Anda di halaman 1dari 21

1.

Methylprednisolone
.: Kemasan & No Reg :.

Methylprednisolone 4 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg :


GKL0508512310A1.
Methylprednisolone 16 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg :
GKL0508512310B1.

.: Farmakologi :.
Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid alamiah (memiliki sifat menahan garam (salt
retaining properties)), digunakan sebagai terapi pengganti pada defisiensi adrenokortikal.
Analog sintetisnya terutama digunakan sebagai anti-inflamasi pada sistem organ yang
mengalami gangguan. Glukokortikoid menimbulkan efek metabolisme yang besar dan
bervariasi. Glukokortikoid merubah respon kekebalan tubuh terhadap berbagai rangsangan.
.: Indikasi :.

Kelainan endokrin : insufisiensi adrenokortikal (hydrocortisone atau cortisone


merupakan pilihan pertama, kombinasi methylprednilosolone dengan mineralokortikoid
dapat digunakan); adrenal hiperplasia kongenital; tiroid non-supuratif; hiperkalemia
yang berhubungan dengan penyakit kanker.
Penyakit rheumatik : sebagai terapi tambahan dengan pemberian jangka pendek pada
arthritis sporiatik, arthritis rheumatoid, ankylosing spondilitis, bursitis akut dan subakut,
non spesifik tenosynovitis akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis post-trauma, dan
epikondilitis.
Penyakit kolagen : systemik lupus eritematosus, karditis rheumatik akut, dan sistemik
dermatomitosis (polymitosis).
Penyakit kulit : pemphigus, bullous dermatitis herpetiformis, eritema multiforme yang
berat (Stevens Johnson sindrom), eksfoliatif dermatitis, mikosis fungoides, psoriaris,
dan dermatitis seboroik .
Alergi : seasonal atau perenial rhinitis alergi, penyakit serum, asma bronkhial, reaksi
hipersensitif terhadap obat, dermatitis kontak dan dermatitis atopik.
Penyakit mata : corneal marginal alergi, herpes zooster opthalmikus, konjungtivitis
alergi, keratitis, chorioretinitis, neuritis optik, iritis, dan iridosiklitis.
Penyakit pernafasan : sarkoidosis simptomatik, pulmonary tuberkulosis pulminan atau
diseminasi.
Kelainan darah : idiopatik purpura trombositopenia, trombositopenia sekunder pada
orang dewasa, anemia hemolitik, eritoblastopenia, hipolastik anemia kongenital.
Penyakit kanker (Neoplastic disease) : untuk terapi paliatif pada leukemia dan lympoma
pada orang dewasa, dan leukemia akut pada anak.
Edema : menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada syndrom nefrotik.
Gangguan saluran pencernaan : kolitis ulseratif dan regional enteritis.

Sistem syaraf : eksaserbasi akut pada mulitipel sklerosis.


Lain-lain : meningitis tuberkulosa.

.: Kontra Indikasi :.
Methylprednisolone dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang
hipersentitif terhadap komponen obat.
.: Dosis :.
Dosis awal bervariasi antara 448 mg/hari tergantung pada jenis dan beratnya penyakit, serta
respon penderita. Bila telah diperoleh efek terapi yang memuaskan, dosis harus diturunkan
sampai
dosis
efektif
minimal
untuk
pemeliharaan.
Pada situasi klinik yang memerlukan methylprednisolone dosis tinggi termasuk multiple
sklerosis : 160 mg/hari selama 1 minggu, dilanjutkan menjadi 64 mg/hari selama 1 bulan
menunjukkan
hasil
yang
efektif.
Jika selama periode terapi yang dianggap wajar respon terapi yang diharapkan tidak tercapai,
hentikan pengobatan dan ganti dengan terapi yang sesuai. Setelah pemberian obat dalam jangka
lama,
penghentian
obat
sebaiknya
dilakukan
secara
bertahap.
Pemberian obat secara ADT (Alternate-Day Therapy) : adalah rejimen dosis untuk 2 hari
diberikan langsung dalam 1 dosis tunggal pada pagi hari (obat diberikan tiap 2 hari sekali).
Tujuan dari terapi ini meningkatkan farmakologi pasien terhadap pemberian dosis pengobatan
jangka lama untuk mengurangi efek-efek yang tidak diharapkan termasuk supresi adrenal
pituitari, keadaan :Cushingoid, simptom penurunan kortikoid dan supresi pertumbuhan pada
anak.
Pada penderita usia lanjut : Pengobatan pada penderita usia lanjut, khususnya dengan jangka
lama harus direncanakan terlebih dahulu, mengingat resiko yang besar dari efek samping
kortikosteroid pada usia lanjut, khususnya osteoporosis, diabetes, hipertensi, rentan terhadap
infeksi dan penipisan kulit.
Pada anak-anak : Dosis umum pada anak-anak harus didasarkan pada respon klinis dan
kebijaksanaan dari dokter klinis. Pengobatan harus dibatasi pada dosis minimum dengan
periode yang pendek, jika memungkinkan, pengobatan harus diberikan dalam dosis tunggal
secara ADT.
.: Efek Samping :.
Efek samping berikut adalah tipikal untuk semua kortikosteroid sistemik. Hal-hal yang
tercantum di bawah ini tidaklah menunjukkan bahwa kejadian yang spesifik telah diteliti
dengan menggunakan formula khusus.
Gangguan pada cairan dan elektrolit : Retensi sodium, retensi cairan, gagal jantung
kongestif, kehilangan kalium pada pasien yang rentan, hipokalemia alkalosis,
hipertensi.
Jaringan otot : steroid miopati, lemah otot, osteoporosis, nekrosis aseptik, keretakan

tulang belakang, keretakan pathologi.


Saluran pencernaan : ulserasi peptik dengan kemungkinan perforasi dan perdarahan,
pankretitis, ulserasi esofagitis, perforasi pada perut, perdarahan gastrik, kembung perut.
Peningkatan Alanin Transaminase (ALT, SGPT), Aspartat Transaminase (AST, SGOT),
dan Alkaline Phosphatase telah diteliti pada pengobatan dengan kortikosteroid.
Perubahan ini biasanya kecil, tidak berhubungan dengan gejala klinis lain, bersifat
reversibel apabila pemberian obat dihentikan.
Dermatologi : mengganggu penyembuhan luka, menipiskan kulit yang rentan,
petechiae, ecchymosis, eritema pada wajah, banyak keringat.
Metabolisme : Keseimbangan nitrogen yang negatif sehubungan dengan katabolisme
protein. Urtikaria dan reaksi alergi lainnya, reaksi anafilaktik dan reaksi hipersensitif.
dilaporkan pernah terjadi pada pemberian oral maupun parenteral.
Neurologi : Peningkatan tekanan intrakranial, perubahan fisik, pseudotumor cerebri,
dan epilepsi.
Endokrin : Menstruasi yang tidak teratur, terjadinya keadaan cushingoid, supresi pada
pitutary-adrenal axis, penurunan toleransi karbohidrat, timbulnya gejala diabetes
mellitus laten, peningkatan kebutuhan insulin atau hypoglikemia oral, menyebabkan
diabetes, menghambat pertumbuhan anak, tidak adanya respon adrenokortikoid
sekunder dan pituitary, khususnya pada saat stress atau trauma, dan sakit karena operasi.
Mata : Katarak posterior subkapsular, peningkatan tekanan intrakranial, glaukoma dan
eksophtalmus.
Sistem imun : Penutupan infeksi, infeksi laten menjadi aktif, infeksi oportunistik, reaksi
hipersensitif termasuk anafilaksis, dapat menekan reaksi pada test kulit.

.: Peringatan dan Perhatian :.

Pemberian obat dalam jangka lama dapat menyebabkan katarak subkapsular, glaukoma,
dan sekunder infeksi okular yang berhubungan dengan jamur dan virus.
Pemberian methylprednisolone dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah, retensi garam dan air, peningkatan ekskresi kalium dan kalsium, serta
menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi jamur, bakteri dan virus
Penderita yang mendapat terapi methylprednisolone jangan diberi vaksinasi cacar.
Vaksinasi lain hendaknya tidak diberikan terutama pada pasien yang mendapat terapi
methylprednisolone dosis tinggi karena adanya kemungkinan bahaya dari komplikasi
neurologik dan berkurangnya respon antibodi.
Pemberian obat pada pasien tuberkulosa laten atau reaktivitas tuberkulin, harus disertai
observasi lanjutan karena kemungkinan terjadi reaktivasi dari penyakit tersebut. Selama
terapi jangka panjang, pasien harus diberi khemoprofilaksis.
Pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus mempertimbangkan besarnya
manfaat dibandingkan resikonya.
Penggunaan pada penderita sirosis dan hipotiroid dapat meningkatkan efek
kortikosteroid.

.: Interaksi Obat :.

Pemberian methylprednisolone bersama siklosporin meningkatkan efek penghambatan


metabolisme dan terjadinya konvulsi pernah dilaporkan.
Obat-obat yang menginduksi enzim hepatik seperti phenobarbital, phenytoin,
rifampicin, rifabutin, Karbamazepin, Pirimidon, dan aminogluthetimid dapat
meningkatkan klirens methylprednisolone sehingga untuk mendapatkan respon obat
yang diharapkan diperlukan peningkatan dosis.
Trolendomycin dan ketokonazole menghambat metabolisme methylprednisolone,
sekaligus menghambat klirensnya, akan tetapi pengukuran terhadap dosis harus
dilakukan untuk menghindari toksisitas steroid.
Methylprednisolone dapat meningkatkan klirens kronik aspirin dosis tinggi, sehingga
menurunkan kadar serum salisat.
Pemberian aspirin bersama kortikosteroid harus diawasi pada pasien hipoprothrombin.
Efek methylprednisolone terhadap antikoagulan bervariasi, umumya dapat menurunkan
efek dari antikoagulan.
Pernah dilaporkan steroid berinteraksi dengan bloking agen neuromuskular seperti
pankuronium dengan reversi parsial dari blok neuromuskular.
Steroid dapat mengurangi efek antikolinesterase pada myasthenia gravis. Efek yang
diharapkan dari senyawa hipoglikemik (termasuk insulin), anti hipertensi dan diuretik
antagonis dengan kortikosteroid dan efek hipokalemia dari acetazolamide, loop diuretic,
thiazide diuretic dan carbenoxolone menjadi meningkat.

.: Lain-lain :.
Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu 15 - 30oC
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

2. METHYLON

KOMPOSISI :METHYLON Tablet 4 mgTiap tablet mengandung: Metilprednisolon 4 mg


METHYLON Tablet 16 mgTiap tablet mengandung: Metilprednisolon 16 mg
INDIKASI :METHYLON diindikasikan untuk :- Gangguan Endokrin :Insufisiensi adrenal kortikoid primer atau
Sebagai terapi tambahan pada pemberian jangka pendek seperti pada :Artritis psoriasis, reumatoid artritis, ankilo
- Penyakit Kolagen :Selama eksaserbasi atau terapi pemeliharaan pada lupus eritematosus sistemik, karditis rema
- Penyakit Kulit :- Pemphigus.- Bullous dermatitis herpetiformis.- Eritema multiform parah.- Miocosis fungoides
- Alergi :- Asma bronkial.- Reaksi hipersensitif obat.- Dermatitis atopik.
- Penyakit Neoplastik :Untuk terapi paliatif dari leukemia dan limfoma pada dewasa dan leukemia akut pada ana
- Keadaan Edema : Menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada sindroma nefrotik tanpa uremia, idiopatik
- Penyakit Gastrointestinal :Membantu penderita melewati masa kritis pada penyakit kolitis ulseratif dan enteritis
- Sistem Saraf :Eksaserbasi akut pada multiple sklerosis.
DOSIS :Dosis METHYLON Untuk dewasa :Dosis awal :
bervariasi antara 4 48 mg sehari, tergantung dari berat dan jenis penyakitnya.
Dosis pemeliharaan :
4 16 mg sehari.
Dosis METHYLON Untuk anak - anak :Dosis awal :
0,8 1,5 mg/kg berat badan dalam sehari, tapi tidak lebih dari 80 mg sehari.Dosis pemeliharaan :
pada umumnya dari 2 8 mg sehari.
KEMASAN :METHYLON Tablet 4 mg Dus, 10 strip @ 10 tablet
METHYLON Tablet 16 mg Dus, 5 strip @ 6 tablet

3. KETOPROFEN
.: Kemasan & No Reg :.

Ketoprofen 50 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg :


GKL0408511215B1

Ketoprofen 100 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg :


GKL0408511215A1

Ketoprofen 50 mg/mL injeksi (1 box berisi 5 ampul @ 2 mL), No. Reg :


GKL0508512143A1

.: Farmakologi :.
Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek antiinflamasi, analgesik dan
antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin. Pada
pemberian oral kadar puncak dicapai selama 0,52 jam. Waktu paruh eliminasi pada orang
dewasa 3 jam, dan 5 jam pada orang tua.
.: Indikasi :.
Untuk mengobati gejala-gejala artritis rematoid, ankilosing spondilitis, gout akut dan
osteoartritis serta kontrol nyeri dan inflamasi akibat operasi ortopedik.
.: Kontra Indikasi :.

Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.

Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat

.: Dosis :.
Sediaan oral :
Dosis awal yang dianjurkan : 75 mg 3 kali sehari atau 50 mg 4 kali sehari.
Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan bersama dengan makanan atau susu.

Injeksi IM :
50100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari, tidak lebih dari 3 hari.

.: Efek Samping :.

Mual, muntah, diare, dyspepsia, konstipasi, pusing, sakit kepala, ulkus peptikum
hemoragi perforasi, kemerahan kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati, nyeri abdomen,
konfusi ringan, vertigo, oedema, insomnia.

Reaksi hematologi : trombositopenia.

Bronkospasma dan anafilaksis jarang terjadi.

.: Peringatan dan Perhatian :.

Hati-hati bila diberikan pada penderita hiperasiditas lambung.

Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.

Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.

.: Interaksi Obat :.

Pemakaian bersama dengan warfarin, sulfonilurea atau hidantoin dapat memperpanjang


waktu protrombin dan perdarahan gastrointestinal.

Pemakaian bersama dengan metotreksat dilaporkan menimbulkan interaksi berbahaya,


mungkin dengan menghambat sekresi tubular dari metotreksat.

.: Lain-lain :.
Penyimpanan:

Simpan pada suhu kamar (25-30oC), terlindung dari cahaya.

4. DEXAMETHASONE
Des 8
Posted by dr.Rozi Abdullah
Obat Generik :
Dexamethasone / Deksametason
Obat Bermerek :
Camidexon, Corsona, Cortidex, Dexa-M, Etason, Indexon, Kalmethasone, Lanadexon,
Licodexon, Molacort, Nufadex M, Oradexon, Pycameth, Scandexon,
KOMPOSISI
Dexamethasone 0,5 mg : Setiap tablet mengandung deksametason 0,5 mg.
Dexamethasone 0,75 mg : Setiap tablet mengandung deksametason 0,75 mg.
FARMAKOLOGI
Dexamethason (deksametason) adalah obat antiinflamasi dan antialergi yang sangat kuat.
Sebagai perbandingan Dexamethasone 0,75 mg setara dengan obat sebagai berikut :
cortisone 25 mg, hydrocortisone 20 mg, prednisone 5 mg, dan prednisolone 5 mg.
Deksametason tidak mempunyai aktivitas mineral kortikosteroid dari cortisone atau
hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocortical tidak berguna.
INDIKASI
Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya untuk :
Antiinflamasi,
Pengobatan rematik arthritis, dan penyakit kolagen lainnya,
Alergi dermatitis,
Penyakit kulit,
Penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana glucocorticoid berguna lebih
menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan limfoma dan inflamasi pada
jaringan lunak dan anemia hemolitik.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap deksametason.
Penderita infeksi jamur sistemik.
Jangan diberikan kepada penderita herpes simpleks pada mata, tuberkulosis aktif, peptik
ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan penderita.
Jangan diberikan kepada wanita hamil karena akan terjadi hipoadrenalisme pada bayi
yang dikandungnya, atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Kekurangan adrenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi
dengan mengurangi dosis secara bertahap.
Ada penambahan efek kortikosteroid pada penderita dengan hipotiroidisme dan sirosis.
EFEK SAMPING
Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti
kehabisan protein, osteoporosis, dan penghambatan pertumbuhan anak.
Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan
dengan glucocorticoid lainnya.
Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.

INTERAKSI OBAT
Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik.
Fenitoin, fenobarbital, dan efedrin : meningkatkan clearance metabolik dari
deksametason, menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas fisiologis.
Antikoagulan oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
Diuretik yang mendepresi kalium : meningkatkan risiko hipokalemia.
Glikosida kardiak : meningkatkan risiko aritmia atau toksisitas digitalis sekunder
terhadap hipokalemia.
Antigen untuk tes kulit : menurunkan reaksivitas.
Imunisasi : menurunkan respon antibodi.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Dewasa : 0,5 mg 10 mg per hari.
Anak-anak : 0,08 mg 0,3 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
KEMASAN
Dexamethasone tablet 0,5 mg, kotak, 20 strip @ 10 tablet.
Dexamethasone tablet 0,75 mg, kotak, 20 strip @ 10 tablet.

5. IBUPROFEN 400MG
Komposisi
Tiap
tablet
salut
selaput
mengandung
ibuprofen
400
mg.
Cara
Kerja
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat antiinflamasi non steroid.
Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis
prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.
Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Dengan demikian
maka
ibuprofen
mempunyai
efek
antiinflamasi
dan
analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek
samping
yang
lebih
ringan
terhadap
lambung.
Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan
kadar puncak dalam plasma tercapai 1 2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan
memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di
hati dengan waktu paruh 1,8 2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit
inaktif,
sempurna
dalam
24
jam.
Indikasi
Terapi simptomatik rematoid artritis dan osteoartritis, mengurangi rasa nyeri setelah operasi pada
gigi
dan
dismenore.
Dosis
Dewasa
:
200

400
mg
,
3

4
kali
sehari.
Efek
Samping
Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri
lambung,
ruam
kulit,
pruritus,
sakit
kepala,
pusing
dan
heart
burn.
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat antiinflamasi non steroid
lainnya, wanita hamil dan menyusui, serta anak dibawah usia 14 tahun.
Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioderma dan reaksi bronchospasma terhadap
asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang lain. Dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.
Interaksi
Obat
Asetosal
(aspirin).
Dosis ibuprofen lebih dari 2,4 g per hari, dapat menggantikan warfarin dari ikatannya dengan
protein
plasma.
Cara
Penyimpanan
Simpan
di
tempat
sejuk
dan
kering.
Perhatian

Hati-hati pemberian pada penderita tukak lambung atau mempunyai riwayat tukak lambung dan
penderita
payah
jantung,
gangguan
fungsi
ginjal,
hipertensi.
Hati-hati
pada
penderita
yang
sedang
mendapatkan
antikoagulan
kumarin.
Kemasan : kotak 10 strip @ 10 tablet salut selaput

6. Cardio Aspirin
Indikasi:
Mengurangi bahaya trombosis koroner lebih lanjut dalam masa pemulihan dan infark jantung
(profilaksis re-infark), mengurangi risiko kematian dan atau serangan MCI (infark miokard) pada
penderita dengan riwayat infark atau angina pektoris yang tidak stabil, pencegahan trombosis
(profilaksis re-oklusi) setelah aortocoronary bypass, mengurangi risiko serangan TIA (Transient
Ischemic Attack).
Kontra Indikasi:
Tablet Cardio Aspirin salut enterik 100 mg tidak boleh diberikan pada penderita tukak lambung
maupun duodeni dan pada pasien dengan tendensi hemoragik yang patologis, penderita
hemofilia, penderita gangguan pendarahan lainnya dan penderita yang hipersensitif dengan
asetosal.
Komposisi:
Setiap tablet salut enterik Cardio Aspirin mengandung 100 mg asam asetilsalisilat.
Cara Kerja:
Pencegahan agregasi platelet berdasarkan kerja biokimia asam asetilsalisilat yaitu penghambatan
ireversibel dari siklooksigenase di platelet dan penghambatan reversibel dari siklooksigenase di
dinding pembuluh darah.
Dosis:
Umumnya diberikan 1 tablet 100 mg/hari. Untuk mengurangi iritasi lambung sebaiknya diminum
sesudah makan, tablet ditelan dengan air.
Efek yang Tidak Diinginkan:
Nyeri lambung, rasa terbakar, mual, perdarahan gastrointestinal, reaksi hipersensitivitas
(serangan dyspnea, reaksi kulit), jarang terjadi; dapat terjadi berkurangnya trombosit
(trombositopenia), peningkatan kadar enzim hati yang reversibel pada penggunaan jangka lama
dan dosis tinggi.
Jenis: Tablet

7. PIROXICAM
.: Kemasan & No Reg :.
Piroxicam 10 mg kaplet (1 box berisi 10 strip @ 10 kaplet), No. Reg : GKL0308508210A1.
.: Farmakologi :.
Piroxicam merupakan antiinflamasi non steroid yang mempunyai aktivitas antiinflamasi,
analgesik dan antipiretik. Aktivitas kerja piroxicam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan
dengan menghambat biosintesa prostaglandin melalui penghambatan yang reversibel terhadap
enzim siklooksigenase.
.: Indikasi :.
Untuk terapi simtomatik pada rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan
muskuloskeletal akut dan gout akut.
.: Kontra Indikasi :.

Penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung atau pendarahan lambung.


Hipersensitif terhadap piroxicam
Penderita yang mengalami bronkospasma, polip hidung dan angioedema atau urtikaria
apabila diberikan asetosal atau obat-obatan antiinflamasi non steroid yang lain.

.: Dosis :.
Dewasa :
Rematoid
artritis,
osteoartritis
dan
ankylosing
spodilitis
Dosis awal 20 mg sebagai dosis tunggal. Dosis pemeliharaan pada umumnya 20 mg
sehari atau jika diperlukan dapat diberikan 10 mg 30 mg dalam dosis tunggal atau
terbagi. Dosis lebih dari 20 mg sehari meningkatkan efek samping gastrointestinal.
Gout
akut
Dosis awal 40 mg sehari sebagai dosis tunggal, diikuti 4 6 hari berikutnya 40 mg
sehari dosis tunggal atau terbagi.
Gangguan
muskuloskeletal
akut
Dosis awal 40 mg sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari, selanjutnya
20 mg sehari selama 7 14 hari.
.: Efek Samping :.

Umumnya gangguan gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia, epigastric distress,

mual, konstipasi, rasa tidak nyaman pada abdomen, kembung, diare, nyeri abdomen.
Efek samping lain : edema, pusing, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, somnolen,
penurunan hemoglobin dan hematokrit.

.: Over Dosis :.
Ditanggulangi dengan tindakan suportif dan simtomatik. Pemberian arang aktif dapat
mengurangi absorpsi dan reabsorpsi piroxicam sehingga mengurangi jumlah zat aktif yang ada.
.: Peringatan dan Perhatian :.

Piroxicam menghambat biosintesis prostaglandin, sehingga dapat berpengaruh pada


pembentukan platelet dan pasien pemakai piroxicam harus diawasi terutama jika pasien
mempunyai kecenderungan terhadap kelainan pembekuan darah.
Dapat mengakibatkan kerusakan liver, meningkatkan SGPT/SGOT hingga penyakit
kuning.
Hati-hati pemberian pada penderita gangguan pencernaan, jantung, hipertensi dan
keadaan kecenderungan retensi air, ginjal dan hati.
Tidak dianjurkan pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
Keamanan penggunaan pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.
Pada penderita yang mengalami gangguan penglihatan selama menggunakan piroxicam
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan mata.

.: Interaksi Obat :.

Pemberian piroxicam bersama antikoagulan oral sulfonilurea atau hidantoin harus hatihati dan dimonitor, karena piroxicam berikatan dengan protein plasma dan
menggantikan kedudukan ikatan albumin dengan obat lain.
Asetosal dan piroxicam tidak boleh diberikan bersama-sama.
Pemberian bersama-sama dengan litium akan meningkatkan kadar litium dalam darah.

.: Lain-lain :.
Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu 15-30 C.

8. ASAM MEFENAMAT
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit

kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri
sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Kontra Indikasi:
N/A
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.
Dosis:
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama
2-3 hari.
Menoragia
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau
sampai perdarahan berhenti.
Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan
diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan
agranulositosis dan anemia hemolitik.

Kontraindikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap
asam mefenamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran
cerna.

Interaksi Obat:
Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering.
Kemasan:
Kotak isi 100
Jenis: Tablet

9. ALLOPURINOL
.: Kemasan & No Reg :.

Allopurinol 100 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg :


GKL0708514410A1.

Allopurinol 300 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg :


GKL0708514410B1.

.: Farmakologi :.
Allopurinol dan metabolitnya oxipurinol (alloxanthine) dapat menurunkan produksi asam urat
dengan menghambat xanthin-oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxanthin menjadi
xanthin dan mengubah xanthin menjadi asam urat. Dengan menurunkan konsentrasi asam urat
dalam darah dan urin, allopurinol mencegah atau menurunkan endapan urat sehingga mencegah
terjadinya gout arthritis dan urate nephropathy.
.: Indikasi :.
Hiperurisemia primer : gout Hiperurisemia sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan
kalsium oksalat. Produksi berlebihan asam urat antara lain pada keganasan, polisitemia vera,
terapi sitostatik.
.: Kontra Indikasi :.
Penderita yang hipersensitif terhadap allopurinol Keadaan serangan akut gout
.: Dosis :.
Dewasa:
Dosis
awal
:
100
300
mg
sehari.
Dosis
pemeliharaan
:
200
600
mg
sehari.
Dosis
tunggal
maksimum
300
mg.
Bila diperlukan dapat diberikan dosis yang lebih tinggi, maksimal 900 mg sehari.
Dosis harus disesuaikan dengan cara pemantauan kadar asam urat dalam serum/air seni dengan
jarak waktu yang tepat hingga efek yang dikehendaki tercapai yaitu selama 1 - 3 minggu,
atau:
Untuk kondisi ringan : 2 - 10 mg/kg BB sehari atau 100 - 200 mg sehari.

Kondisi sedang : 300 - 600 mg sehari. Kondisi berat : 700 - 900 mg sehari.
Anak-anak:
10 - 20 mg/kg BB sehari atau 100 - 400 mg sehari. Penggunaan pada anak-anak khususnya
pada keadaan malignan terutama leukemia serta kelainan enzim tertentu, misalnya sindroma
Lesch-Nyhan.
Penderita gangguan fungsi ginjal:
Jumlah dan interval pemberian perlu dikurangi disesuaikan dengan hasil pemantauan kadar
asam
urat
dalam
serum.
Untuk
pasien
dewasa
berlaku
dosis
sebagai
berikut:
Bersihan
kreatinin
:
2
10
ml/menit
Dosis
:
100
mg
sehari
atau
dengan
interval
lebih
panjang.
Bersihan kreatinin : 10 - 20 ml/menit Dosis : 100 - 200 mg sehari.
Bersihan
kreatinin
:
>
20
ml/menit
Dosis
:
Dosis
normal.
Dosis yang dianjurkan pada penderita dialisa : allopurinol dan metabolitnya dikeluarkan
dengan dialisis ginjal. Jika dialisis perlu dilakukan lebih sering, dapat dipertimbangkan
pemberian allopurinol dengan dosis alternatif 300 - 400 mg segera setelah dialisa tanpa
pemberian lagi diantara interval waktu.

.: Efek Samping :.
Gejala hipersensitifitas seperti ekspoliatif, demam, limfodenopati, arthralgia, eosinofilia
Reaksi kulit : pruritis, makulopapular Gangguan gastrointestinal, mual, diare Sakit kepala,
vertigo,
mengantuk,
gangguan
mata
dan
rasa
Gangguan darah : leukopenia, trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik

.: Over Dosis :.
Pernah dilaporkan penggunaan sampai 5 g dan 20 g allopurinol. Gejala dan tanda-tanda
keracunan adalah pusing, mual dan muntah. Dianjurkan minum yang banyak sehingga
memudahkan diuresis allopurinol dan metabolitnya. Jika dianggap perlu dapat dilakukan
dialisa.
.: Peringatan dan Perhatian :.
Efek allopurinol dapat diturunkan oleh golongan salisilat dan urikosurik, seperti probenesid.

Hentikan penggunaan bila timbul gejala kemerahan pada kulit atau terjadi gejala alergi. Hindari
penggunaan pada penderita kelainan fungsi ginjal atau penderita hiperurisemia asimptomatik.
Pada penderita kerusakan fungsi hati, dianjurkan untuk melakukan tes fungsi hati berkala
selama tahap awal perawatan. Keuntungan dan risiko penggunaan allopurinol pada ibu hamil
dan menyusui harus dipertimbangkan terhadap janin, bayi atau ibunya. Allopurinol dapat
menyebabkan kantuk. Hati-hati penggunaan pada penderita yang harus bekerja dengan
konsentrasi penuh termasuk mengemudi dan menjalankan mesin. Sebaiknya allopurinol
diminum setelah makan untuk mengurangi iritasi lambung. Dianjurkan untuk meningkatkan
pemberian cairan selama penggunaan allopurinol untuk menghindari terjadinya batu ginjal.
Bila terjadi gatal - gatal, anoreksia, serta berkurangnya berat badan, harus dilakukan
pemeriksaan fungsi hati.
.: Interaksi Obat :.
Allopurinol dapat meningkatkan toksisitas siklofosfamid dan sitotoksik lain. Allopurinol dapat
menghambat metabolisme obat di hati, misalnya warfarin. Allopurinol dapat meningkatkan
efek dari azathioprin dan merkaptopurin, sehingga dosis perhari dari obat-obat tersebut harus
dikurangi sebelum dilakukan pengobatan dengan allopurinol. Allopurinol dapat
memperpanjang waktu paruh klorpropamid dan meningkatkan risiko hipoglikemia, terutama
pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Efek allopurinol dapat diturunkan oleh
golongan salisilat dan urikosurik,seperti probenesid.
.: Lain-lain :.
Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu 15-30C.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER.

10. NATRIUM DIKLOFENAK


Indikasi:
Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing
spondilitis.
Kontra Indikasi:
- Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria atau alergi
pada pemberian aspirin atau NSAIA lain.
- Penderita tukak lambung.

Komposisi:
Natrium Diklofenak 25 mg Tablet Salut Enterik
Tiap tablet salut enterik mengandung: Natrium Diklofenak 25 mg.
Natrium Diklofenak 50 mg Tablet Salut Enterik
Tiap tablet salut enterik mengandung: Natrium Diklofenak 50 mg.
Cara Kerja Obat:
Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas anti inflamasi, analgesik dan
antipiretik. Aktivitas diklofenak dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga
pembentukan prostaglandin terhambat.
Efek Samping:
- Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare,
nausea, konstipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam,
pruritus dan tinitus.
- Peninggian enzim-enzim aminotransferase (SGOT, SGPT) hepatitis.
- Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia, leukopenia, anemia,
agranulositosis).
Peringatan dan Perhatian:
- Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung atau hipertensi, karena diklofenak
dapat menyebabkan retensi cairan dan edema.
- Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal, jantung, hati, penderita usia lanjut
dan penderita dengan luka atau perdarahan pada saluran pencernaan.
- Hindarkan penggunaan pada penderita porfiria hati.
- Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat menembus plasenta.
- Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena diklofenak diekskresikan melalui ASI.
- Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum diketahui dengan pasti.
Dosis dan Cara Pemakaian:
- Osteoartritis : 2 - 3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
- Reumatoid artritis : 3 - 4 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
- Ankilosing spondilitis : 4 kali sehari 25 mg ditambah 25 mg saat akan tidur.
Tablet harus ditelan utuh dengan air, sebelum makan.
Interaksi Obat:
- Penggunaan bersama aspirin akan menurunkan konsentrasi plasma dan AUC diklofenak.
- Diklofenak meningkatkan konsentrasi plasma digoksin, metotreksat, siklosporin dan litium
sehingga meningkatkan toksisitasnya.
- Diklofenak menurunkan aktivitas obat-obatan diuretik.

Kemasan:
Natrium Diklofenak 25 mg Tablet Salut Enterik
Dus berisi 5 strip @ 10 tablet
Natrium Diklofenak 50 mg Tablet Salut Enterik
Dus berisi 5 strip @ 10 tablet
Penyimpanan:
Simpan di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Jenis: Tablet

Anda mungkin juga menyukai