Anda di halaman 1dari 31

DISUSUN OLEH:

YAN FRANSISKA HERAWATI, S.KED

PEMBIMIMBING:
Dr. Netty Herawati. M.Ked(For). Sp.F

Tanatologi berasal dari kata thanatos

(yang berhubungan dengan kematian) dan


logos ilmu . Tanatologi adalah bagian dari
ilmu
kedokteran
Forensik
yang
mempelajari kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Dalam

tanatologi dikenal beberapa


istilah tentang mati, yaitu mati somatis
(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati
serebral dan mati otak (mati batang otak).

Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi


jantung. Konsep baru sekarang ini mengenai kematian
mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan
otak. Dimana saat kematian ditentukan berdasarkan saat
otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa
dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang
datar.
Tanda yang segera dikenali setelah kematian:
Berhentinya sirkulasi darah
Berhentinya pernafasan

Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:

Perubahan temperatur tubuh

Lebam mayat

Kaku mayat
Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:

Proses pembusukan

Saponifikasi atau adiposera

Mumifikasi

Dengan berhentinya jantung berdenyut maka


aliran darah dalam arteri juga berhenti. Denyut nadi
tidak dapat lagi diraba dan pada auskultasi juga
tidak dapat didengar bunyi jantung.
Beberapa pemeriksaan yang dapat memastikan
berhentinya sirkulasi adalah sebagai berikut :
1.Tes Magnus,dengan mengikat salah satu ujung
jari
tangan/kaki,yang menjadi bengkak dan
sianose pada
orang hidup.
2.Tes
diaphanous(transilumination),dengan
menyenter telapak tangan akan terlihat warna
merah muda di pinggir telapak tangan.
3.Tes Icard. Jika pada orang yang masih hidup
disuntikkanzat floresen secara hipodermis, maka
warna kulit sekitarnya akan terlihat kehijauan. Pada
orang yang sudah meninggal di amna tidak ada
lagi sirkulasi darah, hal diatas tidak akan terjadi.

Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahanlahan akan sama dengan suhu lingkungannya karena
mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya
menurun. Kecepatan penurunan suhu pada mayat
bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu
sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu
mayat berlangsung cepat. Menurut Sympson (Inggeris),
menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang
tertutup pakaian mengalami penurunan temperatur 2,5
derajat F setiap jam pada enam jam pertama dan 1,6-2
derajat F pada enam jam berikutnya, maka dalam 12 jam
suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya

Jasing P Modi (India), menyatakan hubungan penurunan


suhu tubuh dengan lama kematian adalah sebagai berikut :
Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari
perbedaan antara suhu tubuh dan suhu sekitarnya.
Dua jam berikutnya, penurunan suhu setengah dari
nilai pertama.
Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah
dari nilai pertama
Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah
dari nilai terakhir atau 1/8 dari perbedaan suhu
initial tadi.
Dari penelitian di Medan, rata-rata penurunan suhu mayat
0,4-0,5C per jam.

Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anakanak dan orang tua dibandingkan orang
dewasa.
Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan
suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan
pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.
Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada
pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,
kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih
lambat dibandingkan jika mayat berada pada
tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.

Sinonimnya adalah

Hipostatis
Post mortem staining
Livor mortis
Vibises
Suggilation
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya
darah pada jaringan kulit dan subkutan
disertai pelebaran pembuluh kapiler pada
bagian tubuh yang letaknya rendah atau
bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini
memberi gambaran berupa warna ungu
kemerahan.

Merupakan tanda dari kematian


Bisa membantu menentukan posisi dari
mayat dan penyebab kematian
3. Jika mayat terletak pada posisi punggung
dibawah, maka lebam mayat pertama
sekali terlihat pada bagian leher dan bahu,
baru kemudian menyebar ke punggung.
4. Pada mayat dengan posisi tergantung,
lebam mayat tampak pada bagian tungkai
dan lengan.
5. Pada beberapa kasus, warna dari lebam
mayat ini bisa lain dari pada normal.
1.
2.

Misalnya :
Kematian karena asfiksia, lebam mayat
berwarna merah cerah
Pada keracunan karbon monoksida dan asam
hidrosianida, lebam mayat berwarna merah
terang atau merah jambu.
Pada keracunan kalium klorat, lebam mayat
berwarna coklat.
Pada keracunan fostor, lebam mayat
berwarna biru gelap.
4. Dapat juga digunakan memperkirakan saat
kematian

Sifat

Lebam mayat

Memar

1. Letak

Epidermal, karena pelebaran pembuluh darah Subepidermal, karena ruptur pembuluh


yang tampak sampai ke permukaan kulit
darah yang letaknya bisa superfisial
atau lebih dalam

2. Kultikula
(Kuli air)

Tidak rusak

3. Lokasi

Terdapat pada daerah yang luas, terutama luka Terdapat di sekitar bisa tampak di mana
pada bagian tubuh yang letaknya rendah.
saja pada bgian tubuh dan tidak meluas

4. Gambaran

Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari kulit.

Biasanya membengkak karena resapan


darah dan edema.

5. Pinggiran

Jelas

Tidak jelas

6. Warna

Warnyanya sama

Memar yang lama warnanya bervariasi.


Memar yang baru berwarna lebih tegas
daripada
warna
lebam
mayat
disekitarnya.

7. Pada
pemotongan

Pada pemotongan, darah tampak dalam Menunjukkan resepan darah ke


pembuluh, dan mudah dibersihkan. Jaringan jaringan sekitar, susah dibersihkan
subkutan tampak pucat.
jaringan sekitar, susah dibersihkan jika
hanya dengan air mengalir. Jaringan
subkutan berwarna merah kehitaman.

8. Dampak setelah
penekanan

Akan hilang walaupun hanya diberi penekanan


yang ringan

Kulit ari rusak

Warnanya berubah sedikit saja jika


diberi penekanan.

Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam


3 tahap :
Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
Kaku mayat (rigor mortis)
Periode relaksasi sekunder
RELAKSASI PRIMER
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung
selama 2-3 jam. Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi, dan
bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada
tetapi
tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya
berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga
akan
turun dan lemas.

Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi


primer. Keadaan ini berlangsung setelah terjadinya
kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot
tidak ada lagi. Otot menjadi kaku. Fenomena kaku
mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata,
bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian
depan leher, dada, abdomen bagian atas dan
terakhir pada otot tungkai.
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi
kaku, otot memendek dan persendian pada mayat
akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.
Keadaan ini berlangsung selama 24-48 jam pada
musim dingin dan 18-36 jam pada musim panas.
Penyebab: Otot tetap dalam keadaan hidrasi
oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada oksigen,
maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga
menyebabkan penumpukan asam laktat dan
penggabungan aktinomiosin (protein otot).

Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan


dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung
lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan
lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam
air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung
lebih lama.
2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih
cepat terjadi dan berlangsung tidak lama.
Pada bayi
prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru
tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak
prematur)
3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan
sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat
lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.
4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan
berlangsung lebih lama pada kasus di mana otot dalam
keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika
sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah.
1.

1. Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi


jika
mayat terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari 750 C,
atau jika
mayat terkena arus listrik tegangan tinggi. Kedua
keadaan diatas
akan menyebabkan koagulasi protein otot
sehingga otot menjadi
kaku. Pada kasus terbakar, keadaan
mayat menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap
pugilistik, yaitu suatu posisi di
mana semua sendi berada
dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal. Sikap yang demikian
disebut juga sikap defensif.
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :
Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan
mayat pada kaku karena panas.
Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami
laserasi jika dipaksa diregangkan.
Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut
akan berlanjut terus sampai terjadinya pembusukan.

2. Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat

terpapar suhu yang sangat dingin, maka akan terjadi


pembekuan jaringan lemak dan otot. Jika mayat
dipindahkan ke tempat yang suhunya lebih tinggi maka
kekakuan tersebut akan hilang. Kaku karena dingin
cepat terjadi dan cepat juga hilang.

3. Spasme kadaver (Cadaveric spasm). Otot yang

berkontraksi sewaktu masih hidup akan lebih cepat


mengalami kekakuan setelah meninggal. Pada
kekakuan ini tidak ada tahap pertama yaitu tahapan
relaksasi. Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum
meninggal korban melakukan aktivitas berlebihan.
Bentuk kekakuan akan menunjukkan saat saat terakhir
kehidupan korban.
Fenomena ini sangat jarang ditemukan.

Kepentingan dari segi mediko legal :


Pada kasus bunuh diri, mungkin alat yang
digunakan untuk tujuan bunuh diri masih berada
dalam genggaman.
Pada kasus kematian karena tenggelam, mungkin
pada tangan korban bisa terdapat daun atau
rumput.
Pada kasus pembunuhan, pada gemgaman korban
mungkin bisa diperoleh sesuatu yang memberi
petunjuk untuk mencari pembunuhnya.

Kaku mayat

Spasme kadaver

1. Mulai timbul

1-2 jam setelah meninggal

Segera setelah meninggal

2. Faktor
predisposisi

Kematian mendadak, aktivitas


berlebih, ketakutan, terlalu lelah,
perasaan tegang, dll.

3. Otot yang
terkena

Semua otot, termasuk otot Biasanya terbatas pada


volunter dan involunter.
kelompok otot volunter

4. Kaku otot

Tidak jelas, dapat dilawan


dengan sedikit tenaga

5. Kepentingan
dari segi
mediko-legal

Untuk
perkiraan
kematian

6. Suhu mayat

Dingin

Hangat

7. Kematian sel

Ada

Tidak ada

8. Rangsangan
listrik

Tidak ada respon otot

Ada respon otot

satu

Sangat jelas, perlu tenaga yang


kuat untuk melawan kekakuannya

saat Menunjukkan cara kematian yaitu


bunuh diri, pembunuhan atau
kecelakaan

Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan.


Hal ini terjadi karena pemecahan protein, dan tidak
mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses
pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa
kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung
sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer
dengan relaksasi sekunder.

Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada


fossa iliaka kanan dan kiri berupa warna hijau kekuningan,
disebabkan
oleh
perubahan
hemoglobin
menjadi
sulfmethemoglobin.
Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen,
bagian depan genitalia eksterna, dada, wajah dan leher.
Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi
semakin ungu.
Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah
6-12 jam pada musim panas dan 1-3 hari pada musin dingin.
Perubahan
warna
tersebut
juga
diikuti
dengan
pembengkakan mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi
sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir
menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat
keluar dari rongga mulut. Mayat berbau tidak enak disebabkan
oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada
suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan
korban sewaktu masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa
membentuk lepuhan kulit

Organ tubuh bagian dalam


Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan.
Bentuk perubahan sama seperti diatas, jaringan-jaringan
menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat
membusuk dan ada yang lambat.
Jaringan yang cepat membusuk :
Laring
Trakea
Otak terutama pada anak-anak
Lambung
Usus halus
Hati
Limpa

Jaringan yang lambat membusuk :


Jantung
Paru-paru
Ginjal Prostat
Uterus non gravid
Pembusukan dalam air
Pembusukan dalam air lebih lambat prosesnya
dibandingkan pembusukan pada udara terbuka. Setelah
mayat dikeluarkan dari dalam air, maka proses
pembusukan akan berlangsung sangat cepat, lebih
kurang 16 kali lebih cepat dibandingkan biasanya.
Karena itu pemeriksaan post-mortem harus segera
dilaksanakan pada kasus mati tenggelam.
Kecepatan pembusukan juga bergantung kepada jenis
airnya; pada air yang kotor tidak mengalir dan dalam,
pembusukan lebih cepat.

Pada mayat yang tenggelam, waktu yang dibutuhkan


untuk muncul dan mulai mengapung adalah 24 jam.
Kecepatan pengapungan mayat tergantung dari :
Usia. Mayat anak-anak dan orang tua lebih lambat

terapung.
Bentuk tubuh. Orang yang gemuk dan kuat,
mayatnya cepat terapung. Mayat yang kurus lebih
lambat terapung.
Keadaan air. Pada air yang jernih, pengapungan
mayat lebih lambat terjadi dibandingkan dnegan
pada air kotor.
Cuaca. Pada musin panas, pengapungan mayat 3
kali lebih cepat dibandingkan pada musim dingin.

Temperatur.

Temperatur yang paling cocok untuk


proses pembusukan adalah antara 700F sampai 1000F.
Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F
dan dibawah 700F, dan berhenti dibawah 320 F atau
diatas 2120F .
Udara.
Udara yang mempercepat pembusukan.
Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam air dan
dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.
Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses
pembusukan.
Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka
biasanya lebih cepat membusuk. Beberapa jenis racun
bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc
(seng) dan golongan logam antimon. Mayat penderita
yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat
membusuk dibandingkan mayat orang sehat.

Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak


mengalami proses pembusukan yang biasa. Melainkan
mengalami
pembentukan
adiposera.
Adiposera
merupakan subtansi yang mirip seperti lilin yang lunak,
licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh
sampai coklat tua. Adiposera mengandung asam lemak
bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan
hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan
air sangat penting untuk berlangsungnya proses tersebut.
Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk
pada mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa.
Lama pembentukan adiposera ini juga bervariasi,
mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan
medikolegal dari adiposere adalah dapat menunjukkan
tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).

Mayat
mengalami
pengawetan
akibat
proses
pengeringan dan penyusutan bagian-bagian tubuh. Kulit
menjadi kering, keras dan menempel pada tulang
kerangka. Mayat menjadi lebih tahan dari pembusukan
sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang.
Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan
lembab, di mana mayat dikuburkan tidak begitu dalam
dan angin yang panas selalu bertiup sehingga
mempercepat penguapan cairan tubuh.
Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan
sampai beberapa tahun. Kepentingan medikolegal dari
mummfikasi
adalah
dapat
menunjukkan
tempat
kematian (kering, panas atau tempat basah).

Anda mungkin juga menyukai