Anda di halaman 1dari 6

Belajar Mandiri Terarah

(Problem Based Learning)

Bioetika
Amelinda Mannuela Santoso
10.2013.073
Tutor:
dr. Linda

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No 6, Jakarta
Telp. (021) 5657867 E-mail : amelindamannuela@yahoo.com

Prinsip Dasar Bioetik

Beneficence: ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan berlaku seperti
pasien pada umumnya, dan dokter akan melakukan yang terbaik untuk pasiennya.

Non-malficence: ketika pasien gawat darurat memerlukan suatu intervensi medic dalam
rangka penyelamatan nyawanya.

Justice: konteks membahas hak orang lain selain diri pasien itu sendiri.

Autonomi: pasien yang dewasa dan matang kepribadiannya dapat menentukan nasibnya
sendiri.

Kasus: Dr. Bagus


1

Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.

Sehari-harinya ia bertugas di sebuah Puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini
merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa datang
berobat karena Puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter
Bagus bertugas dari pagi hari hingga sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus
mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa membutuhkan pertolongannya.
(Beneficence, alasan:

Mengutamakan altruisme.
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter.)
2

Pada suatu pagi, ketika ia datang ke Puskesmas sudah ada 5 orang pasien yang sedang

mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran, hal ini
dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib dan teratur.
(Justice, alasan:

Memberlakukan segala sesuatu secara universal.


Menghargai hak orang lain.

Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll.)

Pasien pertama adalah seorang ibu, darang dengan keluhan demam 2 hari yang lalu disertai
batuk dan pilek. Setelah memeriksa pasien tersebut dr. Bagus memberikan beberapa macam
obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup.
(Beneficence, alasan:

Memberikan obat berkhasiat namun murah.)


3

Pasien kedua adalah seorang anak balita tampak lemah digendong oleh ibunya. Ibunya

mengatakan bahwa anak tersebut sudah 2 hari buang buang air besar. Setelah memeriksa anak
tersebut, dr. Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat di rumah sakit yang berada di kota.
Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat.
(Autonomi, alasan:

Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien.


Menghargai rasionalitas pasien.)

Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak ibu, nanti ibu
berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usagakan anak ibu minum oralit sesering
mungkin,
(Justice, alasan:

Menghargai hak orang lain.)

nanti sore selesai tugas saya akan mampir ke rumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak
ibu. Kata dr. Bagus. Pak mantri tolong buatkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu
tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini. Kata dr. Bagus kepada pak mantri.
(Beneficence, alasan:

Mengutamakan altruisme.)
4

Pasien ketiga adalah seorang anak laki-laki. Pasien tersebut menderita keganasan

stadium lanjut. Sebelumnya pasien tersebut pernah dilakukan pembedahan di rumah sakit yang

berada di kota. Namun keluarga pasien menghentikan pengobatannya lebih lanjut. Orangtua
pasien bukanlah orang kaya sehingga mereka rak mampu membeli obat-obatan kemoterapeutik
yang mahal. Tetapi orangtua pasien ingin anaknya mendapat pengobatan lebih lanjut.
Dokter Bagus menjelaskan kepada orangtuanya bahwa kondisi anaknya tidak dapat
ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk membeli obat-obatan mahal tersebut.
Dokter Bagus ragu apakah ia harus mengatakan pafa mereka untuk tidak usah membeli obat itu.
Karena berdasarkan pengetahuannya pada penyakit ini, beberapa pasien meninggal walaupun
telah diterapi dengan kemoterapi penuh. Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini telah timbul
asites dan pasien tampak sesak. Dokter Bagus menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa
kondisi anaknya kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun
diberikan obat-obat kemoterapeutik.
(Autonomi, alasan:

Berterus terang.
Menghargai rasionalitas pasien.
Melaksanakan informed consent.)

Pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah memberi obat-obatan penunjamg agar anak
bapak tidak terlalu menderita. Kata dr. Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua
pasien.
(Beneficence, alasan:

Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia)

Saat mempersilahkan pasien keempatnya masuk ke ruang periksa, dr. Bagus terkejut

karena sserombongan orang memaksa masuk sambil menggotong seorang pemuda yang tidak
sadarkan diri. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu di luar
karena ia akan terlebih dahulu membari pertolongan pada pemuda tersebut. Ketika yang
lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah satu orang mengatakan
bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk ke dalam mesin penggilingan
padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari
mesin penggilingan padi.

(Beneficence, alasan:

Kewajiban menolong pasien gawat darurat.)

Pada pemeriksaan, dr. Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut tampak bengkak dan
hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara
mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang
perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda tersegut. Dokter Bagus
menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan
adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan
dilakukan dokter Bagus. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan
tindakan amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut.
(Non-malficence, alasan:

Menolong pasien emergency.


Beresiko hilangnya sesuatu yang penting.
Mencegah pasien dari bahaya.
Menghindari misrepresentasi dari pasien.)

Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan
diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol.
(Beneficence, alasan:

Paternalisme bertanggung jawab.)


5

Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak laki-lakinya

datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada serta punggungnya.
Dari hasil pemerikasaan tekanan darah 150/90 dan nadi cepat tidak teratur. Dokter Bagus
curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan ke
rumah sakit yang berada di kota. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit
yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut.
(Beneficence, alasan:

Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya.


Minimalisasi akibat buruk.)

Waktu telah memasuki siang hari, pasien kelima adalah seorang ibu muda yang sangat

cerewet, karena begitu masuk si ibu tadi sudah mengeluh berbagai macam keluhan. Dokter
Bagus tidak menanggapi keluhan si ibu muda tadi dan segera membuat surat rujukan
untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Cepat Tepat langganannya yang berada di kota,
jauh dari puskesmas.
(Pelanggaran prinsip autonomi, alasan:

Tidak melaksanakan informed consent.)

Dari Lab Klinik ini dr. Bagus mendapat sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya dengan
pasien yang ia kirim ke situ. Pernah dua bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia kirim, ia
memperoleh Rp. 300.000,-.
(Pelanggaran beneficence, alasan:

Tidak mengutamakan altruisme.


Memandang pasien hanya sejauh menguntungkan dokter.
Menarik honorarium diluar kepantasan.)

Setelah pasien kelima, dokter Bagus melihat keluar ruangan, tampak antrian pasien yang

masih banyak. pak mantri tolong umumkan ke pasien, saya akan istirahat makan
sejenak. Kata dr. Bagys. Demikianlah kegiatan sehari-hari dr. Bagus dan tanpa terasa sudag 25
tahun dr. Bagus mengabdi di desa tersebut.
(Autonomi, alasan:

Menghargai martabat pasien.)

Anda mungkin juga menyukai