Berdasarkan cara yang dilakukan, kadar air benih mengalami
kenaikan persentase pada setiap pengamatan selama penyimpanan. kadar air terendah terjadi pada teknik ekstrasi perendaman dengan HCL 2% pada setiap pengematan selama masa simpannya. Sedangkan pada teknik ekstras benih cuci dengan air dan teknik ekstraksi benih direndam air selama 24 jam kondisi kadar airnya lebih tinggi. Benih memiliki sifat higroskopis yang berarti benih tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap uap air yang berada di sekitar lingkungannya sampai tercapai keseimbangan antara kadar air di dalam dan di luar benih. Kondisi lingkungan penyimpanan benih juga harus diperhatikan, karena pada kondisi tertentu benih dapat mengalami kemunduran selama penyimpanan. contoh dari kondisi tersebut seperti kondisi lingkungan pada suhu kamar dengan kelembaban yang relatif tinggi. Dengan sifat higroskopinya maka benih akan menyerap uap air selama masa penyempinan sehingga benih mengalami deteriorasi. Selain itu, kotoran fisik juga memengaruhi penyerapan uap air. Benih yang kotoran fisiknya lebih tinggi mampu menyerap uap air lebih banyak dibandingkan dengan benih yang kotoran fisiknya lebih rendah selama penyimpanan.