dapat
menguatkan seseorang secara spiritual. Reevaluasi tentang hidup mungkin terjadi. Mereka
yang kuat secara spiritual akan membentuk kembali identitas diri dan hidup dalam potensi
mereka.
Penyakit Terminal
Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik,
ketidaktahuan, dan ancaman terhadap intergritas. Klien mempunyai ketidakpastian tentang
makna kematian dan dengan demikian mereka menjadi sengat rentan terhadap distress
spiritual. Terdapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang
memampukan karena mereka untuk menghadapi kematian.
4

Fryback (1992) melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana individu dengan


penyakit terminal menggambarkan tentang kematian. Klien yang termasuk dalam penelitian
mengidentifikasi tiga domain kesehatan sebagai berikut:
1 Mental emosi
2 Spiritual
3 Fisik
Domain spiritual dipandang sebagai hal yang penting dalam kesehatan dan mencakup
mempunyai hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi, menghargai mortalitas seseorang,
dan menumbuhkan aktualisasi-diri. Meski banyak peserta dalam penelitian selalu dating ke
gereja atau menyatakan keinginan untuk dating ke gereja, klien lainnya menemukan
spiritualitas tidak bergantung pada agama atau gereja. Mereka menghubungkan kesehatan
dengan keyakinan dalam kekuatan yang lebih tinggi yang telah memberi mereka kepercayaan
dan kemampuan untuk menyintai. Penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa ketika klien
yang mempunyai penyakit terminal mempunyai persepsi dalam keadaan tidak sehat, persepsi
tersebut bukan karena penyakitnya tetapi karena sedang tidak mampu menjalani hidup mereka
dengan sempurna dan tidak mampu melakukan hal-hal yang mereka inginkan.
Individuasi
Ketika seseorang menjalani hidup mereka, sering mengajukan pertanyaan untuk
menemukan dan memahami diri ( mereka ) sebagai hal yang berbeda tetapi juga dalam
hubungan dengan orang lain.
Psikologi Carl Jung ( storr, 1983 ) menggambarkan proses sebagai individuasi seseorang.
Juga digambarkan sebagai krisis pertengahan hidup,individuasi umum pada individu usia
baya. Induviduasi mungkin di dahului oleh rasa kekosongan dalam hidup atau kurang
kemampuan untuk memotivasi diri.
Individuasi adalah pengalaman manusia yang um um yang ditandai oleh kebingungan,
konflik, keputusasaan, dan perasaan hampa. Spiritualitas seseorang harus dipertahankan,
karena individuasi tampaknya mrndorong sesorang untuk mempertahankan aspek positive,
life asserting dari kepribadian. Kejadian seperti stress, keberhasilan atau kurang berhasil
dalam pekerjaan, konflik perkawinan, atau penurunan kesehatan dapat menyebabkan
seseorang mencari pemahaman diri yang lebih besar.
Pengalaman Mendekati Kematian
Perawat mungkin menghadapi klien yang telah mempunyai pengalaman mendekati
kematian ( NDE / near death experience ). NDE telah diindentifikasi sebagai fenomena
psikologis tentang individu yang baik telah sangat dekat dengan kematian secara klinis atau
mungkin telah pulih setelah dinyatakan mati. NDE tidak berkaitan dengan kelainan mental
( Basford, 1990 ). Orang yang mengalami NDE setelah henti jantung paru, misalnya sering
mengatakan cerita yang sama tentang perasaan mereka terbang di atas tubuh mereka dan
melihat para pemberi perawatan kesehatan melakukan tindakan penyelamatan hidup.
Sebagian besar individu menggambarkan bahwa mereka melewati terowongan kea rah cahaya
yang terang, dan merasakan ketenangan yang dalam dan damai. Tidak bergerak ke arah
cahaya tersebut, sering mereka mengetahui bahwa belum waktunya untuk mati bagi mereka
dan mereka kembali hidup.
Perubahan Dalam Keanggotaan Denominasi Atau Perubahan Religi
Melakukan perkawinan denagn seseorang yang berbeda latar belakang agamanya atau
pindah ke suatu lingkungan yang tidak mempunyai cabang dari kelompok keagamaan
tertentu, akan merasa kehilangan bagi individu. Tentu saja, hal tersebut juga membuka suatu
pilihan baru. Jika merasakan kehilangan, maka individu mengalami perpisahan dari
komunitas keagamaan yang di anut sebelumnya ( Turner et al, 1995 ). Kedalaman rasa
5

kehilangan akan dipengaruhi oleh pilihan yang dimiliki individu dalam perubahan dan
seberapa fleksibel ekspresi keagamaan seseorang terhadap spiritual dirinya.
Intensifikasi Kepatuhan Terhadap Keyakinan
Turnel et al. ( 1995 ) menuliskan bahwa intensifikasi praktik keagamaan secara sukarela
dapat menyebabkan masalah ketika seseorang tidak merasa bebas atau tidak mengetahui
bagaimana harus membicarakan tetang aspek keagamaan atau mengintensifikasi praktik
keagamaan dalam menghadapi rasa bersalah atau untuk menghadapi trauma yang sulit atau
kehilangan. Menjadi lebih telibat dalam praktik keagamaan atau mengekspresikan keyakinan
lebih dalam mungkin merupakan suatu cara dalam menemukan makna peristiwa yang
menyulitkan atau untuk menguji perkembangan spiritual seseorang.
Kehilangan Atau Mempertanyakan Kepercayaan
Kepercayaan didefinisikan oleh Stuzinski ( 1986 ) sebagai lebih dari sekadar sekumpulan
kesehatan. Kepercayaan adalah cara menunjukkan diri seseorang, komunitas seseorang, dan
kekuatan yang lebih tinggi sebagai pusat. Seseorang yang berada pada tahap awal
perkembangan kepercayaan mereka atau menemukan kepercayaan mereka tertantang oleh
kejadian hidup yang penting, dapat menjadi rentan terhadap kehilangan atau keraguan tentang
kepercayaan mereka (Turner et al, 1995).

F. Proses Keperawatan Dan Spiritualitas


Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi ( caring ). Merawat
seseorang adalah suatu proses interaktif yang bersifat individual melalui proses tersebut
individu menolong satu sama lain dan menjadi teraktualisasi ( Clark, et al, 1991 ).
Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual klien tidak sederhan. Hal
ini sangat jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual keagamaan klien. Memahami
spiritual klien dan kemudian secara tepat mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang
diperlukan, membutuhkan perspektif baru yang lebih luas. Heliker ( 1992 ) menggambarkan
hal ini sebagai bidang yang menyangkut komunitas dan keharuan ( campassion ). Campassion
berasal dari bahasa Latin pati dan cum , yang bearti menderita, komunitas berasal dari
bahasa Latin yang berarti persahabatan. Untuk dapat merasa sangat kasihan adalah dengan
memasuki tempat kepedihan, untuk berbagai kehancuran dengan manusia lainnya (Heliker,
1992).
Pengkajian
6

Kemampuan perawat untuk mendapatkan gambaran tentang dimesi spiritual klien yang
jelas mungkin dibatasi oleh linhkungan dimana orang tersebut mmepraktikkan spiritualnya.
Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak terbatas dengan klien dan gagal untuk membina
hubungan saling percaya, perawat dank lien sampai titik pembelajaran ber spiritualitas yang
sama, dan terjadi pengasuhan spiritual. Apa yang dapat diberikan tetapi bagaimana secara
sadar perawat mengintergrasikan perawatan spiritual ke dalam prosws keperawatan. Perawata
tidak perlu menggunakan alasan tidak cukup waktu untuk menghindari pengenalan nilai
spiritualitas yang dianut untuk kesehatan klien.
Farran et al (1989 ) telah mengembangkan model untuk pengkajian spiritual yang dapat
memberikan gambaran nyata dari domensi spiritual yang hampir pasti selalu dipengaruhi oleh
pengalaman, kejadian, dan pertanyaan dalam kejadian penyakit dan perawatan di rumah sakit.
Pengkajian menunjukkan kesempatan yang dimiliki perawat dalam mendukung atau
menguatkan spiritualitas klien. Pengkajian itu sendiri, dapat menjadi teraupetik karena
pengkajian tersebut menunjukkan tingkat perawatan dan dukungan yang diberikan. Perawat
yang memahami pendekatan konseptual menyeluruh tentang pengkajian spiritual akan
menjadi yang paling berhasil. Inti dari spiritualitas seseorang addalah menyeluruh tidak hanya
dalam bagian yang ditunjukkan melalui setiap ketegori pengkajian.
Keyakinan dan Makna
Penting untuk mempelajari tentang filosofi hidup seseorang, perspektif
spiritualisasinya, dan apakah pandangan spiritualnya sebagai bagian dari kehidupannya secara
keseluruhan. Tanyakan pada klien, Dapatkah Anda katakan kepada saya tentang filosofi
hidup Anda,
Jelaskan kepada saya apa yang paling penting dalam hidup anda, Atau Katakan kepada
saya apa yang telah memberi makna atau arti hidup anda dapat membantu mengkaji apa
yang memberi makna hidup seseorang. Informasi ini dapat membantu perawat untuk
mengenali fokus spiritual kien dan dampat penyakit atau kecacatan pada kehidupan
seseorang. Jika kesehatan seseorang (seperti yang didefinisikan oleh kien) adalah aspek yang
paling penting dari hidupnya, maka jelaskan bahwa penyakit akan sangat memberi dampak.
Suatu pemahaman tentang keyakinan dan makna yang mencerminkan sumber spiritual
seseorang memudahkan dalam mengatasi kejadian traumatic atau yang menyulitkan.
Fryback (1992) telah mampu memahami dengan lebih baik domain spiritual dengan
meminta klien penderita AIDS atau kanker untuk menjawab pertanyaan, Apakah sehat itu?
Keyakinan tentang kesehatan dapat mempengaruhi pandangan seseorang tentang hidup dan
bagaimana ia berespons ketika terjadi penyakit. Bergantung pada praktik keagamaan klien,
pandangan tentang kesehatan dan respons terhadap penyakit dapat mempengaruhi bagaimana
perawat dan pemberian perawatan lain memberikan dukungan (Tabel 25-2).
Tabel 25-2 Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan
AGAMA , KEYAKINAN PERAWAT KESEHATAN, RESPONS TERHADAP PENYAKIT

Hindu
Sikh
Budhis

Menerima ilmu pengetahuan medis


modern
Menerima ilmu pengetahuan medis
modern
Menerima ilmu pengetahuan medis
modern

Penyakit disebabkan oleh dosa masa lalu


memperpanjang hidup tidak dibenarkan
WAnita diperiksa oleh wanita melepakan
pakaian dalam akan menyebabkan ditres
distress yang besar
Dapat menolak pengobatan pada hari suci
Spirit bukan-manusia yang memasuki tubuh
dapat menyebabkan penyakit mungkin
menginginkan pendeta budha tidak
mempraktikkan euthanasia mengizinkan
untuk menghentikan pendukung hidup
7

Shinto

Menerima pengobatan medis modern


sejalan dengan tradisi leluhur

Akan tidak mengizikan pengobatan yang


tampak

Islam

Harus dapat mempraktikkan Lima


Rukun Islam (lihat hlm. 573)
Dapat mempunyai pandangan yang
fatal tentang kesehatan

Yahudi

Mempercayai sanksi dari kehidupan


Tuhan dan kedokteran harus
mempunyai keseimbanagn
Kepatuhan kepada hari sahabat adalah
penting tidak melakukan aktivitas pada
hari sahabat
Menerima ilmu pengetahuan medis
modern

Menggunakan keprecayaan sebagai


penyembuh anggota keluarga harus tenang
Kelompok pendoa diperkuat mungkin
mengizikan penghetian pendukung hidup
tidak mempraktikkan euthanasia
Mengunungi orang sakit adalah suatu
keajaiban mereka berkewajiban untuk mncari
perawatan eunatasia adalah dilarang
Pendukung hidup tidak dibenarkan

Kristen

Menggunakan doa, kepercayaan sebagai


penyembuh Menghargai kunjungan dari
gereja
Beberapa mengunakan penumpang tangan
komunikasi suci umumnya digunakan

Autoritas dan Pembimbing


Setiap individu mempunyai suatu sumber autoritas dan pedoman dalam hidupnya.
Adalah suatu dari dalam atau autoritas dari luar yang mengarahkan seseorang untuk memilih
dan menjalani keyakinannya. Autoritas dapat berupa yang maha kuasa, pemuka agama
tertentu, keluarga atau teman, diri sendiri, atau kombinasi dari sumber tersebut. Suatu
autoristas memandu seseorang dalam menguji keyakinan dan mengalami pertumbuhan.
Mengetahui, sumber autoritas dan pedoman seseorang memberikan arah dalam berinteraksi
dengan orang tersebut. Perawat dapat mengkaji sumber autoritas dan pedoman seseorang
dengan menanyakan klien , Apa yang memberi Anda kekuatan dari dalam atau Kepada
apa atau kepada siapa anda mencari bantuan untuk pedoman dalam hidup Anda?. Juga
penting untuk mengetahui apakah ada sumber keagamaan yang berkomplik dengan
pengobatan medis. Hal ini akan sangat mempengaruhi pilihan yang diberikan perawat dan
pemberi perawat kesehatan lainnya kepada klien. Misalnya, jika klien adalah penganut saksi
Yehova sebagai sumber autoritasnya, maka transfuse darah tidak akan diterima sebagai suatu
bentuk pengobatan. Cristian scientist menolak intervsi medis, mempunyai bahwa kepercayaan
mereka akan menyembuhkan mereka. Penolakan pengobatan meluas sampai pada penerimaan
vaksin.
Pengalaman dan Emosi
Farran et al. (1989) merekomendasikan pengkajian spiritual yang mencakup tinjauan
tentang riwayat seseorang dengan dengan kapasitas terhadap pengalaman keagamaan dan
apakah pengalaman tersebut terjadi mendadak atau bertahap.NDE, perepsi berate dengan
kekuatan spiritual,atau kejadian psikis, dan menciptakan perasaan ada kekuatan. Perawat
dapat menanyakan, Pernahkah anda mempunyai pengalaman keagamaan atau piritual yang
membuat berbeda dalam Anda menjalini hdup? perawat menggali emosi atau suasana atau
hati seperti kebaha giaan,damai,marah,harapan,rasa bersalah, atau rasa malu yang berkaitan
dengan pengalaman keagamaan, informasi tersebut dapat menunjukkan makna spiritualitas
8

yang dianut dan apakah perasaan tersebut menyatu kedalam atau ditolak oleh keyakinan klien.
Jika makna dan perasaan tersebut menyatu dalam keyakinan seseorang, maka akses
kepengalaman seperti ini dapat menjadi alat dalam penyembuhan,
Area penting lain dalam pengkajian adalah dampak penyakit terakhir atau perawat
dirumah sakit yang diakibatkan pada pengalaman dan emosi religious. Perawat dapat
menanyakan, Apakah ada sesuatu yang mengancam spiritualitas Anda akibat penyakit yang
Anda derita? Hal ini dapat membantu klien mendiskusikan segala konflik dari dalam atau
mengemukakannya jika hubungannya dengan yang maha tinggi atau perasaan atau
kemaknaannya telah berubah.
Persahabatan dan Komunikasi
Persahabatan adalah hubungan yang dimiliki oleh seseorang individu dengan orang lain
(Farran, et al, (1989), termasuk keluarga langsung klien, teman akrab, rekanan ditempat kerja
atau di sekolah, anggota komunitas gereja atau komunitas masyarakat, dan lingkungan
tetangga. Secara lebih spesifik, persahabatan ini mencakup komunitas yang lebih luas yang
mempunyai kepercayaan sama antara klien dan jaringan pendukung mereka. Komunitas yang
mempunyai kepercayaan yang sama dapat menciptakan ikatan yang kuat. Ketika klien
mengetahui bahwa orang lain dengan kepercayaan yang serupa menunjukan kepedulian, maka
mereka menjadi sumber harapan. Harapan yang berhubungan dengan rasa aling percaya dan
raa kehadiran (Clark et al, 1991).
Pengkaji holistik perawat menggali keluasan jaringan dukungan seseorang dan hubungan
mereka dengan klien. Apakah klien mempunyai satu hubungan persahabatan atau lebih?
Tingkat dukungan apa yang diterima dan komunita ini? Bagaimana komunitas
mengekspresikan perasaan tentang perhatian dan sahabat? Apakah mereka mengunjungi,
membaca doa, mendukung anggota keluarga langsung klien? Perawat ingin mempelajari
apakah terdapat keterbukaan di antara klien dan individu tersebut dengan dengan siapa klien
membentuk persahabatan. Dapatkan klien mengespresikan kebutuhan kepada individu
tersebut yang hampir pasti memberikan dukungan dan kasih saying, dan apakah klien
merasakan dukungan ini.
Lima rukun Islam
1. Tidak ada Tuhan selain Allah (Allah satu-satunya Tuhan)
2. Sembahayang wajib (salat) dilakukan lima kali sehari; dini hari,iang,pertengahan sore,
3. Hari,sore hari, dan malam. Sembahyang harus dilakukan menghadap timur, kearah kiblat
(mekah).
4. Untuk berpuasa dari subuh sampai sore setiap hari selama bulan Ramadan, mengikuti kalender
tahun perhitungan bulan
5. Naik haji,atau berjiarah ke Mekah,yang harus dilakukan satu kali dalam hidup, kecuali
kesehatan atau kemiskinan menghalangi hal tersebut.
Ritual dan Ibadat
Kriteria paling umum yang dikaji perawat untuk spiritualitas adalah kebiasaan ibadat dan
ritual keagamaan. Ritual mencakup partiipasi dalam anggota kelompok atau pribadi, berdoa
sakramen seperti pembabtisan atau komuni, bernyayi, penggunaan Rosario,
bermeditasi,pembacaan kitab suci, dan membuat persebahan atau korban. Agama yang
berbeda mempunyai berbagai ritual yang ditetapkan untuk kejadian kehidupan tertentu (Tabel
25-3). Perawat meneliti apakah ritual atau ibadat yang klien anut telah tergantung akibat
penyakit atau perawatan di rumah sakit. Suatu ritual dapat memberikan klien struktur dan
dukungan Selama masa sulit. Apakah hal ini berlanjut demikian, atau dibutuhkan perubahan
sebagai akibat dari penyakit? Klien mungkin juga akan meminta ritual tertentu. Misalnya,
muslim mempraktikkan lima rukun Islam (lihat kotak di atas) dengan rukun kedua
mengharuskan seseorang untuk sembahyang lima kali sehari, menghadap ketimur ( kearah
9

mekah, kota suci mereka). Klien yang beragama Islam mungkin berkeinginan untuk
memadukan ritual sembahyang mereka kedalam rutinitas perawat kesehatan. Ketika kematian
klien udah dekat,sangat penting artinya untuk mengetahui apakah praktik keagamaan harus
dilakukan untuk memastikan ketenangan jika bagi klien dan keluarganya.
Tabel 25-3 Praktik Keagamaan yang berhubungan dengan kelahirn dan kematian
AGAMA
Hindu

RITUAL SAAT
KELAHIRAN
Tidak ada ritual khusus

Sikh

Mengizinkan ibu dan anak


untuk tetap bersama

Buddhis

Tidak ada ritual khusus


pembabtisanpada akhir
masa kanak - kanak

Shinto

Tidak ada ritual khusus

Islam

Doa diucapakan dalam


telinga bayi

Yahudi

Sirkumksisi pada hari ke 8 untuk Yahudi

Kristen

Ritual beragam
Banyak melakukan
pembabtis.

Gereja jesus
Christ of laterday saints

Pembabtisan dengan
perendaman

RITUAL SAAT KEMATIAN


Jenazahmungkin harus dibaringkan di
lantai pendeta akan mengikatkan benang
sekitar leher atau pergelangan tangan
atau ( jangan dilepaskan ) pendeta akan
memercikan air dalam mulut klien
keluarga akan memandikan jenazah
sebelum dikremasi.
Mayat akan membutukan kelima Ks;
kesh, rambut tidak boleh di gunting;
kangra, sisir dari kayu; kara, ikatan
pada pergelangan tangan; kirpan,
sumpah; kach celana pendek.
Pendeta harus dipanggil.
Ritual akhir dan doa disamping tempat
tidur .
Penguburan atau kremasi dapat
diterima.
Semua perhiasan harus dilepaskan, dan
jenazah harus dimandikan dan
dikenakan pakaian dalam kimono dan
sepatu jerami.
Klien yang sekarat harus mengakui
dosa-dosanya .
Jenazah dimandikan dan dibungkus
dengan kain putih.
Kepala jenazah haru dihadapkan ke arah
bahu kanan.
Jenazah haru dihadapkan ke timur, kea
rah mekah yang die but kalmia
diucapkan.
Jenazah dimandikan oleh anggota
penguburan dan seseorang harus berada
di dekat jenazah untuk Yahudi Ortodoks
dan konservatif .
Ritual sangat beragam di antara
kelompok
mungkin memberikan komuni terakhir
memilih kuburan daripada kremasi.
Banyak yang melakukan komuni
terakhir.
Lebih memilih penguburan daripada
10

(mormon)
kremasi.
Dorongan dan Pertumbuhan
Farran et al. (1989) merekomendasikan pengkajian tentang sumber yang memberikan
nuansa dorongan (harapan) pada masa lalu bagi klien. Pengkajian mencakup tinjauan apakah
klien membiarkan keyakinan lama terpendam dengan harapan bahwa keyakinan baru akan
muncul. Hal ini penting karena kehilangan harapan dapat menyebabkan keputusasaan.
Misalnya, seseorang dengan kecacatan fisik merasa tetap mandiri dan dapat berfungsi dapat
menjadi sumber dorongan atau mempunyai harapan untuk menghadapi kesulitan. Jika
penyakit membuat seseorang lebih bergantung, dapatkah sumber baru muncul? Misalnya,
pilihan apa yang akan tersedia untuk mempelajari apakah rasa identitas atau makna dalam
hidup yang telah diberikan oleh autonomi klien. Autonomi dapat dikenali melalui kemampuan
klien dalam membuat keputusan ketimbang melalui ketergantungan klien pada integritas fisik.
Harapan telah diidentifikasi sebagai suatu komponen esensial dari kesehatan oleh klien
AIDS atau kanker (Fryback, 1992). Harapan memotivasi seseorang untuk meraih sesuatu.
Harapan berorientasi masa depan dan pernyataan antisipasi yang berlanjut baik. Elemen
umum dari harapan mencakup masa depan, tindakan yang ditunjukkan untuk masa depan,
dan hasil yang positif (Fryback, 1992). Bahkan dalam menghadapi penyakit terminal, harapan
penting bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dalam hidup.
Panggilan dan Konsekuensi
Individu mengekspresikan spiritualitas mereka pada rutinitas sehari-hari, pekerjaan,
hubungan, dan bidang lainnya. Hal tersebut dapat menjadi panggilan dalam hidup dan
menjadi bagian dari identitas mereka. Perawat mencoba untuk menentukan apakah penyakit
atau perawatan di rumah sakit telah mengubah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
spiritualitas mereka. Mengekspresikan spiritual seseorang berbeda dengan mempraktekkan
ritual. Mengekspresikan spiritual termasuk memperlihatkan penghargaan terhadap kehidupan
dalam berbagai hal yang mereka lakukan, hidup pada saat ini dan tidak mengkuatirkan
tentang hari esok, menghargai alam, dan mengekspresikan cinta yang ditujukan kepada orang
lain. Perawat mengkaji apakah, dalam menghadapi penyakit, klien kehilangan kemampuan
untuk mengekspresikan rasa keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya
(Fryback, 1992). Jika penyakit dipandang sebagai suatu pengorabanan atau ancaman dan
menghambat seseorang untuk meninjau panggilannya, apakah implikasinya secara psikologis,
social, dan spiritual.
Diagnosa Keperawatan
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi tersebut ke
dalam diagnose keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status kesehatan
klien terakhir dari perspektif holistic, dengan spiritual sebagai prinsip kesatuan. Perawat akan
menghadapi klien dalam berbagai situasi dan selama masa sehat dan sakit. Selama peristiwa
seperti kelahiran, penyakit, nyeri, penderita, aktivitas kehidupan sehari-hari dan kematian,
seseorang mempunyai pengalaman yang menciptakan pilihan. Pilihan dalam hidup
terinterelasi dengan spiritualitas seseorang (Farran et al, 1989). Beberapa pilihan mengarah
pada perluasan fungsi (peningkatan hidup). Pilihan lainnya menghasilkan pemeliharaan dari
pertimbangan spiritual seseorang dan pemahaman praktis tentang spiritualitas. Akhirnya, ada
pilihan yang mengarah pada perubahan berfungsi seperti ketidakmampuan untuk menemukan
makna dari peristiwa dalam kehidupan. Untuk dapat mendukung klien, perawat harus
berfokus tidak hanya pada perubahan yang terjadi dalam mfrtfungsi, tetapi juga pada pilihan
yang memberikan kekuatan, harapan, dan dorongan selama waktu mengalami penyakit.
Diagnosa keperawatan yang secara relatif baru, yaitu kesejahteraan spiritual, potensial
untuk ditingkatkan, didasarkan pada batasan karakteristik yang menunju kkan suatu pola
11

kesejahteraan dan keterhubungan yang berasal dari kekuatan dari dalam (Kim, et al, 1995).
Jika pengkajian perawat menunjukkan bahwa klien mempunyai harapan dan keyakinan dari
dalam. Percaya terhadap kekuatan yang lebih tinggi, mempunyai tujuan dan makna dalam
hidup, dan mengekspresikan dengan diri dan orang lain, maka kesejahteraan spiritual adalah
diagnose yang mungkin. Adanya pernyataan tentang kehidupan ini menunjukkan bahwa klien
mempunyai sumber yang dapat dikerahkan ketika di hadapan pada diagnose keperawatan lain
seperti nyeri kronis, perubahan sensori atau persepsi, atau gangguan citra tubuh.
Mungkin terhadap situasi saat perawat akan mengumpulkan batasan karakteristik dari
pengkajian data dasar dan menemukan pola yang menverminkan keputusan klien (lihat kotak
proses diagnosis di hlm. 575). Berfikir kritis membutuhkan penelaahan data konkret (mis.
Praktek keagamaan dan sumber persahabatan). Juga pengkajian tentang pengalaman klien
masa lalu, kesadaran spiritual perawat sendiri, dan indra intuitif tentang kekuatan spiritual
klien.
Contoh Proses Diagnosa Keperawatan untuk Kebutuhan Kesehatan yang Berhubungan
dengan Spiritualitas.
AKTIVITAS PENGKAJIAN
BATASAN KARAKTERISTIK
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Minta klien untuk
Mengekspresikan kekuatiran
Distres spiritual yang
menggambarkan apa yang
terhadap makna hidup sebagai
berhubungan dengan
memberi nilai pada kehidupan akibat penyakit terminal
tantangan terhadap
keyakinan akibat
penderitaan
Tanyakan bagaimana klien
Klien menyatakan Tuhan sedang
merasakan penyakit yang
menghukum saya. Menangis
diderita
ketika ditanyakan tentang
penyakit
Terapkan apakah penyakit
Mengeluh bahwa ia berdoa lebih
telah mengubah cara klien
sering tetapi tidak merasa bahwa
mematuhi ritual keagamaan
Tuhan memaafkannya
Minta klien untuk
Klien mengeluhkan hubungan
Koping, individu tidak
menggambarkan siapa yang
dekat dengan pasangan dan
efektif yang
membentuk system pendukung saudara perempuannya.
berhubungan dengan
mereka
perasaan kehilangan
setelah kematian.
Apakah mereka member
Saudara perempuannya tidak
respons terhadap perubahan
mampu memberikan
yang klien alami sejak terjadi
kenyamanan; berduka telah
kehilangan?
membuatnya menjauhi klien
Suami adalah satu-satunya
sumber dukungan
Tetapkan apakah klien
Klien mengalami insomnia dan
mempunyai gejala fisik setelah kehilangan nafsu makan
terjadi kehilangan
Tanyakan klien apakah makna Kehilangan anaknya dipandang
kehilangan terhadap pandangan sebagai tidak adil, ia tidak lagi
hidupnya
dapat menemukan makna dalam
hidupnya
Batasan karakteristik harus divalidasi dan diklarifikasi dengan klien sebelum dibuat
rencana perawatan. Pada perawatan spiritual, kepentingan aspirasi spiritual perawat sendiri,
inspirasi, dan persepsi tidak saling tumpang tindih. Perawat menghindari memaksakan
12

keyakinan pribadinya pada klien. Setiap diagnosis harus mempunyai faktor yang berhubungan
dan akurat sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan langsung (lihat kotak
diagnosa keperawatan di kanan bawah).
Perencanaan
Ketika perawat dan klien mengidentifikasi bahwa klien mempunyai kebutuhan
spiritual, penting artinya bagi perawat dan klien untuk berkolaborasi dengan erat saat
membuat rencana perawatan. Keharusan dan perasaan kasih harus dengan jelas
dikomunikasikan antara perawat dan klien. Hal ini dapat dimulai dengan pengkajian yang
dirancang dengan baik, tetapi hubungan perawat-klien harus berlanjut didasarkan pada rasa
kasih dan saling percaya agar intervensi menjadi efektif. Komunikasi akan menjadi suatu
tema yang terintegrasi untuk apapun intervensi keperawatan yang dipilih. Sifat personal dari
spiritualitas mengharuskan klien mampu mengungkapkan secara terbuka dengan perawat dan
mengenaliminat perawat dalam kebutuhannya.
Orang terdekat, seperti pasangan, saudara kandung, orang tua dan teman harus
dilibatkan, jika memungkinka, untuk memberikan dukungan. Hal ni berarti bahwa perawat
mempelajari dan pengkajian bentuk hubungan seperti apa yang terjalin antara individu atau
kelompok. Individu tersebut mungkin akan terlibat dalam semua tingkat perawatan klien.
Jaringan dukungan klien dapat membantu dalam memberikan perawatan fisik, memberikan
ketenangan emosional, dan saling berbagi dukungan spiritual.
Jika klien berpartisipasi dalam suatu agama yang formal, maka anggota dari kependetaan atau
anggota gereja, candi, masjid, atau sinagoge mungkin harus dilibatkan dalam perencanaan
perawatan. Bergantung pada status dan kebutuhan klien ; sebagaidari perencanaan akan
melibatkan kesinambungan ritual keagamaan yang sesuai. Perawat harus meyakinkan bahwa
setiap material keagamaan seperti kitab suci atau buku petunjuk doa tersedia.
Dalam menetapkan rencana perawatan, terdapat tiga tujuan untuk pemberian
perawatan spiritual ( Munley, 1983 ) ;
1. Klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan.
2. Klien mampu terikat dengan anggota sistemm pendukung.
3. Klien pribadi klien tentang makna ( hidup ) meningkat.
Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA untuk Spiritualitas
Kesejahteraan spiritual, potensial untuk ditingkatkan yang berhubungan dengan:
Penyembuhan dari penyakit akut
Pengalaman mendekati kematian (NDE)
Menghadapi penyakit kronis
Distres spiritual yang berhubungan dengan:
Konflik nilai
Isolasi oleh orang lain
Takut yang diakibatkan oleh diagnosa AIDS
Perpisahan dari denominasi keagamaan
Koping, individu tidak efektif yang berhubungan dengan:
Kurang sistem pendukung
Individuasi
Gejala penyakit kronis
Ansietas yang berhubungan dengan:
Ancaman kematian
Perubahan dalam status kesehatan
Keputusasaan yang berhubungan dengan:
Kehilangan keyakinan kepada Tuhan
Diabaikan oleh keluarga
Gangguan harga diri yang berhubungan dengan
13

Kecanduan obat
Kehilangan kemandirian

Contoh rencana asuhan keperawatan untuk kesejahteraan spiritual


Tujuan
Hasil yang
Intervensi
Rasional
diharapkan
Klien memperbarui Klien menyediakan Minta klien
Dengan
hubungan
dengan waktu malamnya, 5 memodifikasi jadwal menjadwalkan waktu
anggota
keluarga hari Selama satu malam harinya 5 hari dengan kluarga akan
dalam 1 bulan.
minggu,untuk
Selma satu minggu
memberi kesempatan
membina hubungan untuk memberikan
bagi
individu
dengan suami dan waktu guna membina membantu keluarga
anaknya (yang akan hubungan dengan
melihat
kebutuhan
dipenuhi dalam 2 keluarganya.
individu
untuk
minggu).
memperbarui
hubungan.
minta klien
kebutuhan
menceritakan
menceritakan kejadian
kejadian yang
memungkinkan
memberikan
timbulnya pola yang
kenangan tentang
menggambarkan cara
keluarganya
klien menjalani
mengenai
hidupnya dengan
pengalaman keluarga penuh
yang positif dan
makna.membantu
membahagiakan
keluarga memahami
satu sama lain
(heliker,1992).
klien mampu
Minta klien
Situasi yang
mengekspresikan
mendiskusikan
dipandang dari sudut
secara terbuka
dengan keluarga
pandang individu
dengan keluarga
tentang makna
akan meningkatkan
yang ia cintai dan
hidupnya saat ini
pemahaman dan
hargai dari setiap
bagi dirinya,setelah
sensitivitas di pihak
anggota keluarganya didiagnosa kanker
keluarga .
(yang dipenuhi dalam payudara.
satu bulan)
berikan dorongan
Klien yang
kepada klien untuk
menghadapi penyakit
mendiskusikan
terminal menemukan
bagaimana penyakit
bahwa mencintai
telah mengubah
orang lain dan
kebutuhannya untuk membiarkan orang
menunjukkan
lain mencintainya
cintanya kepada
adalah bagian dari
keluarganya.
kesehatan
(fryback,1992).
klien meraih
Klien
mampu Selama kunjungan
Penyampaian
kesadaran diri lebih menyusun
tujuan klinik,minta klien
kesadaran diri yang
14

tinggi.

hidupnya
dipenuhi
1bulan).

(yang mendiskusikan
dalam makna kesehatan
yang ia miliki dalam
hidup dan dampak
dari penyakit yang ia
alami.gunakan
diskusi untuk
membantu klien
menemukan jalan
baru untuk
mengetahui makna
hidupnya.
Gunakan
ketrampilan
mendengar
pertanyaan langsung
yang memberi waktu
untuk refleksi
tentang bagaimana
penyakit telah
mempengaruhi nilai
dan filosofi hidup
klien.
minta klien
menetapkan tujuan
realistis yg
memaksimalkan
potensinya dan yang
melibatkan anggota
kluarga.

lebih tinggi
mencangkup
mempunyai kesadaran
tentang diri,menjalani
potensi yang
dimiliki,dan
menemukan makna
dalam
hidup(fryback,1992).

Pencapaian suatu
kesadaran tentang
makna dari penyakit
seseorang dan
bagaimana bergerak
ke arah depan
memampukan
seseorang untuk
menyusun kembali
prioritas dan
mencapai kesadaran
diri lebih baik.
Mendengarkan
memungkinkan
seseorang untuk
masuk kedalam
kerangka acuan orang
lain,memahami
pandangannya tentang
dunia,dan
mengembangkan
suatu hubungan
empati dengannya
(burnard, 1987)
Berupaya untuk
mencapai pemahaman
dan penerimaan
tentang diagnosa
seseorang sering
menyebabkan klien
sakit termina
menegakkan kembali
tujuan yang
memelihara hubungan
interpersonal(fryback,
1992)

15

Implementasi
Jika klien mengalami distress spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang
menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa
terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi
yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami
penting. Baik klien dan perawat harus merasa bebas untuk merelakan dan menemukan
bersama makna penyakit yang dialami klien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup
klien. Pencapaian tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat memberi
perawatan dengan cara yang sensitive, kreatif , dan sesuai.
Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi perawatan
menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan ( Clark et al.
1991 ). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukkan kehadiran perawat meliputi
memberi perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan memberikan
dorongan (tetapi realistis). Kemampuan untuk menciptakan kehadiran adalah suatu kiat
keperawatan. Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur dengan cara yang sangat cepat atau
berbagai informasi teknis dengan klien yang mungkin tidak bermakna.
Benner (1984) mengklarifikasi bahwa kehadiran melibatkan ada bersama klien
versus melakukan untuk klien. Kehadiran adalah mampu memberikan kedekatan dengan
klien, secara fisik, psikologis, dan spiritual.
Perawat dapat menunjukkan adanya rasa kehadiran dalam bernagai cara yang tidak
menyolok:
a. Melakukan pijat punggung dengan penyegaran
b. Sentuhan yang lembut ; dengan hati-hati memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa nyeri ;
dengan halus memberikan perawatan mulut, dan bekerja bersama klien untuk dengan lambat
dan berhati-hati bergerak dari tempat tidur ke kursi.
Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukkan rasa percaya diri,
dan menyediakan waktu bagi klien ketika terapi diberikan akan membantu menciptakan
kehadiran. Klien yang sakit mengalami kehilangan control dan mencari seseorang untuk
memberikan arahan dan perawatan yang kompeten. Perawat secara tepat menggunakan
tangan, memberikan kata-kata yang mendukung, dan menggunakan pendekatan yang tenang
dan desesif akan menciptakan kehadiran yang membangun kepercayaan dan kesejahteraan.
Rasa percaya adalah dasar untuk segala hubungan. Sikap yang perawat tunjukan ketika
memasuki ruangan klien membentuk suatu intonasi untuk interaksi. Perawat harus
membuktikan bahwa ia dapat diandalkan dan dipercaya. Perhatian yang cermat terhadap
setiap permintaan klien, tidak perduli betapa pun remehnya, penting bagi klien. Menunjukkan
kehadiran, memperlihatkan sikap mengasihi, dan melakukan perawatan secara mapan,
mengomunikasikan kepada perawat kepercayaan yang dibutuhkan untuk hubungan perawatklien yang kuat.
Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Seorang perawat yang ahli belajar untuk melihat lebih jauh batasan masalah klien
yang terisolasi dan mengenali gambaran tentang kebutuhan klien yang lebih luas. Hal ini
menerapkan pandangan holistic terhadap masalah kesehatan klien. Misalnya, perawat tidak
hanya melihat pada nyeri punggung klien sebagai masalah yang harus diselesaikan dengan
Pcepat menggunakan obat, tetapi lebih kepada bagaimana nyeri telah mempengaruhi
kemampuan klien untuk berfungsi dan mencapai tujuan yang telah mempengaruhi
kemampuan klien untuk berfungsi dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
hidupnya. Pandangan holistic telah memampukan perawat untuk menetapkan peran
membantu, digambarkan oleh Benner (1984) sebagai salah satu domain praktik keperawatan.
16

Kompetensi yang didapat perawat dalam domain membantu dipelajari untuk menciptakan
hubungan yang menyembuhkan.
Benner (1984) mendefinisikan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika hubungan
yang menyembuhkan terbina antara perawat dank lien :
1. Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian juga halnya bagi klien.
2. Menemukan interpretasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri,
ketakutan, ansietas, atau emosi yang menegangkan.
3. Membantu klien menggunakan dukungan social, emosional, dan spiritual.
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien. Harapan
adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang dibutuhkan untuk
menghadapi segala macam tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien
menemukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai harapan. Klien yang menderita penyakit
terminal mungkin berharap dapat menghadiri hari wisuda anak perempuannya atau untuk
menjalani hidup setiap hari dengan penuh makna. Klien yang akan menjalani bedah abdomen
karena obstruksi usus mungkin mengharapkan peredaan nyeri dan segera dapat kembali ke
rumah.
Harapan mempunyai implikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang dalam
perawatan klien. Harapan berorientasi masa depan dan membantu klien berupaya ke arah
penyembuhan. Untuk membantu klien mencapai harapan, perawat dan klien bekerjasama
untuk menemukan suatu interpretasi tentang situasi yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak. Kemudian perawat membantu klien untuk menggunakan sumber yang tersedia bagi
dirinya. Sumber ini dapat mencakup sikap positif klien terhadap hidup, keinginan untuk selalu
diberitahu tentang kondisi dan membuat keputusan yang masuk akal, atau keingingan
mencoba terapi yang berbeda. Misalnya, klien dengan nyeri abdomen mungkin mampu
menerima fakta bahwa nyerinya mungkin sebentar karena proses penyembuhan. Jika klien
adalah seseorang yang biasanya mandiri dan merasa perlu untuk selalu dapat mengontro diri,
maka perawat dapat memberikan beberapa pilihan terapi untuk penatalaksanaan nyeri dan
meminta klien untuk membuat keputusan yang masuk akal.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan perawat harus tetap
menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual klien. Penting bagi klien untuk mampu
mengekspresikan dan menelaah keyakinannya. Perawat yang menghargai kepercayaan klien
dan mengenali pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap penyembuhannya akan
dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan (Clark et al 1991). Ketika penyakit atau
pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian bagi klien, maka perawat harus
mengenali dampak dari hal ini terhadap kesejahteraan klien. Sumber spiritual apa yang dapat
diperkuat ? Perawat dapat memulai dari apa yang klien ketahui dan kemudian memberikan
informasi terbaik untuk menghilangkan ketidakpastian klien. Klien mungkin juga meminta
kehadiran keluarga atau teman untuk mempertahankan persahabatan yang diperlukan untuk
penyembuhan.
Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien Yahudi dan Kristen, Clark et al (1991) mengetahui
bahwa system pendukung memberi mereka rasa sejahtera terbesar selama perawatan di rumah
sakit. System pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubungkan klien,
perawat, dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi
perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh klien
sebagai pendukung. Perawat merencanakan perawatan bersama klien dan jaringan pendukung
klien untuk meningkatkan ikatan interpersonal yang sangat penting untuk penyembuhan.
System pendukung sering memberi sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual
klien. Keluarga dan teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual
kebiasaan keagamaan yang dianut klien.
17

Setelah mengkaji fungsi keluarga dan teman yang berperan dalam hidup klien, perawat
dapat mendorong mereka untuk mengunjungi klien secara teratur. Jika keluarga dan teman
ditemukan sebagai sumber spiritual bagi klien, maka mereka dapat menjadi sumber terapi
yang sangat baik. Dorongan perawat kepada keluarga untuk menjadi diri mereka sendiri dapat
memudahkan kemampuan keluarga untuk memberikan ketenangan spiritual yang mampu
mereka berikan. Seringkali penyakit dan lingkungan pengobatan menimbulkan begitu banyak
ketidaktahuan dimana keluarga dan teman terintimidasi. Perawat dapat sangat efektif dalam
membantu keluarga diterima dengan baik dan mengetahui bahwa dukungan dan kehadiran
mereka adalah bagian penting dari penyembuhan klien. Melibatkan keluarga dalam aktivitas
pendoaan adalah suatu tindakan yang sangat bijaksana jika hal ini sesuai dengan agama klien,
dan anggota keluarga dengan nyaman ikut serta. Memberikan dorongan kepada keluarga
untuk membawa symbol keagamaan yang bermakna dapat menjadi sumber konsolidasi dan
dukungan spiritual.
Sumber penting lainnya bagi klien adalah penasihat spiritual dan anggota dari kerohanian.
Perawat harus menanyakan kepada klien apakah klien menginginkan penasihat spiritual
mereka diberitahu tentang perawatan mereka di rumah sakit. Semua penasihat spiritual harus
dibuat nyaman di unit keperawatan. Jika diinginkan oleh klien atau keluarga, maka perawat
harus terus memberi tahu penasihat spiritual tentang kekuatiran psikologis, psikososial, dan
spiritual klien. Hal ini membantu dalam memberikan perawatan kesehatan yang holistic.
Perawat menunjukkan respek terhadap kebutuhan dan nilai spiritual klien dengan sukarela
bekerjasama dengan orang lain yang memberikan perawatan spiritual dan memudahkan
pemberian pelayanan rohani dan ritual.
Memberikan privasi bagi klien dan penasihat spiritualnya adalah tindakan yang sensitive
dan bijaksana. Jika perawat merasa tidak pasti tentang rutinitas agama klien, menanyakan
kepada penasihat spiritual, keluarga, atau klien adalah tindakan yang sesuai. Seringkali klien
yang di rawat di rumah sakit ingin mendiskusikan tentang perhatian spiritualnya pada malam
atau tengah malam, ketika pelayanan pendukung seperti rohaniawan dan pekerja social tidak
ada. Perawat dapat melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan klien, cukup dengan
mendengarkan.
Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk dedikasi-diri yang memungkinkan individu untuk
bersatu dengan Tuhan atau yang maha kuasa (McCullough, 1995). Berdoa memberi
kesempatan kepada individu untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang
maha kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu
kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat
komitmen hidup yang lebih baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau
atau mencari kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok
rohaniawan.
Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk
mengatasi nyeri, stress, dan distress. Suatu studioleh Turner dan Clancy
(1986)mengidentifikasi bahwa dengan meningkatkan berdoa dan berharap, klien nyeri
pinggang kronis telah menunjukkan penurunan intensitas nyeri. Yang juga sudah diteliti
adalah bahwa berdoa dapat mencakup perubahan kardiovaskuler dan relaksasi otot. Sering
kali berdoa menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan merasakan
kedamaian dan ketenangan. Selama pengkajian perawat mengetahui apakah berdoa
merupakan ritual penting bagi klien dan kemudian menentukan apakah intervensi dibutuhkan
sehingga berdoa dapat dilakukan. Intervensi dapat mencakup membentuk privasi, mendorong
kunjungan dari rohaniawan, atau berdoa bersama klien.
Terapi Diet
18

Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan juga
komponen penting dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu,
makanan dan ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian penting
dari spiritualitas seseorang.
Agama Hindu mempunyai banyak pentangan diet. Beberapa sekte adalah penganut
vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala makhluk hidup adalah suatu tindakan
criminal. Banyak orang yang beragama Budha juga vegetarian. Sebagian besar penganut
agama Budha mempraktikan moderasi dan tidak menggunakan alcohol, tembakau, atau obatobatan dan berpuasa pada hari khusus agama.
Makan daging babi dan mengonsumsi alcohol adalah larangan dalam agama Islam.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Ramadhan adalah bulan berpuasa pada siang hari.
Orang yang sakit, wanita hamil, dan ibu yang sedang menyusui dibebaskan dari ritual
berpuasa. Yahudi, Ortodoks, Konservatif dan sebagian Yahudi Reformasi sangat ketat
mematuhi hokum halal dalam diet, yang melarang makan daging babi dan kerang. Selain itu,
daging dan susu, atau produk dari susu, tidak dapat dimakan bersamaan waktunya, harus
dimakan 6 jam kemudian setelah makan atau minum. Yahudi juga mempunyai peraturan
tentang persiapan makan untuk tetap menjaga makanan tetap halal atau terberkati.
Sebagian tradisi Kristen, seperti Adven Hari Ketujuh, mempunyai peraturan diet.
Kelompok lainnya, seperti Evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan tembakau.
Sebagian penganut Adven Hari Ketujuh mungkin menolak makananyang mengandung
daging. Saksi Yehova menghindari makanan yang disiapkan dengan atau mengandung darah,
seperti saus darah atau marus. Banyak penganut Katolik Roma, yang berusia lebih dari 7 dan
dibawah 65 tahun, jika kesehatan memungkinkan, berpuasa atau tidak makan daging pada
Rabu Abu (yang menandai dimulainya bulan puasa Masehi, biasanya pada akhir Pebruari) dan
Jumat Agung (hari Jumat sebelum Paskah). Katolik Ortodoks mungkin berpuasa selama bulan
puasa bulan puasa Masehi dan tidak makan daging dan produk dari susu pada hari Jumat.
Beberapa sempalan agama Kristen mungkin berpuasa 1 sampai 6 jam sebelum komuni.
Semua ritual berpuasa tidak dilakukan saat sakit, hamil, atau menyusui.
Perawat dapat mengintregasikan pilihan diet klien ke dalam perawatan sehari-hari. Hal
ini akan membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari institusi perawatan kesehatan. Pada
situasi ketika dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak dapat menyiapkan makanan
dengan cara yang dipilih, keluarga diizinkan untuk membawa makanan yang sesuai dengan
semua pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klien.
Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu sumber
koping yang penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang bertugas di
lingkungan perawatan akut dan perawatan jangka penjang menjadi aktif dalam perawatan
spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai kunjungan,
pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti penggunaan lilin utnuk
berdoa. Selain itu, perawat dapat berkonsul dengan dokter dan farmasi tentang penggunaan
obat-obat pribadi klien, ramuan tradisional, atau medikasi herbal, jika memungkinkan. Karena
kunjungan ke Kapel atau Musola rumah sakit menghadiri suatu pelayanan mungkin penting
bagi klien yang dirawat di rumah sakit dan keluarganya, pengarahan tentang Kapel atau
Musola harus dicakupkan selama orientasi pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin
diperlukan dengan pastoran dari departemen perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga
dapat menerima sakramen. Perawat merencanakan perawatan pribadi, terapi, atau
pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan dari tempat ibadah, pembacaan keagamaan,
atau kunjungan spiritual.
19

Dalam lingkungan rumah, perawat mungkin harus menemukan cara untuk


memadukan pelayanan keagamaan. Banyak gereja membuat rekaman suara setiap minggu
tentang pelayanan keagamaan untuk jemaat di rumah. Anggota keluarga dapat merencanakan
sesi sembahyangan atau suatu pembacaan alkitab secara teratur. Kependetaan akan secara
rutin memberikan tawaran untuk kunjungan rumah bagi seseorang yang tidak mampu
menghadiri pelayanan keagamaan. Meditasi dan music keagamaan yang direkam dan
pelayanan keagamaan yang ditayangkan di televisi memberikan pilihan lain yang efektif.
Evaluasi
Pencapaian kesehatan spiritual dapat dianggap sebagai tujuan sepanjang hidup. Klien
akan mengalami pentingnya mengklarifikasi nilai, membentuk kembali filosofi, dan menjalani
pengalaman yang membantu membentuk tujuan seseorang dalam kehidupan. Ketika merawat
klien, perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu menguatkan
spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritual klien dengan perilaku dan
kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan. Klien harus mengalami emosi sesuai
dengan situasi; mengembangkan citradiri yang kuat dan realistis; dan mengalami hubungan
interpersonal yang terbuka dan hangat. Keluarga dan teman, dengan siapa klien telah
membentuk persahabatan dapat dijadikan sumber informasi evaluatif. Klien harus juga
mempertahankan misi dalam hidup dan, bagi sebagian individu, percaya dan yakin dengan
yang maha kuasa atau yang maha tinggi.
Contoh Intervensi Evaluasi untuk Kesejahteraan Spiritual :
HASIL YANG
DIHARAPKAN
Minta klien untuk menyimpan catatanKlien menyediakan waktu
buku harian aktivitas setiap malam
malamnya, 5 hari seminggu,
dengan keluarga.
untuk membina hubungan
Masukan deskripsi tentang topic
dengan suami dan anak-anak.
Klien mampu
diskusi dan perasaan klien yang
Klien memperbarui
dimiliki sesudahnya.
mengekspresikan secara
hubungan dengan anggota
Minta klien untuk menggambarkan
terbuka dengan keluarga yang
keluarga dalam 1 bulan.
dicintai dan dihargai.
kualitas hubungan dengan suami dan
anak-anak.
Amati interaksi klien dengan anggota
keluarga, catat subjek yang mampu
mereka diskusikan.
TUJUAN

TINDAKAN

Bagi klien dengan penyakit terminal yang serius, evaluasi difokuskan pada
keberhasilan membantu klien meraih kembali harapan. Perawat harus mengevaluasi kualitas
hubungan perawat-klien. Apakah klien mengekspresikan rasa percaya dan yakin kepada
perawat ? Apakah klien mampu mendiskusikan hal-hal yang penting dalam hidup ? Bagi klien
dengan ansietas, ketakutan, dan pertanyaan yang bertubi-tubi, mungkin sebaiknya dilakukan
penyesuaian kembali rencana perawatan. Sumber tambahan seperti penasihat atau anggota
dari kongregasi gereja mungkin diperlukan. Akhirnya, klien yang kebutuhan spiritualnya
terpenuhi mungkin menjdai tenang, bahkan ketika mengalami penyakit yang parah.
Jika klien merasa nyaman mengekspresikan kebutuhan spiritual dan harapannya
kepada perawat, maka telah terjadi hubungan efektif yang menyembuhkan. Kotak evaluasi
yang disajikan meringkas contoh tindakan evaluatif yang digunakan untuk mencapai hasil
dalam rencana perawatan spiritual.
Asuhan keperawatan holistic mengintegrasikan intervensi yang mendukung
spiritualitas klien. Untuk memberikan keperawatan spiritual, perawat harus memahami
dimensi kesehatan spiritual dan mampu mengenali kesehatan spiritual seseorang. Sama
artinya, setiap perawat harus mapu untuk memahami spiritualitas mereka sendiri sehingga ia
20

dapat merasakan dan memberdayakan diri untuk memberi dukungan terhadap kebutuhan
spiritual klien.
Pengembangan hubungan perawat-klien yang mengasihi adalah inti dari pemberian
perawatan spiritual. Tercapainya kehadiran dan keterbukaan bersama klien memberdayakan
perawat untuk memberikan perawatan dalam cara yang sensitive, kreatif, dan sesuai. Perawat
juga mempelajari untuk meng
arahkan harapan klien, sambil membentuk hubungan yang menyembuhkan. Hal ini membantu
klien berorientasi pada masa depan dan mampu berupaya kearah penyembuhan dan
pemulihan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Hari, tanggal,
jam

No.
DP
1.

Diagnosa Keperawatan
Distres berdasarkan ketidakmampuan untuk
melaksanakan ritual spiritual
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang
dialami
Gangguan citra tubuh

2.
3.
Rencana Keperawatan
Hari,
Dx.
tanggal Keperawata
, jam
n
Distres
spiritual

Kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakit
yang dialami-

Gangguan

Nama & TT Perawat

Tujuan dan kriteria


hasil

intervensi

rasional

Nam
a&
TT
Pera
wat

Tujuan : diharapkan1. Kaji faktor faktor 1. Untuk mengetahui


pasien dapat
penyebab distres
sampai mana spiritual
melaksanakan ritual
spiritual.
pasien.
spiritual.
2. Bantu individu dengan2. Pasien dapat melaksanakn
KH :
keterbatasan fisik dan proses keagamaan.
Pasien dapat
berdoa.
3. Membantu ketenangan
3. Berikan privasi dan
pasien dalam beribadah.
melanjutkan spiritual
yang bukan merusak ketenangan sesuai 4. Menjaga kenyamanan
kebutuhan untuk
pasien.
kesehatan.
berdoa setiap hari.
Pasien dapat
mengekspresikan 4. Bantu dalam
menjalankan ibadah
penurunan perasaan
bersalah.
Pasien mampu
mengekspresikan
kepuasan dengan
kondisi spiritual.
Tujuan : agar pasien1. Berikan pendidikan 1. Pasien dapat mengetahui
mengetahui penyakit kesehatan
penyakit yang dialami.
yang dialaminya.
penyakitnyang
2. Dapat mengetahui tingkat
KH :
dialami.
kecemasan pasien.
Ansietas pasien bisa 2. Evaluasi tingkat
3. Mengurangi kecemasan
ansietas klien dan
pasien dalam proses
berkurang.
keluarga.
keperawatan.
3. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan pada
pasien
Tujuan :
1. Ciptakan hubungan 1) Pasien dapat menciptakan
21

konsep diri

kepercayaan diri
saling percaya.
hubungan saling
klien kembali
2. Mendorong pasien
percaya.
normal.
untuk menyatakan 2) Bantu pasien untuk
KH :
perasaan terutama
menyatakan perasaanya.
Pasien melakukan
tentang pendangan 3) Mendorong pasien untuk
tentang dirinya.
melakukan aktivitas.
pola - pola
penggulangan yang3. Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas.
baru.
Pasien mampu untuk
melakukan
perawatan diri.
Pasien membuat
ulang sistem
pendukung yang ada.

Implementasi
Hari,
No.
Implementasi
Respon
tanggal,
Dx
jam
1. Mendeskripsikan faktor
1. Ds : pasien mengatakan sudah dapat
penyebab distres spiritual.
melakukan tindakan keagamaan.
2. Membantu pasien dengan
Do : pasien tampak senang dapat
keterbatasan fisik dan
melakukan ibadahnya.
berdoa.
2. Ds : pasien mampu melakukan
3. Memberikan privasi dan
perintah perawat.
ketenangan sesuai
Do : pasien koopertif.
kebutuhan untuk berdoa 3. Ds : pasien mengatakan dapat
setiap hari.
beribadah.
4. Membantu dalam menjalankan Do : pasien tampak bersungguh
ibadah.
sungguh dalam beribadah.
4. Ds : pasien mengatakan dapat
menjalankan ibadah dengan
khusuk.
Do : pasien tampak nyaman.
2. 1. Pasien dapat mengetahaui 1. Ds : pasien mengatakan mengetahui
penyakit yang dialami.
tentang penyakitnya.
2. Dapat mengetahui tingkat
Do : pasien tampak cemas.
kecemasan pasien.
2. Ds : pasien mengatakan sulit
3. Mengurangi kecemasan
mengatasi rasa sakit.
pasien dalam proses
Do : pasien tergolong :
keperawatan.
a. Ringan ( diperkirakan )
b. Sedang (persepsi menyempit, sulit
berkonsentrasi, mendapat kesulitan
dalam menganalisa, tremor )
c. Berat ( persepsi sangat menurut,
sangat kebingungan, tidak dapat
konsentrasi, belajar sangat
terganggu.
3. Ds : pasien mengatakan setuju
dengan tindakan yang dilakukan
perawat.
Do : pasien tampak tenang.
1. Membantu menciptakan
1. Ds : pasien mengatakan dapat
hubungan saling percaya.
menciptakan hubungan saling
2. Memberikan dorongan kepada percaya.

Nama &
TT
Perawat

22

pasien untuk menyatakan


Do : pasien tampak lebih
perasaanya terutama tentang percaya.
pandangan pada dirinya. 2. Ds : pasien mengatakan apa yang
3. Mendorong pasien untuk
sedang ia rasakan.
melakukan aktivitas.
Do : pasien tampak terbuka
tentang dirinya.
3. Ds : pasien mengatakan dapat
melakukan aktivitas.
Do : pasien tampak ak aktif
dalam melakukan aktivitas.
Evaluasi
Hari,
No. Dx
tanggal
, jam

Evaluasi

TT
Perawat

S : pasien mengatakan dirinya merasa lebih baik. Pasien sudah


mengerti tentang Distres Spiritual.
O : pasien terlihat lebih baik dan pasien mampu melakukan
tindakan keagamaan.
A : masalah sudah teratasi.
P : intevensi dilanjutkan.
S : pasien mengatakan bahwa dirinya lebih baik.
O : pasien terlihat lebih baik dan dapat menjelaskan tentang
gangguan Ansietas.
A : masalah sudah teratasi.
P : intervensi dihentikan setelah 6 jam pertama..
S : pasien mengatakan lebih baik.
O : pasien terlihat lebih baik dan dapat menciptakan rasa
percaya.
A : masalah sudah teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
A.
o Kesejahteraan spiritual adalah aspek terintegrasi dari kebutuhan manusia.
o Religi secara umum berkaitan dengan keadaan melakukan, sementara spiritualitas berkaitan dengan
keadaan keberadaan.
o Dimensi spiritual tidak sama dengan dimensi psikososial.
o Memahami spiritualitas klien membutuhkan kedewasaan dan pendekatan yang tidak menghakimi pada
pihak perawat.
o Spiritualitas mewakili keberadaan totalitas seseorang dan berfungsi untuk menyatukan dimensi lainnya.
o Kesehatanspiritual tercapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai hidup, tujuan
hidup, system keyakinan, dan hubungan seseorang dengan diri sendiri atau orang lain.
o Penyakit akut dan kronis, penyakit terminal, individuasi, dan penglaman mendekati kematian (NDE)
dapat menimbulkan masalah spiritual bagi klien.
o Belajar untuk mempraktikan rasa mengasihi membantu perawat menemukan nilai dan makna hidup
klien.
23

o Mengkaji kapasitas klien untuk pengalaman keagamaan menentukan signifikasi spiritualitas yang
dianut klien.
o Persahabata dengan orang lain dapat menjadi sumber harapan bagi klien.
o Ritual keagamaan umum mencakup ibadat pribadi, berdoa, bernyanyi, atau penggunaan Rosario, dan
pembacaan kitab suci.
o Pengkajian perawat tidak boleh berfokus hanya pada perubahan fungsi tetapi juga pada pilihan spiritual,
yang memberikan kekuatan, harapan, dan dorongan selama waktu mengalami sakit.
o Sifat personal dari spiritualitas membutuhkan komunikasi terbuka antara perawat dank lien.
o Menegakkan kehadiran melibatkan pemberian asuhan, menjawab pertanyaan, mempunyai sikap yang
memberi dorongan, dan menunjukkan rasa percaya.
o Terjadinya hubungan yang menyembuhkan mengarahkan harapan bagi klien dan membantu klien
menemukan pemahaman yang dapat diterima tentang penyakit.
o Bagian dari lingkungan pemberi perawatan klien dapat secara teratur menghadirkan keluarga, teman,
dan penasihat spiritual.
o Berdoa memberi seseorang kesempatan untuk memperbarui kepercayaannya pada Yang Maha Kuasa
dengan cara yang lebih formal.
o Lansia menilai kemampuan untuk menguji ritual keagamaan.
B. Hubungan klien saat mengatasi rasa sakit.
pasien mengatakan sudah dapat melakukan tindakan keagamaan.
Pasien mampu melakukan apa yang diperintahkan oleh perawat.
Pasien mengatakan dapat menjalankan ibadah dengan khusuk.
Klien mengetahui tentang penyakit ansietas.
Klien sulit mengatasi rasa sakit yang di deritanya.
Klien mampu menciptakan hubungan saling percaya dan mampu melakukan aktivitasnya dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses edisi 4 volume
1
Kozier, dkk (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses Edisi 7 volume 2

24

25

Anda mungkin juga menyukai