B 02 dan Wonogiri
ABSTRACT
Influence of fermentation period and variety of cashew fruit to fermented
ethanol resulted
Cashew fruit can be fermented to become ethanol (C2H5OH) as a by product. The
ethanol is expected to be added farmers income. The research aims to knows the
content and volume of resulted ethanol from the fermentation of B02 and Wonogiri
cashew fruits. The study began in July to December 2010 Cikampek Experimental Garden
and Laboratory of The Research Institute for Tree Spice and Industrial Crops Sukabumi.
This study used a completely randomized design with 3 replication from 2 varieties (B02
and Wonogiri), and the main variable observed was content and volume of ethanol
resulted. The results showed that ethanol resulted were between 5.57 to 7.93%, with
the highest of ethanol obtained from Wonogiri varieties that is 7.93% with a fermentation
period 12 days, furthermore the highest of ethanol resulted from BO2 varieties that is
7.57% with a fermentation period 3 days. From 1 kg Wonogiri cashew fruit can produce
166,95 cc ethanol 95%, and from 1 kg B02 cashew fruit can produce 159,39 cc ethanol
95%.
Keywords : cashew fruit, fermentation, ethanol
PENDAHULUAN
Salah satu bahan bakar
nabati
(BBN)
yang
sangat
prospektif
dikembangkan
di
Buletin RISTRI Vol 2 (1) 2011
1
Indonesia
adalah
bioetanol.
Bioetanol adalah senyawa etanol
atau etil alkohol dengan rumus
kimia C2H5OH yang dibuat dari
tanaman
yang
mengandung
Pengaruh Varietas dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Buah Semu Jambu
Mete B 02 dan Wonogiri
Pengaruh Varietas dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Buah Semu Jambu Mete
B 02 dan Wonogiri
Penggunaan
Saccharomyces cerevisiae dalam
produksi etanol secara fermentasi
telah banyak dikembangkan di
beberapa negara seperti Amerika
Serikat, Brazil dan Afrika Selatan,
hal
ini
disebabkan
Saccharomyces cerevisiae dapat
memproduksi
etanol
dalam
jumlah besar dan mempunyai
toleransi terhadap kadar etanol
yang tinggi, tahan terhadap kadar
gula yang tinggi dan tetap aktif
melakukan
aktivitasnya
pada
suhu 4-32C (Elevri dan Putra,
2006; Kartika et al., 1992). Etanol
hasil fermentasi harus didestilasi
untuk
mendapatkan
etanol
dengan kadar 95%, menurut
Musanif (2008 cit Assegaf, 2009)
destilasi
merupakan
proses
pemisahan
komponen
berdasarkan titik didihnya, titik
didih etanol 78C sedangkan titik
didih air 100C, sehingga dengan
pemanasan larutan pada suhu
rentang
78-100C
akan
mengakibatkan sebagian besar
etanol menguap, dan pada unit
penampung
kondensasi
akan
dihasilkan etanol dengan kadar
95%.
Agar
bioetanol
dapat
dijadikan bahan bakar pengganti
atau campuran dengan bensin
premium, maka bioetanol harus
kering (kadar air maksimal 0,5%berat),
sehingga
bioetanol
berkadar
9295%
harus
dikeringkan (Soerawidjaya, 2006).
Adapun
teknik
yang
relatif
sederhana
untuk
ini
adalah
mengalirkan uap etanol tersebut
melalui suatu adsorben/penyerap
air seperti moleculer sieve atau
kalsium
sulfat
hemihidrat
(CaSO4.H2O),
sehingga
didapatkan
bioetanol
kering
Pengaruh Varietas dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Buah Semu Jambu
Mete B 02 dan Wonogiri
Pengaruh Varietas dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Buah Semu Jambu Mete
B 02 dan Wonogiri
Menurut
Nowak
(2000)
bahwa
gula
dalam
proses
fermentasi akan terurai menjadi
etanol dan gas karbon dioksida
dengan perbandingan sebagai
berikut :
Perbandingan
tersebut
hanya merupakan nilai teoritis
saja, sebab dalam kenyataannya
tidak semua gula akan diubah
menjadi etanol tetapi hanya
sekitar 90-95 persen.
Kadar Etanol ( % )
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
BO 2
Wonogiri
3.00
2.00
Lama
Fermentasi
1.00
0.00
3 Hari
6 Hari
9 Hari
12 Hari
Kadar
etanol
yang
dihasilkan dari fermentasi buah
semu jambu mete varietas BO 2
dan
Wonogiri
dengan
lama
fermentasi 3-12 hari berkisar
antara
5,377,93%.
Kalau
dikonversi terhadap kadar etanol
95%, maka dari 1 kilogram buah
semu mete variatas Wonogiri
Buletin RISTRI Vol 2 (1) 2011
5
Pengaruh Varietas dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Buah Semu Jambu
Mete B 02 dan Wonogiri
Pengaruh Varietas dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Buah Semu Jambu Mete
B 02 dan Wonogiri
etanol
adalah :
menjadi
asam
asetat
Jenderal
Purwokerto.
Sudirman
Ditjenbun.
2006.
Statistik
perkebunan
Indonesia
2004 2006 : Jambu Mete.
Direktorat
Jendral
Perkebunan, Departemen
Pertanian. Jakarta.
Elevri, P. A. Dan S. R. Putra. 2006.
Produksi
etanol
menggunakan
Sacccharomyces
cerevisiae
yang
diamobilisasi dengan agar
batang.
Buletin Akta
Kimindo 1(2) : 105-114.
Goksungur, Y. dan Zorlu, N. 2001.
Production of ethanol from
beet molasses by Caalginate
immobilized
yeast cells in a packed-bed
bioreactor, Turk J Biol 25
: 265-275
Hepworth, M., 2005, Technical,
Environmental
and
Economic Aspects of Unit
Operation
for
The
production of Bioethanol
From Sugar Beet in the
United Kingdom, CET IIA
Exercise 5, Corpus Christi
College.
Hermawan, D.R.W.A., T. Utami dan
M.N.
Cahyanto.
2005.
Fermentasi etanol dari sari
buah jambu mete oleh
Saccharomyces cerevisiae
FNCC 3015 menggunakan
Amonium Sulfat dan Urea
sebagai Sumber Nitrogen.
Agritech 20(2) : 93-98
Indrawanto, C. 2008. Penentuan
pola
pengembangan
Pengaruh Varietas dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Buah Semu Jambu
Mete B 02 dan Wonogiri
A.,
W.
A.
Wibowo,
Handayani dan I. Ariyani.
2009.. Pembuatan etanol
dari jambu mete dengan
metoda fermentasi. Buletin
Ekuilbrum 7(2) : 48 54.
Pengaruh Varietas dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Etanol Buah Semu Jambu Mete
B 02 dan Wonogiri