BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.
plasma
30%,
sel
darah
18%
dan
hemoglobin
19%.
12
13
b.
c.
yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia
reproduktif
dapat
menjadi
hormone
penyulit
dalam
kehamilan.
f.
dan lain-lain
penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain.
Sedangkan faktor prediposisi terbesar terjadinya anemia adalah
status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini
masih banyak terjadi di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia
(Proverawati, A,. Asfuah, S. 2009:76).
14
defisiensi
Fe
dicegah
dengan
memelihara
15
16
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda (Proverawati, A,.
Asfuah, S. 2009:78).
Menurut Ai Yeyeh & Lia Yulianti gejala klinis anemia defisiensi
besi dalam kehamilan manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi
sangat berfariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala
penyakit dasarnya yang mononjol, ataupun bisa ditemukan gejala
anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Pada
dasarnya gejala-gejala defisiensi besi menurut Ai Yeyeh sama dengan
menurut Asfuah.
vi.
17
hamil)
Mudah terjadi infeksi
2)
b.
metabolism
tubuh
sehingga
mengganggu
18
b.
Fe yang di makan
Peningkatan kebutuhan fisiologis
Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi
kebutuhan
Fe
akibat
peningkatan
volume
darah,
untuk
19
Pengertian
Zat besi (Fe) merupakan microelement yang esensial bagi tubuh.
Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah),
yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb). Di samping itu berbagai jenis
enzim memerlukan Fe sebagai factor penggiat (Jauhari, A, 2013:229)
Zat besi adalah elemen logam yang digunakan oleh tubuh
terutama untuk membuat hemoglobin, komponen dalam sel darah
merah yang bertanggung jawab dalam pengangkutan oksigen keseluruh
jaringan tubuh. Defisiensi zat besi dapat menimbulkan anemia suatu
penurunan jumlah sel darah merah yang bersirkulasi sehingga jumlah
hemoglobin kurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh (Varney, Helen,. dkk. 2011).
2.
20
tablet
tambah
darah
yang
telah
dibuka
agar
500 mgr Fe
300 mgr Fe
100 mgr Fe
Jumlah
900 mgr Fe
21
kesehatan
jasmani
yang
optimal
sehingga
dapat
22
Dosis harian
Lama pemberian
Besi
60 mg
60 mg
Asam folat
400 g
400 g
setelah melahirkan
Dikutip dari: The management of nutrition in major emergencies, WHO
2000)
Memberikan
preparat
besi
yaitu fero
sulfat,
fero
23
respon
kekebalan
oleh
limfosit-T
terganggu
karena
Pengertian Kepatuhan
Kata kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat,
suka menurut dan berdisiplin (kamus besar bahasa Indonesia, 1995).
Menurut Arisman (2004) dalam Hidayah & Anasari (2012), mengartikan
kepatuhan
adalah
sebagai
tingkat
pasien
melaksanakan
cara
24
rupa
sehingga
dapat
mengakibatkan
terhalangnya
anemia,
khususnya
anemia
kekurangan
besi.
lainnya
mengatakan
kepatuhan
pasien
dalam
dalam
mengonsumsi
obat,
kesengajaan
berhenti
25
2.
Pengetahuan
Pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan manfaat dari zat
besi didapat dari penyuluhan yang diberikan bidan pada waktu ibu
hamil tersebut melakukan pemeriksaan ANC. Tingkat pengetahuan
ibu juga mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet zat besi.
b.
Tingkat Pendidikan
Latar
belakang
pendidikan
ibu
hamil
juga
sangat
Pemeriksaan ANC
Pemeriksaan ANC mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu
hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe, karena dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan ibu hamil akan mendapat informasi tentang
pentingnya tablet Fe bagi kehamilannya (Hidayah, W. & Anasari,
T.2012).
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi
Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi
indicator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan
26
c.
Pekerjaan
27
Banyak
ibu-ibu
bekerja
mencari
nafkah
baik
untuk
kondisi
kerja
yang
menonjol
sebagai
faktor
yang
e.
28
Konsep Perilaku
1.
Pengertian Perilaku
Berdasarkan Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai
seuatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini
berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan
untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan . dengan
demikian, maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi
atau perilaku tertentu (Suryani, Eko,. Widyasih, Hesti. 2010: 24).
Perilaku kesehatan atau perilaku hiegenis yang sering juga
disebut dengan istilah health behavior sebagaimana dengan perilaku
manusia yang lain, adalah sangat kompleks dan saling berkaitan.
Perilaku kesehatan atau health behavior mencakup tingkah budaya
masyarakat dan perilaku perorangan yang erat hubungannya dengan
masalah status kesehatan dan masayarakat atau perorangan (Suryani,
Eko,. Widyasih, Hesti. 2010: 31).
2.
Teori Perilaku
Perilaku manusia itu didorong oleh motif tetentu sehingga
menusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara teoriteori tersebut dapat dikemukakan:
a. Teori insting
Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari
psikologi social, yang menerbitkan buku psikologi social yang
29
pertama kali, dan mulai saat itu psikologi social menjadi pembicaraan
yang cukup menarik. Menurut McDougall mengajukan suatu daftar
insting. Insting perupakan perilaku yang innate, perilaku yang
bawaan,
dan
insting
akan
mengalami
perubahan
karena
pengalaman.
d. Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan sebab-sebab perilaku orang. Apakah
perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (missal motif, sikap,
dan sebagainya) atau oleh keadaan eksternal (Suryani, Eko,.
Widyasih, Hesti. 2010: 28).
3.
30
Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit
dan perilaku sehat pun subyektif sifatnya. Perspsi masyarakat tentang
sehat sakit ini sangatlaj dipengaruhi oleh unsure pengalaman lalu di
samping unsure social budaya. Sebalikanya petugas kesehatan
berusaha sedapat mungkin menerapkan criteria medis yang obyektif
berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik
individu (Soejoeti, 20015 dalam Marmi & Margiyati, 2013: 72)
Ada dua faktor utama yang menentukan perilaku sakit: persepsi
atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit, serta
kemampuan individu untuk melawan serangan pernyakit tersebut.
Faktor lainnya adalah perilaku peresepsi yang dipengaruhi oleh
orientasi medis dan sosio-budaya; faktor intensitas gejala (menghilang
atau menetap); faktor motivasi individu untuk mengatasi gejala yang
ada; serta faktor social psikologis yang mempengaruhi respon sakit
(Marmi & Margiyati, 2013:72).
4.
perilaku
atau
usaha-usaha
seseorang
untuk
31
c.
32
Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit .
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan
gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
c.
5.
Green menjelaskan
bahwa
perilaku
itu dilator
di
dalamnya
adalah
pengetahuan,
sikap,
pengetahuan,
dan
sikapnya
masyarakat
33