Anda di halaman 1dari 13

SILABUS MATA PELAJARAN

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


(SMP)

MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JAKARTA, 2016DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Rasional
B. Kompetensi Setelah Mempelajari Pendidikan Agama Buddha dan

Budi Pekerti di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah


C. Kompetensi Setelah Mempelajari Pendidikan Agama Buddha dan
Budi Pekerti di Sekolah Dasar
D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti Sekolah Menengah Pertama
E. Pembelajaran dan Penilaian
F. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai dengan Kondisi Lingkungan
dan Peserta Didik
II. KOMPETENSI DASAR, MATERI, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.
B.
C.

Kelas VII
Kelas VII
Kelas IX

1
2
3
4
6
7

9
9
10
12

I.

PENDAHULUAN

A. Rasional

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Hal tersebut diwujudkan melalui
proses
pembelajaran pada satuan pendidikan yang diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam pendidikan agama Buddha, pendidikan diartikan suatu hal yang dilatih
untuk menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan sesuai dengan
ajaran agama Buddha. Dalam melaksanakan pendidikan pasti memiliki tujuan,
baik tujuan dalam menjalankan hidup maupun tujuan dari pendidikan agama
Buddha itu sendiri.
Pendidikan berasal dari istilah latihan (sikkh), tersirat bahwa pendidikan
merupakan proses belajar, latihan pelajaran, mempelajari, mengembangkan,
dan pencapaian penerangan. Pada istilah ini termasuk juga disiplin moral (sla),
konsentrasi (samdhi), dan kebijaksanaan (paa) yang dilaksanakan untuk
mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin sehingga dapat
mencapai nibbna. Disiplin moral dilakukan terus menerus dengan perhatian
pendidikan sebagai sifat fungsional dari latihan, praktik, dan kemajuan setahap
demi setahap. Dengan demikian pendidikan agama Buddha berperan aktif dalam
mengikis sifat intoleran, radikalisme, fanatisme sempit, dan eksklusivisme.
Sebaliknya, agama Buddha menekankan pengembangan tolerensi, inklusif, dan
pluralis.
Pendidikan dalam agama Buddha didasarkan pada empat kebenaran mulia
(cattriariya saccni), yaitu mengidentifikasi adanya dukkha, sebab dukkha,
terhentinya dukkha, dan jalan terhentinya dukkha. Dari rumusan ini Buddha
memberikan petunjuk bagaimana sebaiknya mengatasi masalah secara
sistematis. Mengatasi masalah secara sistematis menunjukkan ada suatu nilai
pendidikan yaitu dari mengidentifikasi adanya penderitaan, asal penderitaan,
terhentinya penderitaan dapat dihasilkan pengalaman mengatasi penderitaan.
Pengalaman mengatasi penderitaan ini, bisa diartikan sebagai ilmu atau
pengalaman baru dari proses pembelajaran mengatasi penderitaan.
Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dilakukan dalam
rangka mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Sikap spiritual dan sikap sosial dikembangkan melalui kegiatan
pembelajaran pembelajaran langsung (direct teaching) maupun tidak langsung
(indirect teaching).
Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format
dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman
namun
lingkup
dan
substansinya
tidak
berkurang,
serta
tetap
mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya.
Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain,
dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah
dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable),
dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan
dan kelanjutan pendidikan peserta didik.
3

Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi


Pekerti dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup bersama secara
damai dan harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran
dilaksanakan berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler,
dan/atau ekstrakurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan
untuk mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagai
taman yang menyenangkan untuk tumbuh berkembangnya sikap, pengetahuan,
dan keterampilan, peserta didik yang menempatkan pengetahuan sebagai
perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.
Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format
dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman
namun
lingkup
dan
substansinya
tidak
berkurang,
serta
tetap
mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya.
Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain,
dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah
dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable),
dan bermakna untuk dipelajari (worth to be learned) sebagai bekal untuk
kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta
mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut,
komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pemebelajaran, dan
kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus
merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran
tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat
mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masingmasing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif
dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan
metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.
B.

Kompetensi Setelah Mempelajari Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti di


Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti di sekolah diharapkan dapat
menjadi sarana bagi peserta didik untuk mengembangakan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sebagai berikut ini.

C. Kompetensi Setelah Mempelajari Pendidikan Agama Buddha dan Budi

Pekerti di Sekolah Menengah Pertama


Kompetensi Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah
Pertama seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini.

Kelas VII IX
1. Mengembangkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengembangkan keyakinan terhadap Triratna, Arahat, Bodhisattva, dan Nibbna
3. Memiliki keyakinan tentang hukum kebenaran sebagai hukum alam yang bersifat
mutlak
4. Melakukan puja bakti dan membaca kitab suci serta mengerti artinya dengan baik dan
benar
5. Meniliki kemampuan untuk mengembangkan meditasi melalui nilai-nilai luhur dalam
bertutur, berbuat dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari
6. Memiliki kemampuan mengembang kan berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk
memecahkan masalah
7. Mengembangkan sifat, sikap, kepribadian, kehidupan Buddha dan para siswa utama
Buddha dalam mewujudkan toleransi beragama, bermasyarakat dan berbangsa.
8. Memahami nilai-nilai sejarah perkembangan dan lambang-lambang agama Buddha
9. Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan di SMA
D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti diberikan sejak SD sampai SMA/K
sebagai mata pelajaran dan nilai-nilai yang terintegrasi dalam proses
pembelajaran di sekolah. Nilai-nilai tersebut diperkuat melalui pengkondisian
aktivitas peserta didik di lingkungan sekolah, keluarga, dna masyarakat. Pada
jenjang SMP, Kurikulum Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
dikembangkan untuk mengembangkan praktik-praktik dalam pengamalan
ajaran agama dan budi pekerti peserta didik.
Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
SMP Kelas VII s.d. IX mengikuti elemen pengorganisasi Kompetensi Dasar yaitu
Kompetensi Inti. Kompetensi Inti pada kelas VII s.d. IX sperti terlihat pada
Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
1. Menghargai dan menghayati 1. Menghargai dan
1. Menghargai dan
ajaran agama yang dianutnya menghayati ajaran
menghayati ajaran agama
agama yang dianutnya
yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, 2. Menunjukkan perilaku
2. Menunjukkan perilaku
disiplin, berbertanggung
jujur, disiplin,
jujur, disiplin,
jawab, peduli (toleran,
bertanggung jawab,
berbertanggung jawab,
gotong royong), santun,
peduli (toleran, gotong
peduli (toleran, gotong
percaya diri, dalam
royong), santun, percaya royong), santun, percaya
berinteraksi secara efektif
diri, dalam berinteraksi
diri, dalam berinteraksi
dengan lingkungan sosial dan
secara efektif dengan
secara efektif dengan
alam dalam jangkauan
lingkungan sosial dan
lingkungan sosial dan alam
pergaulan dan keberadaannya alam dalam jangkauan
dalam jangkauan pergaulan
pergaulan dan
dan keberadaannya
keberadaannya
3. Memahami pengetahuan
3. Memahami dan
3. Memahami dan
(faktual, konseptual, dan
menerapkan
menerapkan pengetahuan
6

prosedural) berdasarkan rasa


ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, Teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata

pengetahuan (faktual,
(faktual, konseptual, dan
konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
rasa ingin tahunya
ilmu pengetahuan,
tentang ilmu
teknologi, seni, budaya
pengetahuan, teknologi,
terkait fenomena dan
seni, budaya terkait
kejadian tampak mata
fenomena dan kejadian
tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan
4. Mengolah, menyaji, dan 4. Mengolah, menyaji, dan
menyaji dalam ranah konkret menalar dalam ranah
menalar dalam ranah
(menggunakan, mengurai,
konkret (menggunakan,
konkret (menggunakan,
merangkai, memodifikasi,
mengurai, merangkai,
mengurai, merangkai,
dan membuat) dan ranah
memodifikasi, dan
memodifikasi, dan
abstrak (menulis, membaca,
membuat) dan ranah
membuat) dan ranah
menghitung, menggambar,
abstrak (menulis,
abstrak (menulis,
dan mengarang) sesuai
membaca, menghitung,
membaca, menghitung,
dengan yang dipelajari di
menggambar, dan
menggambar, dan
sekolah dan sumber lain yang mengarang) sesuai
mengarang) sesuai dengan
sama dalam sudut
dengan yang dipelajari di yang dipelajari di sekolah
pandang/teori
sekolah dan sumber lain
dan sumber lain yang sama
yang sama dalam sudut
dalam sudut pandang/teori
pandang/teori

Ruang lingkup Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti adalah ajaran
mengenai cara-cara memahami penderitaan dan mengakhirinya yang
tercermin dalam empat kebenaran mulia yang mencakup ajaran tentang caracara memahami:
a. Hubungan manusia dengan Triratna;
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia; dan
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti meliputi aspekaspek sebagai berikut: (1) keyakinan (saddh); (2) perilaku/moral (sla); (3)
meditasi (samdhi); (4) kebijaksanaan (paa); (5) kitab suci agama Buddha
Tripitaka (Tipitaka); dan (6) sejarah.
Keenam aspek di atas merupakan kesatuan yang terpadu dari materi
pembelajaran agama Buddha yang mencerminkan keutuhan ajaran Buddha
dalam rangka mengembangkan potensi spiritual peserta didik. Aspek keyakinan
yang mengantar ketakwaan, moralitas, dan spiritualitas maupun penghargaan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan budaya luhur akan terpenuhi.
Peta materi Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti pada kelas VII sd IX
seperti terlihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Peta Materi Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Kelas VII
Kelas VIII
1. Pasca penerangan sempurna 1. Masa pembabaran
2. Pemutaran roda Dharma
Dharma
2. Meneladan para siswa
3. Kriteria agama Buddha
utama
4. Kelompok umat Buddha
3. Meneladan para siswa
pendukung
5. Pacasla buddhis
4. Meneladan para raja
6. Pacadharma
pendukung Buddha
7

1.
2.
3.
4.
5.

Kelas IX
Buddha parinibbna
Agama Buddha dan hak
asasi manusia
Agama Buddha dan
kesetaraan gender
Tokoh buddhis dalam
kesetaraan gender
Agama Buddha dan

7. Kehidupan remaja
8. Pergaulan remaja buddhis

E.

5. Sejarah puja dalam


agama Buddha
6. Dharmayatra
7. Konsep meditasi
ketenangan
8. Praktik meditasi
ketenangan

perdamaian

6. Tokoh buddhis dalam


perdamaian dunia

7. Sejarah penulisan
tripitaka
8. Ruang lingkup dan intisari
Tripitaka

Pembelajaran dan Penilaian


1. Pembelajaran
Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan materi. Pendekatan-pendekatan
pembelajaran tersebut adalah:
0 Pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh Buddha, yang terdiri dari
pendekatan bertahap (gradual approach), pendekatan adaptasi
(adaptation approach), pendekatan ilustratif (illustrative approach),
pendekatan analitis (analytical approach), dan pendekatan eksperimen
(experimental approach).
a Pendekatan ilmiah (scientific), yang terdiri dari proses mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan
mengomunikasi.
b Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
c Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
d Pembelajaran langsung (direct learning)
e pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
f Pembelajaran
berbasis
penyingkapan/penelitian(discovery/inquiry
learning)
Guru diharapkan menggunakan pembelajaran berbasis teknologi informasi
dan komunikasi (ICT).
2. Penilaian
Peniaian mencakup tiga ranah yaitu ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Penilaian sikap spiritual antara lain: (1) ketaatan beribadah
(puja bakti); (2) mensyukuri apa yang dimiliki; (3) berdoa sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan, makan, tidur, bepergian; dan (4) toleransi
dalam beribadah; (5) konsentrasi/sadar penuh (duduk hening sebelum dan
sesudah pembelajaran, serta konsentrasi saat proses pembelajaran).
Penilaian sikap sosial: (1) jujur (jujur dalam ucapan, perbuatan,
mengerjakan ulangan atau ujian); (2) disiplin (disiplin melaksanakan tata
tertib sekolah, belajar, puja bakti); (3) tanggung jawab (tanggung jawab
dalam belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, melaksanakan piket kelas);
(4) santun (hormat terhadap orang yang patut dihormati, sopan dalam
perkataan dan perbuatan, menerima dan memberi dengan sopan, serta
berterima kasih); (5) peduli (meminjamkan alat tulis, menjenguk teman
yang sakit, membantu teman yang susah, membantu guru, membuang
sampah pada tempatnya); (6) percaya diri (percaya diri saat tampil di kelas,
diskusi, menjawab pertanyaan, percaya diri dalam ujian).
8

Penilaian pengetahuan pada Sekolah Menengah Pertama mencakup


pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang ajaran Buddha,
antara lain: (1) keyakinan (saddh); (2) perilaku/moral (sla); (3) meditasi
(samdhi); (4) kebijaksanaan (paa); (5) kitab suci Agama Buddha
Tripitaka (Tipitaka); dan (6) sejarah.
Penilaian keterampilan mencakup dua aspek yaitu keterampilan abstrak dan
keterampilan konkret. Keterampilan abstrak adalah bentuk kemampuan
dalam hal mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/data,
menalar/mengasosiasi, dan mengomuniksikan. Keterampilan konkret adalah
kemampuan persepsi, dan gerak yang dapat diamati seperti:
(1)
melakukan puja bakti; (2) mewarnai gambar; (3) menyanyi lagu budhis; (4)
membaca paritta; (5) membaca dhammapada; (6) membuat puisi; (7)
membuat bagan/skema/ diagram; (8) memberi penghormatan (ajali,
namaskara, utthana, dan pradaksina).
F.

Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai dengan Kondisi Lingkungan dan Peserta


Didik
Sejalan dengan karakteristik pendidikan abad 21 yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi, pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi
Pekerti dalam Kurikulum 2013 juga memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi sebagai media dan sumber belajar. Pemanfaatan TIK mendorong
peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan berinovasi serta
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Pendidikan Agama Buddha dan Budi
Pekerti.
Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti memanfaatkan
berbagai sumber belajar seperti buku teks yang tersedia dalam bentuk buku
guru dan buku siswa. Sesuai dengan Karakteristik Kurikulum 2013, buku teks
bukan satu-satunya sumber belajar. Guru dapat menggunakan buku pengayaan
atau referensi lainnya dan mengembangkan bahan ajar sendiri seperti LKS
(Lembar Kerja Siswa). Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, LKS bukan hanya
kumpulan soal.
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti diajarkan pada peserta didik
dengan memperhatikan keungulan lokal dan kebutuhan daerah. Keunggulan
lokal sebagai realisasi peningkatan nilai berupa potensi setempat sehingga
menjadi karya yang bernilai tinggi, mengandung keunikan/kekhasan serta
potensi dalam pengembangan spiritual. Dalam masyarakat Buddha terdapat
beberapa budaya yang bercirikan Buddhis seperti upacara/puja bhakti, bentuk
penghormatan, bahasa dalam puja (Pali, Jawa, Sansekerta, Mandarin). Peran
guru Pendidikan Agama Buddha mengakomodasi budaya tersebut sebagai
potensi kontekstual Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti.
Landasan dalam mengembangkan kemampuan peserta didik yang berbasis
keunggulan lokal diajarkan Buddha kepada para siswa-Nya. Dalam
membabarkan ajaran di tempat yang berbeda dengan memperhatikan
dialek/bahasa setempat. Buddha mengajarkan dalam Aranavibhanga Sutta
bahwa seseorang seharusnya tidak memaksakan bahasa setempat dan tidak
mengabaikan penggunaan umum (M.III.236). Pemahaman ajaran ini akan
melepas pandangan bahwa hanya ini yang benar, dan yang lainnya adalah
salah. seperti sebuah piring di tempat yang berbeda diucapkan pti dan
plate. Bagi peserta didik dapat mengunakan budaya lokal seperti bahasa
setempat sebagai sarana pembelajaran aku mengijinkan kalian, wahai
9

bhikkhu, untuk mempelajari kata-kata Buddha dalam dialek masing-masing


(Vin. II.139).
Pembelajaran kontekstual yang memperhatikan keunggulan dan kebutuhan
daerah dalam Pendidikan Agama Buddha dapat memanfaatkan juga
berbagai sumber dari peninggalan sejarah seperti candi-candi Buddha.
Guru berperan dalam pelestarian budaya bercorak Buddhis (kearifan lokal)
melalui pembelajaran di sekolah seperti Dhammayatra. Buddha berpesan
kepada Bhikkhu Ananda, para siswa yang berbakti menyatakan sujud dengan
penuh hormat mengunjungi tempat suci setelah kehidupan ini akan terlahir di
alam surga (sagga loka) (D.II.142)
Hal ini diharapkan secara khusus peserta didik meningkatkan keyakinan,
mengenali peninggalan-peninggalan buddhis sehingga dapat melestarikannya.
Secara umum peserta didik dapat lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial,
dan budaya daerah tempat mereka berada, memiliki sikap dan perilaku yang
selaras dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan
dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka menunjang
pembangunan nasional.

II. KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN

PEMBELAJARAN

A. Kelas VII

Alokasi Waktu: 3 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

1.1 Menghargai peristiwa tujuh


Pasca penerangan
sempurna
minggu setelah petapa
Pemutaran roda
Gautama mencapai
Dharma
penerangan sempurna dan
pemutaran roda dharma
2.1 Menunjukkan perilaku
bertanggung jawab setelah
memahami peristiwa tujuh
minggu setelah Petapa
Gautama mencapai
penerangan sempurna dan
pemutaran roda Dharma
3.1 Memahami pengetahuan
tentang peristiwa tujuh
minggu setelah Petapa
Gautama mencapai
penerangan sempurna dan
pemutaran roda Dharma
4.1 Menyaji dalam ranah abstrak
peristiwa tujuh minggu setelah
Petapa Gautama mencapai
penerangan sempurna dan
10

Kegiatan
Pembelajaran
Membaca buku/artikel dari
berbagai sumber tentang
peristiwa tujuh minggu setelah
Petapa Gautama mencapai
penerangan sempurna dan
pemutaran roda Dharma
Mengamati tayangan film
peristiwa tujuh minggu setelah
Petapa Gautama mencapai
penerangan sempurna dan
pemutaran roda Dharma
Menceritakan kembali peristiwa
tujuh minggu setelah Petapa
Gautama mencapai penerangan
sempurna dan pemutaran roda
Dharma

pemutaran roda Dharma


1.2 Menghargai kriteria agama
Kriteria agama
Buddha
Buddha dan umat Buddha
2.2 Menunjukkan perilaku toleran Kelompok umat
tentang kriteria agama Buddha Buddha
dan umat Buddha
3.2 Memahami pengetahuan
berdasarkan rasa ingin tahu
tentang kriteria agama Buddha
dan umat Buddha
4.2 Menyaji dalam ranah abstak
kriteria agama Buddha dan
umat Buddha

B.

Membaca buku teks atau


sumber lain yang relevan
tentang kriteria agama Buddha
dan umat Buddha
Mendengarkan penjelasan guru
tentang kriteria agama Buddha
dan umat Buddha
Menjelaskan kembali kriteria
agama Buddha dan umat Buddha

1.3 Menghayati formulasi


pacasla Buddhis dan
pancadharma
2.3 Menunjukkan perilaku jujur
setelah mendeskripsikan
formulasi pacasla buddhis
dan pacadharma
3.3 Memahami pengetahuan
tentang formulasi pacasla
buddhis dan pacadharma
4.3 Menyaji dalam ranah konkret
formulasi pacasla buddhis
dan pacadharma

Pacasla buddhis
Pacadharma

Membaca buku atau sumber lain


terkait formulasi pacasla
buddhis dan pacadharma
Menyimak gambar/tayangan
yang berhubungan dengan
formulasi pacasla buddhis dan
pacadharma
Menyajikan constoh-contoh
perbuatan dalam bentuk gambar
maupun video yang
mencerminkan praktik pacasla
buddhis dan pacadharma

1.4 Menghayati pengetahuan


konseptual tentang etika
pergaulan remaja
2.4 Menghargai perilaku disiplin
setelah memahami
pengetahuan konseptual
tentang etika pergaulan
remaja sesuai ajaran Buddha
3.4 Memahami pengetahuan
tentang etika pergaulan
remaja sesuai ajaran Buddha
4.4 Menyaji dalam ranah konkret
pengetahuan konseptual
tentang etika pergaulan
remaja sesuai ajaran Buddha

Kehidupan remaja Membaca buku atau sumber lain


tentang kehidupan dan
Pergaulan remaja
perergaulan remaja buddhis
buddhis
Melihat gambar-gambar yang
berhubungan dengan kitab suci
dan tempat ibadah sebagai
identitas agama Buddha
Menyimak penjelasan guru
tentang kehidupan dan
perergaulan remaja buddhis
Berdiskusi untuk mendapatkan
data atau informasi lanjutan
terkait dengan kehidupan dan
perergaulan remaja Buddhis
Menyajik pacasla buddhis dan
pacadharma an dalam bentuk
tulisan atau bentuk lain tentang
kehidupan dan perergaulan
remaja Buddhis

Kelas VIII
Alokasi Waktu: 3 jam pelajaran/minggu
Kompetensi
Kegiatan
Materi Pembelajaran
Dasar
Pembelajaran
1.1 Manghargai masa pembabaran Masa pembabaran Mencermati teks tentang masa
Dharma
pembabaran Dharma
Dharma
Mengamati tayangan film masa
2.1 Menunjukkan perilaku percaya
pembabaran Dharma
diri setelah memahami masa
Mendengarkan penjelasan guru
pembabaran Dharma
tentang masa pembabaran
3.1 Memahami pengetahuan
11

tentang masa pembabaran


Dharma
4.1 Menyaji dalam ranah abstrak
masa pembabaran Dharma

Dharma
Menceritakan kembali masa
pembabaran Dharma

1.2 Menghayati riwayat para siswa Meneladan para


siswa utama
utama dan para pendukung

Meneladan para
Buddha
siswa pendukung
2.2 Menghargai perilaku percaya
diri setelah memahami riwayat Meneladan para
raja pendukung
para siswa utama dan para
Buddha
pendukung Buddha
3.2 Memahami pengetahuan
tentang riwayat para siswa
utama dan para pendukung
Buddha
4.2 Menyaji dalam ranah abstrak
riwayat para siswa utama dan
para pendukung Buddha

1.3
2.3

3.3
4.3

Membaca berbagai sumber dan


menonton tayangan film pendek
tentang riwayat para siswa
utama dan para pendukung
Buddha
Mengumpulkan kisah-kisah
tentang riwayat para siswa
utama dan para pendukung
Buddha
Menganalisis dengan
menghubungkan informasi yang
terdapat dari sumber tertulis
dan atau internet serta sumber
lainnya untuk mendapatkan
kesimpulan tentang riwayat para
siswa utama dan para
pendukung Buddha
Menyajikan kisah-kisah tentang
riwayat para siswa utama dan
para pendukung Buddha
Menghargai sejarah puja,
Sejarah Puja dalam Menyimak berbagai sumber
Agama Buddha
tentang sejarah puja, tempattempat-tempat suci, dan
tempat suci, dan dharmayatra
Dharmayatra
Dharmayatra
Mengomunikasikan hasil analisis
Menunjukkan perilaku peduli
dalam bentuk tulisan/bentuk
terhadap sejarah puja,
lainnya tentang sejarah puja,
tempat-tempat suci, dan
tempat-tempat suci, dan
dharmayatra
dharmayatra
Memahami pengetahuan
tentang sejarah puja, tempattempat suci, dan dharmayatra
Menyaji dalam ranah abstrak
sejarah puja, tempat-tempat
suci, dan dharmayatra

1.4 Menghayati pengembangan


Konsep meditasi
ketenangan
ketenangan batin
2.4 Menghayati perilaku disiplin Praktik meditasi
ketenangan
dalam pengembangan
ketenangan batin
3.4 Memahami pengetahuan
tentang cara pengembangan
ketenangan batin
4.4 Menyaji dalam ranah abstrak
dan konkret cara
pengembangan ketenangan
batin

C.

Membaca buku teks dan melihat


tayangan gambar/video tentang
praktik pengembangan
ketenangan batin
Mengumpulkan data lanjutan
terkait dengan pengembangan
ketenangan batin
Mempraktikkan meditasi dengan
objek yang sesuai
Menceritakan pengalaman yang
dialami saat bermeditasi
pengembangan ketenangan
batin

Kelas IX
Alokasi Waktu: 3 jam pelajaran/minggu
Kompetensi
Kegiatan
Materi Pembelajaran
Dasar
Pembelajaran
1.1 Menghargai peristiwa Buddha Buddha
Mengamati melalui membaca
parinibbna
berbagai sumber tentang
parinibbna
12

2.1 Menunjukkan perilaku percaya


diri peristiwa Buddha
parinibbna
3.1 Memahami pengetahuan
tentang peristiwa Buddha
parinibbna
4.1 Menyaji dalam ranah abstrak
peristiwa Buddha parinibbna
1.2

2.2

3.2

4.2

peristiwa Buddha parinibbna


Mencermati gambar Buddha
parinibbna
Mengumpulkan data tentang
waktu, tempat, dan sebab
Buddha parinibbna
Mengomunikasikan dalam bentuk
tulisan tentang Buddha
parinibbna
Menghayati peranan agama
Agama Buddha dan Mengamati melalui membaca
hak asasi manusia
berbagai sumber tentang
Buddha untuk menegakkan
Agama Buddha dan peranan agama Buddha untuk
Hak Asasi Manusia dan
kesetaraan gender menegakkan hak asasi manusia
kesetaraan gender
dan kesetaraan gender

Tokoh buddhis
Menghargai perilaku peduli

Melihat film yang berhubungan


dalam kesetaraan
tentang peranan agama
dengan peranan agama Buddha
Buddha untuk menegakkan hak gender
untuk menegakkan hak asasi
asasi manusia dan kesetaraan
manusia dan kesetaraan gender
gender

Mengumpulkan data lanjutan


Menerapkan pengetahuan
terkait dengan peranan agama
tentang peranan agama
Buddha untuk menegakkan hak
Buddha untuk menegakkan hak
asasi manusia dan kesetaraan
asasi manusia dan kesetaraan
gender
gender

Mempresentasikan hasil analisis


Mengolah dalam ranah abstrak
tentang peranan agama Buddha
dan konkret peranan agama
untuk menegakkan hak asasi
Buddha untuk menegakkan hak
manusia dan kesetaraan gender
asasi manusia dan kesetaraan
gender

1.3 Menghayati peranan agama


Agama Buddha dan Membaca buku atau sumber lain
perdamaian
tentang peranan agama Buddha
Buddha untuk memelihara
untuk memelihara perdamaian
Tokoh Buddhis
perdamaian
dalam
perdamaian

Mengumpulkan data lanjutan


2.3 Menunjukkan perilaku
dunia
terkait dengan peranan agama
bertanggung jawab tentang
Buddha untuk terciptanya
peranan agama Buddha untuk
perdamaian
memelihara perdamaian
Mengomunikasikan dalam bentuk
3.3 Menerapkan pengetahuan
tulisan tentang peranan agama
tentang peranan agama
Buddha untuk memelihara
Buddha untuk memelihara
perdamaian.
perdamaian
4.3 Menalar dalam ranah abstrak
dan konkret peranan agama
Buddha untuk memelihara
perdamaian
1.4 Menghargai sejarah penulisan, Sejarah penulisan
Tripitaka
ruang lingkup, dan intisari
Ruang lingkup dan
Tripitaka
2.4 Menunjukkan perilaku percaya intisari Tripitaka
diri terhadap sejarah
penulisan, ruang lingkup, dan
intisari Tripitaka
3.4 Memahami pengetahuan
sejarah penulisan, ruang
lingkup dan intisari Tripitaka
4.4 Menyaji dalam ranah abstrak
sejarah penulisan, ruang
lingkup dan intisari Tripitaka

13

Membaca buku atau sumber lain


dan mendengarkan penjelasan
guru tentang sejarah penulisan,
ruang lingkup, dan intisari
Tripitaka
Membuat bagan/skema Tripitaka
Mengomunikasikan dalam bentuk
tulisan tentang sejarah
penulisan, ruang lingkup, dan
intisari Tripitaka

Anda mungkin juga menyukai