Anda di halaman 1dari 13

NAMA: ARI DJAMI

NIM: 2416006
PROGRAM STUDI : AGRYBISNIS

1. Pengertian dan ruang lingkup Agribisnis.


2. Sistem agribisnis dan lingkungannya.

Jawaban.
1 . => Agribisnis itu sendeiri adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan
saran produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usaha tani;sub-sistem pengolahan atau
agroindustri dan sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka di
perlukan dukungan

sub-sistem kelembagaan

sarana dan prasarana serta sub-sistem

pembinaan.
=> umumnya kelemahan dari pelaksanaan sistem Agribisnis ini terletak pada lemahnya
keterkaitan sub-sistem tersebut. Apa yang terjadi di lapangan adalah bahwa sub- sistem
tersebut bekerja sendiri- sendiri.
=> agarpelaksanaan sistem Agribisnisberjalan lancar dan agar keterkaitan antarsub-sistem
bertambah kuat maka di perlukan dukungan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya
manusia (SDM). Penekanan pada SDA terletak pada bagaimana menerapkan sistem
agribisnis

yang memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainibility). Penekanan pada

SDM terletak pada bagaimana meningkatkan kualitas SDM di berbagai sektor kegiatan
sistem agribisnis.

Pentingnya Memahami Wawasan Agribisnis

kita akan membahas Pentingnya Memahami Wawasan Agribisnis dalam arti mengapa
perlu agribisnis dalam pembangunan pertanian? Pengalaman menunjukkan bahwa
pembangunan yang berwawasan agribisnis ini mampu:

meningkatkan pendapatan produsen;


meningkatkan penyerapan tenaga kerja;
meningkatkan perolehan devisa; dan
menambah jumlah agroindustri baru.

Untuk itu pengalaman juga menunjukkan bahwa hal tersebut disebabkan didukung oleh
strategi pertanian tangguh. Petaninya, pembinanya dan lembaganya harus tangguh. Ini
artinya SDM dan lembaga pendukungnya (agrisupport activities) harus tangguh.

Kondisi lain yang mendukung keberhasilan pembangunan pertanian tersebut adalah


karena kondisi agroklimat yang ada sangat menguntungkan dan kemauan politik
pemerintah juga sangat mendukung. Walaupun demikian di sana-sini masih banyak
kekurangan. Ini dapat dibuktikan dari produktivitas (produksi per hektar) komoditas yang
sama dari yang dihasilkan oleh negara lain. Ini lazimnya lebih dikenal dengan istilah
kalah bersaing.

Kondisi kalah bersaing pada masa mendatang dalam era globalisasi atau era GATT, maka
hal tersebut akan lebih serius lagi. Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan daya
saing perlu terus ditingkatkan lagi.

Untuk meningkatkan daya saing ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
dengan penggunaan teknologi baru, melakukan efisiensi di segala bidang agar biaya
produksi dapat ditekan, produksi dapat ditingkatkan dan keuntungan yang lebih besar

dapat diraih. Juga melaksanakan usahanya dengan sentuhan-sentuhan sistem agribisnis,


sebab dengan sentuhan sistem agribisnis maka keuntungan akan lebih besar lagi. Untuk
mengawali peningkatan daya saing itu perlu diberikan prioritas pada komoditas unggulan.

Keterkaitan Pelaku Ekonomi Agribisnis

Pelaku ekonomi atau yang lazim disebut pula dengan dunia-usaha terdiri dari BUMN,
Swasta dan Koperasi. Pembagian seperti ini tentunya tergantung dari kebutuhan, namun
pembagian dunia usaha menjadi BUMN, Swasta dan Koperasi adalah lazim digunakan
dalam terminologi yang ada. Ketiga pelaku ekonomi ini saling bekerja sama satu sama
lain menurut kepentingannya masing-masing.

Hal ini disebabkan baik BUMN, Swasta maupun Koperasi mempunyai kekuatan dan
kelemahan masing-masing. Karena itu mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Begitu pula halnya dengan usaha pengembangan agribisnis, ketiga pelaku ekonomi ini
saling bekerja sama menurut kepentingannya masing-masing.

Agribisnis sebagai Suatu Pendekatan

Agribisnis itu adalah suatu sistem pendekatan pembangunan yang utuh. Sistem ini terdiri
dari empat subsistem yaitu penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani,
pengolahan dan pemasaran. Dalam pelaksanaan lebih lanjut agar empat subsistem dapat
berjalan dengan baik maka diperlukan dua subsistem lagi, yaitu subsistem infrastruktur
dan subsistem pembinaan.

Oleh karena itu pelaksanaan agribisnis memerlukan koordinasi dari berbagai pendekatan
pembangunan pertanian. Profesor Mosher dengan pendekatan lima prinsip utama,
Soekartawi dengan RTIC-endowment, Schultz dengan konsep traditional agrivulture dan
sebagainya.

Setelah koordinasi tersebut berjalan lancar, maka diperlukan penciptaan kondisi yang
kondusif yang memadai di pedesaan atau di daerah di mana agribisnis tersebut
dilaksanakan. Kondisi kondusif ini antara lain adalah

tersedianya komponen agribisnis secara lengkap di pedesaan;


adanya wirausaha dan kemitraan dan
kondisi lain yang mendukung.

Faktor Strategi yang Perlu Diperhatikan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan agribisnis adalah faktor
strategik yang komponennya terdiri dari:

Lingkungan strategik dalam dan luar negeri;


Permintaan;
Sumberdaya alam dan manusia; dan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Pentingnya Sektor Pertanian Sebagai Penyedia Pengan dan Gizi

Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui program diversifikasi,
intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi. Diversifikasi horizontal pada dasarnya adalah
penganekaragaman macam tanaman dan diversifikasi vertikal pada dasarnya adalah untuk
meningkatkan nilai tambah. Intensifikasi dilaksanakan melalui berbagai program BIMAS,
INMAS, INSUS atau OPSUS. Ekstensifikasi dilakukan melalui program perluasan areal
apakah mencetak sawah baru atau melakukan tanaman di lahan yang semula tidak

ditanami. Kemudian program rehabilitas khusus rehabilitasi infrastruktur (irigasi


misalnya) dilakukan untuk mendukung program peningkatan produksi.

Peningkatan swasembada pangan memang diutamakan beras dan polowijo khususnya


jagung dan kedelai. Karena itu pulalah dikenal program intensifikasi palawija jagung dan
kedelai. Namun demikian bukan berarti program peningkatan produksi komoditas yang
lain diabaikan begitu saja. Program peningkatan produksi non beras, jagung dan kedelai
tetap pula dilaksanakan. Hal ini senada dengan semakin meningkatnya konsumsi
karbohidrat, protein dan nabati yang disebabkan oleh semakin tingginya pendapatan per
kapita dan semakin meningkatnya kesadaran akan kecukupan pangan dan gizi (Perhepi,
1989).

Sektor Pertanian Sebagai Penyedia Lapangan Kerja

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sektor pertanian menyerap sekitar 49% dari
angkatan kerja yang ada. Sebagian besar (75%) dari angkatan kerja di sektor pertanian ini
tidak sekolah, sekolah tetapi tidak tamat Sekolah Dasar (SD) dan hingga tamat SD saja.
Oleh karena itu dapat dimengerti kalau produktivitas kerjanya relatif rendah. Dari jumlah
tersebut sebagian besar berada di subsektor tanaman pangan dan hortikultura.

Di samping penyerapan tenaga kerja yang begitu besar di sektor pertanian, maka
pertumbuhan penyerapan kerjanya juga paling rendah yaitu sebesar 2,08%/tahun dalam
periode 1980-1990. Jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan penyerapan
kerja di sektor industri dan perdagangan atau angka rata-rata nasional sekalipun.

Bentuk partisipasi tenaga kerja di sektor pertanian sangat tergantung dari tanaman yang
diusahakan dan beban kerja yang dilaksanakan. Oleh karena itu maka faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja lazimnya adalah macam tanaman yang
diusahakan, beban kerja dikegiatan yang ditawarkan, luas areal, upah, teknologi, pria atau
wanita, keterampilan (pengetahuan/pendidikan) dan sebagainya.

Sektor Pertanian Sebagai Penghasil Devisa

Ternyata selama beberapa tahun terakhir ini nilai ekspor pertanian meningkat terus.
Begitu pula ekspor hasil olahan. Namun karena perkembangan nilai ekspor sektor
ekonomi yang lain, khususnya sektor industri meningkat secara tajam, maka secara relatif
(persentase), perkembangan ekspor hasil olahan produk pertanian tersebut menjadi
menurun.

Para pengamat masih melihat adanya prospek yang tetap cerah pada ekspor hasil
pertanian dan hasil olahannya pada masa mendatang. Namun bukan berarti hal tersebut
tidak dijumpai tantangan. Akan diberlakukannya GATT dan semakin majunya
perkembangan ekspor hasil pertanian dan hasil olahan negara lain, juga akan menjadikan
persaingan pasar produk pertanian menjadi semakin meningkat. Oleh karena itu perlu ada
upaya untuk meningkatkan daya saing produk pertanian antara lain melalui peningkatan
kualitas, penyediaan bahan baku industri pertanian dalam jumlah cukup dan kontinu,
penggunaan teknologi yang semakin modern dan terus mencari peluang pasar.

Sektor Pertanian Sebagai Sumber Pendapatan

Kegiatan di sektor pertanian memang mampu berperan meningkatkan pendapatan petani.


Indikatornya pertanian antara lain meningkatnya produktivitas pertanian, banyaknya
orang yang bekerja di sektor pertanian, nilai produksi yang secara absolut meningkat
terus dan pendapatan petani yang juga terus meningkat dari waktu ke waktu.

Pentingnya Input (Sarana Produksi Pupuk, Bibit estisida, Tenaga Kerja dan Peralatan)

Sarana produksi pertanian lazimnya terdiri dari bibit, pupuk, pestisida, peralatan dan
tenaga kerja. Kata lain sarana produksi adalah input. Input ini diperlukan untuk

memperoleh output (produksi). Besar-kecilnya output sangat tergantung dari input. Jadi
hubungan input-output dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, , Xi, .., Xn)
di mana Y = output dan X = input.

Penggunaan sarana produksi diusahakan seefisien mungkin. Ada tiga macam efisiensi
dalam suatu usahatani, yaitu efisiensi teknis, efesiensi harga dan efisiensi ekonomi. Jadi
problem dalam usahatani adalah bagaimana mencapai efisiensi ini (efisiensi ekonomi)
agar diperoleh keuntungan yang tinggi.

Banyak-sedikitnya penggunaan input, sangat tergantung dari macam tanaman,


agroklimatnya, lahan, tinggi tempat dan sebagainya. Tiap tanaman memerlukan dosis
input yang berbeda-beda. Untuk itu petani yang belum memahaminya, disarankan
mencari informasi kepada penyuluh pertanian.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Penggunaan Input (Sarana Produksi)

Prinsip-prinsip ekonomi pada fungsi produksi pada dasarnya bagaimana memasukkan


variabel harga pada karakteristik fungsi tersebut. Misalnya pada saat mencari efisiensi
penggunaan input. Efisiensi ini salah satunya adalah efisiensi harga atau ada pula yang
menyebutkan efisiensi alokatif yang dinyatakan dengan kondisi nilai produk marjinal
input X, (NPMx) sama dengan harga input X (Px). Jadi NPMx = Px

Untuk mencari dan mencapai kondisi seperti ini memang tidak mudah. Oleh karena itu
perlu diteliti terlebih dahulu kaitan produk total, (PT),produk marjinal (PM) dan produk
rata-rata (PR) untuk mencari di mana dan berapa alokasi input agar diperoleh Elastisitas
produksi lebih besar dari satu (Ep>1)

Relevansi Pengolahan Hasil dan Pemasaran

Produk yang dihasilkan oleh suatu proses pengolahan mengikuti perubahan yang ada
pada konsumen. Untuk itu perlu ada penelitian konsumen baik itu perubahan pada selera
atau lainnya.

Setiap perubahan konsumen akan menentukan produk yang akan dihasilkan. Perubahan
harga, tempat penjualan dan strategi promosi (pro-duct, price, place dan promotion atau
strategi 4-P). Teori pemasaran modern strategi 4-P ini sudah berubah sesuai dengan pasar
yang ada misalnya apakah ada kekuatan (power) sehingga power tersebut akan
mempengaruhi market structure, market conduct dan market performance (struktur pasar,
pelaksanaan pemasaran dan penampilan pasar).

Oleh karena itu pemasaran itu bersifat dinamis, berubah setiap saat dan itu perlu
diantisipasi oleh processing (pengolahan produk). Bila pengolahan produk berubah itu
artinya cara dan bahannya juga berubah dan perubahan ini berarti perubahan biaya juga.

Arti dan Fungsi Pemasaran

Kegiatan pemasaran adalah salah satu sub-sistem dari agribisnis. Oleh karena itu dalam
melakukan usaha di bidang pertanian, maka aspek pemasaran harus sudah masuk dalam
pertimbangan. Banyak argumen yang berbeda dalam mengartikan pemasaran, tetapi pada
umumnya bermakna sama, yaitu penyampaian barang, jasa dan ide (gagasan) dari
produsen ke konsumen untuk memperoleh laba dan kepuasan yang sebesar-besarnya.

Kegiatan pemasaran bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi berkaitan
dengan kegiatan yang lain. Seperti kegiatan usahatani (kegiatan produksi) dan distribusi.
Dalam praktiknya, kegiatan pemasaran melibatkan lembaga pemasaran yang ada dan

melibatkan peran konsumen (pembeli barang). Bahkan akhir-akhir ini banyak teori
pemasaran yang justru dalam pembahasannya lebih banyak ditekankan pada peran
konsumen ini. Apakah perannya sebagai pembentuk harga, perannya dalam membeli
barang dan sebagainya.

Bagi produsen, pemasaran ini merupakan variabel yang di luar jangkauannya (exegenous
variable). Produsen tidak mampu menguasai pasar secara utuh, karena pemasaran
merupakan kegiatan tarik-menarik antara produsen-konsumen atau antara penawaran dan
permintaan. Sayangnya yang memenangkan tarik-menarik tersebut adalah konsumen. Jadi
kalau posisi produsen lemah, maka harga produksi akan dikendalikan oleh konsumen.

Untuk itu, produsen perlu memperkuat bargaining power (kekuatan menawar harga)
misalnya dengan cara menjual produksi secara berkoperasi atau membuat kontrak jualbeli dengan pihak lain.

Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah institusi yang terlibat dalam kegiatan penyampaian barang,
jasa dan ide dari produsen ke konsumen. Banyak-sedikitnya lembaga pemasaran yang
terlibat dalam proses pemasaran disebabkan oleh banyak hal antara lain macam
komoditas yang diperdagangkan, lokasi, volume, derajat risiko, dan sebagainya. Bila
lembaga pemasaran itu bertindak terlalu aktif sehingga posisinya menekan produsen
(petani), maka persentase penerimaan yang diterima produsen menjadi relatif rendah.
Oleh karena itu, peran lembaga pemasaran dan petani perlu saling menguntungkan satu
sama lain; sehingga tidak ada yang dirugikan. Sebab bagaimanapun juga lembaga
pemasaran ini sangat diperlukan bagi petani untuk menjual barangnya. Bila kerja sama
antara produsen dengan petani berjalan sangat rapi, maka persentase yang diterima petani
dapat lebih baik dan lembaga pemasaran menerima keuntungan secara wajar juga.

Pembinaan Pemgenbangan dan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan

Investasi adalah penting bagi peningkatan pembangunan. Oleh karena itu iklim investasi
yang kondusif dan menguntungkan perlu diciptakan. Ini berarti kebijakan tentang
investasi yang kondusif perlu diteruskan. Investasi berkaitan dengan bunga bank, oleh
karena itu kebijakan soal bunga Bank perlu mendapatkan perhatian.

Investasi tidak boleh merusak lingkungan. Olehmod karena itu kebijakan soal ini juga
perlu diperhatikan. Sebab investasi yang merusak lingkungan akan merugikan
pemanfaatan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang. Karena itulah
diperlukan pembinaan pengembangan investasi dan pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan

2 .PENGERTIAN SISTEM AGRIBISNIS

Karakteristik suatu sistem adalah bila terdapat suatu kumpulan elemen yang terintegrasi
karena adanya interaksi antar elemen tersebut kemudian juga memiliki tujuan atau sasaran
bersama yang harus dicapai. Interaksi antar elemen akan memiliki aktivitas perencanaan
input, pengendalian proses dan pengukuran output, sebagai evaluasi sistem.
Sistem agribisnis merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen agribisnis yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama, menggunakan input dan
mengeluarkan output produk agribisnis melalui pengendalian proses yang telah direncanakan.

B. LINGKUNGAN SISTEM AGRIBISNIS


Adanya batasan sistem membuat pemisahan antara sistem dengan lingkungan. Segala sesuatu
yang ada diluar batas sistem tersebut dan mempengaruhi operasi sistem itulah yang disebut
lingkungan. Tujuan mengenali lingkungan sistem agribisnis adalah untuk identifikasi
pengaruh lingkungan yang menguntungkan dan yang merugikan, kemudian mengelola faktor
yang menguntungkan atau mendukung sistem dan mengendalikan faktor yang merugikan

agar tidak mengganggu kelangsungan hidup sistem. Lingkungan dan hal-hal yang
mempengaruhi sistem agribisnis adalah:
1. Undang Undang dan Legalitas.
2. Strategi Bisnis (IFAS & EFAS).
3. Kebijakan Ekonomi Mikro Pemerintah.
4. Kebijakan Ekonomi Makro Pemerintah.
5. Situasi Ekonomi Internasional.
6. Lain-Lain.
1. Undang Undang dan Legalitas
Sebagai suatu bisnis yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlibat dalam hal penawaran dan
permintaan, distribusi produk, rantai aliran finansial, kebutuhan investasi atau modal kerja,
bentuk dan struktur usaha maka undang-undang dan legalitas usaha merupakan faktor yang
mempengaruhi sistem agribisnis.
Hukum di Indonesia terbagi menjadi hukum publik dan hukum privat. Hukum publik adalah
hukum yang mengatur masalah kepentingan publik seperti hukum pidana, tata negara,
tatausaha, keamanan. Publik dapat berarti sekelompok orang, masyarakat atau negara.
Hukum privat adalah hukum yang mengatur masalah kepentingan partkelir atau swasta.
Termasuk hukum privat ini adalah hukum perdata dan hukum dagang.
Ada beberapa manfaat dengan mengikuti peraturan yang ada: memudahkan penetrasi pasar,
meningkatkan image usaha sehingga memperbaiki kepercayaan konsumen dan para
pemangku kepentingan, melindungi dan memperkuat posisi produsen bila terjadi konflik,
dapat menggunakan fasilitas-fasilitas tertentu yang diberikan oleh pemerintah atau kalangan
swasta.
2. Lingkungan Bisnis & Strategi Bisnis (EFAS & IFAS)
Kondisi bisnis dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat dan sebaliknya sehingga sistem
agribisnis perlu mempelajari pengaruh-pengaruh lingkungan bisnis dari sisi politik, ekonomi,
sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, pertahanan, keamanan. Faktor-faktor lingkungan
terbagi menjadi faktor eksternal (EFAS = External Factor Analysis Summary) dan faktor
internal (IFAS = Internal Factor Analysis Summary).
Menurut Amin Widjaya Tunggal (2008) dalam bukunya Manajemen Strategi, faktor eksternal
lingkungan perusahaan dibagi menjadi tiga sub kategori:

Faktor lingkungan jauh

Faktor lingkungan industri

Faktor lingkungan operasi

Faktor lingkungan jauh akan mempegaruhi perusahaan karena adanya peluang, kendala atau
ancaman dalam berbisnis. Faktor lingkungan industri mempengaruhi strategi dan rencana
usaha agar unggul bersaing. Faktor lingkungan operasi akan mempengaruhi persaingan
operasional pada alur hulu hilir agribisnis. Tujuan mempelajari pengaruh lingkungan adalah
untuk mengantisipasi perubahan-perubahan dunia usaha dimasa datang agar dapat
mempersiapkan dan memperbaiki kinerja sistem agribisnis dalam meraih profit.

Gambar V. 1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi sistem agribisnis


Faktor internal lingkungan perusahaan adalah profil usaha, yang menggambarkan kekuatan
kelemahan & peluang ancaman. Gambaran yang ingin diperoleh adalah keunggulan posisi
(perbandingan kekuatan-kelemahan dengan peluang-tantangan) dalam dunia usaha yang
selalu berkompetisi. Analisis yang sering dilakukan adalah analisis SWOT terhadap elemenelemen sistem.
Ada 3 langkah dasar dalam mengukur kapabilitas faktor internal:

Identifikasi faktor internal lingkungan perusahaan

Membandingkan dengan standar internal (membandingkan dengan kinerja dimasa


lalu, membandingkan dengan kinerja pesaing, membandingkan dengan faktor yang
menjadi kunci keberhasilan)

Melakukan formulasi strategi

Selain faktor-faktor lingkungan, strategi bisnis juga mempengaruhi sistem agribisnis. Strategi
dibagi menjadi strategi umum (generic strategi) dan strategi menyeluruh (grand strategi).
Strategi umum adalah strategi untuk memperoleh keunggulan bersaing sedangkan strategi
menyeluruh adalah pendekatan menyeluruh melalui tindakan utama yang didisain untuk
mencapai tujuan jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai