hanya memegang pensil untuk mencoret-coret, namun seiring perkembangannya anak akan
mengkonsentarikan jari-jarinya untuk menulis lebih baik.
Menurut Brewer (dalam Nurbiana 2011: 3.10-3.11) ada 4 tahapan dalam kemampuan
menulis sebagai berikut:
1. Scribble stage yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap ini anak mulai
membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahap ini mereka mulai
belajar tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan tersebut;
2. Linear Repetitive Stage yaitu tahap pengulangan linear. Pada tahap ini anak
menelusuri bentuk tulisan yang horizontal;
3. Random Letter Stage yaitu tahap menulia random. Pada tahap anak belajar berbagai
bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai kata ataupun kalimat.
4. Letter name writing or phonetic writing, yaitu tahap menulis nama. Pada tahap ini
anak mulai menyusun dan menghubungkan antara tulisan dan bunyinya. Anak mulai
menulis nama dan bunyi secara bersamaan.
Menurut Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) mengemukakan bahwa menulis adalah
menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Selanjutnya Mulyono menjelaskan menulis
adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis adalah suatu aktivitas
kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari, dan mata secara integrasi. Menulis juga
terkait dengan pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara.
Tarigan (1986:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis seorang penulis harus terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata untuk menyampaikan maksud serta
tujuan yang ingin diungkapkan. Menulis adalah keterampilan menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik yang dituliskan.
Pengajaran menulis yang di berikan pada usia dini khususnya memerlukan materi
menulis permulaan. Tarigan (dalam Mulyono, 2003:224) mendefinisikan menulis sebagai
melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orangorang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Menulis bukan hanya
sebagai kegiatan menulis kata dari deretan kata, melainkan juga keindahan tulisan yang terdapat
diantara baris. Dengan demikian dalam menulis bukan hanya sekedar menuangkan kata dalam
tulisan melainkan berusaha memahami tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar.
Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang
bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan- kemampuan yang
menghasilkan, dalam hal ini menghasilkan tulisan.
Menulis permulaan merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat
kompleks kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis,
kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa
yang efektif dan kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis dengan baik.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang- lambang grafis tersebut.
Alhaidah (1996:13) memberi pengertian bahwa menulis adalah suatu aktivitas
komunikasi bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas
rangkaian huruf yang bermakna. Dalam komunikasi tertulis paling tidak terdapat tiga unsur yang
terlibat, yaitu penulis sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan
pembaca sebagai penerima pesan.
2.1.2 Tujuan Keterampilan Menulis Permulaan
Keterampilan menulis permulaan dengan baik tidak dapat dimiliki oleh seorang anak
dengan begitu saja. Perlu adanya latihan terbimbing dari seorang guru yang berkompeten dalam
mengarahkan dan membimbing dengan terus menerus dan teratur. Dengan demikian
pembelajaran menulis permulaan melalui pendekatan guru adalah kegiatan belajar mengajar
yang menerapkan proses bimbingan dan latihan dalam menulis permulaan.
Tujuan keterampilan menulis permulaan pada anak usia dini adalah melatih motorik
halus anak agar mampu mengarahkan dan menyeimbangkan antara gerak tangan dan pikiran
yang dituangkan melalui coretan di atas kertas. Kegiatan menulis permulaan pada anak usia dini
diawali dari kegiatan cara memegang pensil yang baik.
Disamping itu, tujuan menulis permulaan pada anak usia dini adalah melukiskan
lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa tulis yang dapat dibaca oleh orang
lain. Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik haruslah banyak melatih diri dan seorang guru
haruslah membimbingnya.
2.1.3 Fungsi Keterampilan Menulis Permulaan
Fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung penulis dan pembaca
dapat berkomunikasi melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsipnya hasil menulis (tulisan) yang
paling utama, adalah dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca
memahami maksud tulisan yang dituangkan dalam tulisannya.
Mengingat proses komunikasi ini dilakukan secara tidak langsung, tidak melalui antara
tatap muka penulis dan pembaca, dan agar tulisan itu dapat berfungsi sebagaimana yang
diharapkan oleh penulis, maka isi tulisan lambang yang dipergunakan oleh penulis harus benarbenar dipahami oleh penulis atau pembacanya. Apabila tidak demikian, mungkin tulisan itu
berfungsi sebagai alat komunikasi, melainkan hanya sebagai alat lukisannya saja.
Banyak sekali manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis.
Menurut Akhadiah (dalam Suriamiharja, dkk. 1996:4) ada delapan manfaat yang dapat dirasakan
dari kegiatan menulis, yaitu:
Pertama, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi
dirinya. penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya mengenai suatu topik karena
menulis berarti mengembangkan suatu topik tertentu dan proses pengembangan tersebut
membutuhkan keterampilan berpikir dan menggali pengetahuannya.
Kedua, penulis dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan. Seorang penulis harus
bernalar, menghubungkan serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai
gagasannya.
Ketiga yaitu, penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang ditulis. Penulis juga dapat memperluas wawasan penulisan secara
teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis
kemudian mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, melalui tulisannya penulis
dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar menjadi lebih jelas dan dimengerti
oleh pembaca.
Kelima, penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih
objektif.
Keenam, dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan
permasalahan karena dapat menganalisis tulisan tersebut secara tersurat dalam konteks yang
lebih konkret.
Manfaat yang ketujuh adalah dengan menulis akan mendorong kita untuk terus belajar
secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap
informasi dari orang lain.
Manfaat yang terakhir yaitu, menulis akan membiasakan kita berfikir serta berbahasa
secara tertib dan teratur jika kegiatan menulis tersebut dilakukan secara terencana.
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak Untuk Menulis Permulaan
Menurut Lerner (dalam Mulyono 2003:227) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
anak untuk menulis diantaranya :
1) Motorik. Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami
gangguan, akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas, terputusputus, atau tidak mengikuti garis.
2) Perilaku. Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat
menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.
3) Persepsi. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis.
4) Memori. Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar
menulis karena anak tidak mampu untuk mengingat apa yang akan ditulis.
5) Kemampuan melaksanakan cross modal. Yaitu kemampuan menyangkut mentransfer dan
mengorganisasikan fungsi visual ke motorik.
6) Penggunaan tangan yang dominan. Yaitu anak yang tangan kirinya lebih dominan atau
kidal tulisannya juga sering terbalik-balik dan kotor.
7) Kemampuan memahami instruksi. Ketidakmampuan memahami instruksi dapat
menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru.
Menurut Patton dan polloway yang dikutip Mumpuniarti (2007: 107) bahwa anak belajar
menulis jika telah mampu menyentuh, meraihnya, melepaskan suatu benda, mampu
membedakan persamaan dan perbedaaan antara objek dan rancangannya, serta sudah menentu
gerakan jari tangannya. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi menulis antara lain kematangan koordinasi motorik dan sensoris serta didukung
oleh lingkungan.
2.1.5 Langkah-langkah dalam Pengajaran Menulis Permulaan
Adapun langkah-langkah menulis permulaan menurut Suprapto (1992: 6) adalah sebagai
berikut :
1). Pengenalan huruf
a) Guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada
kata-kata dalam kalimat.
b) Guru menunjukan suatu gambar benda atau anak yang ada hubungannya dengan huruf
yang hendak diperkenalkan siswa.
c) Guru memperkenalkan nama-nama dan mnenunjukan gambar.
2). Latihan
Latihan diperlukan agar anak mengenal, dan terampil dalam memegang pensil yang baik.
Latihan tersebut antara lain :
a) Latihan memegang pensil dan sikap duduk.
1.
3 Menggenggam Pensil
4. Menyeret Pensil
aman, dan juga sebagai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan
dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Menurut Herdian (2009: 12) pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru
untuk membantu membelajarkan anak, membantu merencanakan kegiatan belajar anak sesuai
dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki anak. Pendekatan individual akan
melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan anak, yang bertujuan untuk menimbulkan
perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan anak
dalam belajar. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu anak dalam menuntaskan
belajar mereka. Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar
mengajar, interaksi guru dan anak berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang
menyenangkan antara anak dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan
keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual.
Selain pendapat Herdian di atas, banyak ahli yang telah merumuskan pengertian
bimbingan. Di antaranya oleh Crow, Jones, Mortensen & Schmuller (dalam Amti, 1992:2)
sebagai berikut : Bimbingan individual adalah bantuan yang diberikan seseorang, baik pria
maupun wanita, yang terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang
memadai kepada seorang individu dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatankegiatan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu agar dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan potensi pada diri individu itu dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan khusus, dan
untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.
Aspek kurikulum.
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasasn pemahaman peserta didik.
2.
Aspek penilaian.
Membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh, yaitu menetapkan keberhasilan belajar
peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait dipadukan.
3.
Suasana Pembelajaran.
a. Membutuhkan suasana pembelajaran yang tenang dan menyenangkan, karena guru harus
mengetahui dan menghargai perbedaan pendapat anak didiknya.
b. Guru harus dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak serta mendorong anak untuk aktif dan
tidak takut salah dan berani serta terlibat sepenuhnya dalam proses belajar mengajar.
2.2.4 Fungsi Bimbingan Individual dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis
Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena, pensil, kapur dan
sebagainya, (dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:1098). Menulis bukan hanya sebagai
kegiatan menulis kata dari deretan kata, melainkan juga keindahan tulisan yang terdapat diantara
baris. Dengan demikian dalam menulis bukan hanya sekedar menuangkan kata dalam tulisan
melainkan berusaha memahami tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar.
Pengajaran menulis bagi anak usia dini merupakan pengajaran menulis permulaan.
Dalam pengajaran menulis permulaan guru sedapat mungkin membimbing anak, karena pada
tahap ini anak belum memahami tentang bentuk tulisan. Menulis merupakan dunia baru bagi
anak, dengan menulis anak dapat melakukan kreatifitas yang baru bagi mereka, guru dapat
memilih metode pengajaran yang dapat memudahkannya untuk mentransfer materi pengajaran
menulis, dan anak dengan mudah menerima materi sajian tersebut.
Layanan bimbingan individual merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia.
Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan individual tidak bisa dilakukan
secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan
yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan individual, baik dalam
tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan
serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi peningkatan
kemampuan menulis permulaan menggunakan pensil.
Pelaksanaan bimbingan yang diharapkan bagi anak dalam meningkatkan kemampuan
menulis permulaan menggunakan pensil ialah pelaksanaan bimbingan individual yang selalu
memberikan bimbingan dan modeling yang diberikan oleh guru sehingga teknik pembelajaran
menulis permulaan menggunakan pensil dapat dipahami dan dikuasai oleh anak.
2.2.4 Metode Dan Langkah-Langkah Pembelajaran.
a. Kegiatan persiapan awal.
Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, terdiri dari standar kompetensi,
kompetensidasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi.
b. Kegiatan belajar mengajar (inti).
1) Kegiatan Pendahuluan.
a) Memberikan apersepsi kepada anak yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran yang diharapkan,
materi ajar, serta standar ketuntasan minimum.
2) Kegiatan Inti.
a) Menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b) Memberikan pertanyaan, untuk melihat tingkat penguasaan materi yang dipahami anak.
c) Menggunakan pendekatan individual, untuk menjelaskan kembali materi pelajaran kepada
anak yang tingkat pemahaman materinya kurang.
d) Memberikan tugas individu dalam bentuk praktik.
3) Kegiatan penutup
a) Guru memandu untuk pengambilan kesimpulan
b) Guru memberikan pengembangan konsep
c. Kegiatan evaluasi.
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk melihat ketuntasan belajar anak, apakah hasil belajar
anak tuntas atau belum tuntas. Jika belum tuntas diberikan tugas tambahan yang dapat
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, jika ketuntasan belajar sudah terpenuhi guru dapat
mencatat dalam daftar kegiatan anak, untuk mengetahui tingkat penguasaan anak terhadap
materi.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretis di atas, maka dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian
ini adalah: Jika digunakan pendekatan bimbingan individual maka kemampuan menulis
permulaan menggunakan pensil pada anak di TK Makarti Kecamatan Taluditi Kabupaten
Pohuwato dapat ditingkatkan.
2.4 Indikator Kinerja
Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian tindakan ini adalah apabila kemampuan
anak menulis permulaan menggunakan pensil meningkat dilihat dari jumlah anak yang mampu
menulis permulaan menggunakan pensil berjumlah 13 orang atau 61% menjadi 18 orang atau
85% dari jumlah keseluruhan 21 orang anak.