Jawaban :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam pasal 1 dijelaskan mengenai tahapan pembentukan peraturan
perundang undangan, peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga Negara, undang-undang
adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk DPR dengan persetujuan
presiden, peraturan pemerintah merupakan peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh presiden. Ada 4 jenis peraturan yaitu peraturan pemerintah,
peraturan presiden, peraturan daerah provinsi dan peraturan kabupaten/kota. Ada
dua macam program legislasi yaitu program legislasi nasional dan program
legislasi daerah. Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-
undangan dalam Negara Republik Indonesia. UUD 45 merupakan hukum dasar
dalam peraturan perundang-undangan, ditempatkan dalam lembaran Negara
Republik Indonesia tidak merupakan dasar pemberlakuanya.
BAB II
ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1. Asas pembentukan peraturan perundang-undangan meliputi:
a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan dan
g. Keterbukaan
2. Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas:
a. Pengayoman
b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan
e. Kenusantaraan
f. Bhinneka tunggal ika
g. Keadilan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i. Ketertiban dan kepastian hukum dan pemerintahan
j. Ketertiban dan kepastian hukum
k. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
BAB III
JENIS, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-undang/ peraturan Pemerintahan Pengganti Undang0Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten
2. Materi muatan peraturan pemerintah berisi materi untuk menjalankan undang-
undang sebagai mestinya. Materi muatan peraturan presiden berisi materi yang
diperintahkan oleh undang-undang,materi muatan Peraturan Daerah Provinsi
dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah. Materi muatan ketentuan pidana hanya dapat
dimuat dalam :
a. Undang-Undang
b. Peraturan Daerah Provinsi
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud berupa ancaman pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
BAB IV
PERENCANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Perencanaan Undang-undang
Perencanaan penyusunan Undang-undang dilakukan dalam Prolgenas.
Dalam penyusunan proglenas, penyusunan daftar Rancangan Undang-Undang
didasrkan atas:
a. Perintah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Perintah ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Perintah undang-undang lainnya
d. Sistem perencanaan pembangunan nasional
e. Rencana pembangunan jangka panjang nasional
f. Rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR
g. Aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat
Proglenas memuat program program pembentukan undanh-undang
dengan judul RUU, materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan peraturan
perundang-undang lainnya. Penyusunan Proglenas dilaksanakan oleh DPR dan
Pemerintah, penyusunan prolhenas di lingkungan DPR dilakukan dengan
pertimbangan usulan dari fraksi, komisi, anggota DPR, DPD, dan masyarakat
dan penyusunan proglenas di lingkungan pemerintah dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelanggarakan urusan pemerintah di bidang hukum. Hasil
penyusunan proglenas antara DPR dan Pemerintah disepakati menjadi
proglenas dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR
Bab V
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Rancangan undang-undang dapat berasl dari DPR atau Presiden, rancangan
Undang-undang yang berasal dari DPR dapt bersak dari DPD, RUU yang berasal
dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai naskah akademik, penyusunan
Naskah Akademik RUU dilakukan sesuai dengan teknik Penyusunan naskah
akademik. Rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD adalah RUU yang
berkaitan dengan:
a. Otonomi daerah
b. Hubungan pusat dan daerah
c. Pembentukan dan pemekaran serta penngabungan daerah
d. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
e. Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh
menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan
lingkup tugas dan tanggung jawabnya, rancangan undang-undang dari DPD
kepada pimpinan DPR dan harus disertai naskah akademik.
BAB VI
TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dilakukan sesuai
dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan , ketentuan mengenai
perubahan terhadap teknik penyusunan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud di atur dengan peraturan presiden
BAB VII
PEMBAHASAN DAN PENGESAHAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Pembahasan RUU dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau menteri yang
ditugasi , pembahasan RUU yang berkaitan dengan :
a. Otonomi daerah
b. Hubungan pusat dan daerah
c. Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah
d. Pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya dan
e. Perimbangan keuangan pusat dan daerah, dilakukan dengan
mengikutsertakan DPD
Pembahasan RUU dilakukan melalui 2 tingkat pembicaraan :
a. Pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi , rapat gabungan komisi,rapat
badan legislasi, rapat badan anggarn, atau rapat panitia khusus
b. Pembicaraan tingkat ii dalam rapat paripurna
c. Penyampaian pendapat mini
Rancangan undang-undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama
oleh DPR dan Presiden Ketentuan lebih mengenai tata cara penarikan kembali
RUU diatur peraturan DPR, rancangan undang-undang tidak ditanda tangani oleh
presiden dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak RUU tersebut sah
menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
Dalam setiap undang –undang harus dicantumkan batas waktu penetapan
peraturan pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksanaan undang-undang
tersebut. Penetapan peraturan pemerintah dan peraturan lainnya yang diperlukan
dalam penlenggaraan pemerintahan tidak atas perintah suatu undang-undang.
BAB VIII
PEMBAHASAN DAN PENETAPAN
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN KOTA
Pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi dilakukan oleh DPRD
provinsi beserta gubernur dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan yang
dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD provinsi
yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna. Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi di atur
dengan peraturan DPRD Provinsi
BAB IX
PENGUNDANGAN
Agar setiap orang mengetahuinya, peraturan perundang-undangan harus
diundangkan dengan menempatkannya dalam :
a. Lembaran Negara Republik Indonesia
b. Tambahan Lembaran Negara Republlik Indonesia
c. Berita Negara Republik Indonesia
d. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
e. Lembaran Daerah
f. Tambahan Lembaran Daerah
g. Berita Daerah
Peraturan perundang-undangan yang diundangkan dalam lembaran negara
republik indonesia, meliputi:
a. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
b. Peraturan pemerintah
c. Peraturan presiden
d. Peraturan perundang-undangan lain yang menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku harusdiundngkan dalam lembaran negara republik
indonesia
BAB X
PENYEBARLUASAN
Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan pemerintah sejak penyusunan
RUU, pembahasan RUU, hingga pengundang undang-undangan, penyebarluasan
dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan
masyarakat serta para pemangku kepentingan
Peraturan perundang-undangan perlu diterjemahkan ke dalam bahasa asing,
penerjemahannya urusan pemerintahn di bidang hukum, terjemahan sebagaimana
yang dimaksudnmerupakan terjemahan yang resmi.
BAB XI
PARTISIPASI MASYARAKAT
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis
dalam pembentukan peraturan perundan-undangan dapat dilakukan melalui :
a. Rapat dengar pendapat umum
b. Kunjungan kerja
c. Sosialisai
d. Seminar, lokakarya, dan diskusi
Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan
dan/atau tertulis, setipa rancangan peraturan perundang-undangan harus dapat di
akses dengan mudah oleh masyarakat.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Teknik penyusunan dan/atau bentuk yang diatur dalam undang-undang ini
berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik penyusunan dan/atau bentuk
keputusan presiden, keputusan pimpinan majelis pemusyarawatan rakyat,
keputusan pimpinan DPR, keputusan pimpinan DPD, keputusan ketua MA,
Keputusan ketua MK, keputusan ketua komisi yudisial, keputusan gubernur BI,
keputusan menteri, keputusan kepala badan, keputusan kepala lembaga, atau
keputusan ketua komisi yang setingkat, keputusan pimpinan DPRD provinsi,
keputusan gubernur, keputusan pimpinanan DPRD provinsi, keputusan
gubernur,keputusan pimpinan DPRD kabupaten/Kota, keputusan
Bupati/Walikota, keputusan kepala desa atau yang setingkat.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Semua keputusan presiden, keputusan menteri, keputusan gubernur,
keputusan Bupati atau walikota, atau keputusan pejabat lainnya .peraturan
pelaksanaan dari undang-undang ini harus ditetapkan paling lama 1 tahun sejak
undang-undang ini di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan undang- undang ini dengan penempatan nya dalam
lembaran negara republik indonesia
BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam ketentuan umum ini dijelaskan pengertian dari kesehatan, sumber
daya di bidang kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, alat
kesehatan, tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, obat, obat
tradisional, teknologi kesehatan, upaya kesehatan, pelayanan kesehatan
promotif, pelayaan kesehatan kuratif, pelayanan kesehatan rehabilitatif,
pelayanan kesehatan tradisional pemerintah pusat, daerah, hingga menteri.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusian, keseimbangan,
manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama. Sedangkan tujuan
pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setingi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya dibidang kesehatan. Juga memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan
bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan
dan mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan
yang diperlukan bagi dirinya.
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
menigkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Juga
berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat baik fidik, biologi, maupun sosial.
BAB V
SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN
Tenaga Kesehatan
Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melalui pendidikan
dan/atau pelatihan. Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan kesehatan
perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan
tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan swasta. Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam keadaan
darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang
menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Perbekalan Kesehatan
Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Dalam menjamin ketersediaan
obat dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus
untuk pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan masyarakat
akan perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang
berupa obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan
memperhatikan kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan
pemerataan.
Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial harus
tersedia bagi kepentingan masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan
disempurnakan paling lama setiap dua tahun sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan teknologi.
Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam daftar
obat esensial nasional harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya,
sehingga penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah.
Teknologi dan Produk Teknologi
Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan,
dikembangkan, dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat yang mencakup
segala metode dan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit,
mendeteksi adanya penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit,
menyembuhkan, memperkecil komplikasi, dan memulihkan
kesehatan setelah sakit.
BAB VI
UPAYA KESEHATAN
Umum
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan melalui kegiatan
pelayanan kesehatan; pelayanan kesehatan tradisional; peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit; penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;
kesehatan reproduksi; keluarga berencana; kesehatan sekolah; kesehatan
olahraga; pelayanan kesehatan pada bencana; pelayanan darah; kesehatan gigi
dan mulut; penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran; kesehatan matra; pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan; pengamanan makanan dan minuman; pengamanan zat
adiktif; dan/atau bedah mayat
Pelayanan Kesehatan
Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima atau
menolak tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara
cepat menular ke masyarakat yang lebih luas. Setiap orang berhak atas rahasia
kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara /
petugas kesehatan.