LP Halusinasi
LP Halusinasi
c.
d.
Klien
merasakan
yang
sebetulnya
tidak
ada
(Damaiyanti, 2008).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan
dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal,
halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental
penderita yang teresepsi (Yosep, 2010).
e.
maladaptif
individu
yang
berada
dalam
rentang
respon
Respon Adaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten
dengan pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan sosial
Respon Transisi
Respon Maladaptif
Pikiran kadang
Kelainan pikiran/
menyimpang
delusi
Ilusi
Halusinasi
Reaksi emosional
Ketidakmampuan
berlebihan atau
untuk mengalami
berkurang
emosi
Perilaku aneh atau
Ketidakberaturan
tak ganjil
perilaku
GambarMenarik
1. Rentang
respon
halusinasi
diri
Isolasi sosial
Pikiran Logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
b.
Persepsi Akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.
c.
d.
Perilaku Sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu
tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
bertentangan dengan moral.
e.
Hubungan Sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengahtengah masyarakat.
Respon transisi merupakan respon diantara adaptif dan maladaptif.
b.
Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
c.
d.
e.
Menarik Diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
Kelainan Pikiran/Delusi
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
sosial.
b.
Halusinasi
d.
Ketidakberaturan Perilaku
Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
e.
Isolasi Sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.
C. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi pada halusinasi antara lain :
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri,
rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingku-ngannya.
3) Faktor Biokimia
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka dalam
tubuh
akan
dihasilkan
suatu
zat
yang
dapat
bersifat
pada
penyalahgunaan
zat
adiktif.
Hal
ini
agresif,
perilaku
kekerasan,
ketidakadekuatan
pengobatan.
D. Jenis-Jenis dari Halusinasi
Menurut (Maramis, 2005), halusinasi dapat diklasifikasikan menjadi
sepuluh yaitu :
a. Halusinasi penglihatan/visual, optic : Stimulus visual dalam bentuk
kilasan cahaya, gambar, geometris, gambar kartun, bayangan rumit
atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan
b.
d.
menyenangkan.
Halusinasi pengecap/gustatorik : Merasa/mengecap sesuatu seperti
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Bicara sendiri.
Senyum sendiri.
Ketawa sendiri.
Menggerakkan bibir tanpa suara.
Pergerakan mata yang cepat.
Respon verbal yang lambat.
Menarik diri dari orang lain.
Berusaha untuk menghindari orang lain.
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik.
l. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
m. Sulit berhubungan dengan orang lain.
n. Ekspresi muka tegang.
o. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
p. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
q. Tampak tremor dan berkeringat.
r. Perilaku panik.
s. Agitasi dan katatonik.
t. Curiga dan bermusuhan.
u. Bertindak merusak diri, orang lain, dan lingkungan.
v. Ketakutan.
w. Tidak dapat mengurus diri.
x. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
F. Fase-fase dari Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2007), fase-fase yang dialami oleh
individu dengan halusinasi, yaitu :
a. Fase Pertama/Comforting/Menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada
namun
c.
d.
Fase Keempat/Conquerting
Pasien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari
kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi, pasien
tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk
dengan halusinasinya. Pasien mungkin berada dalam dunia yang
menakutkan dalam waktu yang singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan
intervensi.
Perilaku klien pada fase keempat ini, yaitu :
1) Perilaku teror akibat panik.
2) Potensi kuat suicide (bunuh diri) atau homicide (membunuh
orang lain).
3) Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku
kekera-san, agitasi, menarik diri, atau katatonia.
4) Tidak mampu merespon terhadap perintah yang kompleks.
5) Tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
G. Penatalaksanaan Medis
Halusinasi termasuk ke dalam kelompok penyakit skizofrenia, maka
jenis penatalaksanaan medis yang biasa dilakukan, yaitu :
a. Psikofarmako
Psikofarmako adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya
untuk
mengurangi/menghilangkan
gejala
gangguan
jiwa.
gejala anemis.
Efek samping : Hipotensi, aritmis kordis, takikardi,
penglihatan kabur.
2) Tritopirazine (Stelazine)
a)
mg/hari.
b) Indikasi : Diberikan pada pasien gangguan mental
organik dan gejala spikotik yang menarik.
c) Efek samping : Gejala extrapiramidal.
3) Diazepam
a) Indikasi : Psikoneuronesis ansietas.
b) Efek samping : Mengantuk, mual, kadang-kadang
konstipasi.
4) Triheksifenidil HCL (Arxne)
a) Indikasi : Berbagai bentuk parkinsonisme.
b) Aturan pakai : Hari pertama diberikan 1 mg, hari ke 1
diberikan 2 mg/hari sehingga mencapai 6-10 mg/hari
yang diberikan 3-4 kali pada waktu makan.
5) Amitripilin (Laxori)
a) Indikasi : Dosis awal 75-100 mg/hari, pemulihan 25-75
mg/hari.
b) Aturan pakai : Diberikan pada klien dengan gejala
b.
meningkatkan
harga
diri
seseorang.
Terapi
okupasi
Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik. Upaya dalam psikoterapi
ini meliputi; memberikan rasa nyaman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang tenang, bersikap empati, menerima klien apa
adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaan
d.
f.
klien
dengan
gangguan
jiwa
dengan
perilaku
menggambarkan
tiga
generasi
yang
dapat
dukungan
kelompok,
kesehatan.
j. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
2) Daftar Masalah
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori
c. Isolasi sosial
d. Gangguan konsep diri
e. Ketidakefektifan koping individu
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam halusinasi adalah :
Gangguan persepsi sensori
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
persepsi sensori
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Hasil
TUM
:
Klien
memiliki persepsi
sensori
yang
akurat.
TUK 1
Setelah diberikan asuhan
Klien
dapat keperawatan selama 1 x
membina
15 menit, klien diharapkan
hubungan saling dapat:
1. Menunjukkan ekspresi
percaya.
wajah yang bersahabat.
2. Menunjukan
rasa
senang.
3. Ada kontak mata.
4. Mau berjabat tangan,
mau menyebut nama,
mau menjawab salam.
5. Mau
duduk
berdampingan dengan
perawat.
6. Mau
mengutarakan
masalah yang dihadapi.
TUK 2
Klien dapat
Intervensi
Rasional
mengenal
halusinasinya.
sendiri.
d. Bantu klien memilih dan melatih
cara memutus halusinasi secara
bertahap.
TUK 4
Klien dapat
dukungan dari
keluarga dalam
mengontrol
halusinasi.
TUK 5
Klien dapat
memanfaatkan
obat dengan 6
SP 4 (Support System)
Diskusikan dengan keluarga :
a. Gejala halusinasi yang dialami
klien.
b. Cara yang dapat dilakukan klien
dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
c. Cara merawat anggota keluarga
untuk memutus halusinasi di
rumah, beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama.
d. Beri informasi waktu follow up
atau kapan perlu mendapat
bantuan: halusinasi terkontrol dan
risiko mencederai orang lain.
Untuk
mengetahui
pengetahuan keluarga dan
meningkatkan
kemampuan
pengetahuan
tentang
halusinasi.
Untuk memberikan perhatian
kepada klien yang sakit dan
mempertahankan
penilaian
positif klien terhadap dirinya
sendiri.
klien
program
benar.
1. Penggunaan
obat
pada perawat dan merasakan
secara
benar,
manfaatnya.
c
Anjurkan klien bicara dengan
meliputi:
- Benar Obat
dokter tentang manfaat dan efek
- Benar Dosis
samping obat yang dirasakan.
- Benar Waktu
d Diskusikan akibat berhenti minum
- Benar
Cara
obat tanpa konsultasi.
Pemberian
- Benar Pasien
- Benar
Dokumentasi
2. Klien
dapat
menyebutkan
manfaat, dosis, dan
efek samping obat
3. Klien
dapat
memahami
akibat
berhenti minum obat
pengobatan.
Menilai
kemampuan
klien
dalam
pengobatannya sendiri.
Dengan mengetahui
efek
samping obat klien akan tahu
apa yang harus dilakukan
setelah minum obat.
Program pengobatan dapat
berjalan sesuai rencana.
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
disesuaikan dengan prioritas masalah yang telah disusun. Pelaksanaan
tindakan keperawatan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah
dibuat. Yang paling penting pelaksanaan mengacu pada intervensi yang
telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara
optimal
E. EVALUASI
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap
intervensi keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakantindakan keperawatan pada kriteria hasil.
Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu
yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau
tercapai sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari
berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien tidak. mau
mengungkapkan halusinasinya , klien tidak mau menyapa
perawat dan menjabat tangan perawat dan lain-lain.
3) Tujuan tidak tercapai
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2012. Model Praktek Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Maramis, W. F. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nasution, Saidah, S. 2003. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi
6. St. Louis: Mosby Year Book.
Mahasiswa
Pembimbing Akademik/CT
NIP. 196510081986031001