Anda di halaman 1dari 12

Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera
guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang
terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan
bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu
janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)
Kegawatdaruratan

neonatal

adalah

situasi

yang

membutuhkan

evaluasi

dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau,
2006).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim
medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan
yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.
.

2,9.1Prinsip Umum Penanganan Kasus Kegawatdaruratan


1.
Pastikan Jalan Napas Bebas

Harus diyakini bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau
makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan
dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga
badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah
agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia berbahaya dan dapat
memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu aliran darah balik ke jantung.
Jika posisi berbaring menyebabkan pasien merasa sesak napas, kemungkinan hla ini
dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian, tungkai diturunkan
dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan dalam paru-paru.
2.
Pemberian Oksigen
Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter / menit. Intubasi maupun ventilasi
tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas.
3.
Pemberian Cairan Intravena
Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi kalau
kemudian penambahan cairan dibutuhkan. Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik
jenis cairan, banyaknya cairan yang diberikan, dan kecepatan pemberian cairan harus sesuai
dengan diagnosis kasus. Misalnya pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang pada syok hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan
pada syok septik. Pada umumnya dipilih cairan isotonik, misalnya NaCl 0.9 % atau Ringer
Laktat. Jarum infus yang digunakan sebaiknya nomor 16-18 agar cairan dapat dimasukkan
secara cepat.
Pengukuran banyaknya cairan infus yang diberikan sangatlah penting. Berhati-hatilah
agar tidak berlebihan memberikan cairan intravena terlebih lagi pada syok septik. Setiap
tanda pembengkakan, napas pendek, dan pipi bengkak, kemungkinan adalah tanda kelebihan
pemberian cairan. Apabila hal ini terjadi, pemberian cairan dihentikan. Diuretika mungkin
harus diberikan bila terjadi edema paru-paru.
4.
Pemberian Tranfusi Darah
Pada kasus perdarahan yang banyak, terlebih lagi apabila disertai syok, transfusi
darah sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa penderita. Walaupun demikian, transfusi

darah bukan tanpa risiko dan bahkan dapat berakibat kompliksai yang berbahaya dan fatal.
Oleh karena itu, keputusan untuk memberikan transfusi darah harus dilakukan dengan sangat
hati-hati. Risiko yang serius berkaitan dengan transfusi darah mencakup penyebaran
mikroorganisme infeksius ( misalnya human immunodeficiency virus atau HIV dan virus
hepatitis), masalah yang berkaitan dengan imunologik ( misalnya hemolisis intravaskular),
dan kelebihan cairan dalam transfusi darah.
5.
Pasang Kateter Kandung Kemih
Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urin yang keluar guna
menulai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan danpengeluaran cairan tubuh. Lebih baik
dipakai kateter foley. Jika kateterisasi tidak mungkin dilakukan, urin ditampung dan dicatat
kemungkinan terdapat peningkatan konsesntrasi urin ( urin berwarna gelap) atau produksi
urin berkurang sampai tidak ada urin sama sekali. Jika produksi urin mula-mula rendah
kemudian semakin bertambah, hal ini menunjukan bahwa kondisi pasien membaik.
Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 mL/ jam.
6.
Pemberian Antibiotika
Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsi, syok
septik, cidera intraabdominal, dan perforasi uterus.
Pada kasus syok, pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat
menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena tidak
memungkinkan, obat dapat diberikan intramuskular. Pemberian antibiotika per oral diberikan
jika pemberian intra vena dan intramuskular tidak memungkinkan, yaitu jika pasien dalam
keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah infeksi yang belum timbul, tetapi
diantisipasi dapat terjadi sebagai komplikasi.
Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan infeksi pada
kasus tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi. Antibiotika diberikan dalam dosis tugngal, paling
banyak ialah 3 kali dosis. Sebaiknya profilaksis antibiotika diberikan setelah tali pusat diklem
untuk menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang diberikan dalam dosis
terapeutik selain menyalahi prinsip juga tidak perlu dan suatu pemborosan bagi si penderita.

Risiko penggunaan antibiotika berlebihan ialah retensi kuma, efek samping, toksisitas, reaksi
alergi, dan biaya yang tidak perlu dikeluarkan.
7.
Obat Pengurang Rasa Nyeri
Pada beberapa kasus kegawatdaruratan obstetri, penderita dapat mengalami rasa nyeri
yang membutuhkan pengobatan segera. Pemberian obat pengurang rasa nyeri jangan sampai
menyembunyikan gejala yang sangat penting untuk menentukan diagnosis. Hindarilah
pemberian antibiotika pada kasus yang dirujuk tanpa didampingi petugas kesehatan, terlebih
lagi petugas tanpa kemampuan untuk mengatasi depresi pernapasan.
8.
Penanganan Masalah Utama
Penyebab utama kasus kegawatdaruratan kasus harus ditentukan diagnosisnya dan
ditangani sampai tuntas secepatnya setelah kondisi pasien memungkinkan untuk segera
ditindak. Kalau tidak, kondisi kegawatdaruratan dapat timbul lagi dan bahkan mungkin dalam
kondisi yang lebih buruk.
9.

Rujukan
Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima tidak memadai untuk menyelesaikan

kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas kesehatan
lain yang lebih lengkap. Sebaiknya sebelum pasien dirujuk, fasilitas kesehatan yang akan
menerima rujukan dihubungi dan diberitahu terlebih dahulu sehingga persiapan penanganan
ataupun perawatan inap telah dilakukan dan diyakini rujukan kasusa tidak akan ditolak.
Berpikir Kritis
Asuhan kebidanan merupakan komponen dasar dalam mempertanggung jawabkan
profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis kebidanan menunjukkan kebiasaan mereka
dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa),
integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis
keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar,
prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Menurut para ahli (Pery dan Potter, 2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana
seseorang atau individu dituntut untuk mengintervensikan atau mengevaluasi informasi untuk

membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu


pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap
ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan.
Menutut Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan

pendapat atau fakta yang mutahir dan mengintervensikan serta

mengevaluasikan pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang


adanya perspektif pandangan baru.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
2.1.1 Karakteristik Berpikir Kritis
Krakteristik Berpikir Kritis adalah:
a. Konseptualisasi
Konsep tualisasi artinya : proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan
konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang
kejadian, objek atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran
abstrak yang digenerilisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
b. Rasional dan Beralasan
Rasional dan Beralasan artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis
dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
c. Reflektif
Reflektif artinya bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
presepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk
mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu. Fakta dan kejadian.
d. Bagian dari suatu sikap
Bagian daro suatu sikap yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil
pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih
buruk dibanding yang lain.
e. Kemandirian berpikir

Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran
dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat
dipercaya.
f. Berpikir adil dan terbuka
Berfikir adil dan terbuka yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan
kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
g. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis dingunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan,
mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
h. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis,
sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan
pendapat,resespek tehadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang
berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang diangapnya baik.
i. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai
kearah mana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.meskipun
sebuah argumen dapat disusun dari berapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai
kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarlisasi maka haruslah berdasarkan
relenfansi, keakuratan fakta-fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti tidak benas dari
logika yang keliru, logika yang konsisten dan pertimbangan yang matang.
j. Sudut pandang
Sudut pandang yaitu cara memandang atau menafkirkan dunia ini, yang akan
menentukan kontruksi makna.seseorang yang berfikir dengan kritis akan memandang sebuah
penomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
2.1.2 Sikap dan Keterampilan
1. Sikap Untuk Berpikir Kritis
Menurut Facionate (2006), individu menunjukkan kritisnya dikombinasikan dengan
kemampuan kognitif dan kecendrungan ()disposition) afektif untuk berpikir kritis.
Kecendrungan afektif pada seorang pemikir kritis meliputi rasa ingin tahu, sistematis,
bijaksana, mencari kebenaran, analitis, berpikiran terbuka, percaya diri dalam menyampaikan
alsan dan penilaian (scheffer & Rubenfeld, 2000). Berpikir kritis terjadi ketika individu

dengan kecendrungannya diperhadapkan dengan masalah yang sangat terjadi dengan data
yang tidak memadai dan mengembangkan suatu strategi untuk mencari solusinya (Rogal &
Young, 2008). Seseorang yang berpikir kritis akan memiliki sikap-sikap berikut ini (Paul
1998 dalam Christensen & Kenney, 2009):
1) Intellectual Humanity
Suatu kesadaran terhadap keterbatasan pengetahuan diri dan kepekaan diri terhadap
kemungkinan bias dan prasnagka. Perawata dan tenaga kesehatan sebaiknya tidak
mengklaim bahwa mereka mengetahui lebih banyak dari apa yang sebenarnya mereka
ketahui.
2) Intelectual Courage
Keinginan dan keterbukaan untuk mendengar dan secara jujur mengkaji ide-ide orang
lain, meskipun perawat sangat berlawanan dengan ide-ide tersebut.Membutuhkan
keberanian untuk mempertimbangkan dan mengkaji sudut pandang orang lain dan jujur
menimbang kekuatan dan kelemahan pendapat diri.
3) Intelectual Emphaty
Kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di posisi orang lain sehingga dapat
memahami pandangan dan jalur penalaran orang tersebut.
4) Intellectual Integrity
Keinginan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang baku dan sama terhadap
pengetahuan yang kita miliki yang kita terpakan terhadap pengetahuan yang dimiliki
oleh orang lain. Hal ini membutuhkan kejujuran untuk menelaah dan mengakui
kesalahan atau ketidakkonsistenan pikiran, penilaian dan tindakan diri.
5) Intellectual Perseverence
Keinginan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh meskipun sulit dan frustasi.
Banyak

waktu

dan

energi

mungkin

dibutuhkan

untuk

mendapatkan

dan

mempertimbagkan informasi baru dan membentuk wawasan baru.


6) Faith in Reason
Percaya pada diri sendiri dan keinginan untuk mencari pemikiran rasional dan percaya
bahwa orang lain juga mampu melakukan hal serupa
7) Intellectual Sense of Justice

Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan standar intelektual yang
sama, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan diri sendiri atau orang
lain.
2. Keterampilan dalam berpikir kritis
Teori belajar berpikir harus memberatkan pada usaha tenaga kesehatan untuk aktif
menganalisis dan memecahakan berbagai masalah yang ada di sekitar mereka termasuk
dalam proses belajar mereka, namun teori tersebut memerlukan keterampilan khusus untuk
dapat berpikir kritis, di bawah ini tahap dan keterampilan yang harus dikuasai oleh tenaga
kesesehatan agar dapat berpikir kritis.
Adapun keterampilan yang harus dikuasai dalam penggunaan metode berpikir kritis:
1) Keterampilan menganalisa
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan komponen-komponen agar
mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut tujuan
pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau
merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci.
Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca mengindentifikasi langkah-langkah
logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan.
Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis, diantaranya:
menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan,
memerinci, dsb.
2) Keterampilan mensintesis
Keterampilan mensintesis
keteramplian

menganallsis.

merupakan

keterampilan

Keterampilan

yang

mensintesis

berlawanan
adalah

dengan

keterampilan

menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.


Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang
diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak
dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi
kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol.
3) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah

Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian


baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis
sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran
pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini
bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam
permasalahan atau ruang lingkup baru.
4) Keterampilan menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain (Salam, 1988: 68). Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk
mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada
suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat
menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah
proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk
menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.
5) Keterampilan mengevaluasi dan menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu
dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar
memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu
(Harjasujana, 1987: 44). Menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi merupakan tahap
berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu
mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.

NO
1

Jenis Penyakit
Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi
telah keluar dari rahim
pada kehamilan kurang
dari 20 minggu.

Tanda dan Gejala


Perdarahan pervaginan
Pembukaan servik (-)
Nyeri perut bawah

Berfikir kritis
Penilaian awal
Pemberian Utero
tonika

Abortus Incomplit
sebagian hasil konsepsi
telah keluar dari rahim
dan masih ada yang
tertinggal.

Perdarahan pervaginan
ditambah pengeluaran
jaringan
Pembukaan servik (+)
Nyeri perut bawah

Penilaian awal
Pemasangan infus
Persipan rujukan
Rujuk ke RS untuk
Kuretage

Abortus Insifien
Abortus yang sedang
mengancam yang
ditandai dengan
serviks yang telah
mendatar, sedangkan
hasil konsepsi masih
berada lengkap di
dalam rahim..
Abortus Iminens
Abortus tingkat
permulaan, terjadi
perdarahan per
vaginam, sedangkan
jalan lahir masih
tertutup dan hasil
konsepsi masih baik di
dalam rahim.

Perdarahan pervaginan
Pembukaan servik (-)
Nyeri perut bawah

Penilian awal
Persiapan rujukan
Merujuk pat

Perdarahan pervaginan
Pembukaan servik (-)
Nyeri perut bawah

Penilaian awal
Istirahat baring
Bila perdarahan
banyak ke rumah sakit

Missed Abortion
Abortus yang ditandai
dengan embrio atau
fetus telah meninggal
dalam kandungan
sebelum kehamilan 20
minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya
masih dalam
kandungan.

Perdarahan pervaginan
Pembukaan servik (-)
Nyeri perut bawah
Kadang demam
Berbau busuk

Penilaian awal
Pemasangan infus
Persipan rujukan
Rujuk ke RS untuk
Kuretage

Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi
sebanyak tiga kali
berturut turut atau
lebih

Penilaian awal
Jelaskan keadaan
pasien
Pemasangan infus
Persiapan rujukan
Rujuk ke RS untuk
Kuretage
Edukasi untuk
penundaan kehamilan

Plasenta Previa Total atau


lengkap, yaitu pembukaan
mulut rahim untuk jalan
lahir benar-benar tertutup
oleh plasenta

perdarahan pada vagina di


trimester akhir kehamilan
rasa sakit dan kram

Penilaian awal
Jelaskan keadaan
pasien
Pemasangan infus
Persiapan rujukan
Rujuk ke RS

Plasenta Previa Parsial


atau sebagian, dimana
hanya bagian serviks
dalam saja yang tertutup
plasenta (internal serviks
saja)
Plasenta Previa Marginal,
berada pada tepi bukaan
serviks, atau biasa disebut
letak rendah, namun tidak
menutupi serviks.
8
Solusio plasenta
adalah lepasnya
plasenta dari dinding
rahim bagian dalam
sebelum proses
persalinan, baik
seluruhnya maupun
sebagian, dan
merupakan komplikasi
kehamilan yang serius
namun jarang terjadi.

Perdarahan post
partum didefinisikan
sebagai hilangnya 500
ml atau lebih darah

Nyeri punggung.

Kontraksi
berlangsung cepat.

Pendarahan pada
vagina.

Rahim terasa sakit.

Nyeri perut.

Kurang bergeraknya
bayi yang berada
dalam kandungan
atau tidak seperti
biasanya.

1.Atonia uteri
2. Laserasi Jalan lahir
3. Hematoma

Penilaian awal
Jelaskan keadaan
pasien
Pemasangan infus
Persiapkan donor
darah
Persiapan rujukan
Rujuk ke RS

Penilaian awal
Jelaskan keadaan
pasien
Pemasangan infus

setelah anak lahir

10
RETENSIO
PLASENTA
DAN SISA PLASENTA
(PLACENTAL REST)

1.
Perdarahan postpartum
dini dapat terjadi sebagai
2.
akibat tertinggalnya sisa
plasenta atau selaput janin.
3.

11

4. Lain-lain
Sisa plasenta atau selaput
janin yang menghalangi
kontraksi uterus, sehingga
masih ada pembuluh darah
yang tetap terbuka, Ruptura
uteri, Inversio uteri
b.
Etiologi perdarahan
postpartum lambat :
Tertinggalnya
sebagian plasenta
Subinvolusi di
daerah insersi plasenta
Dari luka bekas
seksio sesaria

Persiapkan donor
darah
Persiapan rujukan
Rujuk ke RS
Penilaian awal
Jelaskan keadaan
pasien
Pemasangan infus
Persiapkan donor
darah
Persiapan rujukan
Rujuk ke RS

Anda mungkin juga menyukai