Anda di halaman 1dari 7

Program Studi S-1 Farmasi

Sekolah Tinggi Farmasi Borneo Lestari

MANAJEMEN FARMASI
TUGAS

Disusun Oleh:
Muhammad Ghazali Rachman
NIM SF14055

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2016

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen? Berdasarkan penjelasan


tersebut, paparkan juga apa yang dimaksud dengan manajemen apotek?
Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan
dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi
lainnya. Manajemen Apotek adalah manajemen farmasi yang diterapkan di
apotek. Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas
setidaknya beberapa tipe manajemen, yaitu :
a. Manajemen keuangan
Tentunya berkaitan dengan pengelolaan keuangan, keluar
masuknya uang, penerimaan, pengeluaran, dan perhitungan farmako
ekonominya.
b. Manajemen pembelian
Meliputi pengelolaan defekta, pengelolaan vendor, pemilihan item
barang yang harus dibeli dengan memperhatikan FIFO dan FEFO, kinetika
arus barang, serta pola epidemiologi masyarakat sekitar apotek.
c. Manajemen penjualan
Meliputi pengelolaan penjualan tunai, kredit, kontraktor.
d. Manajemen persediaan barang
Barang meliputi pengelolaan gudang, persediaan bahan racikan,
kinetika harus barang. Manajemen persediaan barang berhubungan
langsung dengan manajemen pembelian.
e. Manajemen pemasaran
Berkaitan dengan pengelolaan dan teknik pemasaran untuk
meraih pelanggan sebanyak-banyaknya. Manajemen pemasaran ini tampak
pada apotek modern, tetapi jarang diterapkan pada apotek-apotek
konvensional.
f. Manajemen khusus
Merupakan manajemen khas yang diterapkan apotek sesuai
dengan kekhasannya, contohnya pengelolaan untuk apotek yang
dilengkapi dengan laboratorium klinik, apotek dengan swalayan, dan
apotek yang bekerjasama dengan balai pengobatan, dan lain-lain.
2. Salah satu tahapan dalam proses pembuatan studi kelayakan apotek
adalah penelitian lapangan?
Studi kelayakan adalah

proses

yang

terkontrol

untuk

mengidentifikasi masalah dan kesempatan, menentukan tujuan, menjelaskan

keadaan, menetapkan hasil akhir dan menilai biaya serta keuntungan yang
berkaitan dengan penentuan keputusan.
Studi kelayakan dilakukan untuk mendukung proses pengambilan
keputusan, berdasarkan analisis cost-benefit, untuk melihat keberlang sungan
bisnis atau perusahaan dalam hal ini adalah apotek. Studi kelayakan
dilakukan sebelum rencana bisnis dilaksanakan (saat membuat rencana
pembuatan apotek) dan pada saat pertimbangan pengambilan keputusan.
Proses Pembuatan Studi Kelayakan
Tahapan atau proses dalam membuat sebuah studi kelayakan
pendirian apotek, dapat terdiri dari 5 tahapan yaitu tahap penemuan gagasan
(ide), penelitian lapangan, evaluasi data, pembuatan rencana dan pelaksanaan
rencana kerja.
Langkah berikutnya adalah melakukan penelitian lapangan. Datadata yang dibutuhkan antara lain :
a. Ilmiah : melalui analisa data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan
eksternal yang ada di sekitar lokasi yang ditetapkan seperti :
1) Nilai strategi sebuah lokasi
2) Data kelas konsumen
3) Peraturan yang berlaku di daerah tersebut
4) Tingkat persaingan yang ada saat ini
b. Non ilmiah yaitu : melalui intuisi (intuition) atau feeling yang diperoleh
setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya.
3. Tata cara pemberian izin apotek yaitu :
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota dengan contoh Formulir MoDEL APT-1.
b. Dengan Formulir APT-2 Kepala Dinkes Kab/Kota selambat-lambatnya 6
hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis
kepada BPOM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan
apotek untuk melakukan kegiatan.
c. Tim Dinkes Kab/Kota atau BPOM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah
permintaan bantuan teknis dari KaDinkes Kab/Kota melaporkan hasil
pemeriksaan setempat denganmenggunakan contoh formulir.
d. Dalam hal pemriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, Apoteker pemohonan dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinkes Kab/Kota setempat dengan
tembusan kepada kepala Dinkes Propinsi Dengan Menggunakan contoh
formulir Model APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil


pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (3), atau pernyataan dimaksut
poin (4) Kepala Dinkes Kab/Kota setempat mengeluarkan contoh formulir
Model APT-5.
f. Dalam hasil pemeriksaan Tim Dinkes Kab/Kota atau Ka BPOM dimaksut
poin (3) masih belum memenuhi syarat Kepala masih belum memenuhi
syarat Kepala Dinkes Kab/Kota setempat dalam waktu 12 hari kerja
mengeluarkan surat penundaan dengan menggunakan contoh Formulir
Model APT-6.
g. Tehadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (6), apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal surat
penundaan. Terhadap permohonan izin apoteker yang ternyata tidak
memenuhi persayaratan dimaksud poin (5) dan (6) atau lokasi apotek tidak
sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinkes Kab/Kota setempat
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan
surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan memeprgunakan
contoh Formulir Model APT-7.
4. Jelaskan manajemen SDM yang idealnya diterapkan di apotek?
Pada keterangan disoal tersebut, apoteker ada dua dan asisten
apoteker manajemen apotek yang benar itu dibagi pergantian shift. Satu
asisten apoteker dan dua orang asisten apoteker sore sampai malam dan pada
pagi hari itu satu orang apoteker dan satu orang asisten.
a. Persyaratan administrasi
1) memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
2) memiliki surat tanda registrasi apoteker (STRA)
3) memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
4) memiliki surat izin praktik apoteker atau SIPA
b. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal
c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/continuing proffesional
development

(CPD)

dan

mampu

memberikan

pelantihan

yang

berkesinambungan
d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan
diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan
atau mandi.

e. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan


perundang-undangan,

sumpah

apoteker,

standar

profesi,

(standar

pendidikan, standar pelayanan, standar pelayanan, standar kompetensi dan


kode etik) yang berlaku.
5. Analisis ABC

No

Jumla
h (Box)

Jumlah

Harga
satuan

Sub total

(Rp)

1.
3
200.000
600.000
2.
4
200.000
800.000
3.
5
10.000
50.000
4.
13
20.000
260.000
5.
11
50.000
550.000
6.
11
50.000
550.000
7.
5
30.000
150.000
8.
3
50.000
150.000
9.
1
100.000
100.000
10.
1
190.000
190.000
11
1
190.000
190.000
Total
3.590.000
a. Persen terhadap total dana
600.000
x 100 =16,71
% = 3.590 .000
%=

800.000
x 100 =22,28
3.590 .000

%=

50.000
x 100 =1,39
3.590 .000

%=

260.000
x 100 =7,24
3.590 .000

%=

550.000
x 100 =15,32
3.590 .000

%=

550.000
x 100 =15,32
3.590 .000

%=

150.000
x 100 =4,17
3.590 .000

harga

Kategori

kumulatif

kumulatif

obat

(Rp)
600.000
1.400.000
1.450.000
1.710.000
2.260.000
2.810.000
2.960.000
3.110.000
3.210.000
3.400.000
3.590.000

16,71 %
38,99 %
40,38 %
47,62 %
62,94 %
78,26 %
82,43 %
86,6 %
89,38 %
94,67 %
99,96%

A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
C

%=

150.000
x 100 =4,17
3.590 .000

%=

100.000
x 100 =2,78
3.590 .000

%=

190.000
x 100 =5,29
3.590 .000

%=

190.000
x 100 =5,29
3.590 .000

Golongan A : 20 % item menggunakan 75 % dana


Golongan B : 30 % item menggunakan 20 % dana
Golongan C : 50 % item menggunakan 5 % dana
6. Perbedaan pengelolaan pelayanan resep narkotika dan psikotropika
a. Pengelolaan resep yang mengandung Narkotika
1) Apotek maupun RS mendapatkan obat narkotika dari PBF Kimia
Farmasi sebagai distributor tunggal.
2) Pemesanan dilakukan dengan menggunakan SP narkotika rangkap 4
ditandatangani oleh APA dan dilengkapi dengan SIPA (Surat Ijin
Praktek Apoteker) serta stempel apotek.
3) Satu lembar SP hanya untuk satu jenis obat narkotika.
4) Tiga lembar SP dikirim ke PBF dan satu lembar untuk arsip apotek.
b. Pengelolaan resep yang mengandung Psikotropika
1) Pemesanan dilakukan dengan menggunakan SIP psikotropika khusus.
2) Rangkap 2 atau 3 ditandatangani dengan SIPA (Surat Ijin Praktek
Apotek) serta stempel apotek.
3) Satu lembar SP bisa lebih dari satu jenis obat psikotropika.
4) Satu atau dua lembar SP dikirim ke PBF dan satu lembar untuk arsip
apotek.
7. Perbedaan PIO dan Konseling?
a. PIO (kepmenkes No.35 tahun 2014)
1) PIO merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik yang dilakukandi
apotek.
2) PIO merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi
mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.
b. Konseling (Kepmenkes No.35 tahun 2014)

1) Konseling merupakan salah satu pelyanan farmasi klinik yang


dilakukan di apotek.
2) Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga

untuk

meningkatkan

pengetahuan,

pemahaman,

kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam


pengguanaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai