Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

TATALAKSANA KATARAK

Oleh:
Abqariyatuzzahra Munasib
1112103000090
Pembimbing:
dr. Irsad, SpM

KEPANITERAAN KLINIK STASE MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, semoga rahmat dan hidayahnya selalu
terlimpahkan kepada kita selaku umatnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengajar di SMF
bagian mata, khususnya kepada dr. Irsad, SpM atas bimbingannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan bagi kelompok-kelompok
selanjutnya.

Jakarta, 28 Agustus 2016

Abqariyatuzzahr
a Munasib

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Katararak adalah setiap keadaan yang menyebabkan kekeruhan pada
lensa. Umunya katarak terjadi pada orang lanjut usia dengan proses
degenerasi lensa menjadi penyebab utama kekeruhan lensa. Penyebab lain
pada katarak diantaranya adalah trauma, toksin, penyakit sistemik seperti
diabetes, merokok atau herediter. Prevalensi katarak terus meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, dilaporkan 50% kelompok usia 65-74 tahun
adalah penderita katarak dan kelompok usia di atas 75 tahun semakin banyak
yang menderita katarak. Berdasarkan usia katarak dibedakan menjadi katarak
kongenital, katarak juvenil, dan katarak senilis. Sedangkan berdasarkan
jenisnya katarak dibedakan menjadi katarak insipien, katarak imatur, katarak
matur, dan katarak hipermatur.
Kekeruhan pada lensa ini menimbulkan gangguan pada fungsi lensa
itu sendiri, sehingga penderita katarak akan mengeluhkan adanya penurunan
penglihatan, adanya rasa silau, berubahnya kelainan refraksi penderita.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik mata akan ditemukan penurunan
kemampuan tajam penglihatan, warna hitam pada katarak terhadap refleks
fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi direk. Lokasi katarak (nukleus,
korteks, subkapsular) dan opasitas kekeruhan lensa dapat dilihat pada
pemeriksaan slit lamp.
Penanganan katarak adalah dengan pembedahan walaupun seringkali
diberikan tindakan-tindakan yang dapat memperlambat progressivitas dari
katarak itu sendiri. Terapi pembedahan pada katarak pun terdiri dari berbagai
macam jenis berupa ekstraksi katarak intrakapsular dan ekstraksi katarak
ekstrakapsular yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Indikasi
Pembedahan katarak dilakukan jika penurunan tajam penglihatan yang
terjadi berat dan telah mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada beberapa
kondisi operasi katarak juga dibutuhkan seperti pada katarak yang disertai
dengan glaukoma sekunder, uveitis sekunder, dislokasi/subluksasi lensa,
ablatio retina, retinopati diabetik, dan katarak hipermatur. Selain itu,
pembedahan katarak dapat dilakukan juga pada pasien katarak atau kekeruhan
lensa yang mengalami kehilangan penglihatan sama sekali akibat kelainan
retina atau nervus namun kekeruhan lensa yang terjadi tidak dapat diterima
secara kosmetik. Operasi katarak yang dilakukan pada kondisi tersebut tidak
akan memperbaiki fungsi penglihatan pasien.
2. Tindakan Pembedahan
Anastesi pada operasi katarak umumnya lokal, namun pada beberapa
kondisi anastesi umum dapat diberikan seperti pada pasien yang tidak
kooperatif, bayi dan anak-anak. Sedangkan pada anastesi lokal dapat
dilakukan dengan beberapa tekhnik seperti topikal anastesi, subkonjungtiva
dengan menggunakan lidokain dan Markain (1:1), retrobulbar dan parabulbar.
Tekhnik pembedahan pada katarak semakin berkembang dari tahun ke
tahun. Secara garis besar pembedahan pada katarak terdiri dari 2 tekhnik
besar yaitu Ekstraksi Katarak Intrakapsular dan Ekstraksi Katarak
Ekstrakapsular.
a. Ekstraksi Katarak Intrakapsular
Ekstraksi katarak intrakapsular merupakan tekhnik pembedahan
dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Pembedahan dengan
tekhnik ini menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus serta
tidak menimbulkan komplikasi operasi katarak berupa katarak sekunder.
Ekstraksi katarak intrakapsular dapat dilakukan pada zonula zinn yang
tekah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus, serta tidak

diperbolehkan dilakukan pada pasien dengan usia kurang dari 40 tahun


yang masih memiliki ligamen hialoidea kapsular. Namun kejadian ablatio
retina pasca operasi lebih tinggi dibandingkan pada operasi katarak
ekstrakapsular sehingga tekhnik pembedahan ini mulai ditinggalkan.

Baik tekhnik pembedahan Intrakapsular ataupun Ekstrakapsular


masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
Berikut masing-masing keuntungan dan kekurangan tekhnik tersebut.
ECCE
Dapat dilakukan di semua usia jika

ICCE
Tidak dapat dilakukan pada penderita di

zonula zini intak


Dapat dilakukan pemasangan IOL
Insidensi komplikasi endoftalmitis,

bawah 40 tahun
Tidak dapat dilakukan pemasangan IOL
Insidensi komplikasi endoftalmitis,

ablasio retina, edema makular cystoid

ablasio retina, edema makular cystoid

lebih rendah
Kemungkinan astigmat lebih rendah

lebih tinggi
Kemungkinan astigmat lebih tinggi

karena insisi lebih kecil


Tekhnik lebih rumit
Komplikasi kekeruhan lensa posterior

karena insisi lebih besar


Tekhnik lebih simpel
Komplikasi kekeruhan lensa posterior

dapat terjadi
Membutuhkan waktu yang lebih lama

tidak dapat terjadi


Membutuhkan waktu yang relatif
singkat

b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular


Terapi bedah pada katarak ekstrakapsular terdiri dari pengangkatan
lensa dan penggantian lensa dengan implan. Pembedahan katarak

dilakukan dengan merobek kapsul lensa anterior dan mengeluarkan isi


lensa berupa korteks dan nukleus melalui insisi 9-10 mm, dilanjutkan
dengan penanaman lensa intraokular pada kapsul posterior.

Adanya insufisisensi zonula zini merupakan kontraindikasi


dilakukannya pembedahan ektsraksi katarak ekstrakapsular.

Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi

merupakan

pembedahan

katarak

ekstrakapsular dengan menggunakan vibrator ultrasonik (40.000


MHz)untuk menghancurkan

nukleus

keras

yang kemudian

diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm dan kemudian dimasukkan lensa


intraokular yang dapat dilipat, dapat digunakan juga lensa
intraokular yang kaku namun insisi harus dilebarkan hingga 5 mm.
Insisi kecil pada fakoemulsifikasi ini menjadikan operasi pada
tekhnik ini tidak membutuhkan jahitan, bahkan jika dibutuhkan
hanya diperlukan 1 jahitan. Insisi minimal ini juga menyebabkan
proses penyembuhan luka operasi dan keluhan mata merah lebih
cepat dibandingkan tekhnik lainnya. Tekhnik ini kurang efektif
apabila dilakukan pada katarak senilis padat.

SICS (Small Incision Cataract Surgery)


Pembedahan katarak dengan tekhnik SICS merupakan
pembedahan kecil, lebih dipilih karena memiliki cost yang lebih
murah, tekhnik mudah dipelajari dan lebih aman untuk dilakukan.

Fakoemulsifikasi
SICS
Tidak dapat dilakukan pada jenis Dapat dilakukan pada semua jenis
katarak yang keras
Tekhnik lebih sulit dipelajari
Bergantung pada mesin
Komplikasi lebih sering
Waktu operasi lebih lama
Biaya lebih mahal
Jarang terjadi injeksi konjungtiva
Jarang terjadi nyeri tekan
Jarang terjadi postoperative hifema
Komplikasi astigmat lebih rendah

katarak termasuk hard grade


Tekhnik lebih mudah dipelajari
Tidak bergantung pada mesin
Komplikasi pasca operasi lebih jarang
Waktu operasi lebih singkat
Biaya lebih murah
Injeksi konjungtiva pada tempat insisi
Nyeri tekan ringan karena insisi sklera
Dapat terjadi post operative hifema
Komplikasi astigmat lebih tinggi
karena insisi lebih besar

Pengangkatan lensa yang dilakukan pada operasi katarak ini


menyebabkan kemampuan akomodasi menghilang, sehingga dibutuhkan
koreksi untuk mengganti kemampuan sistem optik yang hilang tersebut
baik dengan kacamata afakia tebal, lensa kontak yang tipis, implantasi
lensa plastik di dalam bola mata atau lensa intraokular (IOL).
Lensa intraokular (IOL) merupakan lensa jernih berupa plastik
fleksibel yang diletakkan ke dalam mata seperti lensa alami. Lensa
intraokular ini juga dapat menyebabkan pembesaran dan distorsi minimal
dengan sedikit kehilangan presepsi dalam atau tajam penlihatan perifer.
Walaupun telah diberikan lensa intraokular seringkali pemberian kaca
mata baik berupa kaca mata baca, kaca mata untuk melihat jauh dan dekat
masih dibutuhkan dalam jumlah yang tipis. Implantasi lensa intraokular ini
tidak boleh dilakukan pada pasien dengan uveitis berulang, retinopati
diabetik progressif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.
3. Perawatan Post Pembedahan
Pasien yang menjalani operasi ekstraksi katarak dengan anastesi lokal dan
tanpa adanya komplikasi tidak perlu dilakukan rawat inap, pasien dapat
melakukan rawat jalan sesaat setelah operasi selesai. Pasien tidak dianjurkan
untuk melakukan aktivitas yang menimbulkan banyak gerak, dihindari juga
untuk terjadinya peregangan seperti mengangkat benda kurang lebih selama 4

minggu. Mata pasien dibalut dengan kasa untuk beberapa hari, dan
selanjutnya dapat diberikan pelindung mata atau kaca mata untuk
menghindari adanya gesekan atau trauma dari sekitar. Obat-obatan yang
diberikan post operasi katarak adalah obat-obat analgesik, antibiotik, dan
steroid.
Obat analgesik diberikan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan
setelah efek anastesi lokal nya menghilang. Antibiotik biasanya diberikan
dalam bentuk tetes mata untuk mencegah adanya infeksi pasca pembedahan,
adapun pemberian antibiotik sistemik diberikan berdasarkan pertimbangan
kemungkinan terjadinya infeksi yang lebih besar atau kebersihan yang tidak
sempurna. Obat-obatan steroid dalam bentuk tetes mata diberikan dengan
tujuan untuk mengurangi reaksi peradangan yang ditimbulkan akibat tindakan
bedah.
4. Komplikasi
a. Intraoperasi
Saat

pembedahan

phacoemulsification,

katarak

pemasukan

dengan
menjadi

tekhnik
tidak

ECCE

atau

adekuat

dari

keseimbangan solution garam ke dalam ruangan anterior, kebocoran


akibat insisi yang terlalu lebar, tekanan luar bola mata, tekanan luar bola
mata pada vitreus dan perdarahan pada subarachoroidal.
b. Post Operasi
-

Prolaps Iris
Prolaps iris dapat terjadi sesaat setelah pembedahan dengan
gambaran daerah berwarna gelap pada lokasi insisi, pupil mengalami
distorsi, dan membutuhkan tindakan reposisi segera.

Ablasio retina
Komplikasi ablasio retina dapat terjadi apabila terdapat hilangnya
komponen vitreous.

Opasifikasi kapsul posterior


Kekeruhan lensa posterior dapat terjadi pada katarak pasca
pembedahan ekstrakapsular, penglihatan akan menjadi kabur dan
silau. Bahan yang digunakan dalam pembuatan lensa, bentuk tepi

lensa, dan tumpang tindih lensa dengan sebagian kecil kapsul


posterior dapat mengurangi komplikasi kekeruhan lensa kapsul
posterior.
-

Astigmatisme pasca operasi

Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan komplikasi infeksi yang dapat terjadi
dengan insidensi yang kecil. Pasien akan datang dengan keluhan
mata merah yang terasa nyeri, penurunan tajam penglihatan,
akumulasi sel darah putih pada bilik anterior (hipopion). Pada
keadaan ini dibutuhkan pengambilan sampel aqueous dan vitreous
untuk dilakukan analisis mikrobiologi segera dan pasien diterapi
dengan antibiotik intravitreal, topikal dan sistemik.

Dislokasi IOL

Hilangnya vitreous
Apabila dalam pembedahan terjadi kerusakan pada kapsul
posterior maka cairan vitreous dapat masuk ke bilik anterior yang
dapat menimbulkan risiko glaukoma dan traksi pada retina. Pada
keadaan ini diperlukan adanya pengangkatan komponen vitreous
tersebut dengan suatu instrumen yang dapat mengaspirasi atau
mengekstraksi (vitrektomi).

BAB III
KESIMPULAN

Penanganan katarak atau kekeruhan lensa hanya dapat dilakukan dengan


pembedahan yang biasanya dilakukan apabila penurunan tajam penglihatan yang
terjadi pada pasien sudah mengganggu kegiatan sehari-hari. Tekhnik pembedahan
pada operasi katarak semakin berkembang seiring berjalan nya waktu dan
berkembangnya tekhnologi. Anastesi yang umumnya digunakan adalah anastesi
lokal, namun pada beberapa kondisi dapat dilakukan anastesi umum seperti pada
pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak-anak. Secara garis besar tekhnik
pembedahan

katarak

terdiri

dari

ekstraksi

katarak

intrakapsular

dan

ekstrakapsular. Pembedahan ekstrakapsular memiliki berbagai macam metode


seperti konvensional ekstraksi ekstrakapsular, fakoemulsifikasi, dan SICS (Small
Incision Cataract Surgery). Masing-masing metode memiliki kelebihan dan
kekurangan sendiri-sendiri. Pasien post operasi katarak dapat melakukan rawat
jalan dengan pemberian obat analgesik, tetes mata antibiotik dan steroid. Pada
operasi katarak ini dapat terjadi komplikasi baik saat operasi atau setelah operasi
seperti ablasio retina, prolaps iris, astigmatisme, endoftalmitis, hilangnya vitreous,
dislokasi IOL.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asburys. General Ophtalmology. United States of America :


McGraw-Hill; 2007
2. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi Ed 9. Jakarta:
Erlangga Medical Series; 2006
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Ed 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2014
4. Johns JK. Lens and Catarac. Basic and Clinical Science Section 11.

American Academy of Ophtalmology; 2011

Anda mungkin juga menyukai