Anda di halaman 1dari 12

ELEKTRISITAS JANTUNG

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Syfa Nur Mawaddah


: B1J013174
: II
:1
: Suci Indah Rahmadani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN 1

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I.

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang
Jantung merupakan organ penting dalam tubuh manusia yang
difungsikan untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Darah yang dipompa ke
seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah membawa zat-zat yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Denyut jantung dapat menyebabkan darah mengalir
keseluruh tubuh. Hal tersebut terjadi karena jantung memiliki suatu sistem
dimana

selnya

mempunyai

kemampuan

untuk

membangkitkan

dan

menghantarkan impuls listrik secara spontan. Otot jantung seperti halnya otot
skelet, memperlihatkan aktivitas elektrik apabila berkontraksi. Denyut
jantung terjadi karena kontraksi dan menghasilkan pemompaan ke luar
jantung. Aktivitas elektrik dari jantung akan menghasilkan sinyal elektrik dan
sinyal magnetik di seluruh volume konduktor. Namun karena sinyal magnetik
sulit diamati maka dalam analisa aktivitas jaringan hidup, keberadaan' sinyal
magnetik ini sering kali diabaikan. Hal ini menyebabkan kita tidak dapat
mengamati perilaku dari sinyal magnetik pada jantung, sehingga belum dapat
memanfaatkan perilaku sinyal magnetik untuk keperluan diagnosa maupun
terapi (Sherwood, 2001).
Kegiatan listrik jantung sering dihubungkan dengan perjalanan impuls
dari jantung yang dihantarkan menuju jaringan tubuh dan diukur pada
permukaan tubuh menggunakan galvanometer. Denyut jantung manusia dapat
dicatat dan diukur menggunakan alat yang disebut elektroradiogram (EKG)
dalam bentuk signal elektrik yang kemudian dapat digambarkan dengan
kertas yang berjalan. Martini (1988), menerangkan bahwa arteri elektrikal
yang ditimbulkan oleh jantung sangat kuat, sehingga dapat dideteksi oleh
elektroda yang ada pada permukaan tubuh. Hal inilah yang mendasari prinsip
kerja EKG. Setiap kali jantung berdetak, sebuah gelombang radiasi yang
terpolarisasikan melalui atria mencapai AV node, lalu turun menuju
interventrikulum hingga mencapai miocardium ventriculer dibawahnya
(Martini, 1988).

EKG (elektrocardiogram) adalah rekaman fluktuasi potensial aksi


serabut miokardium selama siklus jantung.EKG menggunakan suatu
elaktroda aktif atau eksplorasi yang dihubungkan dengan elektroda berbeda
pada potensial nol atau diantara dua elektroda aktif. EKG menggunakan
kertas yang bergerak untuk merekam fluktuasi dari denyut jantung, dimana
kertas tersebut merupakan kotak-kotak kecil agar perhitungan siklus denyutan
dapat lebih mudah. Elektokardiogram dapat mencatat aktivitas listrik
miokardium dari 12 posisi yang berbeda, yaitu 3 posisi standar, 3 posisi
unipolar dan 6 posisi dada (Ganong, 1995).
.1 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk menghitung jumlah detak
jantung per menit pada individu dengan kondisi fisiologis yang berbeda.

II.
.1 Materi

MATERI DAN CARA KERJA

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah praktikan


yang akan diukur denyut jantungnya.
Alat yang digunakan adalah elektrokardiogram (ECG), hand
counter, stopwatch.
.2 Cara Kerja
2.2.1 Persiapan Alat
1. Alat ditempatkan pada posisi yang tepat untuk demonstrasi.
2. Osiloscope dan recorder dihubungkan dalam groudeed outlet yang tepat,
yaitu power pada posisi off.
3. Kabel recorder dihubungkan ke jek pada belakang osiloscope.
4. ECG lead selector dihubungkan ke dalam input jack dari bagian
bioamplifier pada bagian depan oscilloscope.
5. Kabel ECG lead selector switch dihubungkan.
6. Oscilloscope diputar pada posisi on selanjutnya recorder pada posisi
standby.
2.2.2 Setting oscilloscope
Bio-amp gain
: 500
Low Frequency Filter
: 1 Hz
High Frequency Filter : 100 Hz
Sweep Speed
: 4 x 100 MS/DiV
Vertical Input Mode
: PreAmp
Stimulator Mode Switch : Off
2.2.3 Persiapan Subjek
1. Sebjek melepas jam tangan, kaos kaki dan sepatu.
2. Permukaan sebelah dalam tangan dan bawah betis kaki kanan dan kiri
dibersihkan dengan menggunakan alkohol.
3. Gel elektroda dioleskan pada permukaan tiap pelat elektroda.
4. Elektroda ditempakan pada permukaan dalam pergelangan tangan kanan
dan kiri, sebelah dalam bawah betis tepat diatas tulang engkel. Elektroda
ditempatkan dengan menggunakan strap elektroda. Strap harus cukup
kuat menahan elektroda pada kulit, tetapi tidak begitu keras menghambat
sirkulasi.
5. Osiloskop diatur pada kondisi standar yang akan terlihat pada monitor
dan kertas grafik atau elektrokardiogram yang memperlihatkan garis
horizontal yang konstan.
6. Selektor diputar pada kondisi LEAD 1 dan LEAD 2, dibiarkan beberapa
menit yang terlihat pada layar monitor, selanjutnya diatur kecepatan

recorder pada 25 mm/detik, kertas pencatat dibiarkan hingga mencapai


minimal 10 gelombang detak jantung.
7. Panjang kertas yang diperlukan untuk setiap 10 gelombang detak jantung
diukur.
8. Jumlah detak jantung dihitung dengan menggunakan angka yang
diperoleh dari panjang kertas untuk setiap 10 gelombang detak jantung.
Jumlah detak jantung dihitung per menit.
9. Pengukuran jumlah detak jantung dilakukan pada kondisi fisiologis
subjek yang berbeda.
10. Rumus pengukuran denyut jantung:
gelombang
Denyut Jantung ( denyut /menit )=
kecepatankertas 60
kotak kecil
2.2.4 Pengukuran Denyut Jantung Secara Manual
1. Praktikan dipersilahkan melakukan aktivitas yang telah ditentukan,
misalnya berjalan ataupun berlari.
2. Aktivitas dilakukan selama 2 menit
3. Segera setelah selesai denyut jantung diukur melalui nadi pergelangan
tangan selama 1 menit.
4. Hasilnya dicatat di tabel hasil yang telah disediakan

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel Hasil Pengamatan Denyut Jantung
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Aktivitas

Denyut Jantung (denyut/menit)

Wanita Diam
Pria Diam
Wanita Jalan
Pria Jalan
Wanita Lari
Pria Lari
Wanita Kurus
Pria Kurus
Wanita Gemuk
Pria Gemuk

53
72
68
92
130
118
64
72
94
98

.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan terhadap pengukuran denyut jantung yang
diperoleh dari beberapa praktikan dengan aktivitas yang berbeda menunjukkan
jumlah denyut jantung yang berbeda-beda pula. Aktivitas yang dilakukan tersebut
diantaranya adalah berjalan, berlari, istirahat, perempuan, perokok, laki-laki kurus
dan gemuk. Berdasarkan perbedaan aktivitas tersebut diperoleh masing-masing
jumlah denyut jantungnya yaitu wanita diam 53 denyut/menit, pria diam 72
denyut/menit, wanita jalan 68 denyut/menit, pria jalan 92 denyut/menit, wanita
lari 130 denyut/menit, pria lari 118 denyut/menit, wanita kurus 64 denyut/menit,
pria kurus 72 denyut/menit, wanita gemuk 94 denyut/menit, pria gemuk 98
denyut/menit.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa jumlah denyut
jantung orang yang melakukan aktivitas berupa berlari menghasilkan jumlah
denyut jantung lebih besar daripada orang yang diam atau hanya berjalan biasa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas yang tinggi menyebabkan denyut
jantung berdetak lebih cepat. Hal ini sesuai dengan referensi yang menyatakan

bahwa denyut jantung rata-rata pada manusia normal atau dalam keadaan istirahat
adalah sekitar 70 denyut/menit. Sedangkan orang yang aktivitas lebih berat denyut
jantungnya meningkat antara 90-120 denyut/menit. Sementara itu, orang yang
melakukan aktivitas berupa berlari dapat dikatakan sebagai tachicardia proximal
atrium yaitu denyut jantung yang melebihi batas normal. Tachicardiaproximal
merupakan kelainan dalam setiap bagian jantung termasuk atrium, sistem purkinje
dan ventrikel kadang-kadang dapat menyebabkan pencetusan impuls berirama
dengan cepat yang menyebar kesemua arah di seluruh jantung. Tachicardia
paroksimal atrium mempunyai peningkatan frekuensi denyut jantung secara tibatiba dan kira-kira 95 denyut jantung/menit menjadi 150 denyut jantung/menit
(Ganong, 1995).
Denyut jantung pada praktikan kurus dan yang gemuk menunjukkan jumlah
denyut yang sangat berbeda. Disini terlihat bahwa denyut jantung orang yang
kurus lebih memiliki kecepatan berdenyut lebih rendah dari pada orang yang
memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa semakin tinggi berat badan seseorang, maka frekuensi
denyut jantungnya semakin rendah, sehingga denyut jantung berbanding terbalik
dengan bobot badan (Yuwono, 2001). Selain itu, jenis kelamin juga berpengaruh
besar terhadap denyut jantung. Laki-laki akan memiliki denyut jantung yang lebih
cepat dari pada perempuan. Hal ini berkaitan dengan metabolisme yang dilakukan
oleh laki-laki lebih besar dari pada yang dilakukan oleh perempuan (Yuwono,
2011).
Sinyal elektrik yang berkaitan dengan denyut jantung yang teratur dapat
dicatat dalam alat pengukur jantung yang disebut elektrokardiogram (EKG). Alat
ini berfungsi untuk memberikan petunjuk apakah jantung berfungsi secara normal
atau tidak. Selain itu, pengukuran elektokardiogram berguna untuk mengetahui
kelainan-kelainan

irama

jantung

(aritmia),

mengetahui

kelainan-kelainan

miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel), mengetahui adnya pengaruh


atau efek obat-obatan terhadap jantung, mengetahui adanya gangguan elektrolit,
mengetahui adanya gangguan perikarditis (Dash, 2002). Pernyataan tersebut
diperkuat oleh Harihardjaja (1993), yang menyatakan bahwa untuk menegakkan
diagnosis penyakit jantung iskemik pada penderita dengan keluhan nyeri dada,

maka diperlukan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Pengukuran tekanan


darah dan rekaman EKG dilakukan pada saat istirahat, hiperventilasi, akhir
stadium latihan dan setiap menit pada medium pemulihan (Harihardjaja, 1993).
Alat untuk mengukur kerja dari jantung (denyut jantung) tidak dipengaruhi oleh
tempat seseorang berada, seperti dipedesaan ataupun di perkotaan (Assah, 2006).
Hasil elektrkardiogram dapat jika dengan mengetahui macam-macam
gelombang yang tertera pada elektokardiogram. Menurut Hill (1989), gelombang
pada EKG terdiri dari:
Gelo

Deskripsi

mbang

Karakteristik

Lebar kurang dari 0,12


detik

QRS

Mempresentasikan proses
depolarisasi atrium

Gambaran

proses

depolarisasi

ventrikel

gelombang R

Gambaran

proses

repolarisasi

ventrikel

val PR

awal depolarisasi ventrikel


Segm Mempresentasikan waktu diantara
en ST

Selalu positif di lead II

Selalu negatif di lead

AVR
Lebar 0,06-0,12 detik

Tinggi tergantung lead


Di lead AVR dan V 1
gelombang S terlihat
dalam

Dari V2 Ke V6 terlihat

semakin menghilang
Positif di lead I, II, V3V6

depolarisasi atrium dan jalannya


impuls melalui berkas His sampai

depolarisasi ventrikel lengkap dan

Tinggi kurang dari 0,3


mV

Defleksi negatif sesudah

Mempresentasikan waktu untuk


Inter

Terbalik di AVR
Nilai normal berkisar
antara 0,12-0,2 detik

Diukur dari permukaan

gelombang P-QRS
Diukur
dari
akhir
gelombang

S-awal

awal repolarisasi ventrikel

gelombang T

Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas yang berjalan dengan kecepatan
standar 25 mm/detik dan defleksi 10 mm sesuai potensial 1 mV. Gambaran EKG
normal menurut Ozeke (2005), terdiri dari :
Gambaran EKG Normal
Mekanisme

yang

mempengaruhi kontraksi kerja


jantung adalah saraf, hormon,
kadar CO2 dalam darah atau
pasokan O2 dalam darah dan otak
(Richard

dan

Implus

syaraf

pengaruh

yang

Wyse,

1989).

mempunyai
besar

pada

aktivitas jantung. Aktivasi neuron akselerator yang bersifat simpatetik


meningkatkan denyut jantung dan juga kekuatan kontraksi. Aktivasi neuron
deselator, yang merupakan serabut para simpatetik dalam syaraf vagus
menurunkan denyut jantung. Hormon yang mempengaruhi kerja jantung adalah
hormon adrenalin yang mempercepat kerja jantung dan asetilkolin yang
memperlambat denyut jantung. Denyut jantung dan tekanan darah naik apabila
kadar O2 rendah dan kadar CO2 tinggi. Kerja jantung diatur juga oleh otak yaitu
bagian medula oblongata (Gordon, 1986).
Selain itu, menurut Barness (1963) kerja denyut jantung dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor kimia, seperti karbondioksidadan ion-ion Ca 2+, Na+, dan K+ yang
terdapat dalam cairan jaringan adrenalin.
2. Temperatur, frekuensi denyut jantung akan bertambah bila temperatur
naik dan sebaliknya.
3. Berat badan, semakin tinggi berat tubuh maka denyut jantunga akan
semakin lambat berdetak dan sebaliknya.
4. Aktivitas, semakin banyak melakukan aktivitas maka denyut jantung
akan semakin cepat karena jantung memompa darah dengan lebih cepat.
5. Jenis kelamin, laki-laki denyut jantungnya lebih cepat daripada
perempuan.

6. Kondisi fisiologis, denyut jantung orang yang stress atau tertekan lebih
cepat berdenyut daripada kondisi normal.
7. Usia, semakin tua umur sesorang maka frekuensi denyut jantung semakin
rendah dan sebaliknya.
8. Obat-obatan, penggunaan

eter/alkohol

seringkali

menyebabkan

penurunan aktivitas jantung.


Udara panas saat beraktivitas juga dapat menyebabkan denyut jantung
berdetak lebih cepat. Hal ini sesuai dengan teori denyut nadi jantung dalam
Physiologi Basic For Exercise bahwa latihan yang lama pada lingkungan yang
panas menyebabkan denyut jantung lebih tinggi daripada latihan pada temperatur
rendah (Setya, 2006).

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil


kesimpulan bahwa :
1.

Elektokardiogram (EKG) merupakan alat


potensial listrik yang terdepolarisasi dan direkam dalam alat fotografik dan
elektroda untuk menghitung impuls jantung.

2.

Jumlah denyut jantung pada praktikan yang


melakukan aktivitas adalah wanita diam 53 denyut/menit, pria diam 72
denyut/menit, wanita jalan 68 denyut/menit, pria jalan 92 denyut/menit, wanita
lari 130 denyut/menit, pria lari 118 denyut/menit, wanita kurus 64
denyut/menit, pria kurus 72 denyut/menit, wanita gemuk 94 denyut/menit, pria
gemuk 98 denyut/menit.

3.

Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh


beberapa faktor yaitu berupa faktor kimiawi, temperatur, aktivitas, berat badan,
jenis kelamin, usia dan kondisi fisiologis.

DAFTAR REFERENSI
Assah, Felix K, dkk. 2006. Accuracy and validity of a combined heart rate and
motion sensor for the measurement of free-living physical activity
energy expenditure in adults in Cameroon. International Journal of
Epidemiology. 2010;19.
Barness, R. D. 1963. Vetebrata Zoology. W. B. Sounders Company, London.
Dash. 2002. Electrocardiogram Monitoring. Indian Journal of Anaesthesia. 46
(4) : 251-260.
Ganong, W. F. 1995. Fisiologi Kedokteran ECG. Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.
Gordon, M. 1986. Animal Physiologi. Mac Millan Publisher. LTD, London.
Harihardjaja, Wahju. 1993. Manfaat Pemeriksaan Uji Latih Jantung dengan Beban
pada Penderita dengan Nyeri Dada. MKB. 25(2).
Katz, A.M. 1992. Physiology of The Heart. Roven Press, New York.
Martini, F.H. 1988. Fundamentals of Anatomy and Phsyiology 4th Edition. Prentice
Hall. New Jersy.
Ozeke, Ozcan., Dursun Aras, Bilal Geyik, Bulent Deveci, Timur Selcuk. 2005.
Brugada-Type Electrocardiographic Pattern Indeced by Fever.
Yuksek Ihtisas Hospital, Turkey.
Richard, H. W. And G. A. Wyse. 1989. Animal Physiology. Harper Collins
Publishers, New York.
S, Pulung, Ika, S. P. 2006. Perbedaan Efek Fisiologi Pada Pekerja. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. 2(2) : 163-172.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Yuwono, E. 2001.Fisiologi Hewan I. FakultasBiologi UNSOED. Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai