Anda di halaman 1dari 7

PETANI DENGAN SISTEM TUMPANG

SARI DALAM SATU LAHAN


(PETANI TERUNG DAN KANGKUNG)

Disusun oleh :
Adib Fauzan Rahman (H0712004)
Aini Nurjanah (H0712010)
Aprilia Kusuma Wardani (H0712027)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

A. Tumpang sari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture)
berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam
waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan
adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman
budidaya yang berbeda. Dalam pengamatan ini petani menggunakan sistem
tumpang sari untuk menanam terung dan kangkung.
B. Penanaman Terung (Solanum mengolena)
Terung (Solanum melongena) merupakan tanaman setahun berjenis perdu
yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60-90 cm. Daun tanaman ini lebar dan
berbentuk telinga. Bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga yang
sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga. Buah terung
sudah sangat dikenal masyarakat dan banyak digunakan sebagai lalap (sayuran
segar) atau disayur. Hal ini disebabkan oleh rasa buah terung yang enak dan
banyak mengandung vitamin.
Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus

: Solanum

Spesies

: Solanum melongena L.

1. Penanaman
Lahan penanaman disiapkan dan diolah terlebih dahulu, kemudian
di bentuk bedengan. Bedengan dibuat selebar antara 1,2 1,4 cm dan
panjang sesuai lahan. Kemudian bedengan dibuatkan lubang tanam

masing-masing berjarak sekitar 60 cm. Jarak antar barisan lubang tanam


70-80 cm. Setiap bedengan memuat dua barisan tanaman. Di antara
bedengan, haruslah dibuat parit yang berfungsi sebagai jalan dan
pembuangan air saat musim hujan. Hal ini penting dilakukan karena
terung tidak tahan genangan air. Selanjutnya setiap lubang tanam diberi
pupuk kandang atau kompos sebanyak 0,5-1 kg agar tanah cukup
mengandung bahan organik. Setelah lahan disiapkan, sebaiknya bibit yang
telah siap tanam dimasukkan secara tegak lurus ke dalam lubang tanam.
Kemudian di sekitar lubang tanam disirami air agar tanah cukup lembap,
tetapi tidak sampai tergenang.
2. Pemeliharaan
Setelah tanam, penyiraman dilakukan kembali setiap 3 hari sekali
hingga saat berbunga. Ketika masa berbunga, penyiraman dilakukan 2 hari
sekali. Namun, apabila penanaman dilakukan pada daerah kering, maka
penyiraman dapat dilakukan lebih sering agar tanaman tidak layu
kekeringan. Pemupukan pada terung dilakukan tiga kali, yaitu sebagai
pupuk dasar, susulan I, dan susulan II. Pupuk dasar diberikan saat tanah
mulai diolah, pupuk susulan I diberikan 7 -14 hari sesudah tanam, dan
pupuk susulan II diberikan saat tanaman mulai berbunga. Dosis
pemupukan bervariasi untuk setiap jenis terung dan jenis tanahnya, lihat
pada Tabel berikut.
3. Waktu dan dosis pemupukan
Nomor Jenis pupuk Total Pupuk Dasar Pupuk susulan I II 1. Pupuk
kandang 15 ton 15 ton 2. Urea 300 kg 100 kg 100 kg 100 kg 3. TSP 200 kg
200 kg 4. KCI 200 kg 200 kg Sumber : Rush Hukum, kk.,1990.
Pemeliharaan selanjutnya seperti penyiangan dan pendangiran dilakukan
bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun, bila dirasa perlu,
penyiangan dan pendangiran dapat dilakukan lebih sering. Tanaman terung
memerlukan penyangga agar cabang lateralnya tidak raboh terkena angin
atau hujan. Ajir dapat dibuat dari bambu atau kawat setinggi 60-90 cm.

C. Penanaman Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), juga dikenal sebagai Ipomoea
reptans Poir1.

merupakan

sejenis tumbuhan yang

termasuk

jenis

sayur-

sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar.


Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang
dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair.
Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Solanales

Famili

: Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)

Genus

: Ipomoea

Spesies: Ipomoea reptana Poir.


1. PersiapanLahan
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur,
setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar
mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm,
tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30
cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur
kalsit atau dolomit.
2. Pemupukan
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk
kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos
organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan
dosis 4 kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha
Urea (15 gr/m2) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian
pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian

diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu


tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu
setelah tanam.
3. Penanaman
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan.
Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 5
biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system
garitan (baris).
4. Pemeliharaan
Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun
hujan harus dilakukan
penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu tanaman masih
muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.
Dengan status tanah milik sendiri, tanaman yang dominan dalam
satu lahan ini adalah terung dan yang kedua adalah kangkung
Karena yang dominan adalah terung , maka yang dihitung dahulu
adalah terung (yang lebih spesifik perhitungannya)

D. Perhitungan
1. Penyiapan Lahan
Lahan yang dimiliki sebesar

Rp 0,00 (lahan milik sendiri)

150 m2
Pembuatan bendengan untuk

Rp 150.000,00

pembibitan terung
2. Pembibitan
- Membeli bibit terung

Rp 5000,00

@Rp10.000/Kg
3. Penanaman
- Upah tenaga kerja

Rp 0,00 (tidak menggunakan


tenaga kerja)

4. Pemeliharaan
- Pemupukan
Harga pupuk Urea

@Rp90.000/sack
Harga pupuk Posca

@Rp115.000/sack
Pengairan
Penggunaan diesel
Pembelian solar
Pembelian obat

Rp 90.000,00
Rp 115.000,00
Rp

0,00 (punya sendiri)

Rp

24.000,00

Rp

30.000,00

----------------- +
Rp 259.000,00
5. Panen
- Penjualan terong @1.500/Kg
menghasilkan 85Kg dalam

Rp. 127.500,00

panen 4 kali dalam 1 bulan


TOTAL
Rp 127.500,00 x 4 = Rp
510.000,00
6. Pasca Panen
- Penggunaan transpor untuk
menjual dari sawah ke pasar
7. Pembelian sarana produksi
- Cangkul
- Sabit

Rp 15.000,00

Rp 100.000,00

Rp 25.000,00
Karena dalam satu lahan/sawah menggunakan sistem tumpang sari, maka
pendapat petani menjadi 2 sumber yaitu dari penjualan terung dan kangkung

Perhitungan untuk tanaman kangkung


1. Pembibitan
- Pembelian bibit
@Rp25.000/Kg
2. Panen
- Saat panen kangkung 1 bulan

Rp 150.000,00

Rp 1.000.000,00

sekali, harga jual @Rp1000/Kg

(menghasilkan 1 ton =1000 Kg)


Keuntungan = {Hasil panen Terung dan Kangkung} - {Penyiapan
lahan + Pembibitan(terung dan kangkung) + Penananaman +

Pemeliharaan + Pasca panen}


{Rp 510.000,00 + Rp 1.000.000,00} {Rp 150.000,00 + (Rp 5000,00

+ Rp 150.000,00) + Rp 0,00 +Rp 259.000,00 +Rp 15.000,00}


Rp 1.510.000,00 - Rp 579.000,00 = Rp 931.000,00

E. Kesimpulan
1. Biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh petani tersebut sebesar
Rp 579.000,00
2. Biaya operasional meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaaan
dan pasca panen
3. Petani terung dan kangkung yang menggunakan sistem tumpang sari
tersebut memperoleh keuntungan sebesar Rp 931.000,00

Daftar Pustaka
http://www.id.wikipedia.org Diakses pada 27 November 2012
http://www.plantamor.com Diakses pada 27 November 2012
http://www.tipspetani.blogspot.com Diakses pada 27 November 2012

Anda mungkin juga menyukai