Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI KASUS

Disusun oleh :
Auriza sylvia
Harmiyani
Epiyani
Muriza Safni

P E M B IM B I NG
d r . T. IS K A N D A R F S p . P D

Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB


paru dibagi dalam :
Tuberkulosis paru BTA (+)
- 2 dari 3 spesimen dahak positif
- Satu spesimen dahak positif + radiologi tuberkulosis
aktif.
- Satu spesimen dahak positif + biakan positif
Tuberkulosis paru BTA (-)

- Dahak 3 kali negative + gambaran klinik dan kelainan


radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif + tidak
respons antibiotik spektrum luas
- Dahak negatif + biakan negatif + gambaran radiologik
positif

Berdasarkan tipe penderita tb paru dibagi dalam:


Kasus baru belum pernah mendapat OAT atau mendapat
OAT < 1 bulan.
Kasus kambuh (relaps) pernah mendapat OAT dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA positif atau biakan positif
Kasus lalai berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Kasus gagal
Kasus kronik Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan
ulang kategoti 2 dengan pengawasan yang baik.
Kasus bekas TB

TB Ekstra Paru

TB ekstra paru ringan misalnya : TB kelenjer limfe,


pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjer adrenal.
TB ekstra paru berat misalnya : meningitis, millier,
parikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB
tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat
kelamin.

Manifestasi Klinis

Riwayat
Gangguan
Sebelumny
a

Pasien baru pertama kali dirawat di RSJ


Banda Aceh.

Riwayat
Penggunaa
n Zat

Merokok (+) sejak SD sebanyak 1-5


batang sehari, penggunaan ganja
(disangkal), konsumsi alkohol
(disangkal), menghirup lem kambing (+)
sejak satu tahun terakhir.

Riwayat
Pengobatan

Pasien baru pertama kali berobat,


sebelumnya pasien tidak pernah berobat

DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik

Kelainan paru pada umumnya


terletak di daerah lobus
superior terutama daerah apex
dan segmen posterior, serta
daerah apex lobus inferior.

Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan specimen
- Pemeriksaan Radiologik
- Pemeriksaan Darah
- Uji tuberculin

Penatalaksanaan
Obat primer

Obat sekunder

INH (isoniazid)

Exionamid

Rifampisin

Paraaminosalisilat

Etambutol

Sikloserin

Pirazinamid

Amikasin

Streptomisin

Kapreomisin
Kanamisin

Pemberian obat
ini terbagi
menjadi 2 fase:

fase intensif (2-3 bulan)

fase lanjutan 4 atau 7 bulan.

Dosis OAT

1. Rifampisin 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3 x / minggu atau


BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg/ kali
2. INH 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg,
10 mg/kg BB 3 x seminggu,
15 mg/kg BB 2 x seminggu
300 mg/hari untuk dewasa.
Intermiten : 600 mg / kali

3. Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 x


seminggu, 50 mg/kg BB 2 x seminggu atau :
BB > 60 Kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
4. Etambutol : fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutkan 15 mg/kg
BB, 30 mg/kg BB 3 x seminggu, 45 mg/kg BB 2 x seminggu atau:
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/kg BB /kali
5. Streptomisin : 15 mg/kg BB/kali
BB > 60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB

Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002) merupakan komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita Tuberkulosis paru stadium
lanjut yaitu :
Hemoptisis masif (perdarahan dari saluran napas bawah)
Kolaps lobus akibat sumbatan bronkus
Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru,
Pneumotoraks (pnemotorak/ udara didalam rongga pleura)
spontan: kolaps spontan karena bula/ blep yang pecah,
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal
dan sebagainya,
Insufisiensi kardio pulmoner (cardio pulmonary insufficiency).

Usaha Preventif Terhadap Tuberkulosis


Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
Ventilasi ruangan.
Tutup mulut menggunakan masker.
Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi

desinfektan (air sabun)


Menghindari udara dingin
Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk
secukupnya ke dalam tempat tidur
Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu
juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai