Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf


halusinasi

menuju industrialisasi tentunya

akan

mempengaruhi

peningkatan

mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi


peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi
masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah kesemrawutan arus
lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan
terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali
menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah
dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur
adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan
tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya
oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan
infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyusunan Lpaoran Kasus tentang fraktur diharapkan
agar mahasiswa lebih mengerti tentang fraktur.
2. Tujuan Khusus
1)

Mengetahui penyebab fraktur dan Manifestasi Klinis dari fraktur.

2)

Mengetahui penatalaksanaan fraktur.

3)

Mengetahui diagnosis fraktur .

4)

Mengetahui intervensi dan implementasi yang diberikan pada klien dengan

fraktur

C. MANFAAT

1)

Bagi mahasiswa

Dengan adanya Laporan Kasus ini mahasiswa dapat mempelajari tentang askep
pada klien dengan fraktur sehingga memudahkan mahasiswa dalam belajar.
2)

Bagi Dosen

Memudahkan dosen dalam memberikan materi perkuliahan karena mahasiswa telah


mendapatkan pengetahuan dasar dari pembuatan Laporan Kasus askep pada klien
dengan fraktur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR FRAKTUR
1. Pengertian

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989).Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah
tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot
dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih
banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak (FKUI, 1995). Fraktur olecranon adalah fraktur yang
terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan
disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995).
2. Etiologi

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :


1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan padakulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang

mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi


diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsiVitamin D atau
oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada

penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.


3

3. Klasifikasi
a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar.


b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang

dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi
tiga derajat, yaitu :
1) Derajat I
luka kurang dari 1 cm
kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
Kontaminasi ringan.
2) Derajat II
Laserasi lebih dari 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
Fraktur komuniti sedang.
3) Derajat III

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
c. Fraktur complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran
(bergeser dari posisi normal).
d. Fraktur incomplete

Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.


e. Jenis khusus fraktur
1. Bentuk garis patah
a) Garis patah melintang
b) Garis pata obliq
c) Garis patah spiral
d) Fraktur kompresi
e) Fraktur avulsi
2. Jumlah garis patah
a) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan
c) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.
3. Bergeser-tidak bergeser

Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak
bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga
disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001)
4. Patofisiologi
Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu:
a. Fase hematum
Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur
Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat
b. Fase granulasi jaringan
4

Terjadi 1 5 hari setelah injury


Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis
Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru

c.

d.

fogoblast dan osteoblast.


Fase formasi callus
Terjadi 6 10 harisetelah injuri
Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
Fase ossificasi
Mulai pada 2 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh
Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium
yang menyatukan tulang yang patah

e. Fase consolidasi dan remadelling

Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan
oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993).

5.

Tanda dan Gejala


a. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang
b. Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
c. Echumosis dari perdarahan subculaneous
d. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
e. Tenderness/keempukan
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan

6.

kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.


g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
h. Pergerakan abnormal
i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
j. Krepitasi
(Black, 1993).
Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung. Mengetahui
tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan
selama proses penyembuhan secara periodik
b. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak.
c. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler

d. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menrurun

(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh padatrauma multiple).
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma.
e. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau

cedera hati.

7.

Penatalaksanaan
a. Fraktur Reduction
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali
secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan,
seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti
plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.
Peralatan traksi :

Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek

Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.


b. Fraktur Immobilisasi
Pembalutan (gips)
Eksternal fiksasi
Internal fiksasi
Pemilihan fraksi
Pembedahan debridement dan irigrasi
Imunisasi tetanus
Terapi antibiotic prophylactic
Immobilisasi (Smeltzer, 2001).
8. Pathways (lampiran 1)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR
1. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Menurut Doengoes (2000) fokus pengkajian pada pasien dengan fraktur adalah
sebagai berikut :
1) Aktifitas / istirahat
Tanda: keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari
pembengkakan jaringan dan nyeri).
2) Sirkulasi
6

Tanda: hpertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau


ansietas) da hipotensi (kehilangan darah), takikardia (respon stress, hipovolemia)
penurunan nadi atau tidak ada nadi pada bagian yang cidera, pembengkakan
jaringan atau massa, hematoma pada sisi cidera.
3) Neurosensori
Gejala: hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, babas kesemutan.
Tanda: deformitas lokal angulasi, abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
(bunyi berderik), spasme otot, kelemahan atau kehilangan fungsi, agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri atau ansietas dan trauma lain).
4) Nyeri atau kenyamanan
Gejala: nyeri berat tiba-tiba saat cidera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan atau kerusakan tulang dapat berkurang pada immobilisasi), tidak ada nyeri
akibat kerusakan saraf, spasme atau kram otot (setelah immobilisasi).
5) Keamanan
Tanda: laserasi kulit, ovolsi jaringan, perdarahan, perubahan warna,
pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap

fraktur.
2) Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi.
3) Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka, bedah perbaikan.
4) Dan lain-lain.
c. Intervensi Keperawatan
1) Manajemen Nyeri
a) Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,

intensitas, dan faktor penyebab.


b) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak

dapat berkomunikasi secara efektif.


c) Berikan analgetik dengan tepat.
d) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
e) Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery,terapi
2)

musik,distraksi)
Ansietas
a) Tenangkan klien

b) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin

muncul pada saat melakukan tindakan


c) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.
d) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.
e) Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.
3) Gangguan integritas jaringan
a) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b) Monitor suhu tubuh
c) Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d) Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e) Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f) Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g) Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h) Kolaborasi emberian antibiotik.

BAB III
LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan pada Tn M dengan Fraktur
Di Ruang Rajawali II B
RSUP Dr. Kariadi Semarang
A. Pengkajian

Tgl. Pengkajian
Jam
Ruang
No. Rekam Medik
Praktikan
NIM
1. Identitas
Nama klien
Umur
Jenis kelamin
Suku/bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tgl. Masuk RS
Diagnosa medis

: 29 Agustus 2016
: 07.30 WIB
: Rajawali II B
: C600230
: Nathaya Enggar Ningrum
: P1337420614021
: Tn M
: 40 tahun
: laki laki
: Jawa/WNI
: islam
: SMA
: Buruh
: Kabupaten Demak
: 28 Agustus 2016 pukul 13.55 WIB
: Faktur os Femur dextra 1/3 proximal,

Fraktur os

dan

Fraktur os Costa 2,3 lateral sinistra


Penanggung jawab

Nama
Umur
Hubungan dengan klien
Suku/bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

: Ny S
: 38 tahun
: istri
: jawa/WNI
: islam
: SMP
: Ibu rumah tangga
: Kabupaten Demak

Riwayat Keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang

Pada tanggal 27 Agustus 2016 klien mengalami kecelakaan lalu lintas


Pukul 22.00 WIB di linglakar Demak. Klien mengendarai mobil pick up
,tabrakan terjadi ketika mobil melaju dari lampu merah dan tertabrak oleh mobil
9

kontainer, posisi tubuh klien terjepit oleh mobil yang tertabrak kontainer.
Kemudian klien dibawa di RSUD Demak ,klien tidak sadarkan diri .Penanganan
pertama spalk pada bagian kaki kanan. Kemudian klien dirujuk ke RSUP Dr
Kariadi.
Tampak fraktur bagian kaki dan juga tangan sebelah kanan mengalami
deformitas dan terdapat luka, selain itu juga terdapat luka pada pelipis sebelah
kanan karena mengalami benturan ringan. Klien dipasang infus RL 20 tpm pada
tangan kanan, pada hari pertama masuk RS klien diberikan oksigen 5 liter dengan
simple masker dan analgetik ketorolac selagi menunggu program dilakukannya
operasi ORIF.
b. Riwayat keperawatan yang lalu

Klien belum pernah memiliki penyakit yang membuat klien harus dirawat
inap di rumah sakit atau menjalani operasi apapun sebelumnya. Klien hanya
pernah mengalami penyakit ringan seperti demam, flu, atau diare.
c. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada penyakit kronis ataupun penyakit menurun di silsilah keluargaTn


M.
d. Kondisi saat ini:
Keadaan umum : composmentis
Keluhan utama : nyeri pada kaki kanan dan tangan kiri.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
HR : 80kali/menit.
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36oC
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 166 cm
2. Pola Fungsi
a. Pola manajemen kesehatan

Kliendan keluarga memandang kesehatan sanggat penting untuk dijaga.


Jika salah satu anggota keluarga merasakan sakit, demam, atau sekedar flu
biasanya klien memeriksakan diri ke puskesmas atau ke pelayanan kesehatan
terdekat klien juga terkadang membeli obatke warung atau apotek bila merasa
kurang enak badan.
b. Pola kebutuhan nutrisi dan cairan

Intake makanan: klien makan 3x sehari, nafsu makan cukup. Jenis makanan
yang dimakan adalah sayuran, bubur, ikan atau daging.
Intake cairan: Klien minum 4 gelas/hari, air putih.
A:

10

BB : 65 kg
IMT : 23,6
B: C:
Rambut hitam dan pertumbuhan rambut merata pada seluruh bagian kepala,
rambut tidak mudah dicabut.
D: 3x 1porsi makan setiap hari
c. Pola eliminasi

Klien melakukan BAK melalui selang DC, dalam 24 jam urine yang
dihasilkan adalah 400cc klien mengatakan sulit untuk kencing karena baru
pertama dipasang DC dan masih mengejan ketika mau BAK. Sedangkan BAB
dilakukan sekali dalam 2 hari. Keadaan feses, berwarna coklat dengan bau khas
dan konsistensi lembek.
d. Pola aktifitas latihan

Kemampuan perawatan diri


Makan / minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah / berjalan
Ambulasi / ROM
Keterangan:

0 : mandiri

1: alat bantu

2: dibantu orang lain

3: tergantung total

Pengkajian resiko jatuh


No
1.

Variabel
Skor
Riwayat jatuh : dalam perawatan ini atau 25

2.
3.

dalam 3 bulan terakhir


Punya diagnosa sekunder atau banding
Alat bantu mobilisasi

4.
5.

- Bedrest
Pemakaian obat iv tertentu
Gaya berjalan atau berpindah
-

gangguan

0
0
20
20
11

6.

Status mental
-

Berorientasi pada diri sendiri sadar0


penuh

Jumlah skor 65 , resiko tinggi jatuh


e. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit klien mengatakan bahwa klien mulai tidur malam sekitar jam
23.00 kemudian subuh jam 04.30 bangun untuk melaksanakan sholat subuh.
Selama sakit, klien tidur siang selama 2 jam dan tidur malam selama sekitar 6-7
f.

jam. Klien mengaku terkadang terbangun ketika malam hari karena nyeri.
Persepsi dan sensori
Terdapat gangguan nyeri:
P : ketika bagian ekstremitas digerakkan
Q : ditusuk
R : kaki kanan, pergelangan tangan kiri
S:6
T : datang dan pergi
Mata dapat dengan jelas melihat, lapang pandang normal, pupil reaktif
terhadap cahaya, Pendengaran tidak ada masalah, Klien masih bisa merasakan
rasa asin, manis, pahit, asam. Pengecapan klien masih normal.

g. Pola persepsi diri

Klien mengatakan dirinya sangat ingin dilakukan ORIF karena ingin cepat
sembuh, kembali kerumah dengan keadaan sehat, dan ingin kembali melakukan
aktifitas seperti biasa seperti sebelum masuk rumah sakit. Klien berorientasi dan
berhubungan baik dengan keluarga, petugas kesehatan dan pengunjung.
h. Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah menikah dan memiliki 3 anak , selama dirumah sakit klien
i.

mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan seksual.


Pola hubungan dan peran
Keluarga klien mengatakan selama ini tidak ada masalah dalam keluarga
baik kepada istri maupun anaknya. Saat klien dirawatpun keluarga terutama istri
senantiasa mendampingi , klien merupakan sosok suami dan Ayah yang sangat

j.

baik.
Pola mekanisme koping dan stres
Dari penuturan keluarga sebelum sakit pasien dalam memanajemen stress
keluarga

membiasakan pergi bersama atau hanya sekedar menonton TV

bersama , tetapi saat sakit klien merasa cemas dan stress mengenai kondisinya
saat ini.
k. Spiritual
12

Klien dan keluarga beragama islam. Klien mengalami hambatan dalam


beribadah saat ini.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut hitam pendek, penyebaran rambut merata
dan tidak mudah dicabut, kebersihan kepala baik, terdapat jahitan pada pelipis
sebelah kiri dengan panjang jahitan sekitar 5 cm, jahitan terlihat sudah mulai
mengering.
b. Telinga
Telinga simetris, terdapat sedikit serumen, tidak nampak massa.
c. Mata
Tidak terdapat ikterik pada sklera, tidak strasbismus, konjungtiva tidak
anemis, reflek cahaya positif , terjadi udem plabebra pada mata sebelah kanan.
d. Hidung
Simetris kiri dan kanan, hidung bersih, tidak ada polip.
e. Mulut
Bibir kering, bibir mengalami udem pada bagian bibir atas sebelah kanan,
gigi terdapat karies sedikit kotor, mulut dan lidah bersih.
f. Leher
Letak trakhea simetris, tidak terdapat benjolan.
g. Dada
Inspeksi : dada simetris, gerak dada tidak simetris saat dilakukan ekspirasi dan
inspirasi, iktus kordis tidak nampak.
Palpasi : Palpasi sedang pasien mengeluh nyeri
Perkusi :
Auskultasi :
h. Abdomen
Inspeksi : perut tampak rata.
Auskultasi : peristaltik 12 kali/menit.
Palpasi : teraba supel, hepar tidak teraba, dan tidak teraba massa.
Perkusi : suara timpani.
i. Ekskremitas

Ekstremitas atas

Inspeksi

: Fraktur pergelangan tangan kiri dengan lesi terbuka, terpasang


infus RL 20tpm pada tangan kanan,verband tampak rembes
cairan dan darah.

Palpasi

: Terdapat nyeri tekan pada area fraktur

Morotik

: Tangan kiri tidak dapat digerakkan, tangan kanan masih bisa


digerakkan

Sensorik

: Klien dapat membedakan nyeri, sentuhan dan suhu

Ekstremitas bawah
13

Inspeksi

: Fraktur pada kaki kanan

Palpasi

: Terdapat nyeri tekan pada kaki kanan

Motorik

: Kaki kanan tidak dapat digerakkan, kaki kiri masih dapat


digerakkan

Sensorik : Klien dapat membedakan nyeri, sentuhan dan suhu


4. Data Lain
a. Terapi obat:
Asam mefenamat 500 mg/8 jam, per oral.
5. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Agustus 2016 pukul 11:15


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Hasil Normal

HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

10,6
32,6
10,9
216,0
4,4

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
juta/l

12,0-16,0
33-45
4,5-11,0
150-450
4,10-5,10

MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV

73,8
24,0
32,5
12,4
8,8

/um
Pg
g/dl
%
Fl

80,0-96,0
28,0-33,0
33,0-36,0
11,6-14,6
7,2-11,1

%
%

55.00-80.00
22.00-44.00

mg/dl
mg/dl
mg/dl
Mmol/L
Mmol/L

70-115
15-40
0,6-0,9
134,0-147,0
3,50-5,20

detik
detik

9,4-11,3

detik

27,7-40,2

Neutrofil
86.00
Limfosit
9.00
KIMIA KLINIK
GDS
139
Ureum
25
Kreatinin
1,0
Natrium
132
Kalium
4,2
IMUNOLOGI
HBsAg
KOAGULASI
Plasma Prothrombin
Time (PPT)
Waktu Prothrombin
10,7
PPT
kontrol
partial10,7
Thrombolastin time (PTIK)
Waktu
36,0
Thromboplastin
APTT kontrol
32,8

detik

14

b. Hasil radiologi
1) Fraktur costa 2,3 lateral sinistra
2) Fraktus femur dextra 1/3 proximal cominute
3) Fraktur tulang ulnaris

c. Terapi pemberian obat

Tanggal
29
Agustus
2016

Nama obat
-D
Asam mefenamat 500 mg PO
Infus RL 20tpm
Asam mefenamat 500 mg PO

Pagi

Sore

Malam

30
Agustus

2016
Asam mefenamat 500 mg PO
31
Agustus
2016
8-

15

Daftar Masalah dan Diagnosa Keperawatan


Data Fokus

Diagnosa

Tanggal

Keperawatan
Nyeri

Teratasi

No.

Tgl, jam

1.

29 Agustus DS :
akut
P : ketika ekstremitas fraktur
2016, 08.00
berhubungan dengan
di
gerakkan
WIB
kerusakan sekunder
Q : ditusuk
R : kaki kanan 1/3 tulangfraktur.
femur

,tangan

kiri

ulnaris.
S:6
T : datang dan pergi
DO :
Klien
tampak
kesakitan

TTD

tulang

meringis

ketika

bagian

fraktur digeser atau diangkat.


2.

29 Agustus DS :
Hambatan mobilitas
Klien
mengatakan
kaki
2016, 08.00
fisik
berhubungan
sebelah
kanan
nyeri
WIB
dengan
fraktur
,pergelangan tangan kiri nyeri
tulang femur dan
sehingga
sulit
untuk
ulna.
beraktifitas terutama aktifitas
yang melibatkan kaki dan
tangan .
DO :
Klien tampak hanya berdiam
diri di tempat tidur.

29 Agustus
2016, 09.00
WIB

DS :
Klien mengatakan

Kerusakan integritas
tidak

nyaman karena luka selalu


mengeluarkan

darah

dan

jaringan
berhubungan dengan
fraktur terbuka.

cairan sampai merembes ke


verband
DO :
Tampak diskontinuitas kulit
pada

tangan

deformitas

kiri

tulang

dan
ulnaris
16

sinistra.

1.

17

Intervensi Keperawatan
No.
1.

Tgl, jam

Diagnosa

Tujuan
Intervensi
TTD
Keperawatan
29 AgustusNyeri
akutSetelah dilakukan asuhan Monitor nyeri.
posisi
2016,
berhubungan
keperawatan selama 3 x Berikan
09.00 WIB dengan kerusakan24 jam, nyeri berkurang

nyaman.

Ajarkan

sekunder fraktur. dengan kriteria hasil:


Klien
tidak
lagi

teknik

relaksasi.

Berkolaborasi

mengeluh nyeri.
Skala nyeri menurun
Klien
mengetahui

dengan

teknik relaksasi yang

pemberian

berfungsi

analgetik.

untuk

mengurangi

mobilitas

menahan

fisikkeperawatan selama 3 x

09.00 WIB berhubungan


tulang ulna.

terlihat

nyeri.
Setelah dilakukan asuhan Latih klien dalam

29 AgustusHambatan

dengan

rasa

tidak

meringis

2016,

mengenai

nyeri.
Klien tampak rileks
dan

2.

dokter

24

jam,

klien

pemenuhan

dapat

kebutuhan sehari-

frakturmelakukan

mobilitas

hari sesuai dengan

fisik

mandiri

secara

kemampuannya.

Berikan alat bantu

dengan kriteria hasil:


Klien
dapat

melakukan

jika diperlukan.
klien

Ajarkan

ADL

dengan bantuan alat

untuk

atau orang lain .


Bagian ekstremitas

posisi dan berikan

yang

diperlukan.

tidak

fraktur

merubah

bantuan

jika

tetap berfungsi tanpa Latih ROM aktif


Mobilisasi
klien
terjadi kelemahan.

setiap

dua

jam

sekali.
3.

29

Kerusakan

Tidak lagi ada kerusakan Observasi luka.


18

Agustus

integritas jaringanintegritas

2016,

berhubungan

09.00 WIB dengan


terbuka.

jaringan Lakukan

setelah dilakukan asuhan

frakturkeperawatan selama 3x

perawatan

hasil:
Tidak

luka

modern.

Berikan

24 jam dengan kriteria

teknik

posisi

yang mengurangi
ada

tanda-

tekanan pada luka.

tanda infeksi.
Menunjukkan adanya
proses penyembuhan

luka.
Luka tidak merembes
cairan dan darah.

B.

19

Implementasi Keperawatan
Diagnosa
No.
Tgl, Jam
Implementasi
Keperawatan
1.
29 AgustusNyeri
akutMemberikan

Respon Klien

TTD

posisiDS :
Pasien
mengatakan
2016, 09.00berhubungan
senyaman mungkin bagi
nyaman ketika posisi
WIB
dengan
pasien
semi fowler
kerusakan
DO :
sekunder fraktur.
Pasien tampak lebih

2.

29

Agustus

2016, 14.00
WIB

rileks
Memberikan obat asamDS :
Klien
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
setelah

mengatakan
berkurang
15

menit

minum obat .
DO :
Klien tampak lebih
rileks

dan

nyaman

.klien tidak merintih


3.

29

Agustus

2016, 14.10
WIB

kesakitan.
Mengajarkan
klienDS :
Klien
mengatakan
teknik relaksasi nafas
relaksasi nafas dalam
dalam.
sedikit
mengurangi
nyeri , namun nyeri
timbul kembali
DO :
Klien
dapat
menirukan

dan

mempraktekan teknik
relaksasi nafas dalam
4.

29

Agustus

2016,
22.00WIB

dengan baik
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah

15

menit

minum obat .
DO :
Klien tampak lebih
20

rileks

dan

nyaman

.klien tidak merintih


5.

30

Agustus

2016, 06.00
WIB

kesakitan.
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah minum obat .
Skala nyeri 5
DO :
Klien tampak lebih
rileks
.klien

6.

30

Agustus

2016, 14.00
WIB

dan

nyaman
merintih

kesakitan.
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah minum obat
.skala nyeri 4
DO :
Klien sedikit merintih

7.

30

Agustus

2016, 22.00
WIB

kesakitan.
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah minum obat
.skala nyeri 4
DO :
Klien sedikit merintih

8.

31

Agustus

2016, 06.00
WIB

kesakitan.
Memberikan obat asamDS :
Klien
mengatakan
mefenamat 500 mg PO.
Nyeri
berkurang
setelah minum obat
.skala nyeri 4
DO :
Kliensedikit merintih

9.

31

Agustus

2015, 14.00

Monitor nyeri.

kesakitan.
DS :
Klien
mengatakan

21

WIB

skala

nyeri

4.klien

mengatakan relaksasi
nafas

dalam

sedikit

dapat

membantu

mengontrol nyeri
DO :
Klien tampak tidak
terlalu

menahan

sakit ,klien tampak


bisa mengontrol nyeri
dengan
12.

relaksasi

nafas dalam
klienDS :
Klien
mengatakan
2016, 09.00mobilitas
fisikmengganti popok BAB,
lebih nyaman setelah
WIB
berhubungan
mengajarkan keluarga
diganti popok, dan
dengan frakturagar bisa mengganti
merasa lebih bersih
tulang ulna.
popok klien.
DO :
Klien tampak lebih
29

AgustusHambatan

Membantu

nyaman,

tidak

berbau.keluarga dapat
paham dan membantu
mengganti
13.

29

Agustus

2016, 09.10
WIB

popok

klien
Melakukan ROM aktifDS :
Klien
mengatakan
pada bagian yang tidak
anggota yang tidak
mengalami fraktur
mengalami
fraktur
tidak

lemah

mengatakan

dan
masih

berfungsi dengan baik


dapat digerakkan.
DO :
Klien tampak dapat
mengikuti

gerakan

ROM aktif dengan


baik.
22

14.

29

Agustus

2016, 11.00
WIB

Meminta keluarga klienDS :


Keluarga mengatakan
untuk membantu klien
selalu
membantu
dalam
memenuhi
kebutuhan
klien
kebutuhan sehari-hari ,
dalam makan maupun
makan,
mengajarkan
membersihkan diri,
personal hygiene sesuai
keluarga mengatakan
keadaan
jelas dengan kondisi
klien,memberitahu
verband klien di
keluarga untuk tetap
bagian pergelangan
menjaga verband dalam
tangan kiri yang
keadaan kering dan
selalu
merembes
bersih.
darah dan cairan.
DO :
Keluarga klien dapat
mengganti

popok

klien,

dapat

membantu

klien

dalam membersihkan
diri,

dan

dapat

menyebutkan

tanda-

tanda verband harus


15.

29

Agustus

minta ganti.
Memotivasi untuk tetapDS : Klien mengaku

2016, 12.00

mandiri

atau denganakan

WIB

bantuan

orang

belajar

lainmelakukan

aktifitas

dengan kondisi fisiknyamandiri yang mampu


yang sekarang ini.

dilakukan dan
tidak

mampu

bila
akan

meminta bantuan dari


keluarga .
DO :
Klien terlihat makan
dibantu disuapi oleh
17.

29

Agustus

Mengajarkan

keluarga.
klienDS :
23

2016, 12.15

untuk tirah baring setiapKlien

WIB

dua jam sekali.

paham

mengaku
dan

terlihat

klien
setiap

beberapa jam sekali


sedikit

miring

ke

kanan atau ke kiri


dengan

disangga

bantal.
DO :
Gerakan

klien

minimal

saat

memiringkan badan ,
klien masih tampak
menahan

nyeri,

namun klien mampu


sedikit

miring,

walaupun

hanya

sedikit

sekali

memiringkan
18.

19.

badannya.
29 AgustusKerusakan
Memonitor
keadaanDS :
Klien
mengatakan
2016, 09.00integritas
umum dan tanda-tanda
tidak sesak nafas,
WIB
jaringan
vital.
dapat terjaga.
berhubungan
DO :
dengan fraktur
KU: composmentis
TD: 120/80 mmHg
terbuka.
HR: 80 kali/menit
RR: 20 kali/menit
Suhu: 37,1oC
29 Agustus
Mengganti
balut
,DS :
Klien
mengatakan
2016, 09.00
perawatan luka fraktur
masih nyeri ketika
WIB
pada pergelangan tangan
diganti balut.
kiri.
DO :
Luka pada fraktur
terus

merembes

mengeluarkan cairan
24

dan

darah

sedikit-

sedikit,

verband

tampak kuning dan


ada

darah,

terlihat

berdiameter

sekitar

3cm.klien

tampak

menahan

nyeri

saat

balut.udem
20.

30

Agustus

2016, 09.00
WIB

luka

diganti
disekitar

luka, deformitas
Mengganti
balut
,DS :
Klien
mengatakan
perawatan luka fraktur
masih sedikit nyeri
pada pergelangan tangan
ketika diganti balut
kiri.
tapi
sudah
tidak
terlalu nyeri.
DO :
Verband klien tampak
basah, sudah mulai
terbentuk

sedikit

jaringan penyembuhn
luka. Tidak ada ada
tanda-tanda

infeksi,

masih udem disekitar


21.

30

Agustus

2016, 14.15
WIB

22.

31

Agustus

2016, 18.00
WIB

luka, deformitas.
keadaanDS :
Klien
mengatakan
umum dan tanda-tanda
tidak sesak nafas dan
vital.
dapat terjaga
DO :
KU: composmentis
TD: 120/70 mmHg
HR: 76 kali/menit
RR: 20 kali/menit
Suhu: 36,7oC
Mengobservasi keadaanDS :
Klien
mengatakan
balutan klien
balutan terasa kering
Memonitor

25

dan nyaman karena


tidak merembes darah
dan cairan
DO :
Balutan

tampak

bersih

dan

rembes

.tidak

tanda-tanda

tidak
ada

infeksi,

masih terdapat sedikit


26.

31Agustus

Monitor

2016, 14.15

vital.

WIB

udem, deformitas
tanda-tandaTD: 110/80 mmHg
HR: 90 kali/menit
RR: 20 kali/menit
Suhu: 36,7oC

C.

26

Catatan Perkembangan
No
Tanggal, jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
TTD
1.
30 Agusus
Nyeri akut berhubungan S :klien mengaku nyeri sudah sedikit
2016, 14.30

dengan kerusakan

berkurang namun hanya setelah diberi

WIB

sekunder fraktur.

obat,klien merasa nyeri sedikit


berkurang ketika relaksasi nafas
dalam
O : skala nyeri 5,klien masih tampak
meringis menahan nyeri
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi pemberian

2.

29 Agusus

analgetik
Hambatan mobilitas fisik S : klien mengatakan sedikit aktifitas

2015, 08.00

berhubungan dengan

seperti makan BAB merawat

WIB

fraktur tulang ulnaris

kebersihan (personal hygiene) dapat

sinistra.

dilakukan dengan bantuan keluarga.


O : ADL klien tampak dibantu
keluarga.bagian ekstremitas yang tidak
terkena fraktur tmpak dapat bergerak
dan berfungsi dengan baik tanpa ada

3.

31 Agusus

Kerusakan integritas

kelemahan.
A : masalah teratasi.
P : pertahankan keadaan.
S : klien mengatakan nyeri pada

2016, 15.00

jaringan berhubungan

bagian luka di fraktur pergelangan

WIB

dengan fraktur terbuka. tangan kiri, setelah dilakukan ganti


balut dan perawatan luka klien
mengatakan lebih nyaman.
O : Verband tampak kering dan tidak
ada rembesan darah atau cairan
lain.tidak ada tanda-tanda infeksi ,
masih ada edem di sekitar luka,
deformitas
.
TD: 110/80 mmHg
HR: 90 kali/menit
RR: 20 kali/menit
Suhu: 36,7oC
A : masalah teratasi sebagian.
27

P : lanjutkan intervensi merawat luka.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A.

PEMBAHASAN
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam klien menunjukkan peningkatan
ke arah perbaikan dengan ditunjukkan dengan kondisi pasien yang mengalami
penurunan skala dari 6 menjadi 5, kemudian klien juga telah bisa mengontrol nyeri
dengan cara relaksasi nafas dalam, klien juga bisa melakukan aktivitas dengan
bantuan keluarga, sebelumnya klien tidak bisa melakukan kegiatan apapun, Tanda
tanda vital klien juga dalam batas normal dan baik TD: 110/80 mmHg, HR: 90
28

kali/menit, RR: 20 kali/menit ,Suhu: 36,7 oC . Luka fraktur terbuka di tulang ulnaris
juga menunjukkan tanda-tanda yang baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
B.

SIMPULAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).Fraktur tertutup


adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah
fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi
(Sjamsuhidajat, 1999).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih
banyak dialami oleh laki-laki dewasa.

DAFTAR PUSTAKA
29

FKUI. (1995). Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.


Muttaqin,Arif.(2008).Buku

Ajar

Asuhan

Keperawatan

Klien

gangguan

Sistem

Muskuloskeletal.Jakarta.EGC
Oerswari, E. (1989). Bedah dan perawatannya. Jakarta: Gramedia.
Reksoprodjo S et al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara, 2002.
402-405.
Sjamsuhidajat, R., Jong, D. W. (1998). Buku ajar imu bedah, edisi revisi. Jakarta: EGC.
Suratun,dkk.(2008).Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta.EGC
Thomas,MarkA.(2011).Terapi dan rehabilitasi Fraktur.Jakarta.EGC
Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif &
Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Medika.

30

Anda mungkin juga menyukai