FARMASI
Bahasa Yunani : farmakon = medika = obat
Ilmu resep: ilmu yang mempelajari cara penyediaan
bahan aktif menjadi bentuk tertentu (meracik) hingga
siap digunakan sebagai obat (art of drug
compounding)
Galen (130-200M): dokter dan ahli farmasi dari Yunani
ilmu kedokteran dan obat-obatan yang berasal dari
alam, formula dan sediaan farmasi (GALENIKA)
9/6/2016
9/6/2016
9/6/2016
Buku resmi
Farmakope Indonesia ed I ed IV (FI)
British Pharmacopoeia (BP)
US Pharmacopoeia (USP)
The Extra Pharmacopoeia (Martindale)
9/6/2016
Obat:
semua bahan atau campuran bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia
atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia.
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat
adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
Obat jadi
Obat paten
Obat baru
Obat tradisional
Obat esensial (DOEN)
Obat generik
9/6/2016
Cara penggunaan:
Medicamentum ad usum internum
Pemakaian dalam (oral)
Beretiket putih
Cara kerja:
Lokal
Sistemik
Berdasarkan undang-undang
Narkotika (O = opium)
Psikotropika
Obat keras (G = geverlijk = berbahaya)
Obat bebas terbatas (W = waarschuwing = peringatan)
Obat bebas
9/6/2016
R/ = recipe = ambilah
insriptio
invocatio
praescriptio
signatura
Iteratie / iter
9/6/2016
9/6/2016
9/6/2016
Pasal 1
1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
10
9/6/2016
11
9/6/2016
Pasal 2
(2) Pekerjaan Kefarmasian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
Pasal 5
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan
Farmasi;
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan
Farmasi;
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau
Penyaluran Sediaan Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan
Farmasi.
12
9/6/2016
Pasal 6
(1) Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada
fasilitas produksi, fasilitas distribusi atau
penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan
farmasi.
(3) Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat
menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat
Sediaan Farmasi.
Pasal 8
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi dapat berupa industri
farmasi obat, industri bahan baku obat, industri obat
tradisional, dan pabrik kosmetika.
Pasal 9
(1)Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker
sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang
pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap
produksi Sediaan Farmasi.
Pasal 10
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus memenuhi
ketentuan Cara Pembuatan yang Baik yang ditetapkan oleh
Menteri.
13
9/6/2016
Pasal 18
Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau
penyaluran.
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan
standar pelayanan kefarmasian.
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh Apoteker.
Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat:
a. mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki
SIPA;
b. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien; dan
c. menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika
kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
14
9/6/2016
Pasal 30
(1) Setiap Tenaga Kefarmasian dalam menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian wajib menyimpan Rahasia
Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian.
(2) Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian
hanya dapat dibuka untuk kepentingan pasien,
memenuhi permintaan hakim dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri
dan/atau berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
15
9/6/2016
16
9/6/2016
DOSIS
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada
penderita dalam satuan berat (gram, miligram,
mikrogram) atau satuan isi (mililiter, liter) atau unitunit lainnya (Unit Internasional).
Dosis terapeutik < Dosis maksimum < Dosis toxica <
Dosis letalis
17
9/6/2016
DOSIS LAZIM
Kecuali dinyatakan lain, maka yang dimaksud dengan
dosis obat ialah sejumlah obat yang memberikan efek
terapeutik pada penderita dewasa atau anak
disebut dozis lazim atau dosis medicinalis atau dosis
terapeutik.
18
9/6/2016
INITIAL DOSE
Merupakan dosis permulaan yang diberikan pada
penderita dengan tujuan agar konsentrasi / kadar
obat dalam darah dapat dicapai lebih awal
LOADING DOSE
Dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat
mencapai konsentrasi terapeutik dalam cairan tubuh
yang menghasilkan efek klinis
MAINTENANCE DOSE
Dosis obat yang diperlukan untuk memeliharamempertahankan efek klinik atau konsentrasi
terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen
Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan
jumlah obat yang dieliminasi dari dosis yang
terdahulu
Penghitungan dosis pemeliharaan yang tepat dapat
mempertahankan suatu keadaan stabil di dalam
tubuh
19
9/6/2016
20
9/6/2016
PERBANDINGAN DOSIS
Berdasar umur
(orang dewasa : 20 24 tahun)
21
9/6/2016
DOSIS TERAPEUTIK
Formula YOUNG :
n
Da = ----- x Ddws
n+12
Formula DILLING :
n
Da = ----- x Ddws
20
DOSIS TERAPEUTIK
Formula FRIED :
m
Da = -------- x Ddws
150
Formula AUGSBERGER :
4n + 20
Da = ---------- x Ddws
100
22
9/6/2016
DOSIS TERAPEUTIK
Formula COWLING :
n+1
Da = ---------- x Ddws
24
n : umur anak (tahun)
m : umur anak dalam bulan
Da : Dosis Anak
Ddws : Dosis dewasa dalam mg
Usia dewasa : 20 24 tahun
23
9/6/2016
BERDASAR LPT
Formula CRAWFORD ERRY ROURKE :
LPT anak
Da = --------------- x Ddws
LPT dewasa
LPT dewasa : 1,73 m
METODE GABIUS
< 1 tahun
1/12 Ddws
2 tahun
1/8 Ddws
3 tahun
1/6 Ddws
4 tahun
1/4 Ddws
7 tahun
1/3 Ddws
14 tahun
1/2 Ddws
20 tahun
2/3 Ddws
> 21 tahun
Ddws
24
9/6/2016
Dd
tahun
1/3 Dd
5 tahun
0.4 Dd
7 tahun
0.5 Dd
12 tahun
0.75 Dd
> 18 tahun
Dd
% b/b= gram/gram %
misal : Boorzalf 10% = tiap 100 g zalf mengandung 10 g acidum
boricum
% b/v = gram / ml %
misal : 1% morphine HCl = 1 g morphine HCl dlm 100 ml larutan
/ injeksi
% v/v = ml / ml %
misal : alkohol 70% = tiap 100 ml campuran mengandung 70 ml
etilalkohol murni
% v/b = ml / gram %
misal : kadar minyak 10% dlm suatu simplisia berarti : 10 ml
minyak dalam 100 g simplisia
25
9/6/2016
26
9/6/2016
PEDOMAN PENGOBATAN
Memberi
Dengan
Dalam
Kepada
Pada
27
9/6/2016
28
9/6/2016
29
9/6/2016
30
9/6/2016
No. 1
Tgl. 1/8/2014
No. 2
Tgl. 1/8/2014
Tn. Ronaldho
Sehari 3 x 2 tetes mata kanan dan kiri
OBAT LUAR
31
9/6/2016
No
Dari dokter
Tanggal
Pro
Salinan Resep
: 259
: Subroto
: 5 Nopember 2013
: Nn. Dewi Persik
R/ Amoxycillin 500
S.3.d.d.I
R/ Ponstan FCT
S.p.r.n. I
No. XII
----- det
No. XII
----- nedet
32
9/6/2016
65
66
33
9/6/2016
dengan
dengan
dengan
dengan
Extractum Belladonnae
Pulvis Doveri
Aminophyllin
Natrii Arsenas
34
9/6/2016
35
9/6/2016
Parenteral
Subcutaneous injection (sc)
Intramuscular injection (im)
Intravenous injection (iv)
Intra-arterial injection (ia)
Oral (PO)
Gastric irritation
Self administered
Patient centred
Partial absorption
Cheap
Degradation
Absorption along whole GI tract
Slow onset not for emergencies
Must be conscious
36
9/6/2016
Sublingual
Under the tongue - rich vascular supply to the mucosa
Rapid absorption and no first pass effects
Most drugs cannot be taken this way because
they may be absorbed incompletely or erratically
The unpleasant taste of many drugs is a disadvantage
Rectal
Useful where nausea/vomiting
prevents oral administration
Useful for unconscious patients/
children
Patient compliance
Variable absorption
Irritation
Drugs administered high in the rectum (drained by the superior rectal veins) are
usually carried directly to the liver and, thus, are subject to metabolism.
Rectal pH and rectal contents may also influence the absorption pattern of rectally
administered drugs .
37
9/6/2016
Injected parenteral
Intravenous (IV)- placing a drug directly into venous blood
Subcutaneous - Absorption of drugs from the subcutaneous
tissues - a layer of loose, irregular connective tissue immediately
beneath the skin; it contains fat cells
Intramuscular (IM) - drug injected into skeletal muscle
Intravenous
Rapid - quick response
Predictable plasma concentrations
Total dose 100 % bioavailability
38
9/6/2016
Subcutaneous
Reliable and acceptable for self administration
Poor absorption in peripheral circulatory failure
SC injections are usually limited to small volumes
no more than 1.5 ml
SC injection provides a route for constant administration
maintain a basal level
Intramuscular
Intramuscular (IM) injections are given deep into
skeletal muscles
Drugs in solution absorbed more rapidly than drugs in
suspension.
Useful for irritant drugs
Greater injection volumes (2 to 5 ml) may be given by the IM
route
Useful for the slow release of drugs for a prolonged effect
39
9/6/2016
Inhalation
Useful for gaseous and volatile agents and
aerosols
Solid drug particles need to be < 1 m
Rapid onset of action (seconds)
- large pulmonary surface area (30 m2)
- ultra-thin membranes separate lung
air from the blood (2000 km capillaries)
- high blood flow
- the patient can control the dose
Also a common route for drugs of addiction solvents, nicotine,
opium, cannabis, freebase and crack cocaine, crystal meth.
Transdermal
The major barrier for drug absorption through
the skin is the stratum corneum, the top layer of the
epidermis (~20 cells, 10 - 20m).
Consists of corneocytes (flattened keratin rich cellular
remnants of once active epidermal cells) knitted tightly
together with the intercellular space rich in lipids
a bricks and mortar type structure.
Hygoscopic but impermeable to water - it behaves as a
tough, flexible membrane.
To improve penetration across the stratum corneum,
penetration enhancers may be used e.g. dimethyl
sulfoxide to disrupt the intercellualr lipids.
40
9/6/2016
Gas
Gas : gas medis, inhalasi untuk anastesi
Aerodispersions : partikel padat atau partikel cair terdispersi dalam
medium gas (nebulizer : obat asma)
Liquid
Larutan (Solution) satu fase homogen, dibuat dengan cara
melarutkan satu atau lebih senyawa dalam pelarut yang cocok
(solvent)
Emulsi
Dispersi dua cairan yang tidak saling tercampurkan
o/w atau w/o
o
w
Suspensi
Dispersi satu atau lebih partikel padat dalam medium cair
41
9/6/2016
Semisolid
Gel (Jelly)
Cream (Krem) sistem emulsi minyak dan air (O/W)
Ointment (Unguentum = Salep = Zalp) sediaan
semisolid berbasis lemak (oleaginous), atau basis
water-soluble atau sistem emulsi
Oleaginous (hydrocabon) : Petrolatum (Vaseline
putih, kuning)
Water-soluble : Polyethylenglycol (PEG), Macrogol
Pasta semisolid dengan partikel solid > 25% (e.g.
ZnO) terdispersi dalam ointment utamanya basis
oleaginous (Petrolatum)
Suppositoria (untuk pemberian melalui rektal)
Bermacam bentuk
Meleleh pada suhu tubuh
Oleaginous (oleum cacao, adeps lanae) atau
aqueous (PEGs, glycerinated gelatine)
Pessari = Ovulae (supositoria vaginal)
42
9/6/2016
43
9/6/2016
44
9/6/2016
Kekurangan
Dapat menutupi pori menyebabkan iritasi
Kontaminasi
Serbuk halus mungkin dapat terinhalasi
Tidak untuk kulit terbuka
45
9/6/2016
keuntungan
Lebih stabil daripada sediaan cair
Dosis lebih akurat dibanding serbuk tak terbagi
Mudah penggunaan
Ukuran obat yang halus
Diterima oleh pasien anak-anak
kekurangan
Mungkin sulit untuk ditelan
Sukar menutupi rasa dan bau yang tidak enak
46
9/6/2016
Sediaan Kapsul
keuntungan
Lebih stabil daripada sediaan cair,
Terhindar dari instabilitas oleh cahaya
Dosis lebih akurat
Mudah penggunaan, mudah ditelan
Ukuran partikel halus
Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
kekurangan
Kurang cocok untuk anak-anak
47
9/6/2016
48
9/6/2016
4.
5.
6.
7.
49
9/6/2016
000
00 el 00
Volume (mL)
1.37
1.02
0 el
R/ Tremenza
Dexamethason
GG
Paracetamol
624
544
400
296
240
168
104
1/3 tab
0,25 mg
40 mg
100 mg
50
9/6/2016
R/ Aminofilin
CTM
mg 200
mg 2
Extr. Belladon
mg
Lactosum
q.s.
m.f.pulv.dtd.No.X
S.t.d.d.p.I
10
1.
CTM ditimbang dengan pengenceran
(menggunakan lactosum) 1 : 10, sisa pengenceran diberi
etiket.
2.
Ekstrak belladon ditimbang, masukkan ke mortar,
ditetesi spiritus dilitus, diaduk, lalu ditambah lactosum
dan diaduk.
3. Hasil (a) + (b) dicampur.
4. Aminofilin ditimbang, masukkan mortar sedikit
demi sedikit sambil diaduk homogen.
5. Serbuk dibagi, dibungkus, masukkan ke wadah, dan
kemudian beri etiket.
51
9/6/2016
52
9/6/2016
Magnesium Oxidii
Bismuth Subcarbonas
Saccharum lactis
m.f. pulv.
5
5
5
53
9/6/2016
54
9/6/2016
55
9/6/2016
Pulverasi
bahan dihaluskan dan didispersikan dengan bahan
tambahan (pelarut) yang dapat menguap dengan
mudah setelah pulverasi selesai.
Bahan kental dan lengket cenderung mengalami
reagglomerasi
Kamper tambahkan alkohol
Kristal yodium dapat dihaluskan dengan bantuan eter.
Campuran Eutektik
Cairan hasil dari kombinasi dari fenol, kamper,
menthol, thymol, antipyrine, phenacetin, acetanilid,
aspirin, salol dan senyawa terkait pada suhu biasa.
Bahan campuran eutektik dapat dimasukkan ke
serbuk dengan penambahan pengencer inert.
Magnesium karbonat atau magnesium oksida
digunakan sebagai pengencer umum dan efektif untuk
tujuan ini, meskipun kaolin, pati, bentonit dan
adsorben lainnya dapat direkomendasikan.
56
9/6/2016
Serbuk Effervescens
Mengandung sodium bikarbonat dan asam (asam
sitrat, asam tartrat atau natrium bifosfat) selain bahan
aktif.
Dalam air, karbon dioksida dilepaskan sebagai hasil
dari reaksi asam-basa. Buih dari pelepasan karbon
dioksida berfungsi untuk menutupi rasa obat
Serbuk harus diberikan dalam wadah kaca tertutup
rapat untuk melindunginya dari kelembaban udara.
57
9/6/2016
PULVIS:
Merupakan suatu campuran obat dan / atau tanpa bahan tambahan
dalam bentuk kering halus dan homogen .
Pulvis = Bulk Powder = serbuk yang tak terbagi
PENGGUNAAN PULVIS:
Sebagai Obat Luar - digunakan sebagai anti septik - anti fungal
Sebagai obat melalui mulut , kerongkongan , alat pencernaan Pemakaian antasida
PULVIS DENTRI FICUS Pulvis yang sering digunakan oleh dokter gigi
yang merupakan serbuk yang sangat halus yang dipakai untuk bubuk
gigi, biasanya mengandung CaCO3; Magnesia ; Carmin sebagai
pewarna
58
9/6/2016
PULVERES
Merupakan suatu campuran yang terdiri dari 1
atau lebih bahan obat yang dibuat dalam bentuk
terbagi-bagi , yang kering , halus dan homogen
Tujuan Dibuat dalam bentuk Pulveres : Diinginkan
dosis tertentu beberapa macam obat pada satu
sediaan sesuai dengan kepentingan pengobatan
Campuran obat lebih stabil dibandingkan larutan
Penting diperhatikan tak tercampurnya obatobatan (O.T.T) baik secara kimia , fisik , maupun
farmakologis .
TABLET :
Merupakan sediaan padat yang dibuat dengan mengempa
atau mencetak obat atau campuran obat dengan atau tanpa
zat tambahan.
Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, ketebalan, dan daya hancur
59
9/6/2016
60
9/6/2016
Pellet (Implant)
Tablet yang berbentuk batang-batang kecil steril ,
yang dipergunakan dengan cara implantasi
Contoh : Hormon Steroid ( Norplant tab)
Pembuatan tablet :
Bahan berkhasiat obat + Bahan Penolong : pengisi,
pengikat : pengembang, pelicin, pewarna
KAPSUL (CAPSULE):
Bentuk sediaan obat yang terbungkus dalam suatu
cangkang dari gelatin, metil celulosa
Tujuan : menghindari rasa pahit /tidak enak dari
bahan obat, membagi obat dalam dosis yang tepat,
melindungi obat dari pengaruh luar ( pengaruh
oksidasi O2 )
PENGGOLONGAN KAPSUL:
Hard Capsule terdiri dari 2 kantong berbentuk silinder
yang tertutup satu sama lain.
Soft Capsule bentuknya oval terbuat dari gelatin,
glycerin atau plastik tertentu
61
9/6/2016
62
9/6/2016
63
9/6/2016
64
9/6/2016
65