LATAR BELAKANG
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan
pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi
episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun
terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga
di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini
menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah
dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya.
Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman
yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).
Selama ini masih terdapat keraguan dalam masyarakat mengenai latihan fisik
(kegiatan jasmani) bagi penyandang asma sebab latihan fisik atau kegiatan jasmani kadang
justru dapat mencetuskan serangan asma yang dikenal dengan istilah Exercise Induced
Asthma(EIA). Meskipun latihanfisik/kegiatan jasmani dapat menimbulkan serangan asma,
hal ini tidak boleh menjadi penghalang bagi penderita asma untuk tetap melakukan latihan
fisik/kegiatan jasmani. Untuk itu perlu masukan dan bahkan perubahan persepsi bagi
masyarakat luas dan bagi penyandang asma itu sendiri bahwa peranan latihan fisik/kegiatan
jasmani bagi penyandang asma juga penting artinya.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu
pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi
atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan
sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan
pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan
asma dengan olahraga atau kegiatan jasmani.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan. 1
Anatomi dan fisiologi
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen kedalam tubuh. Serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan ini disebut
inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Secara garis besar saluran pernafasan dibagi
menjadi dua zona, zona konduksi yang dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus segmentalis dan berakhir pada bronkiolus terminalis. Sedangkan zona respiratoris
dimulai dari bronkiolus respiratoris, duktus alveoli dan berakhir pada sakus alveulus
terminalis. Saluran pernafasan mulai dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran
mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk kerongga hidung, udara tersebut disaring,
dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa
respirasi yang terdiri dari epitel thorak yang bertingkat, bersilia dan bersel goblet.Permukaan
epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang disekresi sel goblet dan kelenjar serosa. Partikelpartikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang
hidung. Sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus untuk kemudian
dibatukkan atau ditelan. Air untuk kelembapan diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan
panas yang disuplai keudara inspirasi berasal dari jaringan dibawahnya yang kaya dengan
pembuluh darah, sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu,bersuhu mendekati
suhu tubuh dan kelembabannya mencapai 100%.2
Udara mengalir dari hidung kefaring yang merupakan tempat persimpangan antara
jalan pernafasan dan jalan makanan. Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga
2
dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya
terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Laring merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk ke trakea di bawahnya. Laring merupakan rangkaian cincin
tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Diantara pita suara
terdapat glotis yang merupakan pemisah saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Pada saat
menelan, gerakan laring keatas, penutupan dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari
epiglotis yang berbentuk daun berperan untuk mengarahkan makanan ke esofagus, tapi jika
benda asing masih bisa melampaui glotis, maka laring mempunyai fungsi batuk yang akan
membantu merngeluarkan benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan bagian bawah.2
Trakea dibentuk 16 sampai dengan 20 cincin tulang rawan, yang berbentuk seperti
kuku kuda dengan panjang kurang lebih 5 inci (9-11 cm), lebar 2,5 cm, dan diantara kartilago
satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan fibrosa, sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar(sel bersilia) yang hanya bergerak keluar. Sel-sel bersilia ini berguna
untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama udara pernafasan, dan
dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa.
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
torakalis ke IV dan V. Sedangkan tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama
kanan dan kiri disebut karina. Karina memiliki banyak syaraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk yang kuat jika batuk dirangsang.3
Bronkus utama kanan lebih pendek , lebih besar dan lebih vertikal dari yang kiri.
Terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus utama kiri lebih panjang,dan lebih
kecil, terdiri dari 9-12 cicin serta mempunyai dua cabang.
Bronkiolus terminalis merupakan saluran udara kecil yang tidak mengandung alveoli
(kantung udara) dan memiliki garis 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan, tapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat berubah. Seluruh saluran
uadara ,mulai dari hidung sampai bronkiolus terminalis ini disebut saluran penghantar udara
atau zona konduksi. Bronkiolus ini mengandung kolumnar epitellium yang mengandung
lebih banyak sel goblet dan otot polos, diantaranya strecch reseptor yang dilanjutkan oleh
nervus vagus. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional
paru , yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari : Bronkiolus respiratoris, duktus
alveolaris dan sakus alveolaris terminalis yang merupakan struktur akhir dari paru.3
3
Secara garis besar fungsi pernafasan dapat dibagi menjadi dua yaitu pertukaran gas
dan keseimbangan asam basa. Fungsi pertukaran gas ada tiga proses yang terjadi, yaitu:3
1. Pertama ventilasi, merupakan proses pergerakan keluar masuknya udara melalui cabangcabang trakeo bronkial sehingga oksigen sampai pada alveoli dan karbondioksida
dibuang. Pergerakan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan. Udara akan mengalir
dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah. Selama inspirasi volume thorak
bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat. Peningkatan volume ini
menyebabkan penurunan tekanan intra pleura dari 4 mmHg (relatif terhadap tekanan
atmosfir) menjadi sekitar 8mmHg. Pada saat yang sama tekanan pada intra pulmunal
menurun 2 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfir). Selisih tekanan antara saluran
udara dan atmosfir menyebabkan udara mengalir kedalam paru sampai tekanan saluran
udara sama dengan tekanan atmosfir. Pada ekspirasi tekanan intra pulmunal bisa
meningkat 1-2 mmHg akibat volume torak yang mengecil sehingga udara mengalir keluar
paru.
2. Proses kedua adalah difusi yaitu masuknya oksigen dari alveoli ke kapiler melalui
membran alveoli-kapiler. Proses ini terjadi karena gas mengalir dari tempat yang tinggai
tekanan parsialnya ketempat yang lebih rendah tekanan partialnya. Oksigen dalam alveoli
mempunyai tekanan partial yang lebih tinggi dari oksigen yang berada didalam darah.
Karbondioksida darah lebih tinggi tekanan partialnya dari pada karbondioksida dialveoli.
Akibatnya karbondioksida mengalir dari darah ke alveoli.
3. Proses ketiga adalah perfusi yaitu proses penghantaran oksigen dari kapiler ke jaringan
melalui transportaliran darah. Oksigen dapat masuk ke jaringan melalui dua jalan :
pertama secara fisik larut dalam plasma dan secara kimiawi berikatan dengan hemoglobin
sebagai oksihemoglobin, sedangkan karbondioksida ditransportasi dalam darah sebagai
bikarbonat, natrium bikarbonat dalam plasma dan kalium bikarbonat dalam sel-sel darah
merah. Satu gram hemoglobin dapat mengika 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi
hemoglobin rata-rata dalam darah orang dewasa sebesar 15 gram, maka 20,1 ml oksigen
bila darah jenuh total ( Sa O2 = 100% ),bila darah teroksigenasi mencapai jaringan .
Oksigen mengalir dari darah masuk ke cairan jaringan karena tekanan partial oksigen
dalam darah lebih besar dari pada tekanan dalam cairan jaringan. Dari dalam cairan
jaringan oksigen mengalir kedalan sel-sel sesuai kebutuhan masing-masing. Sedangkan
karbondioksida yang dihasilkan dalam sel mengalir kedalam cairan jaringan. Tekanan
partial karbondioksida dalam jaringan lebih besar dari pada tekanan dalam darah maka
karbondioksida mengalir dari cairan jaringan kedalam darah.3
4
Fungsi sebagai pengatur keseimbangan asam basa : pH darah yang normal berkisar 7,35
7,45. Sedangkan manusia dapat hidup dalam rentang pH 7,0 7,45. Pada peninggian CO 2
baik karena kegagalan fungsi maupun bertambahnya produksi CO2 jaringan yang tidak
dikompensasi oleh paru menyebabkan perubahan pH darah. Asidosis respiratoris adalah
keadaan terjadinya retensi CO2 atau CO2 yang diproduksi oleh jaringan lebih banyak
dibandingkan yang dibebaskan oleh paru. Sedangkan alkalosis respiratorius adalah suatu
keadaan PaCO2 turun akibat hiperventilasi.2
Patogenesis
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutama
sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan
5
berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada
penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten
maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma
alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang dicetuskan aspirin.1
INFLAMASI AKUT
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus,
iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat
dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat. 1
Limfosit T
Limfosit T yang berperan pada asma ialah limfosit T-CD4+ subtipe Th2). Limfosit T ini
berperan sebagai orchestra inflamasi saluran napas dengan mengeluarkan sitokin antara lain
IL-3, IL-4,IL-5, IL-13 dan GM-CSF. Interleukin-4 berperan dalam menginduksi Th0 ke arah
Th2 dan bersama-sama IL-13 menginduksi sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-5 serta
GM-CSF berperan pada maturasi, aktivasi serta memperpanjang ketahanan hidup eosinofil.
Epitel
Sel epitel yang teraktivasi mengeluarkan a.l 15-HETE, PGE2 pada penderita asma. Sel
epitel dapat mengekspresi membran markers seperti molekul adhesi, endothelin, nitric oxide
6
synthase, sitokin atau khemokin. Epitel pada asma sebagian mengalami sheeding.
Mekanisme terjadinya masih diperdebatkan tetapi dapat disebabkan oleh eksudasi plasma,
eosinophil granule protein, oxygen free-radical, TNF-alfa, mast-cell proteolytic enzym dan
metaloprotease sel epitel.
EOSINOFIL
Eosinofil jaringan (tissue eosinophil) karakteristik untuk asma tetapi tidak spesifik. Eosinofil
yang ditemukan pada saluran napas penderita asma adalah dalam keadaan teraktivasi.
Eosinofil berperan sebagai efektor dan mensintesis sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5,
IL-6, GM-CSF, TNF-alfa serta mediator lipid antara lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya IL-3, IL5 dan GM-CSF meningkatkan maturasi, aktivasi dan memperpanjang ketahanan hidup
eosinofil. Eosinofil yang mengandung granul protein ialah eosinophil cationic protein
(ECP), major basic protein (MBP), eosinophil peroxidase (EPO) dan eosinophil derived
neurotoxin (EDN) yang toksik terhadap epitel saluran napas.
Sel Mast
Sel mast mempunyai reseptor IgE dengan afiniti yang tinggi. Cross-linking reseptor IgE
dengan factors pada sel mast mengaktifkan sel mast. Terjadi degranulasi sel mast yang
mengeluarkan preformed mediator seperti histamin dan protease serta newly generated
mediators antara lain prostaglandin D2 dan leukotrin. Sel mast juga mengeluarkan sitokin
antara lain TNF-alfa, IL-3, IL-4, IL-5 dan GM-CSF.
Makrofag
Merupakan sel terbanyak didapatkan pada organ pernapasan, baik pada orang normal maupun
penderita asma, didapatkan di alveoli dan seluruh percabangan bronkus. Makrofag dapat
menghasilkan berbagai mediator antara lain leukotrin, PAF serta sejumlah sitokin. Selain
berperan dalam proses inflamasi, makrofag juga berperan pada regulasi airway remodeling.
Peran tersebut melalui a.l sekresi growth-promoting factors untuk fibroblast, sitokin, PDGF
dan TGF-.
AIRWAY REMODELING
8
Proses inflamasi kronik pada asma akan meimbulkan kerusakan jaringan yang secara
fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) yang menghasilkan
perbaikan (repair) dan pergantian selsel mati/rusak dengan sel-sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi/perbaikan jaringan yang rusak/injuri
dengan jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak/injuri dengan
jaringan peyambung yang menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut
berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan
perubahan struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum
diketahui dikenal dengan airway remodeling. Mekanisme tersebut sangat heterogen dengan
proses yang sangat dinamis dari diferensiasi, migrasi, maturasi, dediferensiasi sel
sebagaimana deposit jaringan penyambung dengan diikuti oleh restitusi/pergantian atau
perubahan struktur dan fungsi yang dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot polos dan
kelenjar mukus.Pada asma terdapat saling ketergantungan antara proses inflamasi dan
remodeling. Infiltrasi sel-sel inflamasi terlibat dalam proses remodeling, juga komponen
lainnya seperti matriks ekstraselular, membran retikular basal, matriks interstisial, fibrogenic
growth factor, protease dan inhibitornya, pembuluh darah, otot polos, kelenjar mukus.
Perubahan struktur yang terjadi :
Hipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas
Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus
Penebalan membran reticular basal
Pembuluh darah meningkat
Matriks ekstraselular fungsinya meningkat
Perubahan struktur parenkim
Peningkatan fibrogenic growth factor menjadikan fibrosis
10
11
dicurigai, perlu dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah bronkodilator atau uji
provokasi bronkus dengan metakolin.4
Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma
tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan gejala terhadap faktor
pencetus non alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang, infeksi saluran napas
maupun perubahan cuaca.4
Lain halnya dengan asma akibat pekerjaan. Gejala biasanya memburuk pada awal
minggu dan membaik menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap memburuk
sepanjang minggu, gejalanya mungkin akan membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan
kerjanya, seperti sewaktu cuti misalnya. Pemantauan dengan alat peak flow meter atau uji
provokasi dengan bahan tersangka yang ada di lingkungan kerja mungkin diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.4
Klasifikasi Derajat Asma 1
Diagnosis Asma
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat ditangani
dengan baik, mengi (wheezing) berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik
awal untuk menegakkan diagnosis. Asma pada anak-anak umumnya hanya menunjukkan
12
batuk dan saat diperiksa tidak ditemukan mengi maupun sesak. Diagnosis asma didasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis klinis asma sering
ditegakkan oleh gejala berupa sesak episodik, mengi, batuk dan dada sakit/sempit.5
Pengukuran fungsi paru digunakan untuk menilai berat keterbatasan arus udara dan
reversibilitas yang dapat membantu diagnosis. Mengukur status alergi dapat membantu
identifikasi faktor resiko. Pada penderita dengan gejala konsisten tetapi fungsi paru normal,
pengukuran respons dapat membantu diagnosis. Asma diklasifikasikan menurut derajat berat,
namun hal itu dapat berubah dengan waktu. Untuk membantu penanganan klinis, dianjurkan
klasifikasi asma menurut ambang kontrol. Untuk dapat mendiagnosis asma diperlukan
pengkajian kondisi klinis serta pemeriksaan penunjang.5
1. Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung
ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah dan berair (konjungtivitis alergi),
dan eksem atopi, batuk yang sering kambuh (kronik) disertai mengi, flu berulang, sakit
akibat perubahan musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas karena
masalah pernapasan (saat berolahraga), sering terbangun pada malam hari, riwayat
keluarga (riwayat asma, rhinitis atau alergi lainnya dalam keluarga), memelihara binatang
di dalam rumah, banyak kecoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah. Untuk
mengetahui adanya tungau debu rumah, tanyakan apakah menggunakan karpet berbulu,
sofa kain beludru, kasur kapuk, banyak barang di kamar tidur. Apakah sesak seperti baubauan seperti parfum, spray pembunuh serangga, apakah pasien merokok, orang lain yang
merokok, di rumah atau lingkungan kerja, obat yang digunakan pasien, apakah ada beta
blocker, aspirin, atau steroid.4,5
2. Pemeriksaan klinis
Untuk menetukan diagnosis asma harus dilakukan anamnesis secara rinci, menetukan
adanya episode gejala dan obstruksi saluran napas. Pada pemeriksaan fisik pasien asma,
sering ditemukan perubahan cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk anatomi toraks.
Pada inspeksi dapat ditemukan: napas cepat sampai sianosis, kesulitan bernapas,
menggunakan otot napas tambahan di leher, perut, dan dada. Pada auskultasi dapat
ditemukan mengi, ekspirasi diperpanjang.4,5
3. Pemeriksaan penunjang
a. Spirometer
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga untuk
menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
b. Peak flow meter/PFM
13
Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat tersebut
digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru. Oleh karena
pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan
pemeriksaan objektif (spirometer/FEV1 atau PFM). Spirometer lebih diutamakan
dibanding PFM oleh karena PFM tidak begitu sensitif dibanding FEV, untuk diagnosis
obstruksi saluran napas, PFM mengukur terutama saluran napas besar, PFM dibuat
untuk pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE dapat digunakan dalam diagnosis
untuk penderita yang tidak dapat melakukan pemeriksaan FEV1.
c. X-ray toraks.
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma
d. Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit (skin prick test), untuk menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik pada
kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji
alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE
atopi dilakukan dengan cara radio allergo sorbent test (RAST) bila hasil uji tusuk kulit
tidak dapat dilakukan (pada dermographism).
e. Petanda inflamasi
Derajat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya tidak berdasarkan atas
penilaian objektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan spirometri bukan
merupakan petanda ideal inflamasi. Penilaian semi-kuantitatif inflamasi saluran napas
dapat dilakukan melalui biopsi paru, pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan
kadar oksida nitrit udara yang dikeluarkan dengan napas. Analisis sputum yang
diinduksi menunjukkan hubungan antara jumlah eosinofil dan Eosinophyl Cationic
Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi endobronkial dan
transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi tetapi jarang atau sulit
dilakukan di luar riset.
f. Uji hipereaktivitas bronkus/HRB
Pada penderita yang menunjukkan FEV1 >90%, HRB dapat dibuktikan dengan
berbagai test provokasi. Provokasi bronkial dengan menggunakan nebulasi droplet
ekstrak alergen spesifik dapat menimbulkan obstruksi saluran napas pada penderita
yang sensitif. Respons sejenis dengan dosis yang lebih besar, terjadi pada subyek
alergi tanpa asma. Di samping ukuran alergen dalam alam yang terpajan pada subyek
alergi biasanya berupa partikel dengan berbagai ukuran dari 2-20m, tidak dalam
bentuk nebulasi. Tes provokasi sebenarnya kurang memberikan informasi klinis
dibanding dengan tes kulit. Tes provokasi non spesifik untuk mengetahui HRB dapat
14
dilakukan dengan latihan jasmani, inhalasi udara dingin atau kering, histamin dan
metakolin.5
Faal Paru 1
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi mengenai asmanya
,demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai dispnea dan mengi; sehingga
dibutuhkan pemeriksaan objektif yaitu faal paru antara lain untuk menyamakan persepsi
dokter dan penderita, dan parameter objektif menilai berat asma. Pengukuran faal paru
digunakan untuk menilai:
-
Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP 1/ KVP < 75% atau VEP 1 < 80%
nilai prediksi.
Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 15% secara spontan, atau setelah inhalasi
bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14
hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/ oral) 2 minggu. Reversibiliti ini
15
Nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan spirometri atau pemeriksaan yang lebih
sederhana yaitu dengan alat peak expiratory flow meter (PEF meter) yang relatif sangat
murah, mudah dibawa, terbuat dari plastik dan mungkin tersedia di berbagai tingkat layanan
kesehatan termasuk puskesmas ataupun instalasi gawat darurat. Alat PEF meter relatif mudah
digunakan/ dipahami baik oleh dokter maupun penderita, sebaiknya digunakan penderita di
rumah sehari-hari untuk memantau kondisi asmanya. Manuver pemeriksaan APE dengan
ekspirasi paksa membutuhkan koperasi penderita dan instruksi yang jelas.
Manfaat APE dalam diagnosis asma
-
Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE 15% setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi kortikosteroid
Nilai APE tidak selalu berkorelasi dengan parameter pengukuran faal paru lain, di samping
itu APE juga tidak selalu berkorelasi dengan derajat berat obstruksi. Oleh karenanya
pengukuran nilai APE sebaiknya dibandingkan dengan nilai terbaik sebelumnya, bukan nilai
prediksi normal; kecuali tidak diketahui nilai terbaik penderita yang bersangkutan..
Asma terkontrol 1
Ciri-ciri asma terkontrol:
1. Tanpa gejala harian atau d 2x/minggu
2. Tanpa keterbatasan aktivitas harian
3. Tanpa gejala asma malam
4. Tanpa pengobatan pelega atau d 2x/minggu
5. Fungsi paru normal atau hampir normal
6. Tanpa eksaserbasi
16
Penghilang gejala (reliever) yaitu obat-obat yang dapat merelaksasi bronko konstriksi dan
gejala-gejala akut yang menyertainya dengan segera. Termasuk dalam golongan ini yaitu
agosnis beta 2 hirup kerja pendek (short acting), kortikosteroid sistemik, anti koinergik hirup,
teofilin kerja pendek, agonis beta2 oral kerja pendek.9
Agonis beta 2 hirup (fenoterol, salbutamol, terbutalin, prokaterol) merupakan obat
terpilih untuk gejala asma akut serta bila diberikan sebelum kegiatan jasmani, dapat
mencegah serangan asma karena kegiatan jasmani. Agonis beta 2 hirup juga dipakai sebagai
penghilang gejala pada asma periodik.4
17
Peran kortikosteroid sitemik pada asma akut untuk mencegah perburukan gejala lebih
lanjut. Obat tersebut secara tidak langsung mencegah atau mengurangi frekuensi perawatan di
ruang rawat darurat atau rawat inap. Antikolinergik hirup atau ipatropium bromida selain
dipakai sebagai tambahan terapi agonis beta 2 hirup pada asma akut, juga dipakai sebagai
obat alternatif pada pasien yang tidak dapat mentoleransi efek samping agonos beta 2.
Teofilin maupun agonis beta2 oral dipakai pada pasien yang secara teknis tidak bisa memakai
sediaan hirup.4
dengan bertahap dan jangan memaksakan diri. Selain berenang juga cukup bagus sering
berjemur di pagi hari, terutama bagian punggung, apalagi berjemur di lokasi dengan udara
yang relatif segar dan bersih.
Dengan melakukan renang akan melatih seluruh otot pernafasan mulai dari dada,
perut, bahu dan pundak semuanya ikut bergerak sehingga bisa memperbaiki kondisi pada
penderita asma. Sebab sebagian besar penderita asma dipicu oleh lemahnya daya tahan tubuh
dan udara kotor yang kering. Tetapi hal ini tidak terjadi saat berenang karena pernafasan
terjadi di dekat permukaan air dengan udara yg baik dan lembab. Uap air membuat udara
yang masuk tidak kering.
Renang yang dilakukan selama 3-5 kali seminggu dapat membantu meningkatkan kesehatan
jantung dan paru-paru, apalagi dilakukan dengan baik dan benar. Pada saat renang yang ideal
antara 1-2 jam tubuh mampu akan membakar sedikitnya 275 kalori/jam. Berenang juga
diketahui bermanfaat membantu mempertahankan tekanan darah dan kolesterol yang
berdampak pada kesehatan liver. Olah raga ini juga untuk kesehatan paru-paru serta
menghindarkan serangan jantung, stroke, dan diabetes.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Mareta Isti Rosetya dan Hardian dari Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang terhadap 20 mahasiswa yang berenang rutin
dan yang tidak berenang selama 3 bulan, kelompok yang mendapat latihan renang ternyata
mengalami peningkatan Arus puncak Ekspirasi (APE), atau peningkatan fungsi organ paruparu dan saluran nafasnya dibanding mereka yang tidak berlatih berenang.
Senam pernapasan 8
Fungsi senam pernapasan dapat memberikan manfaat yang lebih besar, aman, nyaman
dan memperbaiki kualitas hidup seluruh penderita asma karena senam pernapasan merupakan
suatu bentuk olahraga yang gerakannya tidak begitu berat (relaks), tapi dapat menyebabkan
energi atau tenaga banyak berkurang. Senam pernapasan merupakan olahraga yang intensitas
dan frekuensinya yang tepat bagi penderita asma sehingga dengan latihan olahraga senam
pernapasan diharapkan dapat bermanfaat untuk mengendalikan dan mengurangi kambuhnya
serangan asma.Intensitas dalam latihan pernapasan ini terdiri dari 2-4-2 yaitu dua menit
19
dengan latihan keras diikuti dengan empat menit latihan ringan dengan durasi selama 30
menit dan frekuensi 3 kali seminggu. Kekhususan di dalam latihan pernapasan adalah: waktu
mengeluarkan napas (ekspirasi) dikerjakan secara aktif, sedangkan sewaktu menarik napas,
lebih banyak secara pasif. Mengeluarkan napas melalui mulut seperti sewaktu meniup lilin
atau bersiul, pelan-pelan, dengan mengkempiskan dinding perut. Sewaktu inspirasi, dinding
perut relaks (pasif) dan udara masuk ke paru-paru melalui hidung.
Tujuan Senam Asma
Tujuan dianjurkannya senam asma bagi penderita asma, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Efek Samping
Efek samping yang timbul dari senam asma biasanya berupa serangan asma
bertambah berat atau timbulnya serangan. Oleh karena itu, sebelum melakukan senam asma
harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a.
Tidak dalam serangan asma.
b. Tidak dalam serangan gagal jantung
c.
Tidak dalam kondisi kesehatan yang menurun, seperti Flu, Kurang tidur, Baru sembuh
dari sakit, dll.
Gerakan Senam 9
20
a.
b.
Posisi Doa
Berdiri tegak dengan tangan lurus di samping badan (sikap sempurna), lalu tundukan
kepala.
Gerakan pernafasan
-
Berdiri tegak lalu lakukan gerakan jalan ditempat dengan mengangkat kaki
minimum 20cm dari lantai sambil melenggangkan tangan. Lakukan gerakan tersebut
3x8 hitungan.
Berdiri tegak, lalu lakukan gerakan lari ditempat sambil mengayunkan lengan
hitungan.
Letakkan kedua tangan dipinggang. Palingkan muka kekanan, kembali lurus
kedepan, kemudian palingkan muka kekiri dan kembali lurus kedepan. Lakukan 3x8
hitungan.
Letakkan kedua tangan dipinggang, miringkan kepala kekanan kemudian kembali
21
Letakkan kedua tangan di bahu, buka kaki selebar bahu. Pada hitungan 1-4 putar
bahu kedepan, seperti putaran roda. Lakukan gerakan sebaliknya pada hitungan 5-8.
c.
Gerakan Peregangan
-
Buka kaki selebar bahu. Luruskan tangan kanan ke depan sedangkan tangan kiri
memegang siku tangan kanan kemudian tarik siku tangan kanan kearah tangan kiri
sampai tangan kanan menyentuh dada. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4.
Pada hitungan 5-8 kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan. Selanjutnya
lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan memegang siku tangan kiri).
Buka kaki selebar bahu lalu angkat tangan kanan ke atas sampai tangan rileks di
belakang kepala, kemudian pegang sikunya dengan tangan kiri. Tarik siku tangan
kanan ke belakang pada hitungan 1 kemudian tahan mulai hitungan 2-4. Kemudian
ke sikap awal secara perlahan-lahan, pada hitungan 5-8. Selanjutnya lakukan
kanan tetapi
22
panggul dan wajah tetap menghadap kedepan. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke
4. Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada hitungan 5-8. Selanjutnya
lakukan gerakan seperti diatas untuk arah yang berlawanan.
Buka kaki selebar bahu, kedua tangan lurus di samping badan. Pada hitungan ke 1
dorong tangan kanan ke atas sambil memiringkan badan. Tekuk lutut kaki kiri dan
tangan kiri menumpu pada paha kiri. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4.
Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada hitungan 5-8.
Berdiri dengan kaki rapat, kedua lengan lurus disamping badan. Pada hitungan 1,
langkahkan kaki kanan kedepan sampai tumit menempel pada lantai. Kedua tangan
bertumpu pada paha kanan, kemudian rendahkan badan sambil tekuk lutut kiri dan
sendi panggul (badan dan kepala tetap lurus). Tahan gerakan tersebut pada hitungan
2-4. Pada hitungan 5-8, perlahan-lahan kembalikan pada posisi sikap awal.
Kedua kaki rapat dan tangan lurus disamping badan. Pada hitungan ke 1, tekuk lutut
kanan ke belakang sampai maksimal. Pegang pergelangan tangan kaki kanan dengan
tangan kiri lalu tarik kebelakang. Selanjutnya rentangkan tangan kanan kesamping.
Pada hitungan 2-4 tahan gerakan tersebut. Secara perlahan-lahan kembalikan ke
posisi awal pada hitungan 5-8. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (tangan
kanan memegang tangan kiri).
Berdiri dengan kedua kaki rapat dan kedua tangan lurus di samping tubuh. Pada
hitungan 1, tarik tungkai kanan ke depan sampai lutut kanan menekuk. Selanjutnya
rendahkan badan dengan kedua tangan bertumpu pada paha kanan (badan dan kepala
tetap lurus). Tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Kembalikan ke sikap awal secara
perlahan-lahan pada hitungan 5-8 kemudian, lakukan gerakan yang sama dengan
arah berlawanan.
d.
Gerakan Inti A
-
Pada prinsipnya setiap gerakan pada gerakan inti A selalu di ikuti dengan menarik
dan mengeluarkan nafas dalam. Gerakan menaik nafas dimulai melalui hidung, lalu
nafas dikeluarkan lewat mulut seperti orang meniup lilin. Waktu yang diperlukan
untuk menarik nafas lebih pendek dari pada mengeluarkan nafas. Berikut ini
23
Tangan masih diatas pinggang dan kaki dibuka selebar bahu. Palingkan muka
kekanan pada hitungan 1 lalu pada hitungan 2 arahkan kembali muka ke depan dan
tahan sampai hitungan 4. Pada hitungan 5 palingkan muka ke kiri dan pada
hitungan 6-8 arahkan kembali kedepan. Lakukan gerakan tersebut bergantian
sama pada bahu kiri. Lakukan gerakan bergantian sampai 3x8 hitungan.
Rapatkan kedua kaki dan tangan lurus di samping tubuh. Putar bahu ke belakang
dengan siku sedikit tertekuk pada hitungan 1-3 kemudian hentakan kedua tangan
kebelakang pada hitungan 4. Pada hitungan 5-7 putar kembali bahu ke depan lalu
pada hitungan 8 hentakan tangan kedepan. Lakukan gerakan bergantian sampai
3x8 hitungan.
Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus disamping tubuh. Pada hitungan 1
angkat kedua tangan ke atas sejajar telinga hingga membentuk huruf V. pada
hitungan 2-4 kembalikan tangan pada posisi semula. . Lakukan gerakan bergantian
Gerakan Inti B
-
Buka kaki selebar bahu dan letakan kedua tangan pada bahu. Luruskan tangan ke
atas lalu turunkan kembali. Selanjutnya luruskan tangan kiri ke atas lalu turunkan
hitungan.
Buka kaki selebar bahu, posisikan kedua tangan yang sikunya menekuk 90 0 di
samping tubuh. Dorong kedua tangan lurus ke atas sampai menyerong tubuh ke
24
kanan, lalu tarik posisi tangan ke posisi semula. Dorong kembali kedua tangan
-
hitungan.
Selingi dengan jalan ditempat sampai 2x8 hitungan kemudian lakukan kembali jaln
hitungan.
Buka kedua kaki agak lebar lalu rentangkan kedua tngan lurus ke samping. Dorong
tangan kiri ke arah kanan sedangkan tangan kanan menyentuh lutut kiri yang agak di
tekuk. Lakukan gerakan yang sama dengan arah yang berlawanan secra bergantian
4x8 hitungan.
Selingi dengan jalan di tempat sampai 2x8 hitungan kemudian lakukan kembali jalan
di tempat sambil menarik napas sampai 3x8 hitungan.
f.
Gerakan Aerobik
-
Sambil lari ditempat luruskan kedua tangan ke depan, lalu kembalikan ke pundak.
Selanjutnya ulurkan kedua tangan ke samping dan kembalikan ke pundak. Lakukan
gerakan tersebut bergantian sampai 2x8 hitungan setiap hitungan jatuh pada kaki
kanan.
25
Selingi dengan jalan ditempat sampai 2x8 hitungn kemudian lakukan kembali jalan
hitungan.
Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke belakang sehingga salah
satu kaki terlempar ke depan dan lutut kaki yang lain dalam posisi lurus. Pandangan
mata ke atas dan kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan ini sampai 2x8
hitungan.
Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh tegak sambil melemparkan kedua kaki
ke samping kanan dan kaki kiri bergantian. Kedua tangan bebas bergerak mengikuti
g.
Berdiri tegak dengan kaki dibuka selebar bahu lalu jalin kedua tangan di belakang
kepala. Tekan kepala ke belakang pada hitungan 1 lalu tahan dengan kedua tangan
pada hitungan 2-4. Pada hitungan 5-8 kembalikan ke posisi semula secara perlahan.
Buka kaki selebar bahu lalu topang dagu dengan tangan kanan dan tnagn kiri
diletakan di samping tubuh. Dorong dagu kekiri dengan tangan kanan pada hitungan
1 lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8 kembalikan secara
26
kembalikan secara perlahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan
-
arah berlawanan.
Buka kaki selebar bahu lalu luruskan tangan kanan ke atas rileks di belakang kepala
dan sikunya dipegang oleh tangan kiri. Pada hitungan 1 tarik siku kanan ke belakang
dan than gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8 kembalikan secara
perlahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.
Buka kaki selebar bahu lalu lipat kedua tangan di depan dada hingga jari-jarinya
beradu. Pada hitungan 1 putar tubuh kekanan dengan panggul dan wajah tetap
menghadap kedepan lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8
kembalikan secara perlahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan
arah berlawanan. Berdiri dengan kedua kaki rapat, lalu letakkan kedua tangan lurus
di samping. Pada hitungan 1 langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya
menempel pada lantai. Rendahkan badan sambil menekuk lutut kiri dan sendi
panggul kanan. kedua tangan bertumpu pada paha kanan. Tahan sampai hitungan 4
dengan posisi tubuh dan kepala tetap lurus. Pada hitungan 5-8 kembalikan secara
perlahan-lahan pada posisi semula.lakukan gerakan yang sama dengan arah
berlawanan.
Buka kaki selebar bahu sambil merapatkan kedua tangan diatas perut. Pada hitungan
1, tarik nafas sambil menggembungkan otot perut. Selanjutnya hembuskan napas
pada hitungan 2-4 sambil mengecilkan perut yang di bantu dengan tekanan kedua
tangan. Hitungan ke 5 tarik napas kembali sama seperti gerakan sebelumnya, lalu
27
BAB III
KESIMPULAN
1. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas
yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut
berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
2. Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan beberapa
selPelepasan mediatorMengaktivasi sel target saluran napas Bronkokonstriksi,
kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus dan stimulasi refleks saraf.
3. Faktor Resiko Asma :faktor genetik,lingkungan, dan faktor lain.
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Indonesia: Jakarta
Rengganis, I. 2008. Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkhiale. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58;
6.
7.
8.
No.11;Nopember 2008.
Baratawidjaja, karneng. pedoman pentalaksanaan asma bronkial.peralmuni
Available From URL : www.waroeng sehat.com. di akses tanggal 23 Maret 2014
Terapi Pernapasan Pada Penderita Asma Available From URL :
9.
29
30