Anda di halaman 1dari 65

9/6/2016

FARMASI
Bahasa Yunani : farmakon = medika = obat
Ilmu resep: ilmu yang mempelajari cara penyediaan
bahan aktif menjadi bentuk tertentu (meracik) hingga
siap digunakan sebagai obat (art of drug
compounding)
Galen (130-200M): dokter dan ahli farmasi dari Yunani
ilmu kedokteran dan obat-obatan yang berasal dari
alam, formula dan sediaan farmasi (GALENIKA)

9/6/2016

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk


pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika.

Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan


berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.

9/6/2016

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus


sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker.
Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA
adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker
untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian
pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat
izin yang diberikan kepada Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan
Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi dan
fasilitas distribusi atau penyaluran.

Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang


Apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing
pada bidang pemastian mutu (QA), produksi, dan
pengawasan mutu (QC) setiap produksi Sediaan
Farmasi.
Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika harus
memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Apoteker
sebagai penanggung jawab.

9/6/2016

Farmakologi: ilmu yang mempelajari obat dengan


segala aspeknya terhadap efeknya pada mahluk hidup
Farmakognosi: mempelajari obat-obat yang berasal
dari tanaman
Biofarmasi: pengaruh formulasi terhadap efek
terapeutik
Farmakokinetika: mempelajari nasib obat mulai saat
pemberian, transpor dalam darah, distribusi ke tempat
kerja dan jaringan lain, hingga ekskresinya.
Farmakodinamika: kegiatan obat terhadap organisme
hidup
Toksikologi: efek racun terhadap tubuh
Farmakoterapi: penggunaan obat untuk pengobatan

Buku resmi
Farmakope Indonesia ed I ed IV (FI)
British Pharmacopoeia (BP)
US Pharmacopoeia (USP)
The Extra Pharmacopoeia (Martindale)

9/6/2016

Obat:
semua bahan atau campuran bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia
atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia.
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat
adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi

Obat jadi
Obat paten
Obat baru
Obat tradisional
Obat esensial (DOEN)
Obat generik

9/6/2016

Cara penggunaan:
Medicamentum ad usum internum
Pemakaian dalam (oral)
Beretiket putih

Medicamentum ad usum externum


Pemakaian luar
Beretiket biru
implan, injeksi, rektal, vaginal, nasal, ophtalmic, aurical,
gargarisma

Cara kerja:
Lokal
Sistemik

Berdasarkan undang-undang
Narkotika (O = opium)
Psikotropika
Obat keras (G = geverlijk = berbahaya)
Obat bebas terbatas (W = waarschuwing = peringatan)
Obat bebas

9/6/2016

Resep = permintaan tertulis dari seorang dokter,


dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlakuk kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan
dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat
kepada pasien.

R/ = recipe = ambilah

insriptio

invocatio
praescriptio

signatura
Iteratie / iter

9/6/2016

Resep yang memerlukan penanganan khusus


Cito = segera
Statim = penting
Urgent = sangat penting
P.I.M = periculum in mora = berbahaya jika ditunda
Resep dengan tanda seru = dosis melebihi dosis
maksimum

9/6/2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 51 TAHUN 2009
TENTANG
PEKERJAAN KEFARMASIAN

9/6/2016

Pasal 1
1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.

2. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional


dan kosmetika.
3. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian.
4. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

10

9/6/2016

7. Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk


menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
8. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
9. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi adalah sarana yang
digunakan untuk memproduksi obat, bahan baku obat,
obat tradisional, dan kosmetika.
10. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
adalah sarana yang digunakan untuk mendistribusikan
atau menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu Pedagang Besar
Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi.

11. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang


digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.
13. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
14. Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk
menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas
untuk dijual secara eceran.

11

9/6/2016

Pasal 2
(2) Pekerjaan Kefarmasian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.

Pasal 5
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan
Farmasi;
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan
Farmasi;
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau
Penyaluran Sediaan Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan
Farmasi.

12

9/6/2016

Pasal 6
(1) Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada
fasilitas produksi, fasilitas distribusi atau
penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan
farmasi.
(3) Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat
menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat
Sediaan Farmasi.

Pasal 8
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi dapat berupa industri
farmasi obat, industri bahan baku obat, industri obat
tradisional, dan pabrik kosmetika.
Pasal 9
(1)Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker
sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang
pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap
produksi Sediaan Farmasi.
Pasal 10
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus memenuhi
ketentuan Cara Pembuatan yang Baik yang ditetapkan oleh
Menteri.

13

9/6/2016

Pasal 18
Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau
penyaluran.
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan
standar pelayanan kefarmasian.
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh Apoteker.

Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat:
a. mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki
SIPA;
b. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien; dan
c. menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika
kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

14

9/6/2016

Pasal 30
(1) Setiap Tenaga Kefarmasian dalam menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian wajib menyimpan Rahasia
Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian.
(2) Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian
hanya dapat dibuka untuk kepentingan pasien,
memenuhi permintaan hakim dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri
dan/atau berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

15

9/6/2016

16

9/6/2016

DOSIS
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada
penderita dalam satuan berat (gram, miligram,
mikrogram) atau satuan isi (mililiter, liter) atau unitunit lainnya (Unit Internasional).
Dosis terapeutik < Dosis maksimum < Dosis toxica <
Dosis letalis

17

9/6/2016

DOSIS LAZIM
Kecuali dinyatakan lain, maka yang dimaksud dengan
dosis obat ialah sejumlah obat yang memberikan efek
terapeutik pada penderita dewasa atau anak
disebut dozis lazim atau dosis medicinalis atau dosis
terapeutik.

Dosis maksimum adalah dosis optimum yang


masih dapat diberikan kepada seorang manusia
dewasa sehat tanpa menimbulkan efek keracunan.
untuk memberitahukan pada apoteker, bahwa dokter
dgn sadar melebihkan obat, maka resep diberi
tanda seru (!) disertai paraf

Dosis Toxica : Bila dosis obat yang diberikan


melebihi dosis maksimum, sehingga dapat
menyebabkan terjadi keracunan, dinyatakan
sebagai (tanpa kematian )
Bila Dosis toxica ini dilewati maka dapat
mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letalis.

18

9/6/2016

INITIAL DOSE
Merupakan dosis permulaan yang diberikan pada
penderita dengan tujuan agar konsentrasi / kadar
obat dalam darah dapat dicapai lebih awal

LOADING DOSE
Dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat
mencapai konsentrasi terapeutik dalam cairan tubuh
yang menghasilkan efek klinis

MAINTENANCE DOSE
Dosis obat yang diperlukan untuk memeliharamempertahankan efek klinik atau konsentrasi
terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen
Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan
jumlah obat yang dieliminasi dari dosis yang
terdahulu
Penghitungan dosis pemeliharaan yang tepat dapat
mempertahankan suatu keadaan stabil di dalam
tubuh

19

9/6/2016

CARA PEMBERIAN OBAT


1.
2.
3.
4.
5.

Enteral (oral ): dimakan atau diminum


Parenteral : subkutan, intramuskuler, intravena, dan
sebagainya.
Rektal, vaginal, uretral
Lokal, topikal
Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dan
sebagainya.

20

9/6/2016

DOSIS UNTUK ANAK

Berdasar perbandingan dosis dengan orang dewasa


Berdasar kondisi fisik masing-masing anak

PERBANDINGAN DOSIS
Berdasar umur
(orang dewasa : 20 24 tahun)

Berdasar berat badan


orang dewasa : 70 kg)

Berdasar luas permukaan tubuh (LPT) .


luas permukaan tubuh orang dewasa : 1.73 m

21

9/6/2016

DOSIS TERAPEUTIK
Formula YOUNG :
n
Da = ----- x Ddws
n+12
Formula DILLING :
n
Da = ----- x Ddws
20

DOSIS TERAPEUTIK
Formula FRIED :
m
Da = -------- x Ddws
150
Formula AUGSBERGER :
4n + 20
Da = ---------- x Ddws
100

22

9/6/2016

DOSIS TERAPEUTIK
Formula COWLING :
n+1
Da = ---------- x Ddws
24
n : umur anak (tahun)
m : umur anak dalam bulan
Da : Dosis Anak
Ddws : Dosis dewasa dalam mg
Usia dewasa : 20 24 tahun

BERDASAR BERAT BADAN


Formula AUGSBERGER :
1.5w + 10
Da = ------------ x Ddws
100
w : berat badan dalam kg
Berat badan dewasa : 70 kg

23

9/6/2016

BERDASAR LPT
Formula CRAWFORD ERRY ROURKE :
LPT anak
Da = --------------- x Ddws
LPT dewasa
LPT dewasa : 1,73 m

METODE GABIUS
< 1 tahun

1/12 Ddws

2 tahun

1/8 Ddws

3 tahun

1/6 Ddws

4 tahun

1/4 Ddws

7 tahun

1/3 Ddws

14 tahun

1/2 Ddws

20 tahun

2/3 Ddws

> 21 tahun

Ddws

24

9/6/2016

FORMULA PINCUS CATSEL


1 tahun

Dd

tahun

1/3 Dd

5 tahun

0.4 Dd

7 tahun

0.5 Dd

12 tahun

0.75 Dd

> 18 tahun

Dd

Arti % dalam campuran obat

% b/b= gram/gram %
misal : Boorzalf 10% = tiap 100 g zalf mengandung 10 g acidum
boricum

% b/v = gram / ml %
misal : 1% morphine HCl = 1 g morphine HCl dlm 100 ml larutan
/ injeksi

% v/v = ml / ml %
misal : alkohol 70% = tiap 100 ml campuran mengandung 70 ml
etilalkohol murni

% v/b = ml / gram %
misal : kadar minyak 10% dlm suatu simplisia berarti : 10 ml
minyak dalam 100 g simplisia

25

9/6/2016

Alat Penakar Dosis u/ Obat Minum


Dalam Bentuk Sendok
Sendok makan = 15 cc
Sendok teh = 5 cc
Karena ada variasi volume dalam bentuk sendok yang
digunakan, maka idealnya :
1. tiap wadah obat minum dilengkapi dgn sendok yang sesuai
(ada batas ukurannya)
2. tiap penderita memiliki gelas-obat yang diberi tanda dgn
garis untuk sendok makan dan untuk sendok teh

Alat Penakar Dosis u/ Obat Minum


Berupa Obat Tetes
Penetes yg digunakan adalah penetes baku
Penetes baku = penetes internasional yg sudah memenuhi
syarat-syarat khusus
Karena penetesan sering tidak sesuai dgn yg dimaksud
dokter dan keraguan penderita dlm menghitung jumlah
tetes obat, maka lebih baik obat diencerkan dgn cukup air
sehingga dengan mudah dapat diminum

26

9/6/2016

PEDOMAN PENGOBATAN
Memberi
Dengan
Dalam
Kepada
Pada

obat yang tepat


dosis yang tepat
bentuk yang tepat
penderita yang tepat
waktu yang tepat

Kelengkapan resep dokter, etiket, dan salinan resep


Suatu resep yang lengkap harus memuat :
Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi
atau dokter hewan
Tanggal penulisan resep
Nama setiap obat atau komposisi obat
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Nama pasien, umur, serta alamat
Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.

27

9/6/2016

28

9/6/2016

29

9/6/2016

Pembagian suatu resep yang lengkap :


1).
2).
3).
4).
5).

Tanggal dan tempat ditulisnya resep (inscriptio)


Aturan pakai dari obat yang tertulis (signatura)
Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep
(subcriptio)
Tanda buka penulisan resep dengan R/ (invocatio)
Nama obat, jumlah dan cara membuatnya (praescriptio
atau
ordinatio )

Yang berhak menulis resep adalah


1. dokter
2. dokter gigi (terbatas pada pengobatan gigi dan mulut)
3. dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan)

Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang,


maka dalam resep ditulis Iteratie (Iter).
Dan ditulis berapa kali resep boleh diulang.
Misalkan iteratie 3 X,
artinya resep dapat dilayani 1 + 3 kali ulangan = 4 X .

Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak


dapat ditulis iteratie tetapi selalu dengan resep
baru.

30

9/6/2016

APOTEK SANGAT SEHAT SEKALI


Jl. Permai Raya VII No, 19 Depok Tenggara, 26753
APA : Valentino Rossi,S.Si., Apt.
SIPA No. KP.01.01.1.3.03047

No. 1

Tgl. 1/8/2014

Contoh Etiket Obat Dalam


Tn. Ronaldho
Sehari 3 x 1 tablet

APOTEK SANGAT SEHAT SEKALI


Jl. Permai Raya VII No, 19 Depok Tenggara, 26753
APA : Valentino Rossi,S.Si., Apt.
SIPA No. KP.01.01.1.3.03047

No. 2

Tgl. 1/8/2014

Tn. Ronaldho
Sehari 3 x 2 tetes mata kanan dan kiri

Contoh Etiket Obat Luar

OBAT LUAR

Salinan Resep (Copy Resep)


Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, selain
memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli
juga harus memuat :
1).
Nama dan alamat apotek
2). Nama dan nomer izin apoteker pengelola apotek.
3). Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola
apotek
4). Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan
dan tanda nedet (nedetur) untuk obat yang belum diserahkan,
pada resep dengan tanda ITER X diberi tanda detur orig /detur ..X
5). Nomor resep dan tanggal pembuatan.

31

9/6/2016

Contoh salinan resep


APOTEK SANGAT SEHAT SEKALI
Jl. Permai Raya VII No, 19 Depok Tenggara, 26753
APA : Valentino Rossi,S.Si., Apt.
SIPA No. KP.01.01.1.3.03047

No
Dari dokter
Tanggal
Pro

Salinan Resep
: 259
: Subroto
: 5 Nopember 2013
: Nn. Dewi Persik

R/ Amoxycillin 500
S.3.d.d.I
R/ Ponstan FCT
S.p.r.n. I

No. XII
----- det
No. XII
----- nedet

Jakarta, 5 Nopember 2013


Cap apotik
pcc
Tanda tangan APA

Istilah lain dari copy resep adalah


apograph, exemplum, afschrif.
Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan
tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada
salinan resep yang dimaksud diatas dilakukan oleh
Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan
mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita sendiri dan petugas kesehatan
atau petugas lain yang berwenang menurut perundang- undangan yang
berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara).

32

9/6/2016

Salinan resep narkotika


Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika,
walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayanai
sama sekali (untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan blankoblanko salinan resep).
Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep aslinya.
Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani sama sekali (dokter tidak boleh menuliskan iter untuk resep
yang mengandung narkotika).
Resep dari luar propinsi harus mendapat persetujuan dari dokter
setempat.

65

Penyimpanan resep dan salinan resep


Resep yang telah dikerjakan diatur menurut
tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan
harus disimpan minimal tiga tahun.
Resep yang mengandung narkotika harus
dipisahkan dari resep lainnya.
Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun
dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau
dengan cara lain yang memadai oleh APA bersama
sekurang-kurangnya seorang petugas apotek, dan
harus dibuat berita acara pemusnahan.

66

33

9/6/2016

Dosis untuk wanita hamil


Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan
sebaiknya diberi dalam jumlah yang lebih kecil, bahkan
untuk beberapa obat yang dapat mengakibatkan abortus
dilarang, juga wanita menyusui, karena obat dapat diserap
oleh bayi melalui ASI. Untuk anak dibawah 20 tahun
mempunyai perhitungan khusus.
Dosis untuk anak dan bayi
Aturan pokok untuk memperhitungkan dosis untuk anak
tidak ada, karena itu beberapa tokoh mencoba untuk
membuat perhitungan berdasarkan umur, bobot badan
dan luas permukaan (body surface ) .

Dosis maksimum gabungan


Bila dalam resep terdapat lebih dari satu macam obat yang
mempunyai kerja bersamaan/searah (sinergis), maka harus dibuat
dosis maksimum gabungan.
Dosis maksimum gabungan dinyatakan tidak terlampaui bila :
pemakaian 1 kali zat A + pemakaian 1 kali zat B, hasilnya
kurang dari 100 %, demikian pula pemakaian 1 harinya.

Contoh obat yang memiliki DM gabungan :


Atropin Sulfas
Pulvis Opii
Coffein
Arsen Trioxyda

dengan
dengan
dengan
dengan

Extractum Belladonnae
Pulvis Doveri
Aminophyllin
Natrii Arsenas

34

9/6/2016

Menghitung dosis obat dalam resep


Dosis dengan pemakaian berdasar jam
Contohnya S 3dd (3 x sehari)
1. Menurut FI edisi II untuk pemakaian sehari dihitung :
24 x = 24 x = setiap 8 jam obat diminum dalam sehari semalam
n
3
2. Menurut Van Duin :
16 +1 x = 16 + 1 x = setiap 6 jam obat diminum dalam sehari semalam
n
3
kecuali untuk antibiotika dan sulfonamida tetap dihitung 24 jam
(seperti rumus dari FI. II)

Menghitung dosis obat dalam resep


Dosis untuk larutan mengandung sirup jumlah besar
Harus diperhatikan didalam obat minum yang mengandung
sirup dalam jumlah besar yaitu lebih dari 16,67 % atau
lebih dari 1/6 bagian, BJ larutan akan berubah dari 1
menjadi 1,3, sehingga berat larutan tidak akan sama
dengan volume larutan.

35

9/6/2016

Beberapa rute pemberian obat


Gastrointestinal system (GIT)
Oral
Rectal

Parenteral
Subcutaneous injection (sc)
Intramuscular injection (im)
Intravenous injection (iv)
Intra-arterial injection (ia)

Transmucosal: buccal, sublingual


Nasal, Auricularis, Ophtalmic
Pulmonary: inhalasi
Transdermal (kulit)

Oral (PO)
Gastric irritation
Self administered

First pass effects

Patient centred
Partial absorption
Cheap
Degradation
Absorption along whole GI tract
Slow onset not for emergencies
Must be conscious

36

9/6/2016

Sublingual
Under the tongue - rich vascular supply to the mucosa
Rapid absorption and no first pass effects
Most drugs cannot be taken this way because
they may be absorbed incompletely or erratically
The unpleasant taste of many drugs is a disadvantage

Other routes : are buccal (absorption through


the cheek) and translingual (through the tongue)

Rectal
Useful where nausea/vomiting
prevents oral administration
Useful for unconscious patients/
children

Patient compliance
Variable absorption
Irritation

Drugs administered high in the rectum (drained by the superior rectal veins) are
usually carried directly to the liver and, thus, are subject to metabolism.
Rectal pH and rectal contents may also influence the absorption pattern of rectally
administered drugs .

37

9/6/2016

Injected parenteral
Intravenous (IV)- placing a drug directly into venous blood
Subcutaneous - Absorption of drugs from the subcutaneous
tissues - a layer of loose, irregular connective tissue immediately
beneath the skin; it contains fat cells
Intramuscular (IM) - drug injected into skeletal muscle

Intravenous
Rapid - quick response
Predictable plasma concentrations
Total dose 100 % bioavailability

Suitable vein - difficult to find


Toxicity - Because of the rapid response,
toxicity can be a problem with rapid
drug administrations
Requires trained personnel
Expensive Sterility

The pH of blood is normally 7.4 in diabetic ketoacidosis it can drop as low


as 6.6 which can have a profound effect on the distribution of ionizable drugs

38

9/6/2016

Subcutaneous
Reliable and acceptable for self administration
Poor absorption in peripheral circulatory failure
SC injections are usually limited to small volumes
no more than 1.5 ml
SC injection provides a route for constant administration
maintain a basal level

Subject to formulation effects - the


crystal structure of active agents have a
profound effect on it solubility and duration
of activity

Intramuscular
Intramuscular (IM) injections are given deep into
skeletal muscles
Drugs in solution absorbed more rapidly than drugs in
suspension.
Useful for irritant drugs
Greater injection volumes (2 to 5 ml) may be given by the IM
route
Useful for the slow release of drugs for a prolonged effect

39

9/6/2016

Inhalation
Useful for gaseous and volatile agents and
aerosols
Solid drug particles need to be < 1 m
Rapid onset of action (seconds)
- large pulmonary surface area (30 m2)
- ultra-thin membranes separate lung
air from the blood (2000 km capillaries)
- high blood flow
- the patient can control the dose
Also a common route for drugs of addiction solvents, nicotine,
opium, cannabis, freebase and crack cocaine, crystal meth.

Transdermal
The major barrier for drug absorption through
the skin is the stratum corneum, the top layer of the
epidermis (~20 cells, 10 - 20m).
Consists of corneocytes (flattened keratin rich cellular
remnants of once active epidermal cells) knitted tightly
together with the intercellular space rich in lipids
a bricks and mortar type structure.
Hygoscopic but impermeable to water - it behaves as a
tough, flexible membrane.
To improve penetration across the stratum corneum,
penetration enhancers may be used e.g. dimethyl
sulfoxide to disrupt the intercellualr lipids.

40

9/6/2016

Sediaan Obat Berdasarkan Bentuk


Sediaan obat
Sistem Homogen
Sistem Dispersi : satu fase terdispersi dalam fase lainnya
Fase terdispersi dan fase pendispersi (medium)

Gas : inhalasi, nebulizer


Sediaan cair (Liquid) : oral, tetes
Sediaan setengah padat (Semisolid)
Sediaan padat (Solid)

Gas
Gas : gas medis, inhalasi untuk anastesi
Aerodispersions : partikel padat atau partikel cair terdispersi dalam
medium gas (nebulizer : obat asma)

Liquid
Larutan (Solution) satu fase homogen, dibuat dengan cara
melarutkan satu atau lebih senyawa dalam pelarut yang cocok
(solvent)
Emulsi
Dispersi dua cairan yang tidak saling tercampurkan
o/w atau w/o
o
w

Suspensi
Dispersi satu atau lebih partikel padat dalam medium cair

41

9/6/2016

Semisolid
Gel (Jelly)
Cream (Krem) sistem emulsi minyak dan air (O/W)
Ointment (Unguentum = Salep = Zalp) sediaan
semisolid berbasis lemak (oleaginous), atau basis
water-soluble atau sistem emulsi
Oleaginous (hydrocabon) : Petrolatum (Vaseline
putih, kuning)
Water-soluble : Polyethylenglycol (PEG), Macrogol
Pasta semisolid dengan partikel solid > 25% (e.g.
ZnO) terdispersi dalam ointment utamanya basis
oleaginous (Petrolatum)
Suppositoria (untuk pemberian melalui rektal)
Bermacam bentuk
Meleleh pada suhu tubuh
Oleaginous (oleum cacao, adeps lanae) atau
aqueous (PEGs, glycerinated gelatine)
Pessari = Ovulae (supositoria vaginal)

Sediaan padat (solid)


Pulvis
Pulveres
Berbentuk :
- Tablet = sediaan Compressi
- Kapsul = Capsulae
- Implan = Implantates
- Pil = Pillulae
- Transdermal patches

42

9/6/2016

43

9/6/2016

44

9/6/2016

Sediaan serbuk untuk penggunaan luar


(external use)
Serbuk Tabur

Sediaan serbuk untuk penggunaan oral


(Pulvis)
Serbuk terbagi (Pulveres)
Kapsul

Sediaan serbuk tabur


Keuntungan
Mudah pemakaian
Mengabsobsi kelembaban kulit
Mengurangi kulit kasar
Menekan pertumbuhan bakteri kulit
Memberikan efek nyaman (semriwing)

Kekurangan
Dapat menutupi pori menyebabkan iritasi
Kontaminasi
Serbuk halus mungkin dapat terinhalasi
Tidak untuk kulit terbuka

45

9/6/2016

Sediaan Serbuk Oral


Keuntungan
Lebih stabil dibanding sediaan cair
Penggunaan relatif mudah
Absobsi lebih cepat dibanding tablet atau kapsul
kekurangan
Variasi akurasi dosis
Sulit menutupi bau dan rasa yang kurang enak

Serbuk Terbagi (pulveres)

keuntungan
Lebih stabil daripada sediaan cair
Dosis lebih akurat dibanding serbuk tak terbagi
Mudah penggunaan
Ukuran obat yang halus
Diterima oleh pasien anak-anak

kekurangan
Mungkin sulit untuk ditelan
Sukar menutupi rasa dan bau yang tidak enak

46

9/6/2016

Sediaan Kapsul

keuntungan
Lebih stabil daripada sediaan cair,
Terhindar dari instabilitas oleh cahaya
Dosis lebih akurat
Mudah penggunaan, mudah ditelan
Ukuran partikel halus
Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak

kekurangan
Kurang cocok untuk anak-anak

Metode umum penyiapan sediaan serbuk


pencampuran dengan menggunakan : doubling-up
technique
Timbang serbuk dengan volume terkecil (serbuk A) dan
pindahkan dalam mortir
2. Timbang serbuk lain dengan volume lebih besar (serbuk
B) dan tempatkan di atas kertas timbang (perkamen)
3. Tambahkan kurang lebih sama banyak serbu B ke dalam
mortir
4. Gerus dengan alu
5. Lanjutkan penambahan serbuk B kurang lebih sama
dengan jumlah yang ada di mortir dan campur dengan
menggunakan alu
6. Lanjutkan hingga selesai
7. Pindahkan dalam wadah yang sesuai (botol mulut lebar)
1.

47

9/6/2016

Metode umum penyiapan serbuk terbagi


(pulveres)
1. Ingat, untuk memudahkan dibuat minimum 500

mg serbuk dalam setiap bungkus kertas perkamen


(pulveres)
2. Tentukan bahan pembawa (diluent) dan hitung
jumlah bahan pembawa untuk memenuhi seluruh
bulk dari jumlah bungkus pulveres yang diminta.
3. Campur bahan aktif dan bahan pembawa dalam
mortir dengan doubling-up technique
4.Pindahkan serbuk pada 10 x 10 cm kertas
perkamen dan bungkus
5. Tempatkan dalam kotak atau flaks
6.Beri etiket yang sesuai

Cara Pengambilan dan Pelipatan Kertas Perkamen:


Ambilah kertas perkamen yang bersih. Hitunglah
jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk
yang akan dibungkus/dibuat.
Lipatlah bagian atas dari kertas perkamen 1 cm.
Lipatlah bagian lain dari kertas perkamen hingga ujung
bagian kertas perkamen tersebut tepat berada dibagian
lain dalam lipatan pertama.
Buatlah bungkusan dengan cara melipat - lipat sehingga
ujung kertas perkamen yang satu dapat masuk pada
bagian ujung kertas lainnya.
Samakan besarnya bungkusan agar kelihatan rapih.
Usahakan besarnya bungkusan tidak memberikan kesan
terlalu kecil atau terlalu besar

48

9/6/2016

Metode umum penyiapan sediaan kapsul


1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.

Pilih ukuran kapsul yang tepat, biasanya menggunakan


kasul ukuran no. 1 untuk bulk sebesar 500 mg.
Untuk memudahkan dibuat minimum 500 mg serbuk
dalam setiap kapsul (no. 1)
Tentukan bahan pembawa (diluent) dan hitung jumlah
bahan pembawa untuk memenuhi seluruh bulk dari
jumlah kapsul yang diminta.
Campur bahan aktif dan bahan pembawa dalam mortir
dengan doubling-up technique
Pindahkan serbuk pada 10 x 10 cm kertas perkamen
Masukkan serbuk dalam tiap perkamen dalam kapsul
Beri etiket yang sesuai

Metode pengisian kapsul


1. Scooping.
2. Spatula.
3. Pouring
4. Punch method
5. Tutup dan bersihkan kapsul

menggunakan kain flanel

49

9/6/2016

Sizes and Approximate Capacities


Size

000

00 el 00

Volume (mL)

1.37

1.02

Capacity (mg) at 1096 816


Packing density
= 0.8 g/mL

0 el

0.91 0.78 0.68 0.50 0.37 0.30 0.21 0.13


728

R/ Tremenza
Dexamethason
GG
Paracetamol

624

544

400

296

240

168

104

1/3 tab
0,25 mg
40 mg
100 mg

m. f. pulv. dtd. No. XII


m. f. pulv. dtd. No. XII : misce fac pulveres da tales dosis
numero 12

artinya : campur dan buat serbuk berikan sekian


takaran sebanyak 12 bungkus
s.3.d.d pulv 1 p.c : signa ter de die pulveres 1 post coenam

artinya : tandai 3x sehari 1 bungkus sesudah makan

50

9/6/2016

R/ Aminofilin
CTM

mg 200
mg 2

Extr. Belladon
mg
Lactosum
q.s.
m.f.pulv.dtd.No.X
S.t.d.d.p.I

10

1.
CTM ditimbang dengan pengenceran
(menggunakan lactosum) 1 : 10, sisa pengenceran diberi
etiket.
2.
Ekstrak belladon ditimbang, masukkan ke mortar,
ditetesi spiritus dilitus, diaduk, lalu ditambah lactosum
dan diaduk.
3. Hasil (a) + (b) dicampur.
4. Aminofilin ditimbang, masukkan mortar sedikit
demi sedikit sambil diaduk homogen.
5. Serbuk dibagi, dibungkus, masukkan ke wadah, dan
kemudian beri etiket.

51

9/6/2016

Derajat halus serbuk


Satu nomor : semua serbuk dapat melalui pengayak
dengan nomor tersebut
Dua nomor : semua serbuk dapat melalui pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui
pengayak dengan nomor tertinggi
No pengayak = mesh = jumlah lubang tiap 2,54 cm panjang
Sangat kasar
5/8
Kasar
10/20
Agak kasar
22/60
Agak halus
44/85
Halus
85
Sangat halus
120
Sangat halus sekali 200

Pengayakan dimulai dengan No 60, jika mengandung


lemak dimulai dengan No 44
Zat higroskopis : kertas berlilin dimasukkan dalam pot
bertutup rapat
Serbuk effervescent :
Semua bahan kering larut air

Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka


Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya bebas bakteri Clostridium
tetani, Clostridium welchii, serta Bacillus anthraxis

Pencampuran camphora dengan bantuan spirtus fortier,


jangan ditekan kuat untuk mencegah penggumpalan
Serbuk dengan ekstrak kental diencerkan dengan cairan
penyari

52

9/6/2016

Mencampur serbuk berkhasiat keras


Pilih mortir yang halus
Lapisi dengan serbuk pembawa
Tambahkan serbuk berkhasiat, gerus hingga homogen
Tambahkan sisa serbuk pembawa, gerus hingga homogen

Masukkan serbuk dengan BJ lebih besar, gerus dan


masukkan serbuk dengan BJ lebih rendah sedikit demi
sedikit sambil digerus
R/

Magnesium Oxidii
Bismuth Subcarbonas
Saccharum lactis
m.f. pulv.

5
5
5

Masukkan Bi subcarbonat ke dalam lumpang, tambahkan


sedikit demi sedikit MgO yang ringan, gerus sambil
ditambahkan SL

Jangan gerus serbuk sekaligus dalam jumlah banyak untuk


kepastian kehalusan serbuk
Gunakan mortir panas untuk pencampuran serbuk KBr,
NaCl
Jangan gunakan mortir panas untuk bahan yang mudah
menguap atau rusak : Amonium Karbonat, Salol, Natrium
Bikarbonat, Amonium Klorida, Mg peroksida, dll
Mortir panas :
Tuang air panas dalam lumpang dan alunya, biarka beberapa menit
Setelah dinding lumpang bagian luar terasa panas, buang air dan
keringkan lumpang dengan lap bersih

Lapisi terlebih dahulu lumpang dengan serbuk pembawa


untuk pencampuran serbuk yang dapat mewarnai lumpang
(Stibii pentasukfida, rifampisin)

53

9/6/2016

Serbuk dengan ekstrak kental:


Buat mortir panas
Masukkan ekstrak kental, tambahkan cairan penyari untuk
pengenceran
Tambahkan serbuk pembawa, dan gerus sampai terbentuk
serbuk kering
Cairan penyari : etanol encer (70%), etanol (90%),
Ekstrak kental : extract Belladona, extract Hyoscyami,
extract Valerianae, extract Cannabis indicae
Serbuk pembawa : Saccharum album, Saccharum lactis,
Calcii carbonas, amilum, Liquiritae Radix Pulverata, dll

Serbuk dengan tinctura dan Ekstrak Liquidum (cair)


Bila bahan berkhasiat tahan panas : uap diatas penangas air
hingga kering, kemudian diserbuk dengan bantuan serbuk
pembawa
Ratanhiae Tinctura, Opii Tinctura, Gentianae Tinctura, Strophanti
Tinctura

Bila bahan berkhasiat tidak tahan panas: ganti dengan


serbuk zat berkhasiatnya saja atau lakukan penguapan
pada temperatur rendah
Opii Benzoica Tinct, Camphorae Solutio Spirituosa

Cawan diisi dengan serbuk pembawa (SL), letakkan di atas


penangas air, lalu teteskan tinctura sedikit demi sedikit
sambil diaduk
Opii Aromatica Tinct, Valerianae Tinct.

54

9/6/2016

Olaeosacchara = gula berminyak


Campuran 2 Gram Saccharum lactis dengan 1 tetes minyak
menguap
Tidak disimpan dalam persediaan
Dikemas dalam perkamen, tidak dengan kertas parafin
Oleum Anisi, Oleum Foeniculi, Oleum Menthae piperitae

Campuran serbuk mencair (basah)


Menyerap air atau keluarnya air kristal campuran lebih
higriskopis dibanding bahan pembentuknya
Campuran dengan titik lebur lebih rendah dari titik lebur
masing-masing (eutektikum)
Masing masing serbuk digerus dengan serbuk pembawa
hingga homogen sebelum dicampurkan

Sieving (pengayakan) biasanya digunakan sebagai praatau pasca-pencampuran untuk mengurangi


aglomerat dan meningkatkan efektivitas proses
pencampuran.
Pengenceran kadang dibutuhkan untuk sejumlah kecil
obat poten
Pengurangan ukuran partikel dari semua bahan ke
kisaran yang sama.
Perlindungan terhadap kelembaban, oksidasi udara
dan hilangnya bahan mudah menguap.

55

9/6/2016

Pulverasi
bahan dihaluskan dan didispersikan dengan bahan
tambahan (pelarut) yang dapat menguap dengan
mudah setelah pulverasi selesai.
Bahan kental dan lengket cenderung mengalami
reagglomerasi
Kamper tambahkan alkohol
Kristal yodium dapat dihaluskan dengan bantuan eter.

Campuran Eutektik
Cairan hasil dari kombinasi dari fenol, kamper,
menthol, thymol, antipyrine, phenacetin, acetanilid,
aspirin, salol dan senyawa terkait pada suhu biasa.
Bahan campuran eutektik dapat dimasukkan ke
serbuk dengan penambahan pengencer inert.
Magnesium karbonat atau magnesium oksida
digunakan sebagai pengencer umum dan efektif untuk
tujuan ini, meskipun kaolin, pati, bentonit dan
adsorben lainnya dapat direkomendasikan.

56

9/6/2016

Cairan dalam serbuk


Cairan dalam jumlah kecil, dapat dimasukkan ke
dalam serbuk terbagi.
Magnesium karbonat, pati atau laktosa dapat
ditambahkan sebagai adsorben jika perlu
Bila cairan bisa dipekatkan dengan penguapan, dapat
digunakan waterbath. Laktosa dapat ditambahkan saat
penguapan untuk meningkatkan tingkat penguapan
pelarut dengan meningkatkan luas permukaan.

Serbuk Effervescens
Mengandung sodium bikarbonat dan asam (asam
sitrat, asam tartrat atau natrium bifosfat) selain bahan
aktif.
Dalam air, karbon dioksida dilepaskan sebagai hasil
dari reaksi asam-basa. Buih dari pelepasan karbon
dioksida berfungsi untuk menutupi rasa obat
Serbuk harus diberikan dalam wadah kaca tertutup
rapat untuk melindunginya dari kelembaban udara.

57

9/6/2016

BENTUK SEDIAAN PADAT:


PULVIS
PULVERES
TABLET
KAPSUL
SUPPUSITORIA
PIL

PULVIS:
Merupakan suatu campuran obat dan / atau tanpa bahan tambahan
dalam bentuk kering halus dan homogen .
Pulvis = Bulk Powder = serbuk yang tak terbagi
PENGGUNAAN PULVIS:
Sebagai Obat Luar - digunakan sebagai anti septik - anti fungal
Sebagai obat melalui mulut , kerongkongan , alat pencernaan Pemakaian antasida

PULVIS DENTRI FICUS Pulvis yang sering digunakan oleh dokter gigi
yang merupakan serbuk yang sangat halus yang dipakai untuk bubuk
gigi, biasanya mengandung CaCO3; Magnesia ; Carmin sebagai
pewarna

58

9/6/2016

PULVERES
Merupakan suatu campuran yang terdiri dari 1
atau lebih bahan obat yang dibuat dalam bentuk
terbagi-bagi , yang kering , halus dan homogen
Tujuan Dibuat dalam bentuk Pulveres : Diinginkan
dosis tertentu beberapa macam obat pada satu
sediaan sesuai dengan kepentingan pengobatan
Campuran obat lebih stabil dibandingkan larutan
Penting diperhatikan tak tercampurnya obatobatan (O.T.T) baik secara kimia , fisik , maupun
farmakologis .

TABLET :
Merupakan sediaan padat yang dibuat dengan mengempa
atau mencetak obat atau campuran obat dengan atau tanpa
zat tambahan.
Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, ketebalan, dan daya hancur

JENIS JENIS TABLET:


Tablet Salut Gula, Tablet Salut Selaput, Tablet Salut
Enterik, Tablet Sublingual, atau Bukal, Tablet Berlapis,
Tablet Efferfescent, Tablet Kunyah, Tablet Vaginal, Tablet
Hisap, Tablet Retard, Kaplet, Pellet

59

9/6/2016

Tablet Salut Gula ( Dragee):


Tablet yang disalut dengan selaput campuran gula dengan bahan lain
yang sesuai
Contoh : Bioneuron tablet salut gula

Tablet Salut Selaput (Coated Tablet):


Tablet yang disalut dengan selaput yang dibuat dari bahan sintetik atau
bahan alam .
Contoh : Ponstan tab

Tablet Salut Enterik (Enteric Coated Tablet):


Tablet yang disalut sedemikian rupa sehingga tidak hancur di dalam
lambung , tetapi hancur di dalam usus
Tablet Sublingual atau Bukal:
Tablet yang disisipkan di pipi atau dibawah lidah, dimana tujuan
pembuatan tablet ini diharapkan larut dalam kantung pipi atau
dibawah lidah untuk selanjutnya diabsorpsi melalui mukosa oral. Efek
yang dihasilkan cepat tanpa melalui saluran pencernaan dan FPE( First
Pass Effect)
Contoh : Tablet Nitroglierin

Tablet Berlapis (Multi Layer Tablet):


Tablet yang dibuat berlapis -lapis, dengan tujuan
memisahkan bahan obat yang tak tercampurkan
Tablet Efferfescent :
Tablet yang mengandung asam dan basa , dengan
perbandingan tertentu, dan dalam pemakaiannya
harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air
Tablet Kunyah(Chewable tablet):
Tablet yang pemakaiannya dengan cara dikunyah .
Tablet Vaginal (Vaginal Tablet)
Tablet Hisap (Lozenges, troches) : Tablet yang
digunakan dengan cara dihisap
Kaplet (Caplet) Tablet yang berbentuk kapsul

60

9/6/2016

Pellet (Implant)
Tablet yang berbentuk batang-batang kecil steril ,
yang dipergunakan dengan cara implantasi
Contoh : Hormon Steroid ( Norplant tab)

Tablet Retard (Retard Tablet, Sustain


ReleaseTab): Tablet yang kerjanya panjang
Contoh : Avil Retard Tab

Pembuatan tablet :
Bahan berkhasiat obat + Bahan Penolong : pengisi,
pengikat : pengembang, pelicin, pewarna

KAPSUL (CAPSULE):
Bentuk sediaan obat yang terbungkus dalam suatu
cangkang dari gelatin, metil celulosa
Tujuan : menghindari rasa pahit /tidak enak dari
bahan obat, membagi obat dalam dosis yang tepat,
melindungi obat dari pengaruh luar ( pengaruh
oksidasi O2 )
PENGGOLONGAN KAPSUL:
Hard Capsule terdiri dari 2 kantong berbentuk silinder
yang tertutup satu sama lain.
Soft Capsule bentuknya oval terbuat dari gelatin,
glycerin atau plastik tertentu

61

9/6/2016

62

9/6/2016

63

9/6/2016

64

9/6/2016

65

Anda mungkin juga menyukai