Nitrogen
Disusun oleh:
Eni puspitaningrum
(134140020)
Nitrogen
Mineralization
Pelepasan N organik menjadi N yang tersedia bagi tanaman yaitu: NH4+,
melibatkan mikrobia heterotrof yaitu bakteri dan kapang. Bahan organik
tanah mengandung N sekitar 5%, sekitar 1-4% dari N organik mengalami
mineralisasi setiap tahunnya.
Ammonifikasi:
> NH4+ + OH
Immobilisasi (assimilasi)
Berkebalikan dengan proses mineralisasi. Pengambilan bentuk N
anorganik dari tanah kemudian menyatukan bahan tersebut menjadi
+ H2O + CO2
+ H2O +
CO2 , kehilangan ammonium fosfat and sulfat lebih tinggi dibanding garam
ammonium yang terlarut seperti klorida dan nitrat.
Faktor lain yang mendorong volatilisasi antara lain: bentuknya cairan vs.
padatan. Aplikasi permukaan disebar (broadcast surface applications),
: 100-200 kg/ha/th,
: 50-100 kg/ha/th
Penyematan N lainnya
Azolla Anabaena : paku air dan ganggang hijau biru (cyanobacteria),
jumlah N yang tersemat cukup untuk padi sawah. Cyanobacteria (bluegreen algae), hidup bebas, pada tanah tergenang, permukaan tanah yang
lembab. Azospirillum: bakteria yang hidup bebas, atau bersekutu dengan
akar serealia atau rerumputan. Azotobacter: bakteria hidup bebas, di
tanah, air , risosfer, atau permukaan daun. Bentuk hubungan yang lain
kurang berhubungan dengan pertanian, tetapi bermanfaat bagi ekosistem
Ammonia
Ammonia merupakan salah satu bahan dasar dalam pembuatan pupuk
berbasis N2 secara sintesa. NH3merupakan rumus molekul yang dihasilkan
dari reaksi antara H2 dan N2. Pada pembuatan urea, amonia merupakan
salah satu bahan utama selain CO2.
Sifat fisik dan kimia ammonia
Ammonia (NH3) merupakan senyawa yang tidak berwarna dan berbau
sangat tajam. Ammonia larut dalam air, garam, ether, dan macam
macam alkohol. 1 lb amonia yang larut dalam air menghasilkan panas
sekitar 937 Btu. Larutan ammonia dalam air membeku pada tempratur
38 OC sampai -40 OC dengan membentuk jarum kristal.
Tabel karakteristik ammonia
Sejarah pembuatan ammonia
Pada tahun 1789 C.L. Barthelot menemukan senyawa ammonia yang
tersusun atas Nitrogen dan Hidrogen. Hidrogen murni yang digunakan
diperoleh dengan jalan elektrolisis air, sedangkan nitrogen diperoleh
dengan cara destilasi di udara cair.
Sintesa ammonia bertekanan tinggi dikembangkan oleh Fritz Haber (19041909), dimana metodenya mensyaratkan penggunaan katalis yang sesuai.
Kemudian pada tahun 1913 Badishe Anilud Soda Fabric (BASF) yang
dipimpin oleh Carl Bosch memproduksi ammonia atas dasar teori Fritz
Haber, dengan mereaksikan gas nitrogen dan hidrogen yang diperoleh
dari batu bara dan direaksikan dengan steam menggunakan katalis besi
dengan tambahan Al2O3, MgO, CaO, dan K2O sebagai promotor. Proses
sintesa berjalan pada suhu 550 oC dan tekanan sekitar 150 350 atm.
Pabrik tersebut memproduksi 30.000 Kg ammonia per hari. Kemudian
proses sintesa ammonia tersebut dikenal dengan proses Haber Bosch,
dengan persamaan reaksinya adalah:
N2(g) + H2(g) 2 NH3(g)
Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat jalannya reaksi (tidak ikut
bereaksi). Peran katalis sebenarnya adalah menurunkan energi aktifasi
reaksi. Pemilihan katalis untuk proses dapat didasarkan pada beberapa
hal berikut:
a.
Berumur panjang
b.
Harganya murah
c.
Mudah di regenerasi
d.
e.
f.
Al2O3 = 2,3 5 %
b.
CaO
= 2,5 3,5 %
c.
K2 O
= 0,8 1,2 %
d.
e.
Urea dapat dibuat dari berbagai bahan baku dengan proses yang berbeda.
Reaksi utama dan faktor faktor yng mempengaruhi
Urea diproduksi dengan mereaksikan amonia dan CO2 pada temperatur
dan tekanan tinggi sesuai dengan reaksi Basarao sebagai berikut:
2NH3 + CO2 NH2COONH4 DH=-117 kJ/mol
NH2COONH4 NH2CONH2 +H2O
DH=15,5 kJ/mol
CO(NH2)2 +H2O
CO(NH2)2 NH2NCO
NH3 + HNCO
HNCO dari fase gas ke fase cair. Untuk pencegahannya yaitu dengan
membentuk kembali NH3 dan HNCO menjadi urea dengan jalan
menurunkan temperatur pada tekanan vakum sehingga reaksi berjalan ke
arah kiri.
Metode proses produksi
Ammonium karbamat yang tidak bereaksi perlu dipisahkan. Metode
pengembalian ammonium karbamat pada proses sintesa adalah sebagai
berikut:
a. Ones trough urea process
Karbamat yang tidak terdekmomposisi di konversi menjadi gas NH3 dan
CO2 dengan menggunakan panas yng dihasilkan reaktor sintesis dengan
tekanan rendah. Gas NH3 dan CO2 dipisahkan dari larutan urea dan
diutilisasi untuk memproduksi garam ammonia lewat absorbsi NH3 dengan
larutan nitrat atau sulfat sebagai absorben.
b. Solution recycle urea process
Gas NH3 dan CO2diambil dari campuran keluaran reaktor sintesis urea di
bagian dekomposisi bartahap dengan tekanan yang divariasikan didalam
air dan didaur ulang kembali ke reaktor lain untk membentuk larutan
ammonia dari ammonium karbamat. Dari beberapa proses ini, terdapat
dua proses lama yang masih tetap digunakan, yaitu:
Slurry Recycle
Proses ini jarang dilakukan karena sulit dalam merecovery energi dan
mahalnya biaya untuk make up. Pada proses ini ammonia dan
karbondioksida dipisahkan dari larutan urea yang keluar dari reaktor
kemudian dikondensasikan agar terbentuk amonium karbamat. Kristal ini
dipompakan dari reaktor dalam bentuk suspensi minyak.
d.
e.
Stripping
Evaporasi
Kristalisasi
Hasil dari aliran ini lebih murni dan lebih bagus untuk keperluan industri.
75 % larutan urea diumpankan ke vacum crystalizer, beroperasi pada 72,5
mmHg absolut dan 60oC, uap air dikondensasikan dengan pendingin
vakum slurry yang keluar dari dasar crystalizer mengandung 30 % kristal
urea diumpankan ke centrifuge sehingga kristal urea terpisah dan dicuci
dengan air lalu dikeringkan, kemudian dinaikkan ke prilling tower dan
dilelehkan. Lelehan urea ini mengandung 0,3 % biuret dan 0,2
% moisture. Lelehan urea didistribusikan kebawah prilling tower dan
berupa butiran seragam yang dikirim ke unit pengantongan. Sedangkan
urea yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari yang diinginkan
: Kristal
2. Warna
: Putih garam
3. Berat molekul
: 132 g/mol
4. Berat jenis
: 1,77 g/cm3
5. Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan menyerap panas, dimana dalam 100 bagian air
pada 0 C akan terbentuk larutan dengan 71 bagian garam. Pada 20 C akan
terbentuk larutan dengan 76 bagian garam dan pada 100 C akan menjadi
larutan dengan 97,5 bagian garam.
6. Pengaruh suhu : Pada 120 C akan mudah terurai dan pada 280 C terjadi sublimasi dengan
sebagian besar terurai menjadi NH3 dan (NH4)2SO4 ( Ammonium disulfat ).
7. Impuritas
Ammonium sulfat bila digunakan sebagai pupuk yang penting adalah kadar Nitrogen
nya (N2) yang di dalam teorinya terdapat 21,35 % dalam 100 % Ammonium sulfat.Sedangkan
dalam perdagangan biasanya mengandung 20-21 % N2. Ammonium sulfat mempunyai
komposisi sebagai berikut :
1. N2 minimum : 20,80 % berat minimum
2. Asam sulfat bebas : 0,10 % berat maksimum
3. Air : 0,15 % berat maksimum
4. Ukuran Kristal : 75 % tertinggal pada screen
Kapasitas produksi dari pabrik ZA I/III adalah 400.000 ton/tahun.
Diagram proses pembuatan pupuk Ammonium Sulfat, di pabrik ZA I/III adalah sebagai
berikut :
H2SO4
NH3
Reaktor Unit
Separation Unit
Driying Unit
Bagging Unit
Mother Liquor
Hot Water
Proses yang dipakai adalah netralisasi ( De nora ) dengan prinsip, uap NH3
dimasukkan Saturator yang sudah terisi Asam sulfat dan ditambahkan air kondensat sebagai
penyerap panas hasil reaksi dengan bantuan udara sebagai pengaduk.
Ammonium sulfat ((NH4)2SO4 ) diperoleh dari netralisasi NH3 dan H2SO4. Gas
Amoniak murni dimasukkan bersama-sama dengan H2SO4 dalam Saturator. Reaksi yang
terjadi untuk pembentukan Ammonium sulfat adalah sebagai berikut :
2 NH3
+ H2SO4
((NH4)2SO4 )
Reaksi ini sangat eksotermis, sebagian kecil panas ini hilang melalui dinding
Saturator,sebagian besar akan menguapkan air dari larutan dalam Saturator. Temperatur
dalam Saturatordapat bertahan hampir konstan ( 105 110 C
) pada kondisi normal operasi.
Digunakan kondensor pada aliran uap yang keluar Saturator dimaksudkan untuk
mengembalikan sejumlah air guna menjaga keseimbangan air. Penambahan air dapat juga
dimasukkan ke dalam Condesat Recycle System. Uap yang keluar dari Saturator mengandung
sedikit Ammoniak.Untuk memperkecil kehilangan Ammoniak diperlukan syarat syarat
sebagai berikut :
1. Jumlah Ammoniak yang dibutuhkan harus benar benar tepat sehingga
semuanya dapatbereaksi habis dengan Asam sulfat.
2. Larutan Ammoniak sulfat harus dijaga dalam keadaan asam (H2SO4 bebas :
0,2 0,4 %).
Reaksi antara Ammoniak dan asam sulfat diikuti dengan pembentukan Kristal
Ammoniumsulfat. Sebenarnya mother liquor ( larutan induk ) di dalam Saturator ini adalah
Ammoniumsulfat jenuh serta dengan adanya penambahan Ammoniak dan asam sulfat akan
menghasilkan larutan yang lebih jenuh lagi ( over saturated solution ). Namun pada awal
proses saat pabrik pertama kali dioperasikan, larutan yang digunakan dalam Saturator untuk
awal proses adalah air murni. Hal ini menyebabkan proses pembentukan Ammonium sulfat
terjadi lebih lama yaitu sekitar 8 jam, dibandingkan dengan Saturator yang telah berisi mother
liquor ( larutan induk ) yang membutuhkan waktu 3-4 jam untuk membentuk Ammonium
sulfat. Pada saat pabrik mengalami shutdown, cairan mother liquor disimpan pada tangki
penampung mother liquor D 301, untuk digunakan sebagai mother liquor pada proses
selanjutnya setelah pabrik beroperasi kembali. Setelah kristal kristal ini mencapai ukuran
tertentu yang dikehendaki, selanjutnya dimasukkan ke Centrifuge untuk dipisahkan dari
mother liquor ( larutan induk ). Umumnya perbandingan antara kristal dam mother liquor
( larutan induk ) adalah 1 : 1 ( 50 % : 50 % ).
Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan Kristal adalah sebagai berikut :
1. Kemurnian bahan baku
2. Kestabilan pemasukan bahan baku
3. Konsentrasi Asam sulfat bebas
4. Konsentrasi Kristal dalam larutannya
5. Kelancaran bahan baku
Kadang impuritas yang biasanya terdapat didalam larutan asam sulfat adalah Fe, Cr,
Al, danlain-lain yang mempengaruhi pembentukan Kristal seperti Kristal menjadi rusak dan
warnanya menjadi kekuningan. Zat zat ini dapat dipisahkan dengan menggunakan fosfat
(PO4). Selanjutnya agar pemurnian dapat berlangsung sempurna, maka ditambahkan
oksidator Asam nitrat ( HNO3 ) ke dalam larutan Asam sulfat (H2SO4).
Tahapan proses pembuatan pupuk ZA adalah :
1. Reaksi Netralisasi dan kristalisasi
2. Pemisahan Kristal
3. Pengeringan produk
4. Pendinginan produk
2.1 Uraian Proses
1. Reaksi Netralisasi dan Kristalisasi
Alat utama dalam tahapan ini adalah Saturator ( sebagai reaktor dan kristalizer ) yang
fungsinya untuk mereaksikan Ammoniak dengan Asam sulfat dan memekatkan Ammonium
sulfat yang terbentuk. Uap Ammoniak masuk melalui Sparger dibagian bawah dan Asam
sulfat lewat Sparger bagian dinding Saturator sedangkan udara pengaduk dihembuskan dari
bagian bawahnya untuk mencegah mengendapnya Kristal pada dasar Saturator.
Reaksi didalam reaktor :
H2SO4+ NH3
((NH4)2SO4 )+ Q
( sumber pustaka : : www.academia.edu, laporan KKN-P Fitria Nur Azizah mahasiswi Teknik
Industri Universitas Brawijaya )
1. Memerlukan
pemahaman
faktor-faktor
yang
mengatur
d.
Penyuntikan(tanaman tahunan)
e.
penyemprotan