Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan industri yang semakin cepat akan diikuti dengan
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia, oleh karena itu rekayasa teknologi harus diusahakan
penyesuaiannya dengan manusia itu sendiri dan jangan sampai menimbulkan
gangguan kesehatan bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Dalam proses produksi, unsur tenaga kerja mempunyai peranan yang
sangat penting untuk mendapatkan jumlah produksi yang maksimal. Oleh karena
itu perlu di usahakan tenaga kerja yang sehat dan produktif yang dapat
mendukung produksi perusahaan. Untuk mencapai semua itu perlu diciptakan
ketentraman, ketenangan dan kenyamanan dalam lingkungan kerja agar tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya terhindar dari gangguan-gangguan yang
ada dalam lingkungan kerja. Dengan demikian maka derajat kesehatan dan
keselamatan serta kesejahteraan tenaga kerja dapat terjamin.
Tetapi industri-industri sekarang banyak yang hanya mengejar target
produksi tanpa memperhatikan ketentuan dan Sistem Manajemen K3 sehingga
tenaga kerja tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya dan bisa
menyebabkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK). Salah satufaktor yang
menyebabkan

PAK

yaitufaktorkimia.Bahan-bahankimiaitulah

yang

merupakanracun-racundalamindustri.Sifat-sifatfisikdanderajatracunbahankimia
yang

dipergunakandalamindustritergantungdaribeberapafaktor.Salah

satufaktortersebutyaituuap, gas dan bahan-bahan kimia.


Gas merupakan bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun
sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada suhu dan tekanan normal. Gas
berasal dari proses produksi, pembakaran dan proses lain. Jika gas yang
jumlahnya melebihi NAB yang telah ditetapkan dapat menyebabkan polutan dan
1

bersifat racun. Zat-zatpencemarudarayaitu SO2, CO, NO2, NH3, Hidrokarbondan


gas lain : HCN, H2S.
Sedangkan salah satu gas pencemar udara yang sering kita rasakan
maupun kita lihat adalah pencemaran gas CO (karbon monoksida). Gas CO
merupakan hasil pembakaran tidak sempurna bahan karbon atau bahan-bahan
yang mengandung karbon (Sumamur, 2009). Gas CO sering kita dapati pada
keluaran gas buang kendaraan bermotor, cerobong asap industri/pabrik, asap
rokok, dan lain-lain. Gas CO ini sangat berbahaya bagi tubuh atau organ
pernapasan manusia. Karena apabila gas CO ini masuk kedalam tubuh dengan
jumlah yang melebihi ambang batas dapat mengakibatkan sesak nafas, tidak
sadarkan diri, bahkan sampai berujung kepada kematian.
Dari latar belakang di atas, kami melakukan pengukuran kadar gas CO
di sekitar kampus D4 K3 di tirtomoyo untuk mengetahui berapa besar kandungan
gas CO yang ada dan untuk mengambil tindakan pencegahan agar tidak ada
masalah/penyakit akibat gas CO di lingkungan kampus D4 K3.
B. Tujuan
1. Mengetahuipengertianmengenai gas.
2. Mengetahuialat-alat yang di gunakandalampengukuran gas.
3. Menganalisahasilpengukuran

gas

KarbonMonoksidadenganmembandingkanmelalui NAB yang ada.


4. Mengadakanpencegahandanpenanggulanganterhadapbahaya

gas

ditempatkerja.
C. Manfaat
1. BagiPraktikan
a. Menambahpengetahuan yang berhubungandenganjenis-jenis gas yang
berbahayadan yang tidakberbahaya.
b. Mengetahuidanmengoperasikanberbagaialatukur
Kitagawa, Multigas LTX, CO Meter .
c. Mengetahuipencegahandanpengendalian

gas
gas

seperti,Detektor
yang

telahmelebihiNilaiAmbang Batas (NAB).


d. Mampu melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya gas
karbon monoksida dan hidrogen sulfida di tempat kerja.

2. Bagi Diploma 4Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a.
Memberi bekal ilmu kepada mahasiswa bagaimana cara
menggunakan alat ukur gas seperti, Detektor Kitagawa, Multigas LTX
310, CO Meter.
b. Menambah referensi kepustakaan mengenai pengukuran gas bagi
program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
c. Menciptakan sumber daya mahasiswa ahli K3 yang
d.

mampu

menanggulangi gas berbahaya bagi tenaga kerja.


Melakukan pencegahan terhadap bahaya gas yang terjadi

ditempat kerja.
e. Menciptakan mahasiswa D.IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
ahli dalam masalah manajemen bahaya gas ditempat kerja.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Gas

Gas merupakan suatu fase benda. Seperti cairan, gas mempunyai


kemampuan untuk mengalir dan dapat berubah bentuk. Namun, berbeda
dengan cairan, gas yang tak tertahan tidak mengisi volume yang telah
ditentukan, sebaliknya gas mengembang dan mengisi ruang apapun dimana
mereka berada.
2. Definisi Pencemaran Udara
Pencemaran lingkungan menurut pasal 1 angka 7 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya.
3. Macam-Macam Gas Pencemar Udara
Diantara gas beracun terpenting dalam higiene perusahaan dan kesehatan
kerja adalah sulfur dioksida, asam sianida, asam sulfide, karbonmomnoksida
(CO) serta derivat-derivatnya. Gas seperti ozon dan CO 2, kadang-kadang
dapat menyebabkan terjadinya keracunan pula. Selain itu, terdapat aneka
racun gas yang khas untuk suatu proses industri tertentu sehingga terhadapnya
dituntut kewaspadaan yang tinggi.
Gas yang dapat menyebabkan pencemaran udara antara lain :
a. Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO. bersumber dari
instalasi pembakaran pabrik dan minyak bumi. Dalam udara, NO
dioksidasi menjadi NO2dan bila bereaksi dengan hidrokarbon yang terdapat
dalam udara akan membentuk asap. NO2akan berpengaruh terhadap tanamtanaman

dan

sekaligus

menghambat

pertumbuhan.

Pabrik

yang

menghasilkan NO di antaranya adalah pabrik pulp dan rayon, almunium,


turbin gas, nitrat, bahan peledak, semen, galas, batubara, timah hitam, seng
dan peleburan magnesium.
b. Fluorida

Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat berkembang di


atmosfer karena amat reaktif. Dalam bentuk fluorine, zat ini tidak dihisap
tanah tapi langsung masuk ke dalam daun-daun menyebabkan daun
berwarna kuning kecoklatan. Binatang yang memakan daunan tersebut bias
menderita penyakit gigi rontok. Pabrik yang menjadi sumber fluor antara
lain pabrik pengecoran aluminium pabrik pupuk, pembakaran batubara,
pengecoran baja dan lainnya.
c. Sulfur Dioksida
Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi
kuning kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-bintik. Gas ini juga
menyebabkan hujan asam, korosi pada permukaan logam dan merusak
bahan nilon dan lain-lain. Gas SO 2menyebabkan terjadinya kabut dan
mengganggu reaksi fotosintesa pada permukaan daun. Dengan air, gas
SO2membentuk asam sulfat dan dalam udara tidak stabil. Sumber gas
SO2adalah pabrik belerang, pengecoran biji logam, pabrik asam sulfat,
pabrik semen, peleburan tembaga, timah hitam dan lain-lain. Dalam
konsentrasi melebihi nilai ambang batas dapat mematikan.
d. Ozon
Ozon dengan rumus molekul O3disebut oksidan merupakan reaksi
foto kimiawi antara NO2dengan hidrokarbon karena pengaruh ultra violet
sinar matahari. Sifat ozon merusak daun tumbuh-tumbuhan, tekstil dan
melunturkan warna. Reaksi pembentukan ozon sebagai berikut:
NO2ultra violetNO + On
O2+ On

O3

NO + On

NO2

Peroksil asetil nitrat merupakan reaksi NO2dalam fotosintesa merusakkan


tanaman.
e. Amonia

Gas amonia dihasilkan pabrik pencelupan, eksplorasi minyak dan


pupuk. Gas ini berbahaya bagi pemanfaatan dan baunya sangat
merangsang. Pada konsentrasi 25% mudah meledak.
f. Karbon Monoksida
1) Sumber dan Distribusi
Karbon Monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara
alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Karbon
monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal
di atmosfer, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO
dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun.
Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang
menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber
tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri
dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992)
dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari
emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO,
sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok
yang sedang dihisapnya. Sumber CO dari dalam ruang (indoor)
termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang.
Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi
didalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO diperkotaan cukup
bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar
maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan
malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh
topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Pemajanan CO dari udara
ambien dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-haemoglobin
(HbCO) dalam darah yang terbentuk dengan sangat pelahan karena

butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara kadar


CO diudara dan HbCO dalam darah. Oleh karena itu kadar CO didalam
lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam
pemajanan Data CO yang dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam
pengukuran sepajang hari (moving 8 hour average concentration)
adalah lebih baik dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam
rata-rata dari 3 kali pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda
dalam sehari. Perhitungan tersebut akan lebih mendekati gambaran dari
respons tubuh manusia terhadap keracunan CO dari udara. Karbon
monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal
dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan
tungku masak. Kadarnya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat
tersebut bekerja, tidak memadai ventilasinya. Namun umunnya
pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya lebih kecil
dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok. Beberapa
Individu juga dapat terpajan oleh CO karena lingkungan kerjanya.
Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh CO termasuk polisi
lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas industri
logam, industri bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam
kebakaran. Pemajanan CO dari lingkungan kerja seperti yang tersebut
diatas perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel
kendaraan bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3 dan
didalam darah para pekerja bengkel tersebut bisa mengandung HbCO
sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para petugas yang
bekerja dijalan raya diketahui mengandung HbCO dengan kadar 4
7,6% (porokok) dan 1,43,8% (bukan perokok) selama sehari bekarja.
Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang
melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18 kota besar di
Amerika Utara menunjukan bahwa 45 % dari masyarakat bukan

perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam darahnya terkandung


HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri
dapat memproduksi CO akibat proses metabolismenya yang normal.
Produksi CO didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar
0,1+1% dari total HbCO dalam darah.
2) Penyebab Keracunan
Keracunan terjadi karena sel-sel darah merah mengikat karbon
monoksida lebih cepat dibandingkan dengan oksigen. Sehingga jika ada
banyak karbon monoksida di udara, tubuh akan mengganti oksigen
dengan karbon monoksida tersebut. Oksigen dihambat oleh tubuh
sehingga

bisa

merusak

jaringan

dan

menyebabkan

kematian.

(Arief,2000)
a) Menggunakan kendaraan atau berada dekat kendaraan. Sejak gas
arang (mengandung 7% CO) dengan gas alam, kejadiaan bunuh diri
berkurang seperti meletakkan kepala di dalam oven untuk
mencelakai diri sendiri, banyak terjadi di Britain dan kota lainnya.
Tahun 1961 di UK, terdapat 2711 kasus bunuh diri dan 1014 kasus
kecelakaan/kematian mendadak dengan CO. Dan juga ditemukan
CO pada kasus bunuh diri dengan bakar diri akibat mesin. Bensin
menghasilkan 5-7% CO yang terdapat dalam asap, dalam mesin
yang tidak digunakan, juga yang tidak layak pakai. Diesel
menghasilkan CO lebih sedikit dibandingkan bensin, seharusnya
CO terurai ke atmosfer sehingga penyebaran atau distribusi CO
dalam jumlah kecil dalam kota besar dan polisi lalu lintas mungkin
sekitar 10% saturasi dalam hemoglobinnya. Tapi jika dalam tempat
yang kecil dan sempit akan sangat berbahaya. Misalnya 1500cc
bensin dalam kendaraan yangtidak digunakan berada di garasi,
dapat menghasilkan CO dengan konsentrasi tinggi dapat mematikan
dalam 10 menit. Suatu percobaan bunuh diri lainnya, dengan hanya
duduk dikendaraan dengan jendela terbuka dan kendaraan dalam

garasi. Ada juga akibat terbakarnya mesin kendaraan, yang efek


toksisnya dapat menyebabkan stupor dan koma. Efek CO juga dapat
mengenai supir atau pegendara kendaraan yang dijalankan.
Biasanya

disebabkan

mesin

kendaraan

yang

rusak

dan

penyaringnya bocor, sehinngga CO masuk kedalam lendaraan. Pada


pesawat kecil, biasanya mesin berdekatan dengan kokpit. Dan jika
terjadi kebocoran dapat menyebabkan pilot menjadi lemah dan
b)

mati, tetapi tabrakan lebih dari keracunan CO.


Alat-alat rumah tangga yang panas dapat menghasilkan CO. Bahan
bakar berasal dari gas alami yang terbebas dari monoksida, yaitu
sebagian oksidasi dari suatu kerusakan, atau hasil dari gas itu
tersendiri. Bahan bakar padat dipakai untuk sumber panas jika ada
kerusakan pada cerobong asap. Parafin yang panas mungkin
terbakar dengan CO yag tidak adekuat dan hidokarbon lainnya, dan
malfungsi ini dapat menyebabkan kebakaran akibat monoksida.
Penyebab lain, karena instalasi gas alami misalnya tidak adanya
timah atau ventilasi yang tidak adekuat , ini dapat menyebabkan
monoksida kembali keruangan. Gas alat rumah tangga, khususnya

pemancar air panas dapat memproduksi CO.


c) Penyebab utama dari kematian monoksida karena struktur
kebakaran dirumah atau gedung lain,penyebab terbesar kematian
pada kebakaran rumah tidak disebabkan karena terbakar tapi karena
menghirup asap. Keadaan fatal ini disebabkan karena keracunan
CO, walaupun gas-gas lain seperti sianida, phosgene dan acrolein
sebagian turut berperan. Kebanyakan korban dari kebakaran rumah,
mati jauh dari pusat api, yang mungkin terdapat pada ruangan
berbeda atau lantai yang berbeda, jaringan monoksida pada jarak
jauh dan membunuh manusia walaupun sedang tidur atau
terperangkap pada saat di dalam gedung.

10

d)

Pada proses industri dapat meninggalkan keracunan monoksida


khususnya pada pekerja besi dan baja, yang menhasilkan gas dan
gas air yang dengan sengaja dihasilkan dari hasil pabrik. Gas air
dapat terdiri dari > 40% CO dan tiap harinya membentuk gas
kekota untuk kebutuhan rakyat, yang menambah kadar monoksida
7% dari batubara. Proses industri lain seperti metode the Mond
yang memproduksi nikel, menggunakan CO, sama seperti pada
umumnya bahaya dari pemanasan proses produksi dimana
pembentukan gas selama pembakaran pada penambangan batu bara,
CO adalah salah satu gas yang menghasilkan ancaman yang jelas,
yang keluar dari lapisan-lapisan batu bara tapi yang dihasilkan dari

e)

asap hasil pembakaran pada proses penambangan.


Pembakaran yang tidak sempurna pada gas api dari beberapa bahan
bakar gas yang menghasilkan CO, seperti api mengenai permukaan
logam dingin atau permukaan yang dilapisi dengan jelaga, oksidasi
sebagian dari batubara mengasilkan monoksida. Pada pemakaian
batubara dari sumber butane atau propane, camper dan boats, dapat
memperburuk ventilasi yang secara lambat dan berbahaya
menghasilkan monoksida. Kematian seluruh keluarga pernah terjadi
pada keadaan ini, dimana mereka terekspos sepanjang malam

terakumulasi secara lambat oleh CO dari refrigerator dan alat lain.


3) Tanda atau Gejala Keracunan Gas Monoksida
Keracunan gas CO atau karbon monoksida sukar didiagnosa.
Gejalanya mirip dengan flu yaitu didahului dengan sakit kepala, mual,
muntah, lelah, lesi pada kulit, berkeringat banyak, pyrexia, pernapasan
meningkat, mental dullness dan konfusion, gangguan penglihatan,
konvulsi, hipotensi, myocardinal, dan ischamea.
Kemungkinan terjadi kematian akibat sukar bernafas sangat
tinggi.Kematian

terhadap

kasus

keracunan

karbon

monoksida

11

disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat selular (cellular


hypoxia).
Sel darah merah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga
gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan
gas lain. Sel darah merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap
karbon monoksida dari pada oksigen. Sehingga jika terdapat CO dan
O2, sel darah merah akan cenderung berikatan dengan CO.
Bila terhirup, karbon monoksida akan terbentuk dengan
hemoglobin (Hb) dalam darah dan akan terbentuk karboksi
haemoglobin sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan
karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen.
Gas ini juga dapat mengganggu aktivitas selular lainnya yaitu
dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar
oksigen seperti otak dan jantung. Gejala klinis saturasi darah oleh
karbon monoksida adalah sebagai berikut :(Marylin.D,2000)
a) Konsentrasi CO dalam darah < 20%, tidak ada gejala.
b) Konsentrasi CO dalam darah 20%, gejala nafas menjadi sesak.
c) Konsentrasi CO dalam darah 30%, gejala sakit kepala, lesu, mual,
nadi dan pernapasan meningkat sedikit.
d) Konsentrasi CO dalam darah 30 - 40%, gejala sakit kepala berat,
kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi
gerakan.
e) Konsentrasi CO dalam darah 40 - 50%, gejala kebingungan makin
f)

meningkat dan setengah sadar.


Konsentrasi CO dalam darah 60 - 70%, gejala tidak sadar,

g)

kehilangan daya mengkontrol feses dan urin.


Konsentrasi CO dalam darah 70 - 80%, gejala koma, nadi menjadi

tidak teratur, kematian karena kegagalan pernapasan.


4) Dampak Keracunan Gas Monoksida Terhadap Kesehatan
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah
kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah
merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini
menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200

12

kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian


HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul
sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh
tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena
dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi
enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO
yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi
orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi
darah periferal yang parah.
Tabel 1. Konsentrasi COHb (%) bagi Kesehatan
No

Konsentrasi

.
COHb dalam %
1.
0 10
2.
10 20
3.
20 30
4.
30 40
5.
40 50
Bersambung
6.
50 60
7.
60 70
8.
70 80
9.
80 90
10.
> 90

Pengaruh terhadap kesehatan


Tidak ada gejala
Leher seperti tercekik, sedikit sakit kepala
Sakit kepala dan pening
Sambungan
Sakit kepala yang sangat, lemah, mual, kolaps
Kolaps sangat pasti, denyut nadi cepat
Pulsus nadi dan respirasi meningkat
Koma, mungkin kematian
Nadi lemah, kematian dalam beberapa jam
Kematian dalam waktu 1 jam
Kematian dalam waktu beberapa menit

Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan


seseorang pada saat terpengaruh. Pada beberapa orang yang berbadan
gemuk dapat mentolerir pengaruh CO sampai kadar HbCO dalam
darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang
menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah
apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 510%.
Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan
sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari
masyarakat berbadan sehat terhadap pengaruh CO kadar rendah dan
dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja

13

para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk


mendeteksi adanya perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi
pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan
kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu atau terhambat
pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5%
(hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing
sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok,
karena kemungkinan sudah terbiasa dengan kadar yang sama dari asap
rokok.
Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan
berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat
penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang
pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang lebih ringan, kesadaran
hilang pada HbCo 70% selama 5-60 menit. Gangguan tidak dirasakan
pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat dan tidak
proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap
pekerja yang bekerja selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6%
menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi
agak berbeda.
5) Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk para bukan
perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO dan
menurunnya kapasitas maksimum oksigen. Walaupun kadar CO yang
tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan
denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal gagal jantung, dan
kerusakan pembuluh darah periferal, tidak banyak didapatkan data
tentang pengaruh penggunnaan CO kadar rendah terhadap sistim
kardiovaskular. Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa CO
kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit

14

tersebut (perokok berat tidak jarang mengandung kadar HbCO sampai


15%).
Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon
monoksida menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas
bahwa CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh
tubuh yang dapat berakibat serius pada seseorang yang telah menderita
sakit jantung atau paru-paru.
Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat
penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan
wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada
saat melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul pada pasien
yang terkena CO dengan kadar 60 mg/m3, yang menghasilkan kadar
HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil dan janin yang
dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh (endogenous)
dengan kadar yang lebih tinggi, pengaruh tambahan dari luar dapat
mengurangi

fungsi

oksigenasi

jaringan

dan

plasental,

yang

menyebabkan bayi dengan berat badan rendah. Kondisi seperti ini


menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan bayi dengan berat
badan lebih rendah dari normal. Masih ada dua aspek lain dari
pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu dicatat. Pertama,
tampaknya binatang percobaan dapat beradaptasi terhadap pemajanan
CO karena mampu mentolerir dengan mudah pemajanan akut pada
kadar tinggi, walaupun masih memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Kedua, dalam kaitannya dengan CO di lingkungan kerja yang dapat
menggangggu pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan
bahwa paling sedikit satu jenis senyawa hidrokarbon-halogen yaitu
metilen khlorida (diklorometan), dapat menyebabkan meningkatnya
kadar HbCO karena ada metobolisme di dalam tubuh setelah absorpsi
terjadi.
Tabel 2. Dampak paparan CO bagi tubuh

15

Kadar CO :

Waktu kontak :

Dampaknya bagi tubuh :

100 ppm

Sebentar

dianggap aman

30 ppm

8 jam

menimbulkan pusing dan mual


pusing dan kulit berubah kemerah-

1000 ppm

1 jam

1300 ppm

1 jam

> 1300 ppm

1 jam

merahan
kulit jadi merah tua dan rasa pusing

6)

yang hebat
lebih hebat sampai kematian

Pencegahan dan Penanggulangan Keracunan Gas Monoksida


a) Pencegahan
(1) Jangan menggunakan generator di dalam ruangan atau ruangan
yang tertutup sebagian/penuh, seperti garasi dan ruangan bawah
tanah. Pintu dan jendela yang dibuka dapat mencegah
akumulasi karbon monoksida. Pastikan generator mempunyai
jarak minimal 1 meter pada ruangan yang terbuka di segala
(2)

sisinya untuk memastikan ventilasi yang memadai.


Jangan menggunakan generator diluar ruangan,

jika

peletakannya dekat dengan pintu, jendela atau lubang ventilasi


yang dapat mengakibatkan CO masuk dan berakumulasi pada
(3)

ruangan yang terhuni oleh manusia.


Jika menggunakan pemanas ruangan dan tungku, pastikan
bahwa peralatan tersebut bekerja dalam kondisi yang baik untuk
mencegah timbulnya CO dan jangan pernah menggunakannya

(4)

pada ruangan tertutup atau dalam ruangan.


Pertimbangkan untuk mengganti peralatan yang berbahan bakar
bensin dengan peralatan yang dijalankan oleh listrik atau udara

(5)

bertekanan, jika tersedia.


Periksa sistem pembuangan pembakaran mobil dan sistem
pendingin udara anda setahun sekali, kebocoran dalam sistem

16

kecik tersebut dapat mengakibatkan masuknya CO ke dalam


(6)

mobil
Jika anda mengalami gejala keracunan CO, segera keluar
untukmendapatkan udara segar dan cari bantuan dari poliklinik

b)

terdekat.
Penanggulangan
(1) Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan
exhaustfan.
Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
(a) Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
(b) Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
(3) Lakukan evaluasi dan terapi suportif jalan nafas
(4) Lakukan intubasi orotrakhea bila terjadi gangguan ventilasi dan
(2)

oksigenasi
(5) Berikan suplemen oksigen 100% melalui masker yang melekat
erat ke wajah
Catatan: waktu paruh eliminasi COHb dalam serum
bila bernafas dengan udara bebas adalah 520 menit, berubah
menjadi 80 menit bila bernafas dengan oksigen 100%. Terapi
oksigen sebaiknya tidak dihentikan sampai gejala hilang dan
kadar COHb < 10%.
(a) Lakukan monitoring : EKG (menunjukkan gambaran sinus
(b)

takikardi dan perubahan segme ST)


Pikirkan penggunaan natrium bikarbonat infus bila ada

metabolik asidosis (pH darah arteri < 7).


(6) Pemeriksaan Laboratorium
(a) Rutin : Darah lengkap, glukosa, ureum/creatinin/elektrolit,
analisa gas darah dengan kadar COHb, EKG 12 lead.
(b) Sesuai dengan kondisi pasien : foto rontgen thoraks (pada
cedera inhalasi yang berat, aspirasi paru, bronkopneumonia
(7)

dan edema paru)


Terapi antidotum
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Weaver, dkk
(2002) menunjukkan bahwa 3 buah terapi oksigen hiperbarik

17

yang dilakukan dalam 24 jam berhasil menurunkan resiko gejala


sisa berupa kelainan kognitif dalam waktu 6 minggu dan 12
minggu setelah keracunan gas CO. Keuntungan dari terapi
oksigen hiperbarik adalah untuk mencegah kerusakan yang
disebabkan oleh gas CO bukan menghilangkan gas tersebut.
4. Dampak
Gas tertentu yang lepas ke udara dalam konsentrasi tertentu akan
membunuh manusia. Konsen trasi fluorida yang diperkenankan dalam udara
2,5 mg/meter kubik. Fluorida dan persenyawaannya adalah racun dan
mengganggu metabolism kalsium dan enzim. Sedangkan hidrogen fluorida
sangat initatif terhadap jaringan kulit, merusak paru-paru dan menimbulkan
penyakit pneumonia.
Asam

sulfida,

garam

sulfida

dan

karbon

disulfida

adalah

persenyawaan yang mengandung sulfur. Persenyawaan sulfida dapat terurai


dan lepas ke udara menyebabkan kerusakan pada sel susunan saraf. Dalam
kadar rendah tidak berbau dan bila kadar bertambah menyebabkan bau yang
tidak enak gejalanya cepat menghebat menimbulkan pusing, batuk dan
mabuk.
Uap yaitu bentuk gas dari zat tertentu tidak kelihatan dan dalam
ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang harus diketahui adalah jenis
uap yang terdapat dalam ruangan karena untuk setiap zat berbeda.daya
reaksinya. Zat-zat yang mudah menguap adalah amoniak, klor, nitrit, nitrat,
dan lain-lain.
Debu yaitu partikel zat padat yang timbul pada proses industri sepeti
pengolahan, penghancuran dan peledakan, baik berasal dari bahan organik
maupun dad anorganik. Debu karena ringan akan melayang di udara dan turun
karena gaya tarik bumi. Debu yang membahayakan adalah debu kapas, debu
asbes, debu silikosis, debu stannosis pada pabrik timah putih, debu siderosis,
debu yang mengandung Fe2O3. Penimbunan debu dalam paru-paru akibat

18

lingkungan mengandung debu yaitu pada manusia yang ada di sekitarnya


bekerja atau bertempat tinggal. Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung
pada lamanya kontak, konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan
lain-lain.
Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari cerobong asap
industri karena pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang
mengandung karbon. Asap bercampur dengan kabut atau uap air pada malam
hari akan turun ke bumi bergantungan pada daun-daunan ataupun berada di
atas atap rumah. Bahan yang bersifat partikel menurut sifatnya akan
menimbulkan:
a.
b.
c.
d.
e.

Ransangan saluran pernafasan.


Kematian karena bersifat racun.
Alergi.
Fibrosis.
Penyakit demam.

Bahan yang bersifat gas dan uap menurut sifat-sifatnya akar berakibat:
a. Merangsang penciuman seperti : HC1, H2S, NH3
b. Merusak alat-alat dalam tubuh, misalnya CaCI
c. Merusak susunan saraf : uap plumbum, fluoride
d. Merusak susunan darah : benzena
Untuk menghindari dampak yang diakibatkan limbah melalui udara
selain menghilangkan sumbernya juga dilakukan pengendalian dengan
penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu
zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya
tidak mengalami gangguan penyakit atau menderita karena zat tersebut. Di
samping itu masih ada rumusan lain yang diberikan khusus bagi para pekerja
dalam lingkungan itu. Karena waktu kerja manusia pada umumnya 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu, maka nilai ambang batas bagi mereka berbeda
dengan nilai ambang batas pada umumnya. Suatu zat yang sama akan berbeda
penerapannya terhadap kedua obyek yang berbeda, misalnya antara manusia

19

dan hewan, antara manusia dengan manusia sendiri dalam dua lingkungan
yang berbeda.
5. Penanganan Korban
Menyelamatkan serta mengobati korban keracunan oleh racun gas
yang berbeda mempunyai beberapa kesamaan dalam tindakan gawat
daruratnya, yaitu sebagai berikut :
a. Memindahkan penderita ke tempat lain yang udaranya segar, korban tidak
boleh ditolong di tempat peristiwa kejadian keracunan.
b. Menolong penderita dengan pernafasan buatan, apabila alat pernafasan
korban terganggu fungsinya.
c. Memberikan oksigen kepada korban.
d. Memberikan terapi khusus menurut jenis keracunan, misalnya pada
keracunan H2S diberika ula pengobatan yang ditujukan kepada eema paru
dan lainnya. Dalam hal keracunan CO boleh dikatakan pertolongan itu
sendiri yaitu memindahkan korban ke tempat yang udaranya tidak tercemar
CO sudah merupakan suatu antidote.
Khusus untuk pertolongan korban, perlu diperhatikan bahwa tidak
boleh seorang pun menolong korban, apabila dia sendiri tidak tahu tata cara
memberikan pertolongan dan juga ia tidak mempergunakan alat pelindung
yang memadai. Pengalaman menunjukkan bahwa penolongan yang tidak
mematuhi persyaratan tersebut akhirnya menjadi korban keracunan pula.
Maka dari itu, pengetahuan yang cukup dan kesadaran tinggi
pekerja/buruh merupaka syarat mutlak untuk menghindari ada dan banyaknya
korban yang disebabkan oleh gas beracun yang berada dalam pekerjaan pada
tempat kerja perusahaan.
B. Perundang-undangan
1. PMP No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan
Penerangan di Tempat Kerja.
2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

20

Pasal 3 ayat1 (g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar


luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran.
3. SE Menaker No. SE-02/MEN/1978 tentang NAB Bahan Kimia di Tempat
Kerja.
4. SE Menaker No. SE-01/MEN/1997 tentang NAB Faktor Kimia di Udara
Lingkungan Kerja.
5. Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja.
6. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan
Kimia di Lingkungan Kerja.

BAB III
HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran

21

1. Gambar Alat
v
Keterangan :
1. Display
2. Sensor CO
3. POWER
4. HOLD ESC
5. SET
6. ALARM
7. REC. ENTER

2. Cara Kerja
a. Tekan Tombol POWER untuk menghidupkan alat.
b. Pada display akan terlihat hasil pengukuran gas CO (ppm) dan
temperatur (C dan F). Range CO berkisar antara 0 - 1000 ppm.
Temperatur sekitar 0 50 C/F.
c. Untuk melaksanakan pengukuran, bawa alat ke lokasi yang akan
dilakukan pengukuran.
d. Tunggu 10 menit dan baca hasil yan ditunjukkan di display.
e. Jika ingin melihat hasil maksimal dan minimal maka tekan tombol
REC untuk merekam data hasil pengukuran.
f. Setelah 10 menit tekan tombol REC kembali sehingga di display
tertulis REC MAX untuk melihat nilai maksimal dan tekan tombol
REC sekali lagi sehingga di display tertulis REC MIN untuk
melihat nilai minimal.

22

g. Untuk menghentikan perekaman data maka tekan tombol REC


sampai tulisn REC di display hilang.
h. Matikan alat dengan menekan tombol POWER.

3. Prosedur Pengukuran
a. Tentukan area yang akan dilakukan pengukuran.
b. Buatlah tabel hasil pengukuran.
c. Hidupkan alat dengan cara menekan tombol POWER pada alat
hingga berbunyi dan muncul angka pada display yang menunjukkan
kadar gas CO dan juga suhu pada tempat pengukuran.
d. Setelah muncul angka, catat suhu pada tempat pengukuran, kemudian
tekan tombol RECtunggu sampai waktu pengukuran selesai
kemudian tekan tombol REC lagi.
e. Setelah itu diperoleh hasil kadar gas CO baik maksimal maupun
minimal pada tempat pengukuran.
f. Catat hasil yang diperoleh pada tabel hasil pengukuran.
g. Matikan alat dengan cara menekan tombol POWER hingga berbunyi
dan alat akan turn off dengan sendirinya.
B. Hasil Pengukuran
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada :
Hari
: Senin
Tanggal
: 04 Mei 2015
Tempat: 1. Area Parkir Motor Kampus Tirtomoyo
2.Persimpangan Panggung, Solo
3.Halte Bus Panggung
Waktu
: 13.00 selesai WIB
Diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengukuran Gas CO oleh Kelompok 1
No.

Lokasi

Hasil Pengukuran

Suhu

(ppm)
1.

Parkiran

Motor

CO
Kampus Max :96

CO2
32,4 C

23

2.

Tirtomoyo (Honda CS-1)


Halte Bus Panggung

3.

Min : 0
Dekat Pos Polisi Perempatan Max : 10

32,4 C

4.

Panggung
Min : 0
Lampu Merah Depan Dealer Max : 9

33,4 C

Yamaha Panggung Motor

Min : 0
Max : 8

32 C

Min : 0

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil pengukuran gas karbon monoksida (CO)selama 5 menitpada


Honda CS-1 di area parkir motor KampusTirtomoyo diperoleh kadar gas karbon
monoksida (CO) maksimal yaitu 96 ppm.Kadar ini sudah melebihi NAB yang
berlaku, sesuai dengan Permenakertras No. PER. 13/MEN/X/2011 tahun 2011 kadar
karbon monoksida di tempat kerja harus berada di bawah 25 bds atau 25 ppm.
Kurangnya perawatan mesin dan penggunaan bahan bakar dengan kadar oktan rendah
dapat menjadi factor penyebab timbulnya gas CO pada kendaraan yang melebihi
kadar NAB.

24

Dari hasil pengukuran gas karbon monoksida (CO)selama 10 menit di


lampu merah depan Yamaha Panggung Motor diperoleh kadar gas karbon monoksida
(CO) maksimal yaitu 9 ppm.Kadar ini tidak melebihi NAB yang berlaku, sesuai
dengan Permenakertras No. PER. 13/MEN/X/2011 tahun 2011 kadar karbon
monoksida di tempat kerja harus berada di bawah 25 bds atau 25 ppm.
Dari hasil pengukuran gas karbon monoksida (CO)selama 10 menit di
dekat pos polisi panggung diperoleh kadar gas karbon monoksida (CO) maksimal
yaitu 10 ppm.Kadar ini belum melebihi NAB yang berlaku, sesuai dengan
Permenakertras No. PER. 13/MEN/X/2011 tahun 2011 kadar karbon monoksida di
tempat kerja harus berada di bawah 25 bds atau 25 ppm.
Dari hasil pengukuran gas karbon monoksida (CO)selama 10 menit di
Halte Bus Panggung diperoleh kadar gas karbon monoksida (CO) maksimal yaitu 8
ppm.Kadar ini belum melebihi NAB yang berlaku, sesuai dengan Permenakertras No.
PER. 13/MEN/X/2011 tahun 2011 kadar karbon monoksida di tempat kerja harus
berada di bawah 25 bds atau 25 ppm.
Berdasarkan ketiga hasil pengukuran, kadar CO pada ketiga tempat atau
lokasi yang berbeda sudah melebihi NAB yang telah ditetapkan pada Permenakertras
No. PER. 13/MEN/X/2011 tahun 2011. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
tingginya kadar CO di jalan seperti banyaknya kendaraan tua atau model lama yang
masih digunakan di jalan, seperti motor tua dengan mesin 2T. Banyak kendaraan
besar seperti truk atau bus yang lalu lalang menggunakan solar.Seperti yang diketahui
bahwa nilai kadar Oktan pada solar sangat rendah dibanding premium atau pertamax.
Kurangnya perawatan mesin kendaraan juga bias menjadi factor kendaraan akan
menghasilkan kadar CO yang tinggi.
Faktor-faktor yang menjadi kendala selama praktikum berlangsung :
1. Alat yang digunakan praktikum kurang kalibrasi sehingga hasil kurang akurat.
2. Praktikan harus mengerti cara menggunakan alat praktikum dan prosedur
pengukuran yang benar.

25

3. Praktikan yang tidak serius saat praktikum berlangsung.


4. Cuara mendung
Pencegahan terhadap gas karbon monoksida dapat dilakukan pada :
1. Sumber bergerak
a. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b. Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c. Memasang filter pada knalpot.
2. Sumber Tidak Bergerak
a. Memasang scrubber pada cerobong asap.
b. Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c. Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
3. Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (10.000
ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka untuk
mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a. Menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker gas.
b. Menutup/ menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti
sumur tua, Goa, dll.
Sedangkan penanggulangan terhadap gas karbon monoksida (CO) dapat dilakukan
dengan cara :
1. Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
2. Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
a. Pindahkan korban dari tempat peristiwa ke ruangan terbuka.
b. Berikan pengobatan atau pernafasan buatan sesuai dengan prosedur, jika tidak
mengerti bagaimana cara penanganan yang sesuai dengan prosedur.
c. Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.

26

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Pengukuran

kadar

gas

dapat

dilakukan

dengan

CO

Meter,

dancaramenggunakannyasebagaiberikut :
a. Tekan Tombol POWER untuk menghidupkan alat.
b. Pada display akan terlihat hasil pengukuran gas CO (ppm) dan
temperatur (C dan F). Range CO berkisar antara 0 - 1000 ppm.
Temperatur sekitar 0 50 C/F.
c. Untuk melaksanakan pengukuran, bawa alat ke lokasi yang akan
dilakukan pengukuran.
d. Tunggu 10 menit dan baca hasil yan ditunjukkan di display.

27

e. Jika ingin melihat hasil maksimal dan minimal maka tekan tombol REC
untuk merekam data hasil pengukuran.
f. Setelah 10 menit tekan tombol REC kembali sehingga di display tertulis
REC MAX untuk melihat nilai maksimal dan tekan tombol REC
sekali lagi sehingga di display tertulis REC MIN untuk melihat nilai
minimal.
g. Untuk menghentikan perekaman data maka tekan tombol REC sampai
tulisn REC di display hilang.
h. Matikan alat dengan menekan tombol POWER.
2. Hasil pengukuran gas karbon monoksida (CO)selama 5 menitpada Honda
Revo 100cc di area parkir motor KampusTirtomoyo diperoleh kadar gas
karbon monoksida (CO) maksimalyaitu491 ppm.Kadar ini sudah melebihi
NAB

yang

berlaku,

sesuai

dengan

Permenakertras

No.

PER.

13/MEN/X/2011 tahun 2011 kadar karbon monoksida di tempat kerja harus


berada di bawah 25 bds atau 25 ppm. Kurangnya perawatan mesin dan
penggunaan bahan bakar dengan kadar oktan rendah dapat menjadi factor
penyebab timbulnya gas CO pada kendaraan yang melebihi kadar NAB.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar CO di tiga tempat yang berbeda,
semuanya sudah melebihi NAB yang telah ditetapkan pada Permenakertras
No. PER. 13/MEN/X/2011 tahun 2011. Lampu merah depan Yamaha
Panggung Motor didapatkan hasil 133 ppm, sedangkan bundaran
persimpangan panggung didapatkan hasil 26 ppm, dan di lampu merah
depan SMK Kristen didapatkanhasil 78 ppm.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingginya kadar CO di jalan seperti
banyaknya kendaraan tua atau model lama yang masih digunakan di jalan,
seperti motor tuadenganmesin 2T. Banyak kendaraan besar seperti truk atau
bus yang lalu lalang menggunakan solar.Seperti yang diketahui bahwa nilai

28

kadar Oktan pada solar sangat rendah dibanding premium atau pertamax.
Kurangnya perawatan mesin kendaraan juga bias menjadi factor kendaraan
akan menghasilkan kadar CO yang tinggi.
3. Pengendalian gas karbon monoksida yang dapat dilakukan antara lain :
a. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik.
b. Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c. Memasang filter pada knalpot.
d. Memasang scrubber pada cerobongasap.
e. Merawat mesin industri agar tetap baik dan dilakukan pengujian secara
berkala.
f. Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO
rendah.
g. Ventilasi umum.
h. Pengelolaan bahan baku CO sesuai dengan prosedur pengamanan.
i. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker gas dan
respiratos.

B. Saran
1.

Sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap mesin


kendaraan bermotor.

2.

Sebaiknya alat-alat yang digunakan untuk pengukuran harus dalam


kondisi baik.

3.

Sebaiknya mahasiswa harus lebih serius dalam melakukan praktikum.

29

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Kimia di Lingkungan Kerja
Riyawan,
Eri.
2013.
MakalahKeracunan
CO
dan
http://gameriyawan.blogspot.com/p/makalah-keracunan-co-danifo.html#.U1WpzVV_s6t (20April 2014)

IFO.

Purba, Prasianto. 2012. Makalah Kesehatan Lingkungan tentang Pencemaran Udara


Akibat Partikel. http://prasianto.blogspot.com/2012/12/Makalah-KesehatanLingkungan-tentang-Pencemaran-Udara.html (20 April 2014).
Sumamur, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Sagung
Seto.

30

LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE INDUSTRI III

PENGUKURAN GAS CO MENGGUNAKAN ALAT UKUR


CO-METER

31

Arsa Dwi Prasetyo


R.0213011

PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2015
PENGESAHAN

LaporanPraktikumHigieneIndustri III dengan Judul :


Pengukuran Gas CO Menggunakan Alat Ukur CO-Meter

ARSA Dwi Prasetyo, NIM : R.0213011, Tahun : 2015

telah disahkan pada :

32

Hari.Tanggal..........2015

DosenPengampu,

PembimbingPraktikum

LusiIsmayenti, ST., M.Kes


NIP.19720322200812200

Ica Yuniar Sari, SST


NIP. -

33

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................2
C. Manfaat..............................................................................................2
BAB II. LANDASAN TEORI............................................................................4
A. Tinjauan Pustaka................................................................................4
B. Perundang-Undangan......................................................................20
BAB III. HASIL................................................................................................21
A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran......................21
B. Hasil Pengukuran dan Cara Perhitungan.........................................22
BAB IV. PEMBAHASAN.................................................................................24
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN.................................................................27
A. Simpulan..........................................................................................28
B. Saran................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................31
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai