Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

1. Cari dan tuliskan definisi, contoh dan sumber/refrensi terminologi terkait


farmasi berikut :
 Pharmacy, Pharmaceutical, Pekerjaan/Praktek Kefarmasian,
Pharmaceutical Science, Pharmaceutical Practice, Pharmaceutical
industry, Hospital Pharmacy, Procurment, Production/Manufacturing,
Distribution, Pharmaceutical Service/Care, Medicine, Drug, Cosmetic,
Cosmeceutical, Traditional medicine, Medical Devices, Health care,
Public & Private Health, Regulatory
2. Buat rangkuman UU No 12 Tahun 2011, UU No 36 Tahun 2009, PP 51 Tahun
2009

Jawaban :

1. Definisi, Contoh dan sumber :

NO DEFINISI CONTOH REFRENSI


1 Pharmacy adalah seni atau Obat, Alat Webster’New
praktek penyiapan, pengawetan, kesehatan, Collegiate
peracikan dan penyerahan obat. kosmetik, Dictionary.
bahan Medis Springfield,
Habis Pakai MA,G&C.Me
rriam C,1987
2 Pharmaceutical adalah sesuatu Farmasi, Collins English
yang berhubungan dengan farmasi apoteker, Dictionary –
dengan apoteker. Sediaan farmasi sediaan Complete and
atau berhubungan dengan obat farmasi Unabridged, 12th
yang digunakan dalam Edition 2014 ©
pengobatan medis. HarperCollins
Publishers 1991,
1994, 1998, 2000,
2003, 2006, 2007,
2009, 2011, 2014
3 Pekerjaan/praktek kefarmasian Pengelola Peraturan
adalah pembuatan Apotek, Pemerintah
termasuk pengendalian mutu Pharmaceutic Republik
Sediaan Farmasi, al care, Indonesia,
pengamanan, pengadaan, konseling Nomor 51 Tahun
penyimpanan dan 2009,
pendistribusi atau penyaluranan Tentang Pekerjaan
obat, pengelolaan Kefarmasian
obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan
informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional.
4 Pharmaceutical science Formulasi https://pharmacy.u
merupakan suatu disiplin yang obat mich.edu/pharmsci
mengkobinasikan suatu rentang
disiplin ilmu yang luas yang amat
penting terkait dengan penemuan
dan pengembangan obat baru dan
terapi.
5 Pharmaceutical practice meliputi Pharmaceutic Undang-Undang
pembuatan termasuk al care, Republik Indonesia
pengendalian mutu sediaan pharmaceutic Nomor 36 Tahun
farmasi, pengamanan, pengadaan, al industry, 2009 Tentang
penyimpanan dan pendistribusian manajemen Kesehatan Pasal
obat, pelayanan obat atas resep farmasi 108
dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
6 Pharmaceutical industry adalah PBF, PT Peraturan Menteri
badan usaha yang memiliki izin Kimia Farma Kesehatan
dari Menteri Kesehatan untuk Republik Indonesia
melakukan kegiatan pembuatan Nomor
obat atau bahan obat. 1799/MENKES/P
ER/XII/2010,
7 Hospital pharmacy merupakan Farmasi Peraturan Menteri
bagian yang tidak terpisahkan dari klinik, Kesehatan
sistem pelayanan kesehatan Pharmaceutic Republik
Rumah Sakit yang berorientasi al care, Indonesia, Nomor
kepada pelayanan pasien, konseling 72 Tahun 2016,
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat apoteker Tentang Standar
Kesehatan, dan Bahan Medis Pelayanan
Habis Pakai yang bermutu dan Kefarmasian Di
terjangkau bagi semua lapisan Rumah Sakit
masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik
8 Procurement adalah pengadaan Pengadaan The Definitions of
atau pembelian, merupakan fungsi BHP dan ‘Procurement’ and
manajemen bisnis yang menjamin Alkes, ‘Supply Chain
identifikasi, pengadaan, akses dan pengadaan Management’-
pengelolaan sumber daya obat dirumah CIPS Australasia,
eksternal yang memerlukan sakit 2013
organisasi atau mungkin perlu
untuk memenuhi tujuan strategis.
9 Production adalah suatu proses Tablet, sirup, http://www.busines
dan metode yang digunakan untuk kapsul sdictionary.com/de
mengubah suatu masukan atau finition/manufactur
input yang berwujud nyata ing.html
(seperti bahan baku atau barang
setengah jadi) dan suatu masukan
yang tidak berwujud nyata
(seperti gagasan, informasi, dan
pengetahuan) menjadi barang atau
jasa. Sumber yang digunakan
dalam proses ini digunakan untuk
membuata output atau keluaran
yang cocok untuk digunakan atau
memiiki niai tukar. Manufadring
adalah suatu proses megkonversi
bahan baku, komponen, atau
bagian menjadi barang jadi yang
memenuhi ekspektasi atau
spesifikasi pelanggan.
Manufacturing umumnya
mempekerjakan suatu pengaturan
manusia-mesin dengan pembagian
kerja dalam produksi skala besar.
10 Distribution didefinisikan sebagai Distribusi http://www.busines
pergerakan barang dan jasa dari obat, Alkes, sdictionary.com/de
sumber melalui saluran distribusi BMHP dari finition/distributio
sampai kepelanggan akhir, PFB ke RS n.html
konsumen, atau pengguna, dan atau Apotek
gerakan pembayaran dalam arah
yang berlawanan, sampai ke
produsen asli atau pemasok.
11 Pharmaceutical service/ care Konseling, American Society
merupakan tanggung jawab pemantauan of Hospital
langsung  apoteker pada Terapi obat, Pharmacists
pelayanan yang berhubungan visite (ASHP)
dengan pengobatan pasien dengan
tujuan mencapai hasil yang
ditetapkan yang memperbaiki
kualitas hidup pasien.
12 Medicine adalah seni atau ilmu Obat dan https://www.dictio
memulihkan atau menjaga Terapi nary.com/browse/
kesehatan atau kondisi fisik medicine
dengan cara obat, atau operasi
pembedahan
13 Drug adalah bahan atau paduan Tablet, Undang-Undang
bahan, termasuk produk biologi emulsi, Republik Indonesia
yang digunakan untuk kapsul, Nomor 36 Tahun
mempengaruhi atau suppositoria, 2009 Tentang
menyelidiki sistem fisiologi atau salep Kesehatan
keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi, untuk manusia.
14 Cosmetic adalah bahan atau Lotion, Peraturan Menteri
sediaan yang dimaksudkan untuk shampo, Kesehatan
digunakan pada bagian luar tubuh cream, bedak Republik
manusia (epidermis, rambut, tabur, gel Indonesia. Nomor
kuku, bibir dan organ genital 1175/Menkes/Per/
bagian luar) atau gigi dan Viii/2010, Tentang
membran mukosa mulut terutama Izin Produksi
untuk membersihkan, Kosmetika
mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi
baik
15 Cosmeceutical didefinisikan toksin Peraturan Menteri
sebagai zat yang menggabungkan botulinum Kesehatan
sifat kosmetik dan farmasi, yang Republik
termasuk sediaan topikal serta disuntikan Indonesia. Nomor
agen untuk 1175/Menkes/Per/
meghaluskan Viii/2010, Tentang
kulit. Izin Produksi
Kosmetika
16 Traditional medicine atau Obat Jamu, Peraturan Menteri
tradisional adalah bahan atau fitofarmaka, Kesehatan
ramuan bahan yang berupa bahan obat herbal Republik
tumbuhan, bahan hewan, bahan terstandar Indonesia. Nomor
mineral, sediaan sarian (galenik) 007 Tahun 2012.
atau campuran dari bahan tersebut Tentang Registrasi
yang secara turun temurun telah Obat Tradisional
digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di
masyarakat.
17 Medical devices adalah setiap Uji diagnosis, Food and Drug
artikel atau produk kesehatan Alat suntik, Administration 
yang dimaksudkan untuk nebulizer (FDA)
digunakan dalam perawatan,
pengobatan atau pencegahan
penyakit, yang tidak dimaksudkan
dalam tujuan aksi kimia atau yang
termetabolisme.
18 Health care merupakan bidang Rumah sakit, https://www.dictio
yang bersangkutan dengan Apotek, nary.com/browse/h
pemeliharaan atau pemulihan Klinik ealthcare
kesehatan tubuh dan pikiran.
19 Public & Private health mengacu Pasien, World Health
pada semua tindakan yang Dokter, Organization
terorganisir (apakah publik atau Apoteker, (WHO)
swasta) untuk mencegah penyakit, Perawat,
menigkatkan kesehatan, tenaga medis
mencegah penyakit, menigkatkan lainnya
kesehtan, dan memperpanjang
hidup pada populasi secara
keseluruhan. Kegiatannya
bertujuan untuk menyediakan
kondisi dimana orang bisa sehat
dan fokus pada seluruh populasi,
bukan pada individu pasien atau
penyakit. Dengan demikian public
health berkaitan dengan sistem
total dan tidak hanya pada
pemberantasan penyakit tertentu.
20 Regulatory didefinisikan sebagai Izin American
sesuatu yang terkait dengan Pendirian Heritage®
pemerintah. apotik Dictionary of the
English Language,
Fifth Edition.
Copyright © 2016
by Houghton
Mifflin Harcourt
Publishing
Company.
Published by
Houghton Mifflin
Harcourt
Publishing
Company. All
rights reserved.
2. Rangkuman UU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam pasal 1 dijelaskan mengenai tahapan pembentukan peraturan
perundang undangan, peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga Negara, undang-undang
adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk DPR dengan persetujuan
presiden, peraturan pemerintah merupakan peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh presiden. Ada 4 jenis peraturan yaitu peraturan pemerintah,
peraturan presiden, peraturan daerah provinsi dan peraturan kabupaten/kota. Ada
dua macam program legislasi yaitu program legislasi nasional dan program
legislasi daerah. Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-
undangan dalam Negara Republik Indonesia. UUD 45 merupakan hukum dasar
dalam peraturan perundang-undangan, ditempatkan dalam lembaran Negara
Republik Indonesia tidak merupakan dasar pemberlakuanya.
BAB II
ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1. Asas pembentukan peraturan perundang-undangan meliputi:
a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan dan
g. Keterbukaan
2. Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas:
a. Pengayoman
b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan
e. Kenusantaraan
f. Bhinneka tunggal ika
g. Keadilan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i. Ketertiban dan kepastian hukum dan pemerintahan
j. Ketertiban dan kepastian hukum
k. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
BAB III
JENIS, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-undang/ peraturan Pemerintahan Pengganti Undang0Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten
2. Materi muatan peraturan pemerintah berisi materi untuk menjalankan undang-
undang sebagai mestinya. Materi muatan peraturan presiden berisi materi yang
diperintahkan oleh undang-undang,materi muatan Peraturan Daerah Provinsi
dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah. Materi muatan ketentuan pidana hanya dapat
dimuat dalam :
a. Undang-Undang
b. Peraturan Daerah Provinsi
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud berupa ancaman pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
BAB IV
PERENCANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Perencanaan Undang-undang
Perencanaan penyusunan Undang-undang dilakukan dalam Prolgenas.
Dalam penyusunan proglenas, penyusunan daftar Rancangan Undang-Undang
didasrkan atas:
a. Perintah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Perintah ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Perintah undang-undang lainnya
d. Sistem perencanaan pembangunan nasional
e. Rencana pembangunan jangka panjang nasional
f. Rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR
g. Aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat
Proglenas memuat program program pembentukan undanh-undang
dengan judul RUU, materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan peraturan
perundang-undang lainnya. Penyusunan Proglenas dilaksanakan oleh DPR dan
Pemerintah, penyusunan prolhenas di lingkungan DPR dilakukan dengan
pertimbangan usulan dari fraksi, komisi, anggota DPR, DPD, dan masyarakat
dan penyusunan proglenas di lingkungan pemerintah dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelanggarakan urusan pemerintah di bidang hukum. Hasil
penyusunan proglenas antara DPR dan Pemerintah disepakati menjadi
proglenas dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR
Bab V
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Rancangan undang-undang dapat berasl dari DPR atau Presiden, rancangan
Undang-undang yang berasal dari DPR dapt bersak dari DPD, RUU yang berasal
dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai naskah akademik, penyusunan
Naskah Akademik RUU dilakukan sesuai dengan teknik Penyusunan naskah
akademik. Rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD adalah RUU yang
berkaitan dengan:
a.      Otonomi daerah
b.      Hubungan pusat dan daerah
c.       Pembentukan dan pemekaran serta penngabungan daerah
d.      Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
e.      Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh
menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan
lingkup tugas dan tanggung  jawabnya, rancangan undang-undang dari DPD
kepada pimpinan DPR dan harus disertai naskah akademik.
BAB VI
TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dilakukan sesuai
dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan , ketentuan mengenai
perubahan terhadap teknik penyusunan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud di atur dengan peraturan presiden
BAB VII
PEMBAHASAN DAN PENGESAHAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Pembahasan RUU dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau menteri yang
ditugasi , pembahasan RUU yang berkaitan dengan :
a.       Otonomi daerah
b.      Hubungan pusat dan daerah
c.       Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah
d.      Pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya dan
e.      Perimbangan keuangan pusat dan daerah, dilakukan dengan
mengikutsertakan DPD
Pembahasan RUU dilakukan melalui 2 tingkat pembicaraan :
a.       Pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi , rapat gabungan komisi,rapat
badan legislasi, rapat badan anggarn, atau rapat panitia khusus
b.      Pembicaraan tingkat ii dalam rapat paripurna
c.       Penyampaian pendapat mini
Rancangan undang-undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama
oleh DPR dan Presiden Ketentuan lebih mengenai tata cara penarikan kembali
RUU diatur peraturan DPR, rancangan undang-undang tidak ditanda tangani oleh
presiden dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak RUU tersebut sah
menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
Dalam setiap undang –undang harus dicantumkan batas waktu penetapan
peraturan pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksanaan undang-undang
tersebut. Penetapan peraturan pemerintah dan peraturan lainnya yang diperlukan
dalam penlenggaraan pemerintahan tidak atas perintah suatu undang-undang.
BAB VIII
PEMBAHASAN DAN PENETAPAN
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN KOTA
Pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi dilakukan oleh DPRD
provinsi beserta gubernur dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan yang
dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD provinsi
yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna. Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi di atur
dengan peraturan DPRD Provinsi
BAB IX
PENGUNDANGAN
Agar setiap orang mengetahuinya, peraturan perundang-undangan harus
diundangkan dengan menempatkannya dalam :
a.       Lembaran Negara Republik Indonesia
b.      Tambahan Lembaran Negara Republlik Indonesia
c.       Berita Negara Republik Indonesia
d.      Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
e.      Lembaran Daerah
f.        Tambahan Lembaran Daerah
g.       Berita Daerah
Peraturan perundang-undangan yang diundangkan dalam lembaran negara
republik indonesia, meliputi:
a.       Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
b.      Peraturan pemerintah
c.       Peraturan presiden
d.      Peraturan perundang-undangan lain yang menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku harusdiundngkan dalam lembaran negara republik
indonesia
BAB X
PENYEBARLUASAN
Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan pemerintah sejak penyusunan
RUU, pembahasan RUU, hingga pengundang undang-undangan, penyebarluasan
dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan
masyarakat serta para pemangku kepentingan
Peraturan perundang-undangan perlu diterjemahkan ke dalam bahasa asing,
penerjemahannya urusan pemerintahn di bidang hukum, terjemahan sebagaimana
yang dimaksudnmerupakan terjemahan yang resmi.
BAB XI
PARTISIPASI MASYARAKAT
Masyarakat berhak  memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis
dalam pembentukan peraturan perundan-undangan  dapat dilakukan melalui :
a.       Rapat dengar pendapat umum
b.      Kunjungan kerja
c.       Sosialisai
d.      Seminar, lokakarya, dan diskusi
Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan
dan/atau tertulis, setipa rancangan peraturan perundang-undangan harus dapat di
akses dengan mudah  oleh masyarakat.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Teknik penyusunan dan/atau bentuk yang diatur dalam undang-undang ini
berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik penyusunan dan/atau bentuk
keputusan presiden, keputusan pimpinan majelis pemusyarawatan rakyat,
keputusan pimpinan DPR, keputusan pimpinan DPD, keputusan ketua MA,
Keputusan ketua MK, keputusan ketua komisi yudisial, keputusan gubernur BI,
keputusan menteri, keputusan kepala badan,  keputusan  kepala lembaga, atau
keputusan ketua komisi yang setingkat, keputusan pimpinan DPRD provinsi,
keputusan gubernur, keputusan pimpinanan DPRD provinsi, keputusan
gubernur,keputusan pimpinan DPRD kabupaten/Kota, keputusan
Bupati/Walikota, keputusan kepala desa atau yang setingkat.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Semua keputusan presiden, keputusan menteri, keputusan gubernur,
keputusan Bupati atau walikota, atau keputusan pejabat lainnya .peraturan
pelaksanaan dari undang-undang ini harus ditetapkan paling lama 1 tahun sejak
undang-undang ini di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan undang- undang ini dengan penempatan nya dalam
lembaran negara republik indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG
KESEHATAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam ketentuan umum ini dijelaskan pengertian dari kesehatan, sumber
daya di bidang kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, alat
kesehatan, tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, obat, obat
tradisional, teknologi kesehatan, upaya kesehatan, pelayanan kesehatan
promotif, pelayaan kesehatan kuratif, pelayanan kesehatan rehabilitatif,
pelayanan kesehatan tradisional pemerintah pusat, daerah, hingga menteri.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusian, keseimbangan,
manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama. Sedangkan tujuan
pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setingi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya dibidang kesehatan. Juga memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan
bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan
dan mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan
yang diperlukan bagi dirinya.
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
menigkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Juga
berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat baik fidik, biologi, maupun sosial.
BAB V
SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN
Tenaga Kesehatan
Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melalui pendidikan
dan/atau pelatihan. Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan kesehatan
perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan
tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan swasta. Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam keadaan
darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang
menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Perbekalan Kesehatan
Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Dalam menjamin ketersediaan
obat dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus
untuk pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan masyarakat
akan perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang
berupa obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan
memperhatikan kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan
pemerataan.
Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial harus
tersedia bagi kepentingan masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan
disempurnakan paling lama setiap dua tahun sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan teknologi.
Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam daftar
obat esensial nasional harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya,
sehingga penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah.
Teknologi dan Produk Teknologi
Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan,
dikembangkan, dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat yang mencakup
segala metode dan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit,
mendeteksi adanya penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit,
menyembuhkan, memperkecil komplikasi, dan memulihkan
kesehatan setelah sakit.
BAB VI
UPAYA KESEHATAN
Umum
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan melalui kegiatan
pelayanan kesehatan; pelayanan kesehatan tradisional; peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit; penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;
kesehatan reproduksi; keluarga berencana; kesehatan sekolah; kesehatan
olahraga; pelayanan kesehatan pada bencana; pelayanan darah; kesehatan gigi
dan mulut; penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran; kesehatan matra; pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan; pengamanan makanan dan minuman; pengamanan zat
adiktif; dan/atau bedah mayat
Pelayanan Kesehatan
Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima atau
menolak tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara
cepat menular ke masyarakat yang lebih luas. Setiap orang berhak atas rahasia
kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara /
petugas kesehatan.

Pelayanan Kesehatan Tradisional


Pelayanan kesehatan tradisional meliputi kesehatan tradisional yang
menggunakan ketrampilan dan yang menggunakan ramuan. Pelayanan
kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan
dengan norma-norma agama. Setiap orang yang melakukan pelayanan
kesehatan tradisional harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang
berwenang. Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan
tradisional dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan
masyarakat.
Pencegahan Penyakit
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan segala bentuk
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan dan menghindari atau
mengurangi resiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.
Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat
penyakit dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat melalui transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah
plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi meliputi saat sebelum hamil, hamil, melahirkan dan
sesudah melahirkan; pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan
seksual; kesehatan sistem repsoduksi.
Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan aborsi dikecualikan
berdasarkan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan
akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan. Tindakan dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau
penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
Keluarga Berencana
Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk
pengaturan kehamilan. Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh
masyarakat.
Kesehatan Sekolah
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik
dapat belajar, tumbuh, dan
berkembang secara harmonis dan setinggitingginya menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.
Kesehatan Olahraga
Upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran jasmani masyarakat yang mengutamakan pendekatan preventif dan
promotif, tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan Kesehatan pada Bencana
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bencana bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan.
Pelayanan Darah
Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan
dan tidka untuk tujuan komersial. Darah diperoleh dari pendonor darah
sukarela yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan
mengutamakan kesehatan pendonor. Darah yang diperoleh dari pendonor
darah sukarela sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan laboratorium
guna mencegah penularan penyakit.
Penyelenggaraan donor darah dilakukan oleh Unit Transfusi Darah (UTD).
UTD dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kepalang-
merahan.
Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan
kesehatan gigi melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan
kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah.
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran
Penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran
merupakan semua kegiatan yang dilakukan meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan indera penglihatan, dan pendengaran masyarakat
Kesehatan Matra
Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan
bawah air, serta kesehatan kedirgantaraan.

Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau
keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan
Pengamanan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus
didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan yang dikemas wajib
diberi tanda atau label yang berisi: Nama produk; Daftar bahan yang
digunakan; Berat bersih atau isi bersih;Nama dan alamat pihak yang
memproduksi atau memasukan makanan dan minuman kedalam wilayah
Indonesia; dan Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.
Pengamanan Zat Adiktif
Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan
agar tidakmenggangguan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan.
Zat adiktif meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau padat,
cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan
kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. Produksi, peredaran,
dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar
dan/atau persayaratan yang ditetapkan.
Bedah Mayat
Bedah mayat klinis dapat dilakukan di rumah sakit untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan atau untuk menegakkan
diagnosis dan/atau menyimpulkan penyebab kematian atas persetujuan tertulis
pasien semasa hidupnya atau persetujuan tertulis keluarga terdekat pasien.
Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan biomedik
dapat dilakukan bedah mayat anatomis terhadap mayat yang tidak dikenal atau
mayat yang tidak diurus oleh keluarganya, atas persetujuan tertulis orang
tersebut semasa hidupnya atau persetujuan tertulis keluarganya di rumah sakit
pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran.
BAB VII
KESEHATAN IBU, BAYI DAN ANAK
Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu.
Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama enam bulan, kecuali ada indiaksi medis. Selama pemberian ASI, pihak
keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakt harus mendukung ibu
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus yaitu di
tempat kerja dan tempat sarana umum.
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan
anak. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara
bertanggungjawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang
secara sehat dan optimal.
Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untukmencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala
bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu
kesehatannya. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban
untuk menjamin terselenggarakan perlindungan bayi dan anak dan
menyediakan pelayanan kesehatan sesuasi dengan kebutuhan.
BAB VIII
GIZI
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat melalui perbaikan pola konsumsi makanan yang
sesuai dengan gizi seimbang; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan
kesehatan; peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi; dan peningkatan sistem kewaspadaan pangan
dan gizi.
BAB IX
KESEHATAN JIWA
Masyarakat berhak mendapatkan informasi dan edukasi yang benar
mengenai kesehatan jiwa. Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban
menyediakan layanan informasi dan edukasi tentang kesehatan jiwa.
Penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam
keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu ketertiban
dan/atau keamanan umum wajib mendapatkan pengobatan dan perawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
BAB X
PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
Penyakit Menular
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggungjawab
melaksanakan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit
menular serta dampak yang ditimbulkannya.
Upaya itu dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan/atau meninggal dunia
serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu,
efektif, terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian
penyakit menular melalui imunisasi.
Penyakit Tidak Menular
Pengendalian penyakit tidak menular dilakukan dengan pendekatan
surveilansa faktor resiko, registrasi penyakit, dan surveilans kematian.
Kegiatan dimaksud bertujuan memperoleh informasi yang esensial serta dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya pengendalian penyakit
tidak menular. Kegiatannya dilakukan melalui kerja sama lintas sektor dan
dengan membentuk jejaring baik nasional maupun internasional.
BAB XI
KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang bebas dari unsur-
unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: limbah cair; limbah
padat; limbah gas; sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah; binatang pembawa penyakit; zat kimia yang
berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas; radiasi sinar pengion dan
non pengion; air yang tercemar; udara yang tercemar; dan makanan yang
terkontaminasi.
BAB XII
KESEHATAN KERJA
Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja dan
menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya
kecelakaan kerja. Selain itu, pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab
atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
PENGELOLAAN KESEHATAN
Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah
dan dibuat dalam suatu sistem kesehatan nasional.
BAB XIV
INFORMASI KESEHATAN
Informasi kesehatan dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas
sektor. Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
BAB XV
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan swasta dan sumber lain.
Besar anggaran pemerintah dialokasikan minimal lima persen dari
anggaran pendapatan belanja negara diluar gaji.
Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah propinsi, kabupaten/kota
dialokasikan minimal sepuluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah diluar gaji.
Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan
publik yang besarnya sekurang-kurangnya dua per tiga dari anggaran
kesehatan dalam APBN dan APBD.
BAB XVI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi
dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan yang mencakup
keikutsertaan secara aktif dan kreatif.
BAB XVII
BADAN PERTIMBANGAN
Untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan
pembangungan bidang kesehatan dibentuk Badan Pertimbangan Kesehatan
Pusat dan Daerah. Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat dinamakan Badan
Pertimbangan Kesehatan Nasional (BPKN) berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia. Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah (BPKD)
berkedudukan di ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/ kota.
BAB XVIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara
kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang
kesehatan dan upaya kesehatan diarahkan untuk: memenuhi kebutuhan setiap
orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan;
menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan;
memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan
perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan
standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan
yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Menteri melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap
penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya di bidang
kesehatan dan upaya kesehatan.
BAB XIX
PENYIDIKAN
Penyidik berwenang: melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta
keterangan tentang tindak pidana di bidang kesehatan; melakukan
pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang
kesehatan; meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana di bidang kesehatan; melakukan
pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang
kesehatan; melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti
dalam perkara tindak pidana di bidang kesehatan; meminta bantuan ahli dalam
rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan;
menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan adanya tindak pidana di bidang kesehatan.
BAB XX
PIDANA
Pimpinan unit pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama pada pasien yang
dalam keadaan gawat darurat dipidana dengan pidana penjara paling lama dua
tahun dan denda paling banyak dua ratus juta rupiah.
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama pada pasien yang
dalam keadaan gawat darurat mengakibatkan kecacatan dan/atau kematian
dipidana dengan pidana paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak
satu milyar rupiah
Setiap orang yang tanpa ijin melakukan praktek pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan
kerugian harta benda, luka berat, dan/atau kematian dipidana dengan penjara
paling lama satu tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah.
BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN
Peraturan Perundang-undangan sebagai pelaksanaan Undang-Undang
ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal pengundangan Undang-
Undang.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Undang-undang mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 2009
TENTANG
PEKERJAAN KEFARMASIAN

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu


Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.
Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat
STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.
Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan
kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan
Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau
penyaluran.
Tugas, peran, dan tanggungjawab Apoteker
Tugas
 Melakukan pekerjaan kefarmasian (pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional).
 Membuat dan memperbaharui SOP (Standard Operational Procedure)
baik di industri farmasi maupun
 Harus memenuhi ketentuan Cara Distribusi yang Baik yang ditetapkan
oleh Menteri saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau
penyaluran sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran sediaan farmasi.
 Apoteker wajib menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika
kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Peran
 Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagan
pemastian mutu (Quality Assurance), produksi, dan pengawasan mutu
(Quality Control).
 Sebagai penanggungjawab Fasilitas Pelayanan Kefarmasian yaitu di
apotek, di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), puskesmas, klinik,
toko obat, atau praktek bersama.
 Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan
dokter dan/atau pasien.
 Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, apoteker dapat mengangkat seorang Apoteker pendamping
yang memiliki SIPA.
Tanggungjawab
 Melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di apotek
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi
dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, juga untuk melindungi masyarakat dari bahaya
penyalahgunaan atau penggunaan sediaan farmasi yang tidak tepat dan
tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
Pelayanan kefarmasian juga ditujukan pada perluasan dan pemerataan
pelayanan kesehatan terkait dengan penggunaan farmasi sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
 Menjaga rahasia kefarmasian di industri farmasi dan di apotek yang
menyangkut proses produksi, distribusi dan pelayanan dari sediaan
farmasi termasuk rahasia pasien.
 Harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
yang ditetapkan oleh Menteri dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian dalam produksi sediaan farmasi, termasuk di dalamnya
melakukan pencatatan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses
produksi dan pengawasan mutu sediaan farmasi pada fasilitas produksi
sediaan farmasi.
 Tenaga kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada
fasilitas produksi sediaan farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu.
 Menerapkan standar pelayanan kefarmasian dalam menjalankan praktek
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
 Wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan kendali biaya,
yang dilakukan melalui audit kefarmasian.
 Menegakkan disiplin dalam menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan aturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai