Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam kegiatan industri tentunya terdapat beberapa unit operasi untuk menghasilkan
produk yang ingin di capai. Unit operasi sangat mendukung terhadap produk yang akan di
hasilkan. Unit operasi yang umum di gunakan seperti sortasi, pengeringan, pengecilan ukuran dan
pencampuran. Tentunya dalam unit oprasi tersebut haruslah memenuhi kreteria yang telah di
tetapkan. Pada operasi sortasi, bahan-bahan yang akan di olah harus memenuhi standar. Sortasi
sangat menentukan produk yang di hasilkan, apabila bahan yang di telah sortasi bagus maka
produk yang di hasilkan bagus. Untuk mengurangi kadar air pada suatu bahan kita dapat
menggunakan oprasi pengeringan. Pengeringan dapat menggunakan alat maupun secara manual.
Selain itu untuk membuat ukuran bahan seperti yang di inginkan kita dapat menggunakan operasi
pengeciln ukuran. Pengecilan ukuran tergantung bahan yang ingin di hasilkan. Kemudian untuk
menggabungkan antara suatu bahan dengan bahan yang lain kita bisa menggunakan operasi
pencampuran. Untuk menghasilkan suatu produk yang baik pencamputran haruslah sampai pada
tingkat homogen. Hal-hal tersebutlah yang melatarbelakngi praktikum ini di lakukan.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan ddari praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengenalai berbagai macam-macam alat sortasi dan grading, khususnya untuk bahan bijibijian dan melakukan tindakan pengawasan mutu bahan dengan cara uji fisik dan kimia.
2. Mahasiswa dapat menghitung laju pengeringan pada alat pengering buatan dan menghitung
laju pengeringan pada alat pengeringan rumah.
3. Mengetahui ulangan penggilingan terhadap kelembutan dan keseragaman produk yang di
hasilkan serta distribusi ukuran hasil pengecilan ukuran pada berbagai ulangan penggilingan
dan mengetahui indeks keseragaman dan tingkat kehalusan pada berbagai ulangan
penggilingan.
4. Memperkenalkan prinsip kerja dan operasi pencampuran serta perhitungan variabel
pencampuran dan membandingkan laju pencampuran pada masing-masing bentuk bahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai fraksi kualitas
berdasarkan karakteristik fisik ( kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis, tekstur, warna, benda
asing/ kotoran ), kimia ( komposisi bahan, bau dan rasa ketengikan ) dan biologis ( jenis dan
jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan
pertanian berbentuk bijian ). Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering.
Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan kotorankotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang telah rusak,serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan
tanah merupakan salah satu sumber mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihan tanah dapat mengurangi
kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap
akhir pembuatan simplisia. Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagianbagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia
kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik (Rasyid, 2003).
Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak,serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut
dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihan tanah
dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya
merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal
pada simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik (Fessenden.1997).
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen atau
berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat selera konsumen suatu
produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan
dituju adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan
sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar atau tidak. Pada kegiatan
2

grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkanpada kebersihan produk, aspek
kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya
serangan/ kerusakan oleh penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/ lecet oleh faktor
mekanis. Pada usaha budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakukan secara
manual, yaitu menggunakan tangan. Sedang grading dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan mesin penyortir. Grading secara manual memerlukan tenaga yang terampil dan
terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja
(Liviawati, 1989 ).
Sortasi dan grading memegang peranan penting dalam industri
khususnya industri pertanian. Secara tidak langsung hasil kegiatan sortasi
dan grading akan berpengaruh nyata terhadap mutu produk akhir industri
pengolahan hasil pertanian. Hasil industri yang berkualitas tinggi, tidak saja
memberikan penampakan tekstur dan rasa yang baik tetapi ditinjau dari segi
keawetan juga memberikan hasil yang memuaskan. Sortasi adalah suatu
kegiatan pemilihan dan pemisahan bahan industri untuk mendapatkan
keseragaman dengan kriteria tertentu. Oleh karena itu sortasi dibedakan
menjadi ,Sortasi berdasarkan berat,Sortasi berdasarkan ukuran, Sortasi
berdasarkan bentuk dan Sortasi berdasarkan warna (Anggoro,2011).
Pengeringan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar air pada suatu
bahan padat sampai dengan batas tertentu yang bertujuan untuk proses pengawetan, dan tanpa
merusak jaringan aslinya. Terdapat berbagai macam jenis yang digunakan untuk mengeringkan
atau mengurangi kadar air suatu bahan, yaitu dengan cara alami dan cara buatan(Saputra,2012).
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair
(contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Rata-rata molekul tidak
memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap
dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan merekasaling bertukar energy dalam
berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energy ini
begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat
menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat
terbang kedalam gas dan menguap. Dasardari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan
3

air menuju udara karena adanya perbeda an kandungan uap air antara udara dengan bahan yang
dikeringkan (Suyanti, 2006).
Pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara lingkungan, kecepat
analiran udara pengering, kandungan air yang diinginkan, energy pengeringan dan kapasitas
pengeringan. Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan sehubungan permukaan
bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bias diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan
menuju permukaan. Dan lebih lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada
permukaan bahan sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhambat. Di
samping itu, kondisi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak bahan.
Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan memperhatikan kontak
antara alat pengering dengan alat pemanas (baik berupa udara panas yang dialirkan maupun alat
pemanas lainnya). Namun demi pertimbangan-pertimbangan standar gizi maka pemanasan
dianjurkan tidak lebih dari 850 C (Pantastico, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu: Faktor yang
berhubungan dengan udara pengering. Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan
volume aliran udara pengering, dan kelembaban udara. Faktor yang berhubungan dengan sifat
bahan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan
parsial dalam bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah perubahan
mutu produk yang dikeringkan sebagai akibat perubahan faktor-faktor tertentu yaitu suhu, luas
permukaan, kecepatan pergerakan udara, dan tekanan atmosfir. Jenis alat pengering yang cocok
untuk suatu bahan pangan dan preparasi yang harus diberikan pada bahan pangan tersebut untuk
mendapatkan kondisi pengeringan terbaik (Afrianti, 2008).
Size reduction merupakan salah satu operasi dalam dunia industri dimana komoditi
pertanian dikecilkan ukurannya untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai mutu dan
nilai tambah yang tinggi. Operasi pengecilan ukuran terbagi menjadi dua kategori yaitu untuk
bahan padatan dan untuk cairan. Dalam dunia industri, dikenal dua macam pengecilan.
Pengecilan ini pada prinsipnya yaitu diklasifikasikan berdasarkan pada produk akhir yang
dihasilkan yang dibagi menjadi dua yaitu pengecilan ekstrim dan pengecilan yang relatif masih
berukuran besar. Pengecilan ekstrim maksudnya yaitu pengecilan ini menghasilkan produk
dengan ukuran yang jauh lebih kecil daripada sebelum dikecilkan. Sedangkan pengecilan yang
kedua yaitu pengecilan dimana produk yang dihasilkan masih berdimensi besar atau nisbah
4

produk akhir dengan awalnya tidak terlalu signifikan. Contoh pengecilan ektrim adalah
pengecilan ukuran dengan mesin penggiling dimana hasil produk gilingan adalah bahan dengan
ukuran yang relatif sangan kecil, misalnya tepung. Sedangkan contoh opererasi yang kedua yaitu
pemotongan dimana operasi ini menghasilkan bahan dengan ukuran yang relatif masih besar
(Wati, 2012).
Pengecilan ukuran dibagai menjadi dua jenis, yaitu pengecilan ukuran bahan padat dan
pengecilan ukuran bahan cair. Pengecilan ukuran bahan cair dapat dengan cara emulsifikasi atau
homogenisasi. Emulsifikasi adalah pembentukan emulsi yang stabil dengan pencampuran dua
atau lebih cairan yang tidak saling larut, sehingga satu bagian (fase terdispersi) terdispersi dalam
bentuk droplet yang sangat kecil pada bagian yang kedua (fase kontinyu). Homogenisasi adalah
pengecilan ukuran ke 0,5 0,3 m dan peningkatan jumlah partikel padat atau cair dari fase
terdispersi dengan menggunakan shearing force untuk meningkatkan ikatan & stabilitas dari dua
bagian(Petrucci.1987).
Pengecilan ukuran dapat didefinisikan sebagai penghancuran dan pemotongan
mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikelpartikel yang lebih kecil. Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di dalam industri
pangan barangkali adalah dalam penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi
penghancuran ini dipergunakan juga untuk beberapa tujuan, seperti penggilingan jagung
menghasilkan tepung jagung, penggilingan gula, penggilingn bahan pangan kering seperti
sayauran(Pudji, 2012).
Pengolahan ukuran mungkin juga berperan penting dalam pemisahan secara mekanis.
Misalnya, dalam pengambilan pati dari kentang. Kentang harus lebih dahulu dikecilkan
sedemikian rupa sehingga sel-selnya terbuka dan glanula pati keluar. Untuk memeperoleh cairan
keluar dari padatan juga memudahkan jika padatan dilakukan pengecilan lebih dahulu. Tujuan
pengecilan ukuran sebagai bagian operasi adalah untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas
(Andi,2015).
Proses pencampuran banyak dilakukan di dalam industri pangan, seperti pencampuran
susu dengan coklat, tepung dengan gula, larutan gula dengan konsentrat buah-buahan, atau CO2
dengan air, dan kegiatan pencampuran melibatkan berbagai jenis alat pencampur. Derajat
keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran, jika
5

komponen yang dicampur telah terdistribusimelalui komponen lain secara random, maka
dikatakan pencampuran dengan baik (Kanoni,2007).
Proses pencampuran dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk uniform dari beberapa
konstituan baik liquid-solid (pasta), solid-solid dan kadang-kadang liquid-gas. Berbagai proses
pencampuran harus dilakukan di dalam industri pangan seperti pencampuran susu dan cokelat,
tepung dan gula, larutan garam dengan konsentrat buah-buahan atau CO2 dengan air dalam
kegiatan pencampuran berbagai jenis alat pencampuran (Rita, 2006).
Berdasarkan hal ini suatu prosedur statistik untuk mengukur derajat pencampuran adalah
sebagai berikut campuran berbentuk pasta.Jika suatu campuran berbentuk pasta, misalkan tepung
dan air dicampur maka akan ada suatu nilai rata-rata kandungan air adonan pada setiap waktu.
campuran berbentuk granulaPada pencampuran berbentuk pastproses pencampuran adalah suatu
proses yang penting dilakukan dalam industri, bahkan mesin pencampur ditemukan di hampir
semua industri pengolahan pangan maupun non pangan mulai dari pencampuran yang sederhana
sampai pencampuran yang rumit seperti pada industri farmasi. mesin pencampur dapat
digolongkan dalam kategori mesin pengolah dalam suatu industri yang menunjang proses
pengolahan bahan menjadi produk.tujuan operasi pencampuran adalah bergabungnya bahan
menjadi suatu campuran yang memiliki kesamaan penyebaran yang sempurna(Suharto, 1991).
Pencampuran adalah suatu operasi yang menggabungkan dua macam atau lebih
komponen bahan yang berbeda hingga tercapai suatu keseragaman.prinsip pencampuran bahan
banyak diturunkan dari prinsip mekanika fluida dan perpindahan bahan akan ada bila terjadi
gerakan atau perpidahan bahan yang akan dicampur secara horizontal ataupun vertikal.
Pencampuran dapat didikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan utuk melakukan pencampura.
Derajat keseragaman pencampuran dapat diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran,
dalam hal ini jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain secara
random(acak) maka dikatakan pencampuran telah berlangsung baik (Elin, 1992).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Sortasi dan Grading
3.1.1 Alat dan bahan
Alat

Bahan

Timbangan
Nampan

Cabe merah

3.1.2 Metode
1.
2.
3.
4.

mengambil cabai merah seberat 500 gram.


Mensortasi cabai ke dalam kreteria cabai bagus, cabai patah dan cabai busuk.
Menimbang setiap kreteria cabai yang telah di sortasi dan menghitung persentasenya.
Memasukkan data pada tabel sortasi dan grading.

3.2 Pegeringan
4.2.1

Alat dan Bahan


Alat

Timbangan
Nampan
Plastik
Spidol
Penggaris
Kertas kardus

Bahan
Cabai merah

3.2.2 Metode
1.
2.
3.
4.

Menyiapkan nampan sebagai tempat untuk cabai merah.


Membuat garis kotak 3 bagian di dalam nampan tersebut.
Menimbang cabai merah yang bagus seberat 50 gram, 100 grm dan 150 gram.
Meletakkan cabai merah tersebut ke dalam nampan yang telah di beri area yang
berbentuk kotak dengan rapi.

5. Mengeringkan selama 24 jam pada rumah kaca dan setiap 3 jam pengeringan mencatat
berat dari tiap-tiap bagian.
6. Memasukan data dalam tabel pengeringan.
3.3 Pengcilan ukuran
3.3.1

Alat dan Bahan


Alat
Blender
Wadah plastik
Saringan

3.3.2
1.
2.
3.
4.
5.

Bahan
Cabai merah kering

Metode
Menimbang cabai merah yang telah di keringkan dari tiap-tiap kategori.
Setiap kategori cabai merah tersebut di giling menggunakan blender pada kecepatan 1.
Setelah 1 menit ambil dan di ayak cabai merh yang telah di giling.
Menimbang cabai merah yang telah di ayak.
Memesukkan data ke dalam tabel pengecilan ukuran

3.4 Pencampuran
3.4.1

Alat dan Bahan


Alat

Bahan

Plastik
Sendok

Cabai merah halus

3.4.2 Metode
1. Menyiapkan cabai merah yang telah di giling dan masukkan ke dalam plastik.
2. Timbang bawang goreng dengan perbandingan 1:1 terhadap cabai merah halus.
3. Memasukkan bawang goreng ke dalam plastik yang berisi cabai merah halus.
4. Mengaduk sampai merata.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Sortasi dan Grading
Berat cabe

Berat cabe setelah disortasi dan digrading

mula-mula

Cabe bagus
300 gram

500 gram

Cabe busuk
126 gram

Cabe patah
74 gram

4.2 Pengeringan
Pengeringa
n Jam ke
3
6
9
12
15
18
21
24

Berat cabai (gram)


100 gram
97
90
89
82
81
79
72
60

50 gram
49
46
45
40
38
36
34
27

150 gram
144
136
132
125
123
118
105
87

Grafik hubungan antara waktu pengeringan dan berat cabe


160
140
120

cabe 50 gram

100

Berat cabai (gr)

cabe 100 gram

80

cabe 150 gram

60
40
20
0

12

15

18

21

24

4.3 Pengecilan ukuran


Pengukuran

Berat awal

Berat yang tertahan

Berat yang lolos

ke

(gram)

(gram)

(gram)

1
2
3

50
45
40

45
40
34

5
5
6

4.4 Pencampuran
No
1

Waktu
1 menit

Berat cabe (gram)


33

Berat bawang (gram)


33

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Sortasi dan Grading
Pada praktikum pertama ini kami melakukan sortasi dan grading, kami
melakukan sortasi dan grading menggunakan bahan cabai merah yang segar.
Mula-mula

menimbang

cabai

merah

sebanyak

500

gram.

Kemudian

mensortasi secara manual cabe merah segar berdasarkan karakteristik kelas


yaitu cabe busuk cabe patah dan cabe yang bagus. Setelah semua tersortasi
cabai merah tersebut di timbang kembali. Hasil yang di dapatkan yaitu pada
cabai busuk di peroleh berat......., pada cabai patah di peroleh berat...... dan
pada cabai bagus di peroleh berat......
Berdasarkan teori, sortasi yang kami lakukan adalah sortasi basah pada saat
cabai merah masih segar. Selain itu sortasi ini di kategorikan ke dalam
soertasi bentuk yang mana di lakukannya secara manual.
5.2 Pengeringan
Pada

praktikum

kedua

kami

melakukan

pengamatan

tentang

pengeringan. Yang mana pengamatan pengeringan ini menggunakan bahan


cabai merah yang segar dalam bentuk yang bagus. Mula-mula menimbang
cabai merah segar seberat 50 gram, 100 gram dan 150 gram jadi totalnya
ada 300 gram cabai merah yang akan di lakukan pengeringan. Kemudian
pada nampan di buat tiga area untuk meletakkan setiap bagian-bagian berat
cabai merah dan setiap area di beri lapisan kardus agar tiap-tiap bagian
berat tidak tercampur. Setelah itu di lakukan pengeringan di terik matahari
dengan bahan diletakkan di rumah kaca dengan lama waktu pengamatan 24
jam yang di bagi ke dalam 3 jam, artinya untuk setiap 3 jam penjemuran di
lakukan penimbangan pada masing-masing berat.
Pada pengamatan penjemuran 3 jam pertama di peroleh berat cabai
yang awalnya 50 gram,100 gram dan 150 gram mengalami penyusutan
untuk 50 gram berubah menjadi 49 gram, untuk 100 gram menjadi 97 gram,
dan untuk 150 gram menjadi 144 gram. Pada pengamatan 3 jam kedua pada

hari yang berbeda cabai 50 gram berubah menjadi 46 gram, cabai 100 gram
menjadi 90 gram, dan cabai 150 gram menjadi 136 gram. Pada pengamatan
3 jam ketiga berat cabai 50 gram berkurang kembali beratnya menjadi 45
gram, cabai 100 gram menjadi 89 gram, cabai 150 menjadi 132 gram. Pada
pengamatan jam ke empat cabai 50 gram berkurang kembali beranya
menjadi 40 gram, cabai 100 gram menjadi 82 gram , dan untuk cabai 150
gram menjadi 125 gram. Pada pengamatan 3 jam ke lima cabai kembali
berkuarang beratnya untuk cabai 50 gram turun menjadi 38 gram , cabai 100
gram menjadi 81 gram dan cabai 150 menjadi 123 gram. Pada pengamatan 3
jam ke enam cabai kembali berkuang beratnya, cabai dengan berat 50 gram
menjadi 36 gram, cabaidengan berat 100 gram menjadi 79 gram dan cabai
150 gram menjadi 118 gram. Pada pengamatan 3 jam ke tujuh cabai
menalami penurunan berat kembali untuk cabai 50 gram menjadi 34 gram,
untuk cabai 100 gram menjadi 72 gram dan untuk cabai 150 gram menjadi
105 gram. Pada pengamatan 3 jam terakhir cabai yang di keringkan
mengalami penurunan kembali untuk cabe 50 gram menjadi 27 gram, untuk
cabai 100 gram menjadi 60

gram dan untuk cabai 150 gram menjadi 87

gram .
Di dalam teori mentebutkan bahwa pengeringan dapat di lakukan
secara manual dan secara modern. Pada pengeringan cabai kami melakukan
pengeringan secara manual, dimana proses pengeringan menggunakan
pancaran sinar matahari. Pengeringan dengan metode ini membutuhkan
waktu yang lama selain itu cuaca juga sangat mempengaruhi pada proses
pengeringan sehingga proses pengeringannya kurang maksimal. Proses
pengeringan yang kami lakukan memakan wktu 2 minggu, karena faktor
cuaca yang kurang mendukung. Sehingga kadar air yang terdapat pada cabai
merah belum mencapai tingkat optimal jadi kami melakukan pengeringan
menggunakan oven untuk mengurangi kadar air sampai tingkat yang
standar.
5.3 Pengecilan Ukuran

Pada praktikum ke tiga kami melakukan pengamatan pengecilan


ukuran pada cabai merah yang sudah di keringkan. Bahan yang kami lakukan
pegecilan ukuran yaitu cabai merah yang sudah di keringkan. Hasil yang di
dapatkan adalah sebagai berikut. Mula-mula menimbang cabai merah yang
sudah di keringkan dengan berat 50 gram. Kemudian di lakukan pengilingan
dengan

tiga

kali

pengulangan

menggunakan

mesin

blender

dengan

kecepatan 1 pada pisau. Pada pengulangan pertama setelah waktu 1 menit


di ambil dan di lakukan pengayakan, hasilnya berat yang tertahan 45 gram
dan berat yang lolos dari pengayakan seberat 5 gram. Pada pengulangan ke
dua

berat yang tertahan 40 gram dan berat yang lolos dari pengayakan

seberat 5 gram dan pada pengulangan ketiga berat yang tertahan 34 gram
dan berat yang lolos dari pengayakan seberat 6 gram. Jadi total berat yang
lolos dari pengayakan adalah 11 gram.
Dari teori yang ada kami melakukan pengecilan ukuran menggunakan
alar modern yang mana dalam prinsipny menggunakan gaya sobek. Jadi
cabai tersebut di sobek menggunakan pisau blender dengan kecepatan
putaran yang telah di tentukan sehingga cabai tersebut menjadi bubuk yang
halus.
5.4 Pencampuran
Pada praktikum yang keempat kami melakukan percobaan tentang
pencampuran yang mana bahan yang di gunakan yaitu bubuk cabai halus
dan bawang goreng dengn tujuan membuat produk abon. Pencapuran di
lakukan dengan perbandingan 1:1. Pada berat bubuk cabai halus seberat 11
gram di campur dengan berat bawang goreng 11 gram jadi total beratnya 22
gram. Kemudia di masukkan pada satu wadah plastik dan kemudian di kocok
hingga bubuk cabai dan bawang goreng merata. Dari pengujian yang telah di
lakukan dan di dapatkan hasil pencampuran yang ternyata belum di
dapatkan bentuk yang homogen. Ini di karenakan pencampuran bahan
memiliki perbedaan yang berbeda. Di
Pada praktikum pencampuran ini kami melakukan pencampuran bahan
berupa cabe giling kasar yang di peroleh pada praktikum sebelumnya yaitu

pengecilan ukuran dan bawang goreng yang bertujuan untuk membuat abon
dan peralatan yang di gunakan berupa timbangan dan plastic.
Pada pencampuran ini kami melakukan pencampuran bahan dengan
perbandingan 1 :1 dan berat cabe kasar yang kami gunakan yaitu 17 gram
dan bawang yang kami gunakan juga memiliki berat 17 gram yang kemudian
kami campur dan di lakukan pengocokan bahan sampai menjadi homogen
dan di peroleh berat dari abon yaitu 34 gram.
Sesuai dengan teori yang ada pencampuran yang kami gunakan dalam
praktikum merupakan pencampuran kering dengan proses manual yang
merupakan metode pencampuran degan cara pengocokan

BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
1. Sortasi dan grading dapat di lakukan secara manual menggunakan mata sebaga media
memilahan. Namun sortasi dan grading secara manual kurang efektif an efisien untuk
kegiatan industri yang berskala besar. Sortasi dapat di lakukan berdasarkan karakteristik
fisiknya seperti bentuk, ukuran, warna dan berat. Tindakan sortasi dilakukan untuk
meningkatkan mutu suatu produk.
2. Laju proses pengeringan dari dapat di hitung berdasarkan perbandingan berat bahan dan
waktu pengringan.
3. Pengecilan ukuran dengan metode penggilingan dapat di lakukan secara modern yaitu
menggunakan mesin blender. Dimana tingkat kelembutan dapat di atur menggunakan
kecepatan pisau memutar pada tombol pengatur. Pengulangan penggilingn sngat
berpengaruh pada tingkat kelembutan bahan. Semakin banyak pengulangan maka tingkat
kelembutan semaki merata. Selain itu kelembutan dengan ukuran yang merata daat di
gunakan penyaringan. Penyaringan juga dapat di gunakan sebaga alat untuk menetahui
indeks keseragaman.
4. Pencampuran bahan dapat menggunakan prinsip pengkocokkan, dimana beberapa bahan
di masukkan ke dalam satu wadah kemudian dikocok hingga merata. Semakin lama laju
pengocokkan maka akan semakin baik pula pencampuran antara bahan-bahan yang di
campurkan.
6.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan prkatikum haruslah mengikuti prosedur
seperti yang tertera di dalam buku penuntun. Tujuannya agar tidak
membingungkan proses pembuatan lapaoran. Selain itu praktikan juga harus
melakukan praktikum lebih berhati hati dan tidak sembarangan dalam
melakukan percobaan.

DAFTRA PUSTAKA
Afriyanti.2008.Bentuk Hasil Pengeringan. Yogyakarta: Kanisius.
Andi, setiawan .2015.Satuan Operasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Anggoro. 2011.Metode Pengeringan.Unsri:Fakultas Pertanian.
Anonim.2015. Penuntun Praktikum Satuan Operasi. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Elin.1992. Satuan Operasi dan Penerapannya.Jakarta: Erlangga.
Fessenden.1997.Sortasi dan Grading.Jakarta: PT. Gramedia.
Kanoni.2007.Pengolahan keripik ubu jalar.Yogyakarta: Kanisius.
Liviawaty.1989. Pengolahan Bahan Dengan Pencampuran.Yogyakarta: Kanisius.
Pantastico.2002.Satuan Operasi.Jakarta: Erlangga.
Petrucci.1987.Satuan Operasi dan Penerapannya.Jakarta: Erlangga.
Pudji. 2012.Penerapan Pengecilan Ukuran.Jakarta: Penebar Swadaya.
Rasyid,Rahman .2003.Grading Suatu Bahan.Jakarta: PT. Gramedia.
Rita.2006. Pencampuran Bahan. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.
Saputra,Bayu.2012.Pembuatan kerupuk ikan.Yogyakarta :Kanisius.
Saputro, Andri.2012. Satuan Operasi Yogyakarta: UNY.
Suharto.1991.Pencampuran Bahan Makanan Tradisional.Yogyakarta: UNY.
Suyanti,Ani.2006.Satuan Operasi.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Wati, Irma.2012.Pengecilan Ukuran.Jakarta:PT.Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai