Latar Belakang
Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu komoditi pertanian yang dapat
diandalkan untuk menyerap tenaga kerja dan mempelancar pembanguan pertanian
karena merupakan komoditi penghasil devisa negara (Syakir 1996 dalam Helmi et al.
2004). Pada tahun 2004, produksi lada Indonesia mencapai 94.371 ton (Direktorat
Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2006 dalam Yuhono 2007) atau menduduki urutan
kedua dunia setelah Vietnam dengan produksi 105.000 ton (Asosiasi Eksportir Lada
Indonsia 2004; Internasional Pepper Community 2004 dalam Yuhono 2007).
Sebagian besar (99%) pertanaman lada diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat
dengan pengelolaan yang tradisional, antara lain penggunaan pupuk dan obat-obatan
terbatas atau tidak sesuai anjuran, penggunaan bibit asalan, dan pengelolaan hasil tidak
higienis. Akibanya (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2006 dalam Yuhono
2007).
Pasar Internasional lada, Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri
karena cita rasanya yang khas. Lada Indonesia dikenal dengan nama Muntok white
pepper untuk lada putih dan Lampong black pepper untuk lada hitam (Yuhono 2005
dalam Yuhono 2007).
Upaya peningkatan produksi cabai tidak selalu berjalan lancar, banyak mengalami
hambatan dan kendala. Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas
cabai adalah faktor varietas dengan daya hasil rendah dan adanya serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT) yaitu hama, penyakit, dan gulma (Badan Pusat Statistik
2013 Wandayani 2015). Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2006
dalam Yuhono (2007), produksi dan produktiviyas lada yang dicapai rendah, rata-rata
468 kg/ha, selain itu ekspor lada pun cenderung menurun rata-rata 9,60%/tahun.
Salah satu penghambat yang dapat menurunkan produksi tanaman lada adalah
gangguan penyakit kuning yang disebabkan oleh serangan jamur Fusarium spp. Jamur
Fusarium spp. merugikan para petani karena serangan jamur ini menyebabkan tanaman
mengalami layu patologis yang berakhir dengan kematian (Juanda 2009 dalam
Wandayani 2015).
Oleh karena itu, maka dilakukanlah penelitian ini untuk mengetahui potensi
antogenis Trichoderma sp. pada daun tanaman lada (Piper nigrum L.) terhadap jamur
Fusarium spp. penyebab penyakit kuning.
Tujuan
Tujuan penelitian dalam praktek lapang ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui kemampuan antagonis jamur Trichoderma sp. terhadap jamur Fusarium
spp. penyebab penyakit kuning.
2. Mengetahui interaksi antagonis jamur Trichoderma sp. terhadap jamur Fusarium spp.
Manfaat
Penelitian mengenai identifikasi dan uji antagonis jamur Trichoderma sp. terhadap
jamur Fusarium spp. Penyebab penyakit kuning dengan sumber isolat daun tanaman
lada (Piper nigrum L.) diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para petani dalam
menangani penyakit kuning pada tanaman lada menggunakan agen hayati seperti jamur
dan kepada
TINJAUAN PUSTAKA
Lada (Piper nigrum L.) merupakan komoditas penting yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi bagi rakyat Indonesia (Karmawati & Supriadi 2007 dalam Saefudin
2012).Lada merupakan tanaman penting di Indonesia karena hasil komoditas ini (buah
lada) menjadi salah satu sumber devisa dan juga merupakan komoditas ekspor yang
pada tahun 2000 telah mencapai 68.727 ton dan bernilai 221 juta US$. Ekspor lada
menempati urutan keenam setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, kakao, dan kelapa.
Namun demikian produktivitas lada di Indonesia masih rendah dibanding dengan India
maupun Malaysia (Setiyono et al. 2004 dalam Amanah 2009).
Sistematttika Tanaman Lada berdasarkan Taksonomi tumbuhan adalah:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Piperales
Famili
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper nigrum L.
Tanaman lada merupakan tumbuhan yang memanjat dengan akar melekat, jumlah
batang 5-15 helai daun berseling/tersebar, bertangkai, dengan daun penumpu yang
mudah gugur dan meninggalkan bekas berbentuk massa yang melingkar (Amanah
2009).
Dalam budidaya lada selalu menghadapi kendala, salah satunya adalah penyakit
tanaman. Salah satunya adalah penyakit tular tanah yang disebabkan oleh jamur
Fusarium oxysporum.
Penyakit Kuning
Penyakit kuning pertama kali dilaporkan terdapat pada pertanaman lada di daerah
Bangka oleh van der Vecht pada tahun 1932. Kemudian penyakit tersebut ditemukan
juga di daerah Kalimantan Barat. Selain di Indonesia, penyakit serupa dengan penyakit
kuning tersebut dilaporkan terdapat di Thailand dan India. Pada tahun 1967, penyakit ini
dilaporkan merusak pertanaman lada di Bangka sebesar 32% (Mustika 1990 dalam
Anonim
).
Penyakit kuning pada tanaman lada khususnya pada daerah Bangka disebabkan oleh
jamur parasit (Fusarium oxysporum dan Fusarium solani) yang diawali dengan
serangan dari nematode (Radopholus similis dan Meloidogyne incognita), selain
disebabkan oleh jamur Fusarium spp. dan nematoda, rendahnya kesuburan tanah,
kelembaban atau kadar air tanah yang rendah jutga dapat memicu timbulnya penyakit
kuning pada tanaman lada (Mustika 1990 dalam Anonim ).
Beberapa komponen pengendaliannya antara lain adalah varietas tahan (toleran),
teknik budidaya, pengendalian secara hayati, dan penggunaan pestisida (Anonim
).
GEJALA PENYAKIT
Gejala penyakit kuning pada tanaman lada terdiri dari gejala di atas permukaan tanah
dan gejala di bawah permukaan tanah (Anonim
).
nematoda Meloidogyne spp. Di dalam jaringan akar yang luka dan berpuru tersebut,
terdapat sekelompok nematoda. Selain itu pembuluh jaringan akar terserang nematoda
tersumbat oleh cairan seperti getah. Hal ini menyebabkan terhambatnya translokasi air
dan hara dari akar ke bagian tanaman lainnya.
Fusarium sp.
Genus Fusarium sp. adalah patogen tular tanah yang termasuk Hyphomycetes (sub
divisio Deuteromycotina). Jamur ini menghasilkan makrokonidia, mikrokonidia, dan
klamidiospora (Akhsan 1996 dalam Nugraheni 2010). Sebagian besar dari genus ini
merupakan jamur saprofit yang umumnya terdapat di dalam tanah, tetapi ada juga yang
bersifat parasit.(Nugraheni 2010).
Klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Fungi
Filum
: Deuteromycota
Kelas
: Deuteromycetes
Ordo
: Moniliales
Famili
: Tuberculariaceae
Genus
: Fusarium
Spesies
: Fusarium sp.
cendawan patogen penyebab penyakit layu ini mulanya berwarna putih keruh, kemudian
menjadi kuning pucat, merah muda pucat sampai keunguan.
Cendawan ini tumbuh dari spora dengan struktur yang menyerupai benang, ada yang
mempunyai dinding pemisah dan ada yang tidak. Benang secara individu disebut hifa,
dan massa benang yang luas disebut miselium. Miselium adalah struktur yang
berpengaruh dalam absorbsi nutrisi secara terus-menerus sehingga cendawan dapat
tumbuh dan pada akhirnya menghasilkan hifa yang khusus menghasilkan spora
reproduktif (Foth 1991 dalam Nugraheni 2010). Miselium terutama terdapat di dalam
sel khususnya di dalam pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat di antara
sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi.
Fusarium hidup sebagai parasit dan saprofit pada berbagai tanaman terutama pada
bagian pembuluhnya, sehingga tanaman menjadi mati karena toksin (Sastrahidayat 1989
dalam Nugraheni 2010). Stadium terakhir merupakan stadium yang tahan pada segala
cuaca. Cendawan menginfeksi akar terutama melalui luka, menetap dan berkembang di
berkas pembuluh. Setelah jaringan pembuluh mati dan keadaan udara lembab,
cendawan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi.
Penyebaran spora dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan alat pertanian (Anonim
2009 dalam Nugraheni 2010). Cendawan Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik pada
bermacammacam media agar yang mengandung ekstrak sayuran. Mula-mula miselium
tidak berwarna, semakin tua warnanya semakin krem, akhirnya koloni tampak
mempunyai benang. Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora yang
berdinding tebal. Jamur membentuk banyak mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna,
lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4 m, makrokonidium lebih jarang, berbentuk
kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,55,5 m (Semangun 2001 dalam Nugraheni 2010).
Daur penyakit layu fusarium
Cendawan Fusarium sp mengalami 2 fase dalam siklus hidupnya yakni patogenesa
dan saprogenesa. Patogen ini hidup sebagai parasit pada tanaman inang yang masuk
melalui luka pada akar dan berkembang dalam jaringan tanaman yang disebut sebagai
fase patogenesa sedangkan pada fase saprogenesa merupakan fase bertahan yang
diakibatkan tidak adanya inang, hidup sebagai saprofit dalam tanah dan sisa-sisa
tanaman dan menjadi sumber inokulum untuk menimbulkan penyakit pada tanaman
yang lain. Agrios (1997) dalam Susetyo (2010) dalam Nugraheni (2010),
mengemukakan bahwa patogen ini dapat menimbulkan gejala penyakit karena mampu
menghasilkan enzim, toksin, polisakarida dan antibiotik dalam jaringan tanaman.
Cendawan mengadakan infeksi pada akar terutama melalui luka-luka. Bila luka telah
menutup, patogen berkembang sebentar dalam jaringan parenkim, lalu menetap dan
berkembang dalam berkas pembuluh. Huda (2010) dalam Nugraheni (2010),
menyebutkan bahwa cendawan Fusarium tidak dapat menginfeksi batang atau akarrimpang meskipun bagian ini dilukai. Nematoda (Radopholus similis) membantu dalam
infeksi Fusarium sp. Penularan penyakit melalui bibit terinfeksi, pemindahan bibit,
angin, air, tanah terinfestasi, permukaan air drainase, pembubunan, luka karena
serangga, alat pertanian, dan lain-lain (Booth 1985 & Semangun 2001 dalam Nugraheni
2010). Maria et al (2004) dalam Nugraheni (2010) menerangkan bahwa inokulum
patogen dapat masuk melalui akar dengan penetrasi langsung atau melalui luka. Di
dalam jaringan tanaman, patogen dapat berkembang secara interseluler maupun
intraseluler. Klamidospora dapat berkecambah bila ada rangsangan eksudat akar yang
mengandung gula dan asam amino, juga dapat dirangsang dengan penambahan residu
tanaman ke dalam tanah (Sastrahidayat, 1986 dalam Nugraheni (2010). Klon tanaman
yang rentan tidak dapat ditanam kembali hingga 30 tahun pada tanah yang sudah
terinfeksi Fusarium sp. Di dalam tanah, cendawan Fusarium sp dapat bertahan sebagai
parasit pada tanaman gulma yang bukan inangnya. Ujung akar atau bagian permukaan
rizoma yang luka merupakan daerah awal utama dari infeksi (Ploetz, 2003 dalam
Nugraheni (2010).
Penanaman isolat patogen Fusarium spp. pada cawan petri terpisah juga dilakukan
sebagai kontrol. Biakan selanjutnya diinkubasi selama 1 minggu dalam suhu ruangan.
Pengamatan dilakukan setiap hari dari saat inokulum ditanam dengan mengukur
pertumbuhan koloni untuk mengetahui persentase daya hambat jamur antagonis.
Persentase hambatan dihitung berdasarkan rumus yang diadaptasi dari rumus yang
dikemukakan oleh Alfizar et al. 2013 dalam Kusumawardani et al. 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Amanah S. 2009. Pertumbuhan Stek Lada (Piper nigrum Linnaeus) Pada Beberapa
Macam Media dan Konsentrasi Auksin[Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Anonim
. Penyakit Kuning Pada Tanaman Lada dan Cara pengendaliannya.
http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/file/Perkembangan
%20TRO/edsusvol17no2/5Ika.pdf [29 Juni 2016].
Helmi, Djoefrie MHB, Mugnisjah WQ, Syakir M. 2004. Serapan Hara oleh Lada Perdu
(Piper nigrum L.) Pada Kerapatan Tanaman dan Pemupukan yang Beragam di
Bawah Tegakan Kelapa. Serapan Hara Oleh Lada Perdu (Piper nigrum L)
27(2):145-158.
Nugraheni ES. 2010. Karakterisasi Biologi Isolat-Isolat Fusarium sp. Pada Tanaman
Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Asal Boyolali[skripsi]. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Saefudin. 2012. Pengaruh Umur dan Lama Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Benih
Lada. Buletin RISTRI 3(3):245-250.
Wandayani SAT, Yuliani, Rahayu YS. 2015. Uji Ketahanan Lima Varietas Tanaman
Cabai Merah (Capsicum annuum) terhadap Penyakit Tular Tanah (Fusarium
oxysporum f.sp capsici). Lentera Bio 4(3):155-160.
Yuhono JT. 2007. Sistem Agribisnis Lada dan Strategi Pengembangannya. Jurnal
Litbang pertanian 26(2): 76-81.
KERANGKA ACUAN
Nama Tempat Praktek Lapang
Nama Penyelia
Jabatan Penyelia
Alamat
Telepon/Fax/Email
Turut Memeriksa Laporan
Nama Mahasiswa
Nomor Induk Mahasiswa
Telepon/Email
Nama Pembimbing
Telepon/Fax/Email
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Judul
Uraian Singkat
Waktu
.
1.
2.
Minggu ke-2 Eksplorasi dan pengambilan sampel akar tanaman lada (Piper nigrum
L.) (I) di lokasi serta isolasi jamur Fusarium sp. dari akar tanaman
lada (Piper nigrum L.) (I).
Minggu ke-3 Eksplorasi dan pengambilan sampel akar tanaman lada (Piper nigrum
3.
L.) (II, III) di lokasi, isolasi jamur Fusarium sp. dari akar tanaman
lada (Piper nigrum L.) (II, III) dan pengamatan isolat jamur Fusarium
4.
5.
Penyelia,
Ayu Lestari
Pembimbing,
Nama Mahasiswa
NIM
Program Studi
Pembimbing,
Penyelia,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi