TINJAUAN PUSTAKA
keuangan. Oleh karena itu, memahami latar belakang penyusunan dan penyajian
laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis
laporan keuangan itu sendiri (Prastowo dan Juliaty, 2008: 3).
Laporan Keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan
pihak manajemen yang bersangkutan. Pada sepanjang siklus, yang biasanya
selama satu tahun, akuntan mencatat aktivitas operasi usaha tersebut. Pada akhir
siklus, akuntan menyiapkan laporan keuangan yang mengikhitasarkan aktivitas
operasi sepanjang tahun tesebut (Pangaribuan, 2010)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007: 4) Laporan Keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap dan bisanya
meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam beberapa cara seperti misalnya laporan arus kas dan laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan.
2.1.2
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
6
2.1.3
membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualiitatif laporan
keuangan menurut Prastowo dan Juliaty (2008: 7) yaitu:
A. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini,
para pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, sulitnya memahami informasi
yang kompleks jangan dijadikan alasan untuk tidak memasukan informasi tersebut
dalam laporan keuangan.
B. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini,
atau masa depan (predictive), menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi
mereka di masa lalu (confirmatory). Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat
dan materialitasnya. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencamtumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dalam
rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, termasuk
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Menurut Prastowo dan Juliaty (2008: 17) Jenis laporan Keuangan (utama) yang
umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah:
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi
keuangan (aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Neraca
mempunyai tiga unsur laporan keuangan yakni :
a. Aktiva
Aktiva
merupakan
sumber
daya
yang
dikuasai
perusahaan
dapat
b. Kewajiban
Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini dapat disubklasifikasikan
lebih jauh menjadi tiga subklasifikasi, yaitu:
1. Kewajiban lancar, yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki
manfaat ekonomi) dalam jangka waktu satu tahun atau kurang (atau siklus
operasi normal). Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang
dagang, utang wesel, utang gaji dan upah, dan utang biaya atau beban lainnya
yang belum dibayar.
2. Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapakan
akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki
manfaat ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam
kategori kewajiban ini misalnya utang obligasi, utang hipotik dan utang bank
atau kredit investasi.
3. Kewajiban lain-lain, yaitu kewajiban yang tidak dapat dikategorikan ke dalam
salah satu subklasifikasi kewajiban tersebut, misalnya utang pada direksi, utang
kepada para pemegang saham.
c. Ekuitas
Ekuitas yaitu merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang
merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Unsur ekuitas ini dapat
disubklasifikasi lebih jauh menjadi dua subklasifikasi, yaitu:
1. Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal saham
(termasuk agio saham bila ada)
2. Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada
para pemilik, misalnya dalam bentuk deviden (ditahan)
Di dalam neraca, masing-masing unsur tersebut disajikan dengan menganut
ketentuan-ketentuan tertentu. Aktiva disajikan menurut urutan likuiditas,
kewajiban menurut urutan jatuh tempo, sedangkan ekuitas disajikan menrut urutan
kekalahan.
Neraca dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk (format), yaitu bentuk
rekening (skontro) dan bentuk laporan (stafel), yang masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Rekening (skontro)
Pada bentuk ini, unsur aktiva disajikan pada sisi kiri (debit), sedangkan unsur
kewajiban dan ekuitas disajikan pada sisi kanan (kredit).
b. Laporan (stafel)
Pada bentuk ini baik aktiva, kewajiban maupun ekuitas disajikan secara urut
dari atas kebawah, yang dimulai dari aktiva, kewajiban dan terakhir ekuitas.
2. Laporan rugi laba
Laporan rugi laba adalah laporan keuangan yang memberikan informasi
mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja)
selama periode tertentu.
Untuk dapat menggambarkan informasi mengenai potensi (kemampuan)
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan
rugi laba mempunyai dua unsur, yaitu penghasilan dan beban, yang dijelaskan
sebagai berikut:
(1) Penghasilan (income) yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam
bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban (yang
menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari kontribusi pemilik)
perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan menjadi:
a. Pendapatan (revenues), yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas yang biasa dan yang dikenal dengan sebuah sebutan yang berbeda,
seperti misalnya penjualan barang dagang, penghasilan jasa (fees), pendapatan
bunga, pendapatan dividen, royalitas dan sewa.
b. Keuntungan (gains), yaitu pos lain yang memenuhi devinisi penghasilan dan
mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang
rutin misalnya pos yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar, revaluasi,
sekuritas, kenikan jumlah aktiva jangka panjang.
(2) Beban (expense) yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam
bentuk arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban (yang menyebabkan
penurunan ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik)
perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan menjadi:
a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa (yang
biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas,
persediaan, aktiva tetap), yang meliputi misalnya harga pokok penjualan, gaji
dan upah, penyusutan.
b. Kerugiaan, yang mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
timbul atu tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi, seperti
misalnya rugi karena bencana kebakaran, banjir atau pelepasan aktiva tidak
lancar.
2.2 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan
keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur-unsur
tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan
untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan
keuangan itu sendiri (Prastowo dan Juliaty, 2008: 56)
Analisis laporan Keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
bagian penting dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan merupakan
aplikasi dari alat dan teknik analisis untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan
yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan juga merupakan
suatu analisis yang dapat dijadikan alat bantu dalam mengukur kinerja perusahaan
Selain penting bagi pihak-pihak intern, analisa laporan keuangan sangat
dibutuhkan oleh pihak ekstern perusahaan. Dengan mengetahui kinerja
perusahaan, manajemen dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada
dalam perusahaan, sehingga membantu manajemen dalam menetapkan kebijakan
yang dianggap perlu dimasa yang akan datang (Praytino, 2010: 2).
Menurut Bernstein (1983: 3) dalam Harahap (2011: 190) Analisis laporan
keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis atas laporan keuangan
dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan
tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan. Disini
kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengonversikan data yang
berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lenih
berguna, lebih mendalam dan lebih tajam, dengan teknik tertentu.
Analisis laporan keuangan ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Fokus laporan adalah Laporan laba rugi, neraca, arus kas yang merupakan
akumulasi transaksi dari kejadian historis, dan penyebab terjadinya dalam suatu
perusahaan.
2. Prediksi, analisis harus mengkaji implikasi kejadian yang sudah berlalu
terhadap dampak dan prospek perkembangan keuangan perusahaan di masa
yang akan dating
3. Dasar analisis adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan prinsip
tersendiri sehingga hasil analisis sangat tergantung pada kualitas laporan ini.
Penguasaan pada sifat akuntansi, prinsip akuntansi, sangat diperlukan dalam
menganalisis laporan keuangan.
2.3 Analisis rasio Keuangan
Untuk menilai keuangan dan kinerja perusahaan, analisis laporan keuangan
memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering digunakan adalah rasio
atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang
lainnya. Analisis dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memeberikan
pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan maupun kinerja perusahaan.
Menurut Hanafi dan Halim (2000: 75) dalam Kusumadiyanto (2006: 27)
pada dasarnya analsis rasio dikelompokkan dalam lima kategori yaitu:
1. Rasio Likuiditas, rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya. Dua
rasio yang sering digunakan adalah:
1. Rasio lancar
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.Rumus rasio lancar:
2. Rasio cepat
Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas, piutang, dan persediaan), persediaan
biasanya dianggap merupakan asset yang paling likuid. Hal ini berkaitan dengan
semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti
waktu yang dibutuhkan untuk menjadi kas semakin lama. Rumus rasio cepat:
2.3.2
Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset, kemudian menentukan berapa tingkat
2. Perputaran persediaan
Perputaran persediaan dapat dihitung sebagai berikut:
mencapai
tujuan
strategis,
mengeliminasi
pemborosan-pemborosan,
dan
2. Rasio Pertumbuhan
Rasio ini menggambarkan presentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari
tahun ke tahun.
Penelitian terdahulu:
1. Ryanto hadi prayitno (2010)
2. Yuli Orniati (2009)
3. Andra kusumadiyanto (2006)
Dasar teori:
1. Laporan Keuangan, Prastowo
dan Juliaty (2008)
2. Analisis Laporan Keuangan,
Harahap (2011)
2.6
dilakukan oleh Ryanto Hadi Prayitno, 2010 yang meneliti tentang peranan analisis
laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dimana dari hasil
penelitiannya
dengan
menggunakan
analisis
rasio
keuangan,
peneliti
dengan
periode sebelumnya.
Peneliti berikutnya Andra Kusumadiyanto, 2006 peneliti tersebut meneliti
tentang kinerja perusahaan pada industri rokok dengan menggunakan analisis
laporan keuangan yang hasilnya menyatakan perusahaan rokok menurun karena
kondisi perekonomian yang belum stabil sehingga menyebabkan harga-harga
barang
meningkat
dan
berpengaruh
pada
kinerja
perusahaan
dengan
meningkatnya beban usaha beban usaha. Hasil penelitian terdahulu secara ringkas
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
NAMA
JUDUL
PENELITIAN
Peranan Analisis
laporan keuangan
dalam mengukur
kinerja keuangan
pada PT. X
Ryanto Hadi
Praytino, 2010
Laporan Keuangan
Sebagai Alat untuk
Menilai Kinerja
Keuangan
Andra
Kusumadiyanto,
2006
Analisis Laporan
Keuangan Untuk
Menilai Kinerja
Perusahaan Pada
Kelompok Industri
Rokok
KESIMPULAN
Pada penelitian ini, peneliti
menyimpulkan dari analisis
yang dilakukan bahwa
keuangan perusahaan PT.X
menunjukan ketidak
seimbangan antara
pendapatan dan biaya serta
pengeluaran keuangan
perusahaan.
Setelah peneliti melakukan
analisisi rasio keuangan
perusahaan, perusahaan
menunjukkan peningkatan
cukup baik, karena
perusahaan memperoleh
laba yang cukup besar
antara satu periode dengan
periode sebelumnya.
Hasil analisis peneliti ini
menyatakan kinerja
perusahaan rokok menurun
karena kondisi
perekonomian yang belum
stabil sehingga
menyebabkan harga-harga
barang meningkat dan
berpengaruh pada kinerja
perusahaan dengan
meningkatnya beban
usahabeban usaha