Anda di halaman 1dari 23

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a.

Anemia Pada Ibu Hamil


1. Pengertian
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin,
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang
dipatok untuk perorangan (MB, Arisman. 2010:173).
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada trimester
1 dan ke-3 dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum dan
trimester 2. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim
disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel
darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga
terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai
berikut:

plasma

30%,

sel

darah

18%

dan

hemoglobin

19%.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan


10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36
minggu.
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang
membahayakan bagi ibu hamil dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila anemia
terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan
premature (Proverawati, A,. Asfuah, S. 2009:76).

12

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat


besi (Fe), jenis anemia yang pengobatannya relative mudah, bahkan
murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia hamil disebut potensial denger to mother and child (potensial
bahaya ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada
lini terdepan.
Penurunan sedang kadar hemoglobin yang dijumpai selama
kehamilan pada wanita sehat yang tidak mengalami defisiensi besi atau
folat disebabkan oleh penambahan volume plasma yang relative lebih
besar dari pada penambahan massa hemoglobin dan volum sel darah
merah (hemodilusi relative). Ketidakseimbangan antara kecepatan
penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu
biasanya memuncak pada trimester kedua. Perubahan ini bukanlah
perubahan patologis tetapi merupakan perubahan fisiologis kehamilan
yang diperlukan untuk perkembangan janin. Pada kehamilan tahap
selanjutnya, ekspansi plasma pada dasarnya berhenti dan massa
hemoglobin terus meningkat (http://www.scribd.com).
Hemodilusi atau pengenceran darah disebabkan volume darah
yang semakin meningkat karena jumlah serum lebih besar dari pada
pertumbuhan sel darah. Masa puncak terjadi pada umur kehamilan 32
minggu. Serum darah (volume darah) bertambah 25-30%, sedangkan
sel darah bertambah 20%. Curah jantung akan bertambah 30%

13

bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada umur kehamilan 16


minggu. Namun, pertambahan sel darah tidak seimbang dengan
peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
dengan anemia fisiologis (Saminem, 2009:4).
ii. Penyebab Anemia
Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu:
a.

Kehilangan darah secara kronis sebagai dampak perdarahan


kronis, seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infestasi

b.
c.

parasit dan proses keganasan


Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat
Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah
merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa
pubertas, masa kehamilan, dan menyusui (MB, Arisman. 2010:173).
Anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita

yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia
reproduktif

dapat

menjadi

hormone

penyulit

dalam

kehamilan.

Penyebabnya antara lain:


a.
b.
c.
d.
e.

Makanan yang kurang bergizi


Gangguan pencernaan dan malabsorpsi
Kurangnya zat besi dalam makanan (kurang zat besi dalam diit
Kebutuhan zat besi yang meningkat
Kehilangan darah yang banyak seperti persalinan yang lalu, haid

f.

dan lain-lain
penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain.
Sedangkan faktor prediposisi terbesar terjadinya anemia adalah

status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini
masih banyak terjadi di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia
(Proverawati, A,. Asfuah, S. 2009:76).

14

iii. Pencegahan dan Pengobatan IDA/ Anemia


a. Pencegahan
Anemia

defisiensi

Fe

dicegah

dengan

memelihara

keseimbangan antara asupan Fe dengan kebutuhan dan kehilangan


Fe. Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan ini
bervariasi antara satu wanita dengan lainnya, tergantung pada
riwayat reproduksi dan jumlah kehilangan darah selama menstruasi.
b. Screening dan pengobatan
Pada wanita hamil harus dilakukan screening pada kunjungan
ANC I dan rutin pada setiap trimester. Wanita penderita anemia
tingkat ringan harus diberikan Fe dosis 60-120 mg/hari, dosis
berikutnya dikurangi menjadi 30 mg/hari saat konsentrasi Hb atau
hemotokrit menjadi normal untuk usia kehamilan. Wanita hamil
dengan konsentrasi di bawah atau sama dengan 9 gr/dl atau
hematokrit kurang dari 27 persen saat screening harus dirujuk untuk
pengobatan medis lebih lanjut (Syafiq, Ahmad,. dkk. 2008).
iv. Klasifikasi Anemia Kehamilan
Secara umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi:
a. Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian
tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil
dan dalam laktasi yang dianjurkan.
Untuk menegakan diagnosis Anemia defisiensi besi dapat
dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan
cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual
muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb
dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan

15

minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil


pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut
1) Hb 11 gr%
: Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7-8 gr%
: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr%
: Anemia berat
b. Anemia Megaloblastik sebanyak 29 %
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryl
glutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun
jarang.
c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
Anemia ini disebabkan karena sumsum tulang belakang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
d. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
Anemia ini disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.
Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak
disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin
B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada
dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein,
zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B 12 (Proverawati, A,. Asfuah, S.
2009:77).
v. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah berikut:
keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi dalam batas
normal (perlu dicurigai anemia defisiensi), malnutrisi, cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan

16

keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda (Proverawati, A,.
Asfuah, S. 2009:78).
Menurut Ai Yeyeh & Lia Yulianti gejala klinis anemia defisiensi
besi dalam kehamilan manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi
sangat berfariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala
penyakit dasarnya yang mononjol, ataupun bisa ditemukan gejala
anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Pada
dasarnya gejala-gejala defisiensi besi menurut Ai Yeyeh sama dengan
menurut Asfuah.
vi.

Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi pada Kehamilan


Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko menurut penelitian,
tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia
juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil
anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan
angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir
kehilangan darah
Dampak anemia pada kehamilan berfariasi dari keluhan yang
sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan
(abortus, partus immature/ premature), gangguan proses persalinan
( ginesrtia, atonia, partus lama, pendarahan atonis), gangguan pada
masa nifas (subinfolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress,

17

kurang produksi ASI rendah), dan ganggaun pada janin (abortus,


dismaturitas, mikrosomi, BBLR. dll) (Rukiyah, Y.A,. Yulianti, L. 2010)
Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan dan Janin:
a.

Pengaruh anemia terhadap kehamilan


1) Bahaya selama kehamilan
a) Dapat terjadi abortus
b) Persalinan premature
c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d) Mudah terjadi infeksi
e) Ketuban pecah dini
f) Mola hidatidosa (kehamilan anggur)
g) Hiperemesis gravidarum (mual muntah yang berlebih saat
h)

hamil)
Mudah terjadi infeksi

2)

b.

Bahaya saat Persalinan


a) Gangguan pada kekuatan mengedan
b) Kala pembukaan dapat berlangsung lama
c) Kala dua berlangsung lama
d) Tidak ada kontraksi
e) Kala IV dapat terjadi Perdarahan postpartum
3) Pada Masa Nifas
a) Pengeluaran ASI berkurang
b) Memudahkan infeksi puerperium
c) Anemia pada masa nifas
d) Mudah terjadi infeksi pada payudara.
Bahaya terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi
kemampuan

metabolism

tubuh

sehingga

mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia


dapat terjadi gangguan dalam bentuk:
1) Abortus
2) Terjadi kematian intrauterine
3) Persalinan prematuritas tinggi
4) Berat badan lahir renadah (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).

18

vii. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Anemia
a.

Asupan fe yang tidak memadai


Hanya sekitar 25% WUS memenuhi kebutuhan Fe sesuai
AKG (26 mikrogram/hari). Secara rata-rata wanita mengkonsumsi
6,5 g Fe per hari melalui diet makanan. Kecukupan intake Fe tidak
hanya dipenuhi dari konsumsi makanan smber Fe (daging dapi,
ayam, ikan, telur, dll), tetapi dipengaruhi oleh perubahan fisiologis
tubuh seperti hamil an menyusui sehingga meningkatkan kebutuhn
Fe bagi tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi, dan factor diet yang
mempercepat (enhancer) dan menghambat (inhibitor) penyerapan
Fe. Jenis Fe yang dikonsumsi jauh lebih penting dari pada jummlah

b.

Fe yang di makan
Peningkatan kebutuhan fisiologis
Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi
kebutuhan

Fe

akibat

peningkatan

volume

darah,

untuk

menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan


kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan absorpsi Fe selama
trimester II kehamilan membantu peningkatan kebutuhan. Beberapa
studi menggambarkan hubungan antara suplementasi Fe selama
kehamilan dan peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III
c.

kehamilan dapat meningkatkan berat lahir bayi dan usia kehamilan.


Kehilangan banyak darah
Kehilangan darah terjadi melalui operasi, penyakit, dam
donor darah. Pada wanita, kehilangan darah terjadi melalui
menstruasi. Wanita hamil juga mengalami perdarahan saat dan
setelah melahirkan. Efek samping atau akibat kehilangan darah ini
tergantung pada jumlah daarah yang keluar dan cadangan Fe

19

dalam tubuh (Syafiq, Ahmad,. dkk. 2008)


b.

Zat Besi/ Tablet Penambah Darah


1.

Pengertian
Zat besi (Fe) merupakan microelement yang esensial bagi tubuh.
Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah),
yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb). Di samping itu berbagai jenis
enzim memerlukan Fe sebagai factor penggiat (Jauhari, A, 2013:229)
Zat besi adalah elemen logam yang digunakan oleh tubuh
terutama untuk membuat hemoglobin, komponen dalam sel darah
merah yang bertanggung jawab dalam pengangkutan oksigen keseluruh
jaringan tubuh. Defisiensi zat besi dapat menimbulkan anemia suatu
penurunan jumlah sel darah merah yang bersirkulasi sehingga jumlah
hemoglobin kurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh (Varney, Helen,. dkk. 2011).

2.

Cara Mengkonsumsi Tablet Penambah Darah


Makanan yang mempunyai kandungan zat besi yang tinggi
belum tentu menjadi sumber zat besi yang baik bagi kita, karena
tergantung pada proses penyerapan yang dipengaruhi oleh penghambat
(inhibitor) dan pembantu (enhancer). Berikut adalah aturan minum tablet
besi atau tablet tambah darah yang baik:
a. Minum tablet tambah darah dengan air jeruk, agar penyerapan
zat besi dalam tubuh dapat berjalan dengan baik atau paling
tidak dengan air putih. Gejala sampingan ringan seperti perut
tidak enak, mual dan susah buang air besar serta tinja berwarna
hitam tidakmembahayakan.

20

b. Sebaiknya diminum setelah makan malam disertai buah-buahan


untuk membantu proses penyerapan, karena kandungan vitamin
Cpada buah dapat membantu penyerapan zat besi.
c. Jangan minum tablet tambah darah bersamaan dengan susu,
teh,tablet calsium (Kalk), karena akan menghambat penyerapan
zat besi.
d. Kemasan

tablet

tambah

darah

yang

telah

dibuka

agar

ditutupkembali dengan rapat.


e. Tablet tambah darah yang sudah berubah warna jangan diminum
(Buku Pesan Gizi Dinkes KP. 2015)
3.

Kebutuhan Zat Besi Pada Wanita Hamil


Wanita memerlukan zat besi dari laki-laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan
dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mgr. di samping itu kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin
sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan
makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.
Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap
kehamilan perhatikan bagan berikut:
Meningkatkan sel darah ibu

500 mgr Fe

Terdapat dalam plasenta

300 mgr Fe

Untuk darah janin

100 mgr Fe

Jumlah

900 mgr Fe

21

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan


akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia
pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relative terjadi anemia
karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan
peningkatan volume 30% - 40% yang puncaknya pada kehamilan 32-34
minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin
sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11gr% maka
dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil
fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.
Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta dan perdarahan ibu
akan kehilangan zat besi sekitar 900 mgr. saat laktasi, ibu masih
memerlukan

kesehatan

jasmani

yang

optimal

sehingga

dapat

menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam


keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).
4.

Pemberian Suplemen Tablet Besi


Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan
dalam program suplementasi. Dosis suplementatif yang dianjurkan
dalam satu hari adalah dua tablet ( satu tablet mengandung 60 mg Fe
dan 200 g asam folat) yang dimakan selama paruh kedua kehamilan
karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi. Pada
awal kehamilan, program suplementasi tidak akan berhasil karena
morning sickness dapat mengurangi keefektifan obat. Namun, cara ini
baru akan berhasil jika pemberian tablet ini dilakukan dengan
pengawasan yang ketat (MB, Arisman. 2010:180).

22

Tabel 2.1 Program Suplemen Besi untuk Ibu Hamil


Prevelensi

Dosis harian
Lama pemberian

anemia pada ibu


Suplementasi
hamil
< 40%
40%

Besi
60 mg
60 mg

Asam folat
400 g
400 g

6 bulan selama hamil


6 bulan selama hamil,
dilanjutkan sampai 3 bulan

setelah melahirkan
Dikutip dari: The management of nutrition in major emergencies, WHO
2000)
Memberikan

preparat

besi

yaitu fero

sulfat,

fero

glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat


menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Saifuddin, 2002 dalam Ningrum. 2009)
5.

Manfaat Zat Besi Bagi Ibu Hamil


a. Metabolisme Energi
Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein
pengangkut elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir
metabolisme energi. Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron
yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen sehingga
membentuk air. Dalam proses tersebut dihasilkan molekul protein
yang mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam
otot (Almatsier, 2003 dalam Hidayah, Wiwit & Anasari, Tri. 2012).
b. System Kekebalan

23

Besi memegang peranan penting dalam sistem kekebalan


tubuh,

respon

kekebalan

oleh

limfosit-T

terganggu

karena

berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang kemungkinan


disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA, disamping itu sel darah
putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara aktif
dalam keadaan tubuh kekurangan besi (Almatsier, 2003 dalam
Hidayah, Wiwit & Anasari, Tri. 2012).
c. Pelarut Obat-obat
Obat-obatan yang tidak larut oleh enzim yang mengandung
besi dapat dilarutkan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh
(Almatsier, 2003 dalam Hidayah, Wiwit & Anasari, Tri. 2012).
c.

Kepatuhan Ibu Mengkonsumsi dalam Tablet Penambah Darah (Fe )


1.

Pengertian Kepatuhan
Kata kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat,
suka menurut dan berdisiplin (kamus besar bahasa Indonesia, 1995).
Menurut Arisman (2004) dalam Hidayah & Anasari (2012), mengartikan
kepatuhan

adalah

sebagai

tingkat

pasien

melaksanakan

cara

pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh


orang lain. Kepatuhan dalam penelitian ini menunjuk pada kepatuhan
ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi (Fe).
Kepatuhan (compliance) menurut santoso adalah tingkat pasien
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter
atau oleh orang lain dan menurut Sacket adalah tingkah perilaku
penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan, misalnya
dalam melakukan diet dan menentukan kebiasaan hidup sehat dan

24

ketepatan berobat. Dalam bidang pengobatan seseorang dikatakan


tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajiban untuk berobat
sedemikian

rupa

sehingga

dapat

mengakibatkan

terhalangnya

kesembuhan (Bascom, 2011 dalam Febriana 2012).


Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan
ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Dengan definisi
yang seperti itu, kepatuhan memiliki nada yang cenderung manipulative
atau otoriter dimana penyelenggara perawatan kesehatan atau pendidik
dianggap sebagai tokoh yang berwenang (Bastable B, Susan. 2002:139)
Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan
jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat
besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian
tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi

anemia,

khususnya

anemia

kekurangan

besi.

Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya


yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena
kekurangan asam folat (Hidayah, W. & Anasari, T.2012).
Sumber

lainnya

mengatakan

kepatuhan

pasien

dalam

mengonsumsi obat dapat diukur menggunakan berbagai metode, salah


satu metode yang dapat digunakan adalah Skala MMAS-8 (Morisky
Medication Adherence Scale) yang terdiri dari tiga aspek yaitu frekuensi
kelupaan

dalam

mengonsumsi

obat,

kesengajaan

berhenti

mengonsumsi obat tanpa diketahui oleh tim medis, kemampuan


mengendalikan diri untuk tetap mengonsumsi obat (Morisky & Munter,
2009).

25

2.

Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi


Tablet Fe
Menurut Never (2002) dalam Hidayah, W. & Anasari, T.(2012)
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet
zat besi yaitu :
a.

Pengetahuan
Pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan manfaat dari zat
besi didapat dari penyuluhan yang diberikan bidan pada waktu ibu
hamil tersebut melakukan pemeriksaan ANC. Tingkat pengetahuan
ibu juga mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet zat besi.

b.

Tingkat Pendidikan
Latar

belakang

pendidikan

ibu

hamil

juga

sangat

berpengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat


besi.
c.

Pemeriksaan ANC
Pemeriksaan ANC mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu
hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe, karena dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan ibu hamil akan mendapat informasi tentang
pentingnya tablet Fe bagi kehamilannya (Hidayah, W. & Anasari,
T.2012).
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi

Tablet Fe berdasarkan hasil karya ilmiah Muhammad, 2008


a.

Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi
indicator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan

26

yang mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik pada ibu


hamil berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap status berat
badan ibu, kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe (zat besi),
dimana semakin muda umur ibu hamil maka ketidaksiapan ibu
dalam menerima sebuah kehamilan, yang berdampak tidak baik
yang berisiko terjadi gangguan selama kehamilan misalnya akan
terjadi anemia. Pada ibu hamil dengan keadaan seperti ini akan
mengakibatkan kondisi bayi yang dilahirkan akan terganggu
misalnya terjadi biaya premature atau berat bayi lahir rendah
b.

(Nasoetion & Darwin, dalam Muhammad 2008)


Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri
amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah
defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil dan bisa mengambil tindakan
secepatnya (Kodyat, 1993 dalam Muhammad, 2008)
Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya terhadap
konsumsi tablet zat besi (Fe) untuk ibu hamil. Tingkat pendidikan
turut menentukan rendah tidaknya sesorang menyerap dan
memakai pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang mereka peroleh.
Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi
penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang zat besi (Fe)
menjadi terbatas dan berdampak pada terjadi defisiensi zat besi
(Suhardjo, Riyadi, 1990 dalam Muhammad, 2008).

c.

Pekerjaan

27

Banyak

ibu-ibu

bekerja

mencari

nafkah

baik

untuk

kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja Nampak


belum berperan sebagai timbulnya suatu masalah pada ibu hamil,
tetapi

kondisi

kerja

yang

menonjol

sebagai

faktor

yang

mempengaruhi konsumsi tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil


d.

(Depkes, 2002 dalam Muhammad, 2008).


Pendapatan
Pendapatan biasanya berua uang yang mempengaruhi daya
beli seseorang untuk membeli Sesutu. Pendapatan merupakan
faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas makanan
sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan
kepatuhan megkonsumsi tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil.
Namun, pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang
menunjang bagi keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil
yang memadai, terutama dalam kasus dimana kepercayaan atau
tahkayul mengenai jenis makanan dan praktek pengolahan
masakan yang membawa akibat merusak pada keadaan gizi (Berg,
1986 dalam Muhammad, 2008). Akibatnya dalam pemilihan makan
yang mengandung zat besi (Fe), tidak bisa dibeli atau dikonsumsi

e.

oleh ibu hamil.


Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern, sehingga
manifestasinya tidak dapat langsung dapat dilihat, tetapi hanya
dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dai perilaku yang
tertutup. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan

28

seseorang untuk bereaksi atau merespon terhadap objek atau


stimulus . Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam
suatu tindakan nyata, diperlukan faktor pendukung dan fasilitas
(Sunaryo, 2004 dalam Muhammad, 2008)
d.

Konsep Perilaku
1.

Pengertian Perilaku
Berdasarkan Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai
seuatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini
berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan
untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan . dengan
demikian, maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi
atau perilaku tertentu (Suryani, Eko,. Widyasih, Hesti. 2010: 24).
Perilaku kesehatan atau perilaku hiegenis yang sering juga
disebut dengan istilah health behavior sebagaimana dengan perilaku
manusia yang lain, adalah sangat kompleks dan saling berkaitan.
Perilaku kesehatan atau health behavior mencakup tingkah budaya
masyarakat dan perilaku perorangan yang erat hubungannya dengan
masalah status kesehatan dan masayarakat atau perorangan (Suryani,
Eko,. Widyasih, Hesti. 2010: 31).

2.

Teori Perilaku
Perilaku manusia itu didorong oleh motif tetentu sehingga
menusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara teoriteori tersebut dapat dikemukakan:

a. Teori insting
Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari
psikologi social, yang menerbitkan buku psikologi social yang

29

pertama kali, dan mulai saat itu psikologi social menjadi pembicaraan
yang cukup menarik. Menurut McDougall mengajukan suatu daftar
insting. Insting perupakan perilaku yang innate, perilaku yang
bawaan,

dan

insting

akan

mengalami

perubahan

karena

pengalaman.

b. Teori Dorongan (Drive Theory)


Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu
mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongandorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang
mendorong organisme berperilaku.
c. Teori Insentif (incentive Theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku
organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif
akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku.

d. Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan sebab-sebab perilaku orang. Apakah
perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (missal motif, sikap,
dan sebagainya) atau oleh keadaan eksternal (Suryani, Eko,.
Widyasih, Hesti. 2010: 28).
3.

Perilaku Sehat dan Sakit


Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang
dilaukan oleh individu yang sedang sakit agar meperoleh kesembuhan,
sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dann meningkatkan kesehatan nya, termasuk pencegahan
penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui
olahraga dan makanan bergizi
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya
sehat meskipun secara medis belum tentu merek betul-betul sehat.

30

Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit
dan perilaku sehat pun subyektif sifatnya. Perspsi masyarakat tentang
sehat sakit ini sangatlaj dipengaruhi oleh unsure pengalaman lalu di
samping unsure social budaya. Sebalikanya petugas kesehatan
berusaha sedapat mungkin menerapkan criteria medis yang obyektif
berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik
individu (Soejoeti, 20015 dalam Marmi & Margiyati, 2013: 72)
Ada dua faktor utama yang menentukan perilaku sakit: persepsi
atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit, serta
kemampuan individu untuk melawan serangan pernyakit tersebut.
Faktor lainnya adalah perilaku peresepsi yang dipengaruhi oleh
orientasi medis dan sosio-budaya; faktor intensitas gejala (menghilang
atau menetap); faktor motivasi individu untuk mengatasi gejala yang
ada; serta faktor social psikologis yang mempengaruhi respon sakit
(Marmi & Margiyati, 2013:72).
4.

Klasifikasi Perilaku Kesehatan


a.

Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)


Adalah

perilaku

atau

usaha-usaha

seseorang

untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha


untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila
sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari
penyakit

31

2) Perilaku penginkatan kesehatan, apabila seseorang dalam


keadaan sakit
3) Perilaku gizi (makanan dan minuman)
b.

Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan


kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan
(Heath Seeking Behavior). Adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan
atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment)
sampai mencari pengobatan keluar negri.

c.

Perilaku kesehatan lingkungan


Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun social budaya dan bagaimana, sehingga
lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Seorang ahli lain (Becker,1979) membuat klasifikasi lain tentang

perilaku kesehatan ini.


a.

Perilaku hidup sehat


Periaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaiatan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatannya. Peilaku ini mencakup antara lain:
1) Menu seimbang
2) Olahraga teratur
3) Tidak merokok tidak minum-minuman keras dan narkoba

32

4) Istirahat yang cukup


5) Mengendalikan stress
6) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.
b.

Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit .
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan
gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

c.

Perilaku peran sakit (the sick role behavior)


Perilaku ini mencakup:
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan
penyembuhan penyakit yang layak
3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan
pelayanan kesehatan) (Margiyati,. Marmi. 2013:71).

5.

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang Dan Bidang


Kesehatan
Lewrence

Green menjelaskan

bahwa

perilaku

itu dilator

belakangi atau dipengaruhi oleh tiga factor pokok yakni:


a. Faktor prediposisi
Termasuk

di

dalamnya

adalah

pengetahuan,

sikap,

kepercayaan, tradisi, nilai budaya. Strategi dan pendekatan yang


digunakan untuk mengkondisikan faktor ini adalah:
1) Komunikasi
Kurangnya

pengetahuan,

dan

sikapnya

masyarakat

terhadap keseharan dan penyakit, adanya tradisi, keprcayaan

33

yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan dan


sebagainya, mereka tidak berperilku sesuia dengan nilai-nilai
kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi pemberian
informasi-informasi tentang kesehatan.
2) Dinamika kelompok
Adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang
efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada
sasaran pendidikan.
b. Faktor pendukung
Faktor pendukung disini adalah ketersediaan sumbersumber/ fasilitas. Untuk memperoleh perubahan perilaku yang
diharapkan secara efektif diperlukan faktor-faktor pendukung yang
berupa sumber dan fasilitas yang memadai
c. Faktor penguat/ pendorong
Meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas
kesehatan, baik dilihat dan jenis tingkatannya pada dasarnya adalah
pendidikan kesehatan. Di tengah-tengah masyarakat petugas
kesehatan adalah menjadi tokoh panutan dibidang kesehatan
(Suryani, Eko,. Widyasih, Hesti. 2010: 35).

Anda mungkin juga menyukai