NIM :15504241012
KELAS :A1
danPeredaran Pestisida.
4.peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan
Perusahaan.
2.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Angkat.
19.Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur Petir.
20.Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang
Kerja.
23.Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
24Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
25Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan tata Kerja Dokter
Penasehat.
26Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift
untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
B.Kebakaran
Definisi kebakaran menurut Depnaker:
Suatu reaksi oksidasi eksotermis yangberlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai
dengantimbulnya api atau penyalaan.
Pada dasarnya api sendiri terdiri dari 3 unsur dasar yang saling terikat satu dengan yanglain yang disebut sebagai
segitiga api atau fire triangle, yaitu:
Panas
Oksigen
Bahan bakar
Dan dengan ditambahnya reaksi kimia berantai yang terjadi antara ketiga unsurtersebut, maka terjadilah
api yang menyala.
Pada proses penyalaan, api mengalami 4 tahapan mulai dari tahap permulaan hinggamenjadi besar, yaitu:
1.Incipient Stage (Tahap Permulaan)
Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api, atau panas, tetapi terbentukpartikel pembakaran dalam
jumlah yang signifikan selama periode tertentu.
2.Smoldering Stage (Tahap Membara)
Partikel pembakaran telah bertambah, membentuk apa yang kita lihat sebagai"asap". Masih belum ada
nyala api atau panas yang signifikan.3.
3.Flame Stage
Tercapai titik nyala, dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai berkurang,sedangkan panas
meningkat.4.
4.Heat Stage
Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap, dan gas beracun dalam jumlahbesar. Transisi dari flame stage ke
heat stage biasanya sangat cepat, seolah-olahmenjadi satu dalam fase sendiri.
Kelas-kelas Kebakaran
NFPA membagi kebakaran menjadi beberapa jenis, sesuai dengan bahan yang terbakar.Bahan pemadam
untuk masing-masing kelas tersebut pun berbeda-beda:
1.Kelas A
Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakarbiasa contohnya kertas, kayu, karet,
maupun plastik. Cara mengatasinya bisadengan menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di
bawah titikpenyulutan, serbuk kimia kering untuk mematikan proses pembakaran, ataumenggunakan bahan
halogen untuk memutus reaksi berantai pembakaran.
2.Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti pada cairancombustible dan
cairan flammable, contohnya bensin, minyak tanah, gemuk, oli,dan bahan serupa. Cara mengatasinya dengan
menggunakan bahan seperti foamlebih disarankan.3.
4.Kelas C
Yang termasuk dalam kebakaran ini adalah alat-alat yang dijalankan oleh listrik.Untuk mengatasi kebakaran
dengan penyebab ini harus menggunakan bahanpemadam kebakaran yang non konduktif agar terhindar dari sengatan
listrik. Yangterbaik adalah menggunakan CO2 atau Halon, namun karena sifat dari Halon yangmerusak
lingkungan maka pemadan dengan bahan Halon sudah tidak lagidiproduksi.Sebagai catatan kebakaran kelas C bisa
dipadamkan oleh bahan pemadamkebakaran kelas A dan B asalkan listrik terlebih dahulu dimatikan.4.
5.Kelas D
Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan logam yang mudahterbakar (contohnya magnesium,
titanium, zirconium, sodium dan potasium).Bahan pemadamnya adalah powder khusus kelas D.5.
6.Kelas K
Yang termasuk dalam kebakaran kelas ini adalah yang melibatkan media memasakmisalnya minyak
goreng (baik yang berbahan dasar tumbuhan atau hewan). Untukmengatasinya bisa menggunakan serbuk
kimia basah yang khusus untukkebakaran kelas ini.
Factor penyebab terjadinya kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor teknis.
a. Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang pedulinya manusia
tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
1.Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda Dilarang Merokok.
2.Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar, mengganti sekering dengan
kawat.
3.Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan pengamanan yang
memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
4.Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan keselamatan, misalnya
memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
b.Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang
memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
1. Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi
terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
2.Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor, pemasangan
regulator yang tidak benar, dan lain-lain
3.Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak tanah atau gas elpiji
didekat kompor
4.Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara. Bila kondisi panas,
kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
1. Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan instalasi
yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran.
2. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus
memancarkan
Alam
Matahari
Gempa bumi
Petir
Gunug merapi
Kemajuan Teknologi
Listrik
Biologis
Kimia
Perkembangan Penduduk
Ulah manusia :
sengaja
tidak sengaja
awam ( ketidakpahaman )
Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah ini :
a.Faktor Non Fisik
Lemahnya peraturan perundang undangan yang ada, serta kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha usaha
b.Faktor Fisik
1.Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
2.Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
3.Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.
E. Proses Terjadinya Kebakaran
Terjadinya kebakaran adalah merupakan suatu proses yang berkelanjutan ,dimana proses tersebut juga
merupakan peristiwa reaksi kimia , dengan unsur - unsur yang terlibat didalamnya antara lain ;
1.Adanya bahan bakar atau benda - benda yg dapat terbakar
2.Adanya gas oksigen /O2 yang jumlah prosentasinya cukup memadai untuk proses pembakaran
3.Adanya sumber nyala yang dapat menimbulkan kebakaran
Penanggulangan Kebakaran
Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam macam
akibat,antara lain korban jiwa dan harta benda .Tentunya kejadian tersebut tidak kita inginkan, oleh
karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya . Pada umumnya penanggulangan bahaya
kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :
1.Mencegah Terjadinya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan - tindakan dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran .tindakan
tindakan - tindakan tersebut harus dilakukan oleh setiap orang untuk itu diharapkan pengertian dan
kesadaran agar dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuan, maka perlu adanya pengarahan dan
bimbingan mengenai pencegahan bahaya kebakaran kepada semua orang ,khususnya yang berada
dilingkungan kerja .
2. Perlindungan Bahaya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan yang dilakukan guna melindungi dari bahaya kebakaran sehingga tidak turut
terbakar dalam batas waktu tertentu atau mencegah meluasnaya kebakaran ketempat lain sebelum
pnanggulangan lebih lanjut
3.Pemadam Kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam penanggulangan kebakaran bersifat represif.
Cara Untuk Memadamkan Kebakaran
Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti yang telah diuraikan diatas
yaitu
menghilangkan
salah
satu
unsur
dari
segitiga
api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional masih
bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll. Sedang untuk alat
pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil pemadam kebakaran, Alat
pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.