Anda di halaman 1dari 9

NAMA :DZIKRI AUZAN

NIM :15504241012
KELAS :A1

UNDANG-UNDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA(K3) DAN KEBAKARAN


A.Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para Ahli K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Tempat
Kerja.
Berikut merupakan kumpulan perundang-undangan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Republik
Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain :
1.Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja
dalam melaksanakan keselamatan kerja.
2.Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan
dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja,
serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan
Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja
yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
3.UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in
Industry and Commerce (yang mana disahkan 19 Juli 1947).
Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO meratifikasi (menyetujui dan memberikan
sanksi formal) ke dalam Undang-Undang, termasuk Indonesia (sumber: www.ILO.o). Ada 4 alasan
Indonesia meratifikasi ILO Convention No. 81 ini, salah satunya adalah point 3 yaitu baik UU No. 3
Tahun 1951 dan UU No. 1 Tahun 1970 keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian profesi
Pengawas Ketenagakerjaan serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam pasal 4 dan pasal 6 Konvensi
tersebut) sumber dari Tambahan Lembaran Negara RI No. 4309.

4.Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.


Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan
mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga mengeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
a.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
b.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan
dan Penggunaan Pestisida
c.Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
d.Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan
Kerja
Undang-Undang K3 :

1.Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).


2.Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3.Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah terkait K3 :

1.Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).


2.Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan

danPeredaran Pestisida.
4.peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan

Kerja di Bidang Pertambangan.


5.Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

Peraturan Menteri terkait K3 :

1.Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter

Perusahaan.
2.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam

Pengangkutan dan Penebangan Kayu.


3.Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang Serta Kewajiban
Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja.

4.Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan Hygienen Perusahaan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.


5.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
6.Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam

Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.


7.Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat

Pemadam Api Ringan.


8.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
9.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
10.Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
11.Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
12.Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.
13.Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes.
14.Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
15.Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
16.Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.


17.Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat Uap.
18.Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran

Angkat.
19.Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur Petir.
20.Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang

Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


21.Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
22.Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.
23.Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial

Tenaga Kerja.
24Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
25Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan tata Kerja Dokter

Penasehat.
26Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift
untuk Pengangkutan Orang dan Barang.

B.Kebakaran
Definisi kebakaran menurut Depnaker:
Suatu reaksi oksidasi eksotermis yangberlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai
dengantimbulnya api atau penyalaan.

Definisi kebakaran menurut pengertian Asuransisecara umum:


Sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidakterbakar dan dibuktikan dengan danya nyala
api secara nyata, terjadi secaratidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau kerugian.
Api
Definisi dari Api menurut National Fire Protection Association (NFPA) adalah suatu massazat yang
sedang berpijar yang dihasilkan dalam proses kimia oksidasi yang berlangsungdengan cepat dan disertai
pelepasan energi/panas. Timbulnya api ini sendiri disebabkanoleh adanya sumber panas yang berasal dari berbagai bentuk
energi yang dapat menjadisumber penyulutan dalam segitiga api. Contoh sumber panas:

Bunga api listrik dan busur listrik


Listrik statis
R eaksi Kimia
Gesekan (friction)
Pemadatan (compression)
Api terbuka (Open Flame)
Pembakaran Spontan (spontaneous combustion)
Petir (Lightning)
Sinar matahari

Pada dasarnya api sendiri terdiri dari 3 unsur dasar yang saling terikat satu dengan yanglain yang disebut sebagai
segitiga api atau fire triangle, yaitu:

Panas
Oksigen
Bahan bakar

Dan dengan ditambahnya reaksi kimia berantai yang terjadi antara ketiga unsurtersebut, maka terjadilah
api yang menyala.
Pada proses penyalaan, api mengalami 4 tahapan mulai dari tahap permulaan hinggamenjadi besar, yaitu:
1.Incipient Stage (Tahap Permulaan)
Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api, atau panas, tetapi terbentukpartikel pembakaran dalam
jumlah yang signifikan selama periode tertentu.
2.Smoldering Stage (Tahap Membara)

Partikel pembakaran telah bertambah, membentuk apa yang kita lihat sebagai"asap". Masih belum ada
nyala api atau panas yang signifikan.3.
3.Flame Stage
Tercapai titik nyala, dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai berkurang,sedangkan panas
meningkat.4.
4.Heat Stage
Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap, dan gas beracun dalam jumlahbesar. Transisi dari flame stage ke
heat stage biasanya sangat cepat, seolah-olahmenjadi satu dalam fase sendiri.

Kelas-kelas Kebakaran
NFPA membagi kebakaran menjadi beberapa jenis, sesuai dengan bahan yang terbakar.Bahan pemadam
untuk masing-masing kelas tersebut pun berbeda-beda:
1.Kelas A
Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakarbiasa contohnya kertas, kayu, karet,
maupun plastik. Cara mengatasinya bisadengan menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di
bawah titikpenyulutan, serbuk kimia kering untuk mematikan proses pembakaran, ataumenggunakan bahan
halogen untuk memutus reaksi berantai pembakaran.
2.Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti pada cairancombustible dan
cairan flammable, contohnya bensin, minyak tanah, gemuk, oli,dan bahan serupa. Cara mengatasinya dengan
menggunakan bahan seperti foamlebih disarankan.3.

4.Kelas C
Yang termasuk dalam kebakaran ini adalah alat-alat yang dijalankan oleh listrik.Untuk mengatasi kebakaran
dengan penyebab ini harus menggunakan bahanpemadam kebakaran yang non konduktif agar terhindar dari sengatan
listrik. Yangterbaik adalah menggunakan CO2 atau Halon, namun karena sifat dari Halon yangmerusak
lingkungan maka pemadan dengan bahan Halon sudah tidak lagidiproduksi.Sebagai catatan kebakaran kelas C bisa
dipadamkan oleh bahan pemadamkebakaran kelas A dan B asalkan listrik terlebih dahulu dimatikan.4.

5.Kelas D
Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan logam yang mudahterbakar (contohnya magnesium,
titanium, zirconium, sodium dan potasium).Bahan pemadamnya adalah powder khusus kelas D.5.
6.Kelas K
Yang termasuk dalam kebakaran kelas ini adalah yang melibatkan media memasakmisalnya minyak
goreng (baik yang berbahan dasar tumbuhan atau hewan). Untukmengatasinya bisa menggunakan serbuk
kimia basah yang khusus untukkebakaran kelas ini.
Factor penyebab terjadinya kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor teknis.
a. Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang pedulinya manusia
tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
1.Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda Dilarang Merokok.
2.Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar, mengganti sekering dengan
kawat.
3.Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan pengamanan yang
memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
4.Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan keselamatan, misalnya
memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
b.Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang
memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
1. Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi
terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
2.Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor, pemasangan
regulator yang tidak benar, dan lain-lain
3.Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak tanah atau gas elpiji
didekat kompor

4.Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara. Bila kondisi panas,
kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
1. Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan instalasi
yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran.
2. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus

memancarkan

panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.


3. Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan
oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
4.Kebakaran disengaja, seperti huru hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.

Tabel Penyebab Kebakaran

Alam
Matahari
Gempa bumi
Petir
Gunug merapi

Kemajuan Teknologi

Listrik
Biologis
Kimia

Perkembangan Penduduk
Ulah manusia :
sengaja
tidak sengaja
awam ( ketidakpahaman )

Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah ini :
a.Faktor Non Fisik
Lemahnya peraturan perundang undangan yang ada, serta kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).

Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha usaha

pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.


Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang undangan yang berlaku sebagai

usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.


Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan dengan
faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara melanggar

peraturan yang berlaku.


Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama bangunan
tinggi.

b.Faktor Fisik
1.Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
2.Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
3.Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.
E. Proses Terjadinya Kebakaran
Terjadinya kebakaran adalah merupakan suatu proses yang berkelanjutan ,dimana proses tersebut juga
merupakan peristiwa reaksi kimia , dengan unsur - unsur yang terlibat didalamnya antara lain ;
1.Adanya bahan bakar atau benda - benda yg dapat terbakar
2.Adanya gas oksigen /O2 yang jumlah prosentasinya cukup memadai untuk proses pembakaran
3.Adanya sumber nyala yang dapat menimbulkan kebakaran
Penanggulangan Kebakaran
Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam macam
akibat,antara lain korban jiwa dan harta benda .Tentunya kejadian tersebut tidak kita inginkan, oleh
karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya . Pada umumnya penanggulangan bahaya
kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :
1.Mencegah Terjadinya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan - tindakan dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran .tindakan
tindakan - tindakan tersebut harus dilakukan oleh setiap orang untuk itu diharapkan pengertian dan
kesadaran agar dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuan, maka perlu adanya pengarahan dan
bimbingan mengenai pencegahan bahaya kebakaran kepada semua orang ,khususnya yang berada
dilingkungan kerja .
2. Perlindungan Bahaya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan yang dilakukan guna melindungi dari bahaya kebakaran sehingga tidak turut
terbakar dalam batas waktu tertentu atau mencegah meluasnaya kebakaran ketempat lain sebelum
pnanggulangan lebih lanjut
3.Pemadam Kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam penanggulangan kebakaran bersifat represif.
Cara Untuk Memadamkan Kebakaran
Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti yang telah diuraikan diatas
yaitu

menghilangkan

salah

satu

unsur

dari

segitiga

api.

Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional masih
bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll. Sedang untuk alat
pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil pemadam kebakaran, Alat
pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.

Anda mungkin juga menyukai