TATALAKSANA KATARAK
Oleh:
Abqariyatuzzahra Munasib
1112103000090
Pembimbing:
dr. Irsad, SpM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, semoga rahmat dan hidayahnya selalu
terlimpahkan kepada kita selaku umatnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengajar di SMF
bagian mata, khususnya kepada dr. Irsad, SpM atas bimbingannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan bagi kelompok-kelompok
selanjutnya.
Abqariyatuzzahr
a Munasib
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Katararak adalah setiap keadaan yang menyebabkan kekeruhan pada
lensa. Umunya katarak terjadi pada orang lanjut usia dengan proses
degenerasi lensa menjadi penyebab utama kekeruhan lensa. Penyebab lain
pada katarak diantaranya adalah trauma, toksin, penyakit sistemik seperti
diabetes, merokok atau herediter. Prevalensi katarak terus meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, dilaporkan 50% kelompok usia 65-74 tahun
adalah penderita katarak dan kelompok usia di atas 75 tahun semakin banyak
yang menderita katarak. Berdasarkan usia katarak dibedakan menjadi katarak
kongenital, katarak juvenil, dan katarak senilis. Sedangkan berdasarkan
jenisnya katarak dibedakan menjadi katarak insipien, katarak imatur, katarak
matur, dan katarak hipermatur.
Kekeruhan pada lensa ini menimbulkan gangguan pada fungsi lensa
itu sendiri, sehingga penderita katarak akan mengeluhkan adanya penurunan
penglihatan, adanya rasa silau, berubahnya kelainan refraksi penderita.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik mata akan ditemukan penurunan
kemampuan tajam penglihatan, warna hitam pada katarak terhadap refleks
fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi direk. Lokasi katarak (nukleus,
korteks, subkapsular) dan opasitas kekeruhan lensa dapat dilihat pada
pemeriksaan slit lamp.
Penanganan katarak adalah dengan pembedahan walaupun seringkali
diberikan tindakan-tindakan yang dapat memperlambat progressivitas dari
katarak itu sendiri. Terapi pembedahan pada katarak pun terdiri dari berbagai
macam jenis berupa ekstraksi katarak intrakapsular dan ekstraksi katarak
ekstrakapsular yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Indikasi
Pembedahan katarak dilakukan jika penurunan tajam penglihatan yang
terjadi berat dan telah mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada beberapa
kondisi operasi katarak juga dibutuhkan seperti pada katarak yang disertai
dengan glaukoma sekunder, uveitis sekunder, dislokasi/subluksasi lensa,
ablatio retina, retinopati diabetik, dan katarak hipermatur. Selain itu,
pembedahan katarak dapat dilakukan juga pada pasien katarak atau kekeruhan
lensa yang mengalami kehilangan penglihatan sama sekali akibat kelainan
retina atau nervus namun kekeruhan lensa yang terjadi tidak dapat diterima
secara kosmetik. Operasi katarak yang dilakukan pada kondisi tersebut tidak
akan memperbaiki fungsi penglihatan pasien.
2. Tindakan Pembedahan
Anastesi pada operasi katarak umumnya lokal, namun pada beberapa
kondisi anastesi umum dapat diberikan seperti pada pasien yang tidak
kooperatif, bayi dan anak-anak. Sedangkan pada anastesi lokal dapat
dilakukan dengan beberapa tekhnik seperti topikal anastesi, subkonjungtiva
dengan menggunakan lidokain dan Markain (1:1), retrobulbar dan parabulbar.
Tekhnik pembedahan pada katarak semakin berkembang dari tahun ke
tahun. Secara garis besar pembedahan pada katarak terdiri dari 2 tekhnik
besar yaitu Ekstraksi Katarak Intrakapsular dan Ekstraksi Katarak
Ekstrakapsular.
a. Ekstraksi Katarak Intrakapsular
Ekstraksi katarak intrakapsular merupakan tekhnik pembedahan
dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Pembedahan dengan
tekhnik ini menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus serta
tidak menimbulkan komplikasi operasi katarak berupa katarak sekunder.
Ekstraksi katarak intrakapsular dapat dilakukan pada zonula zinn yang
tekah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus, serta tidak
ICCE
Tidak dapat dilakukan pada penderita di
bawah 40 tahun
Tidak dapat dilakukan pemasangan IOL
Insidensi komplikasi endoftalmitis,
lebih rendah
Kemungkinan astigmat lebih rendah
lebih tinggi
Kemungkinan astigmat lebih tinggi
dapat terjadi
Membutuhkan waktu yang lebih lama
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi
merupakan
pembedahan
katarak
nukleus
keras
yang kemudian
Fakoemulsifikasi
SICS
Tidak dapat dilakukan pada jenis Dapat dilakukan pada semua jenis
katarak yang keras
Tekhnik lebih sulit dipelajari
Bergantung pada mesin
Komplikasi lebih sering
Waktu operasi lebih lama
Biaya lebih mahal
Jarang terjadi injeksi konjungtiva
Jarang terjadi nyeri tekan
Jarang terjadi postoperative hifema
Komplikasi astigmat lebih rendah
minggu. Mata pasien dibalut dengan kasa untuk beberapa hari, dan
selanjutnya dapat diberikan pelindung mata atau kaca mata untuk
menghindari adanya gesekan atau trauma dari sekitar. Obat-obatan yang
diberikan post operasi katarak adalah obat-obat analgesik, antibiotik, dan
steroid.
Obat analgesik diberikan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan
setelah efek anastesi lokal nya menghilang. Antibiotik biasanya diberikan
dalam bentuk tetes mata untuk mencegah adanya infeksi pasca pembedahan,
adapun pemberian antibiotik sistemik diberikan berdasarkan pertimbangan
kemungkinan terjadinya infeksi yang lebih besar atau kebersihan yang tidak
sempurna. Obat-obatan steroid dalam bentuk tetes mata diberikan dengan
tujuan untuk mengurangi reaksi peradangan yang ditimbulkan akibat tindakan
bedah.
4. Komplikasi
a. Intraoperasi
Saat
pembedahan
phacoemulsification,
katarak
pemasukan
dengan
menjadi
tekhnik
tidak
ECCE
atau
adekuat
dari
Prolaps Iris
Prolaps iris dapat terjadi sesaat setelah pembedahan dengan
gambaran daerah berwarna gelap pada lokasi insisi, pupil mengalami
distorsi, dan membutuhkan tindakan reposisi segera.
Ablasio retina
Komplikasi ablasio retina dapat terjadi apabila terdapat hilangnya
komponen vitreous.
Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan komplikasi infeksi yang dapat terjadi
dengan insidensi yang kecil. Pasien akan datang dengan keluhan
mata merah yang terasa nyeri, penurunan tajam penglihatan,
akumulasi sel darah putih pada bilik anterior (hipopion). Pada
keadaan ini dibutuhkan pengambilan sampel aqueous dan vitreous
untuk dilakukan analisis mikrobiologi segera dan pasien diterapi
dengan antibiotik intravitreal, topikal dan sistemik.
Dislokasi IOL
Hilangnya vitreous
Apabila dalam pembedahan terjadi kerusakan pada kapsul
posterior maka cairan vitreous dapat masuk ke bilik anterior yang
dapat menimbulkan risiko glaukoma dan traksi pada retina. Pada
keadaan ini diperlukan adanya pengangkatan komponen vitreous
tersebut dengan suatu instrumen yang dapat mengaspirasi atau
mengekstraksi (vitrektomi).
BAB III
KESIMPULAN
katarak
terdiri
dari
ekstraksi
katarak
intrakapsular
dan
DAFTAR PUSTAKA