LK Lengkap
LK Lengkap
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
akan
mempengaruhi
peningkatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyusunan Lpaoran Kasus tentang fraktur diharapkan
agar mahasiswa lebih mengerti tentang fraktur.
2. Tujuan Khusus
1)
2)
3)
4)
fraktur
C. MANFAAT
1)
Bagi mahasiswa
Dengan adanya Laporan Kasus ini mahasiswa dapat mempelajari tentang askep
pada klien dengan fraktur sehingga memudahkan mahasiswa dalam belajar.
2)
Bagi Dosen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989).Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah
tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot
dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih
banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak (FKUI, 1995). Fraktur olecranon adalah fraktur yang
terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan
disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995).
2. Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
3. Klasifikasi
a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi
tiga derajat, yaitu :
1) Derajat I
luka kurang dari 1 cm
kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
Kontaminasi ringan.
2) Derajat II
Laserasi lebih dari 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
Fraktur komuniti sedang.
3) Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
c. Fraktur complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran
(bergeser dari posisi normal).
d. Fraktur incomplete
Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak
bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga
disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001)
4. Patofisiologi
Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu:
a. Fase hematum
Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur
Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat
b. Fase granulasi jaringan
4
c.
d.
Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan
oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993).
5.
6.
jaringan lunak.
c. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh padatrauma multiple).
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma.
e. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau
cedera hati.
7.
Penatalaksanaan
a. Fraktur Reduction
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali
secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan,
seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti
plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.
Peralatan traksi :
Menurut Doengoes (2000) fokus pengkajian pada pasien dengan fraktur adalah
sebagai berikut :
1) Aktifitas / istirahat
Tanda: keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari
pembengkakan jaringan dan nyeri).
2) Sirkulasi
6
fraktur.
2) Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi.
3) Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka, bedah perbaikan.
4) Dan lain-lain.
c. Intervensi Keperawatan
1) Manajemen Nyeri
a) Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,
musik,distraksi)
Ansietas
a) Tenangkan klien
b) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
BAB III
LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan pada Tn M dengan Fraktur
Di Ruang Rajawali II B
RSUP Dr. Kariadi Semarang
A. Pengkajian
Tgl. Pengkajian
Jam
Ruang
No. Rekam Medik
Praktikan
NIM
1. Identitas
Nama klien
Umur
Jenis kelamin
Suku/bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tgl. Masuk RS
Diagnosa medis
: 29 Agustus 2016
: 07.30 WIB
: Rajawali II B
: C600230
: Nathaya Enggar Ningrum
: P1337420614021
: Tn M
: 40 tahun
: laki laki
: Jawa/WNI
: islam
: SMA
: Buruh
: Kabupaten Demak
: 28 Agustus 2016 pukul 13.55 WIB
: Faktur os Femur dextra 1/3 proximal,
Fraktur os
dan
Nama
Umur
Hubungan dengan klien
Suku/bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: Ny S
: 38 tahun
: istri
: jawa/WNI
: islam
: SMP
: Ibu rumah tangga
: Kabupaten Demak
Riwayat Keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
kontainer, posisi tubuh klien terjepit oleh mobil yang tertabrak kontainer.
Kemudian klien dibawa di RSUD Demak ,klien tidak sadarkan diri .Penanganan
pertama spalk pada bagian kaki kanan. Kemudian klien dirujuk ke RSUP Dr
Kariadi.
Tampak fraktur bagian kaki dan juga tangan sebelah kanan mengalami
deformitas dan terdapat luka, selain itu juga terdapat luka pada pelipis sebelah
kanan karena mengalami benturan ringan. Klien dipasang infus RL 20 tpm pada
tangan kanan, pada hari pertama masuk RS klien diberikan oksigen 5 liter dengan
simple masker dan analgetik ketorolac selagi menunggu program dilakukannya
operasi ORIF.
b. Riwayat keperawatan yang lalu
Klien belum pernah memiliki penyakit yang membuat klien harus dirawat
inap di rumah sakit atau menjalani operasi apapun sebelumnya. Klien hanya
pernah mengalami penyakit ringan seperti demam, flu, atau diare.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Intake makanan: klien makan 3x sehari, nafsu makan cukup. Jenis makanan
yang dimakan adalah sayuran, bubur, ikan atau daging.
Intake cairan: Klien minum 4 gelas/hari, air putih.
A:
10
BB : 65 kg
IMT : 23,6
B: C:
Rambut hitam dan pertumbuhan rambut merata pada seluruh bagian kepala,
rambut tidak mudah dicabut.
D: 3x 1porsi makan setiap hari
c. Pola eliminasi
Klien melakukan BAK melalui selang DC, dalam 24 jam urine yang
dihasilkan adalah 400cc klien mengatakan sulit untuk kencing karena baru
pertama dipasang DC dan masih mengejan ketika mau BAK. Sedangkan BAB
dilakukan sekali dalam 2 hari. Keadaan feses, berwarna coklat dengan bau khas
dan konsistensi lembek.
d. Pola aktifitas latihan
0 : mandiri
1: alat bantu
3: tergantung total
Variabel
Skor
Riwayat jatuh : dalam perawatan ini atau 25
2.
3.
4.
5.
- Bedrest
Pemakaian obat iv tertentu
Gaya berjalan atau berpindah
-
gangguan
0
0
20
20
11
6.
Status mental
-
Sebelum sakit klien mengatakan bahwa klien mulai tidur malam sekitar jam
23.00 kemudian subuh jam 04.30 bangun untuk melaksanakan sholat subuh.
Selama sakit, klien tidur siang selama 2 jam dan tidur malam selama sekitar 6-7
f.
jam. Klien mengaku terkadang terbangun ketika malam hari karena nyeri.
Persepsi dan sensori
Terdapat gangguan nyeri:
P : ketika bagian ekstremitas digerakkan
Q : ditusuk
R : kaki kanan, pergelangan tangan kiri
S:6
T : datang dan pergi
Mata dapat dengan jelas melihat, lapang pandang normal, pupil reaktif
terhadap cahaya, Pendengaran tidak ada masalah, Klien masih bisa merasakan
rasa asin, manis, pahit, asam. Pengecapan klien masih normal.
Klien mengatakan dirinya sangat ingin dilakukan ORIF karena ingin cepat
sembuh, kembali kerumah dengan keadaan sehat, dan ingin kembali melakukan
aktifitas seperti biasa seperti sebelum masuk rumah sakit. Klien berorientasi dan
berhubungan baik dengan keluarga, petugas kesehatan dan pengunjung.
h. Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah menikah dan memiliki 3 anak , selama dirumah sakit klien
i.
j.
baik.
Pola mekanisme koping dan stres
Dari penuturan keluarga sebelum sakit pasien dalam memanajemen stress
keluarga
bersama , tetapi saat sakit klien merasa cemas dan stress mengenai kondisinya
saat ini.
k. Spiritual
12
Ekstremitas atas
Inspeksi
Palpasi
Morotik
Sensorik
Ekstremitas bawah
13
Inspeksi
Palpasi
Motorik
Hasil
Satuan
Hasil Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
10,6
32,6
10,9
216,0
4,4
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
juta/l
12,0-16,0
33-45
4,5-11,0
150-450
4,10-5,10
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
73,8
24,0
32,5
12,4
8,8
/um
Pg
g/dl
%
Fl
80,0-96,0
28,0-33,0
33,0-36,0
11,6-14,6
7,2-11,1
%
%
55.00-80.00
22.00-44.00
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Mmol/L
Mmol/L
70-115
15-40
0,6-0,9
134,0-147,0
3,50-5,20
detik
detik
9,4-11,3
detik
27,7-40,2
Neutrofil
86.00
Limfosit
9.00
KIMIA KLINIK
GDS
139
Ureum
25
Kreatinin
1,0
Natrium
132
Kalium
4,2
IMUNOLOGI
HBsAg
KOAGULASI
Plasma Prothrombin
Time (PPT)
Waktu Prothrombin
10,7
PPT
kontrol
partial10,7
Thrombolastin time (PTIK)
Waktu
36,0
Thromboplastin
APTT kontrol
32,8
detik
14
b. Hasil radiologi
1) Fraktur costa 2,3 lateral sinistra
2) Fraktus femur dextra 1/3 proximal cominute
3) Fraktur tulang ulnaris
Tanggal
29
Agustus
2016
Nama obat
-D
Asam mefenamat 500 mg PO
Infus RL 20tpm
Asam mefenamat 500 mg PO
Pagi
Sore
Malam
30
Agustus
2016
Asam mefenamat 500 mg PO
31
Agustus
2016
8-
15
Diagnosa
Tanggal
Keperawatan
Nyeri
Teratasi
No.
Tgl, jam
1.
29 Agustus DS :
akut
P : ketika ekstremitas fraktur
2016, 08.00
berhubungan dengan
di
gerakkan
WIB
kerusakan sekunder
Q : ditusuk
R : kaki kanan 1/3 tulangfraktur.
femur
,tangan
kiri
ulnaris.
S:6
T : datang dan pergi
DO :
Klien
tampak
kesakitan
TTD
tulang
meringis
ketika
bagian
29 Agustus DS :
Hambatan mobilitas
Klien
mengatakan
kaki
2016, 08.00
fisik
berhubungan
sebelah
kanan
nyeri
WIB
dengan
fraktur
,pergelangan tangan kiri nyeri
tulang femur dan
sehingga
sulit
untuk
ulna.
beraktifitas terutama aktifitas
yang melibatkan kaki dan
tangan .
DO :
Klien tampak hanya berdiam
diri di tempat tidur.
29 Agustus
2016, 09.00
WIB
DS :
Klien mengatakan
Kerusakan integritas
tidak
darah
dan
jaringan
berhubungan dengan
fraktur terbuka.
tangan
deformitas
kiri
tulang
dan
ulnaris
16
sinistra.
1.
17
Intervensi Keperawatan
No.
1.
Tgl, jam
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
TTD
Keperawatan
29 AgustusNyeri
akutSetelah dilakukan asuhan Monitor nyeri.
posisi
2016,
berhubungan
keperawatan selama 3 x Berikan
09.00 WIB dengan kerusakan24 jam, nyeri berkurang
nyaman.
Ajarkan
teknik
relaksasi.
Berkolaborasi
mengeluh nyeri.
Skala nyeri menurun
Klien
mengetahui
dengan
pemberian
berfungsi
analgetik.
untuk
mengurangi
mobilitas
menahan
fisikkeperawatan selama 3 x
terlihat
nyeri.
Setelah dilakukan asuhan Latih klien dalam
29 AgustusHambatan
dengan
rasa
tidak
meringis
2016,
mengenai
nyeri.
Klien tampak rileks
dan
2.
dokter
24
jam,
klien
pemenuhan
dapat
kebutuhan sehari-
frakturmelakukan
mobilitas
fisik
mandiri
secara
kemampuannya.
melakukan
jika diperlukan.
klien
Ajarkan
ADL
untuk
yang
diperlukan.
tidak
fraktur
merubah
bantuan
jika
setiap
dua
jam
sekali.
3.
29
Kerusakan
Agustus
integritas jaringanintegritas
2016,
berhubungan
jaringan Lakukan
frakturkeperawatan selama 3x
perawatan
hasil:
Tidak
luka
modern.
Berikan
teknik
posisi
yang mengurangi
ada
tanda-
tanda infeksi.
Menunjukkan adanya
proses penyembuhan
luka.
Luka tidak merembes
cairan dan darah.
B.
19
Implementasi Keperawatan
Diagnosa
No.
Tgl, Jam
Implementasi
Keperawatan
1.
29 AgustusNyeri
akutMemberikan
Respon Klien
TTD
posisiDS :
Pasien
mengatakan
2016, 09.00berhubungan
senyaman mungkin bagi
nyaman ketika posisi
WIB
dengan
pasien
semi fowler
kerusakan
DO :
sekunder fraktur.
Pasien tampak lebih
2.
29
Agustus
2016, 14.00
WIB
rileks
Memberikan obat asamDS :
Klien
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
setelah
mengatakan
berkurang
15
menit
minum obat .
DO :
Klien tampak lebih
rileks
dan
nyaman
29
Agustus
2016, 14.10
WIB
kesakitan.
Mengajarkan
klienDS :
Klien
mengatakan
teknik relaksasi nafas
relaksasi nafas dalam
dalam.
sedikit
mengurangi
nyeri , namun nyeri
timbul kembali
DO :
Klien
dapat
menirukan
dan
mempraktekan teknik
relaksasi nafas dalam
4.
29
Agustus
2016,
22.00WIB
dengan baik
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah
15
menit
minum obat .
DO :
Klien tampak lebih
20
rileks
dan
nyaman
30
Agustus
2016, 06.00
WIB
kesakitan.
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah minum obat .
Skala nyeri 5
DO :
Klien tampak lebih
rileks
.klien
6.
30
Agustus
2016, 14.00
WIB
dan
nyaman
merintih
kesakitan.
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah minum obat
.skala nyeri 4
DO :
Klien sedikit merintih
7.
30
Agustus
2016, 22.00
WIB
kesakitan.
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah minum obat
.skala nyeri 4
DO :
Klien sedikit merintih
8.
31
Agustus
2016, 06.00
WIB
kesakitan.
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah minum obat
.skala nyeri 4
DO :
Kliensedikit merintih
9.
31
Agustus
2015, 14.00
Monitor nyeri.
kesakitan.
DS :
Klien
mengatakan
21
WIB
skala
nyeri
4.klien
mengatakan relaksasi
nafas
dalam
sedikit
dapat
membantu
mengontrol nyeri
DO :
Klien tampak tidak
terlalu
menahan
relaksasi
nafas dalam
klienDS :
Klien
mengatakan
2016, 09.00mobilitas
fisikmengganti popok BAB,
lebih nyaman setelah
WIB
berhubungan
mengajarkan keluarga
diganti popok, dan
dengan frakturagar bisa mengganti
merasa lebih bersih
tulang ulna.
popok klien.
DO :
Klien tampak lebih
29
AgustusHambatan
Membantu
nyaman,
tidak
berbau.keluarga dapat
paham dan membantu
mengganti
13.
29
Agustus
2016, 09.10
WIB
popok
klien
Melakukan ROM aktifDS :
Klien
mengatakan
pada bagian yang tidak
anggota yang tidak
mengalami fraktur
mengalami
fraktur
tidak
lemah
mengatakan
dan
masih
gerakan
14.
29
Agustus
2016, 11.00
WIB
popok
klien,
dapat
membantu
klien
dalam membersihkan
diri,
dan
dapat
menyebutkan
tanda-
29
Agustus
minta ganti.
Memotivasi untuk tetapDS : Klien mengaku
2016, 12.00
mandiri
atau denganakan
WIB
bantuan
orang
belajar
lainmelakukan
aktifitas
dilakukan dan
tidak
mampu
bila
akan
29
Agustus
Mengajarkan
keluarga.
klienDS :
23
2016, 12.15
WIB
paham
mengaku
dan
terlihat
klien
setiap
miring
ke
disangga
bantal.
DO :
Gerakan
klien
minimal
saat
memiringkan badan ,
klien masih tampak
menahan
nyeri,
miring,
walaupun
hanya
sedikit
sekali
memiringkan
18.
19.
badannya.
29 AgustusKerusakan
Memonitor
keadaanDS :
Klien
mengatakan
2016, 09.00integritas
umum dan tanda-tanda
tidak sesak nafas,
WIB
jaringan
vital.
dapat terjaga.
berhubungan
DO :
dengan fraktur
KU: composmentis
TD: 120/80 mmHg
terbuka.
HR: 80 kali/menit
RR: 20 kali/menit
Suhu: 37,1oC
29 Agustus
Mengganti
balut
,DS :
Klien
mengatakan
2016, 09.00
perawatan luka fraktur
masih nyeri ketika
WIB
pada pergelangan tangan
diganti balut.
kiri.
DO :
Luka pada fraktur
terus
merembes
mengeluarkan cairan
24
dan
darah
sedikit-
sedikit,
verband
darah,
terlihat
berdiameter
sekitar
3cm.klien
tampak
menahan
nyeri
saat
balut.udem
20.
30
Agustus
2016, 09.00
WIB
luka
diganti
disekitar
luka, deformitas
Mengganti
balut
,DS :
Klien
mengatakan
perawatan luka fraktur
masih sedikit nyeri
pada pergelangan tangan
ketika diganti balut
kiri.
tapi
sudah
tidak
terlalu nyeri.
DO :
Verband klien tampak
basah, sudah mulai
terbentuk
sedikit
jaringan penyembuhn
luka. Tidak ada ada
tanda-tanda
infeksi,
30
Agustus
2016, 14.15
WIB
22.
31
Agustus
2016, 18.00
WIB
luka, deformitas.
keadaanDS :
Klien
mengatakan
umum dan tanda-tanda
tidak sesak nafas dan
vital.
dapat terjaga
DO :
KU: composmentis
TD: 120/70 mmHg
HR: 76 kali/menit
RR: 20 kali/menit
Suhu: 36,7oC
Mengobservasi keadaanDS :
Klien
mengatakan
balutan klien
balutan terasa kering
Memonitor
25
tampak
bersih
dan
rembes
.tidak
tanda-tanda
tidak
ada
infeksi,
31Agustus
Monitor
2016, 14.15
vital.
WIB
udem, deformitas
tanda-tandaTD: 110/80 mmHg
HR: 90 kali/menit
RR: 20 kali/menit
Suhu: 36,7oC
C.
26
Catatan Perkembangan
No
Tanggal, jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
TTD
1.
30 Agusus
Nyeri akut berhubungan S :klien mengaku nyeri sudah sedikit
2016, 14.30
dengan kerusakan
WIB
sekunder fraktur.
2.
29 Agusus
analgetik
Hambatan mobilitas fisik S : klien mengatakan sedikit aktifitas
2015, 08.00
berhubungan dengan
WIB
sinistra.
3.
31 Agusus
Kerusakan integritas
kelemahan.
A : masalah teratasi.
P : pertahankan keadaan.
S : klien mengatakan nyeri pada
2016, 15.00
jaringan berhubungan
WIB
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A.
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam klien menunjukkan peningkatan
ke arah perbaikan dengan ditunjukkan dengan kondisi pasien yang mengalami
penurunan skala dari 6 menjadi 5, kemudian klien juga telah bisa mengontrol nyeri
dengan cara relaksasi nafas dalam, klien juga bisa melakukan aktivitas dengan
bantuan keluarga, sebelumnya klien tidak bisa melakukan kegiatan apapun, Tanda
tanda vital klien juga dalam batas normal dan baik TD: 110/80 mmHg, HR: 90
28
kali/menit, RR: 20 kali/menit ,Suhu: 36,7 oC . Luka fraktur terbuka di tulang ulnaris
juga menunjukkan tanda-tanda yang baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
B.
SIMPULAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
DAFTAR PUSTAKA
29
Ajar
Asuhan
Keperawatan
Klien
gangguan
Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta.EGC
Oerswari, E. (1989). Bedah dan perawatannya. Jakarta: Gramedia.
Reksoprodjo S et al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara, 2002.
402-405.
Sjamsuhidajat, R., Jong, D. W. (1998). Buku ajar imu bedah, edisi revisi. Jakarta: EGC.
Suratun,dkk.(2008).Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta.EGC
Thomas,MarkA.(2011).Terapi dan rehabilitasi Fraktur.Jakarta.EGC
Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif &
Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Medika.
30