Anda di halaman 1dari 24

Makalah Teknologi Pemupukan

Nitrogen

Disusun oleh:
Eni puspitaningrum

(134140020)

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
2016

Nitrogen

Bentuk dan fungsi N


N dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya menjadi
faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Berupa asam
amino, amida dan amin yang berfungsi sebagai kerangka (building blocks)
dan senyawa antara (intermediary compounds). Berupa protein, khlorofil,
asam nukleat: protein/ensim mengatur reaksi biokimia, N merupakan
bagian utuh dari struktur klorofil, warna hijau pucat atau kekuningan
disebabkan kekahatan N, sebagai bahan dasar DNA dan RNA.
Mobilitas N
Unsur N sangat mobil dalam jaringan tanaman, dialihtempatkan dari daun
yang tua ke daun yang muda. Gejala kekahatan klorosis muncul pada
daun dibagian bawah yaitu daun yang lebih tua. Jika berlebihan N akan
merangsang pertumbuhan vegetatif, laju fotosintesis tinggi, penggunaan
CH2O juga tinggi, akibatnya menghambat kematangan tanaman, jaringan
menjadi sukulen, tanaman rebah, mudah terserang penyakit.
Sumber N
Beberapa sumber N adalah : perombakan bahan organik: daur N;
penyematan biologis: simbiotik dan non simbiotik; deposisi atmosfir:
karena muatan listrik dan kegiatan industri; pupuk N dan rabuk, kompos
dan biosolid.
Bentuk N yang diserap tanaman
Bentuk NH3 (amoniak) diserap oleh daun dari udara atau dilepaskan dari
daun ke udara, jumlahnya tergantung konsentrasi di udara. Sebagian
besar N diambil akar dalam bentuk anorganik yaitu NH4+ (ammonium)
and NO3 (nitrat). Jumlahnya tergantung kondisi tanah, nitrat lebih banyak
terbentuk jika tanah hangat, lembab dan aerasi baik. Penyerapan
NH4+lebih banyak terjadi pada pH tanah netral, sedangkan NO3 pada pH
rendah. Senyawa NO3 umumnya bergerak menuju akar karena aliran
masa, senyawa NH4+ bersifat tidak mobil, gerakan disebabkan oleh difusi
juga aliran masa.

Senyawa ammonium ini tidak harus direduksi di dalam tubuh tanaman


sehingga menghemat energi, kandungan protein tanaman lebih tinggi
(CH2O). Keseimbangan kation/anion: mengurangi penyerapan Ca, Mg, K,
tetapi meningkatkan penyerapan fosfat, sulfat dan klor. Suasana pH
risosfer: akar melepas H+.
Senyawa nitrat harus direduksi terlebih dahulu di dalam tubuh tanaman
sebelum disintesis menjadi asam amino, NO3 NH3. Keseimbangan
kation/anion: meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, tetapi menurunkan
penyerapan fosfat, sulfat, dan klor. Suasana pH risosfer: akar melepas
HCO3 (OH)
Jika kadar NH4+ tinggi dapat bersifat meracun, NH4+ NH3, sedangkan jika
kelebihan NO3 dapat secara aman disimpan dalam vakuola. Preferensi
tanaman: kebanyakan tanaman tumbuh baik pada kondisi campuran,
tanaman yang tahan terhadap suasana masam umumnya lebih baik jika
diberi NH4+, sebaliknya keluarga terung-terungan (Solanaceae) lebih
menyukai NO3, karena membutuhkan banyak kation lainnya (penyerapan
nitrat merangsang penyerapan kation).
Transformasi N dalam tanah
Di dalam tanah unsur N dapat mengalami alihrupa sebagai berikut:
Mineralisasi, Immobilisasi, Nitrifikasi, Denitrifikasi, Volatilisasi, Fiksasi N.

Mineralization
Pelepasan N organik menjadi N yang tersedia bagi tanaman yaitu: NH4+,
melibatkan mikrobia heterotrof yaitu bakteri dan kapang. Bahan organik
tanah mengandung N sekitar 5%, sekitar 1-4% dari N organik mengalami
mineralisasi setiap tahunnya.

Aminisasi: proteins + H2O > asam amino + amina + urea + CO2 +


energi. pemecahan protein menjadi unit lebih kecil, yang
mengandung gugus NH2

Ammonifikasi:

R NH2 + H2O > NH3 + R OH + energi


NH3 + H2O

> NH4+ + OH

Immobilisasi (assimilasi)
Berkebalikan dengan proses mineralisasi. Pengambilan bentuk N
anorganik dari tanah kemudian menyatukan bahan tersebut menjadi

bentuk N organik oleh mikrobia, dapat berupa NH4+ atau NO3.


Kesetimbangan antara mineralisasi dan immobilisasi ditentukan oleh
nisbah C:N .
Nitrifikasi
Perubahan NH4+ menjadi NO3, sumber NH4+ dapat berupa bahan organik
atau pupuk. Oksidasi biologis: bilangan oksidasi N meningkat dari -3
menjadi + 5, melalui 2 tahapan proses:
2NH4+ + 3O2 > 2NO2 (nitrit) + 2H2O + 4H+ (Nitrosomonas bacteria) dan
2NO2 + O2 > 2NO3 ( Nitrobacter bacteria)
Nitrit bersifat meracun, umumnya tidak sampai mengumpul, karena reaksi
nitrit menjadi nitrat jauh lebih besar dibanding perubahan ammonium
menjadi nitrit. Ada dua jenis bakteri ototrof yang menonjol, mereka
mendapatkan energi dari oksidasi N, sedangkan C diambil dari CO2
Proses nitrifikasi
Meningkatkan potensi pelindian N. Senyawa NO3 sangat mobil, sangat
larut air, tidak dapat dipegang oleh koloid tanah. Senyawa
NH4+ merupakan kation tertukar, dapat dipegang oleh koloid tanah,
bersifat mobil dalam tanah pasiran tanah yang memiliki KPK rendah.
Untuk berlangsungnya proses nitrifikasi diperlukan suasana aerasi yang
baik, karena yang aktif bakteri aerobik, oksigen diperlukan sebagai
reaktan dalam kedua reaksi yang terlibat. Proses ini bersifat
mengasamkan tanah, 2 mol H+ dihasilkan per mol NH4+yag dinitrifikasi, ini
dapat berasal dari pupuk ammonium atau mengandung pembentuk
ammonium (urea). Sangat cepat pada pH tinggi, optimum pada pH 8.5,
bakteri memerlukan cukup Ca dan P, keseimbangan reaksi lebih cocok
pada pH tinggi tersebut. Reaksi cepat pada temperatur hangat dan tanah
yang lembab. Penghambat nitrifikasi: digunakan untuk membatasi
pelindian nitrat, N-Serve (nitrapyrin) karena bersifat meracun
bagi Nitrosomonas.
Denitrifikasi
Kehilangan N dalam bentuk gas, reaksi NO3 menjadi N2 dan N2O. Bakteri
anaerob:Pseudomonas, Bacillus, menggunakan N sebagai sumber
O2 dalam respirasi, terjadi pada tanah tergenang atau terbatasnya

oksigen, sekitar akar atau seresah yang sedang terombak. Bakteri


memerlukan bahan organik, bahan orgaik yang siap dirombak sebagai
sumber energi
4(CH2O) + 4NO3 + 4H+ > 4CO2 + 2N2O + 6H2O
5(CH2O) + 4NO3 + 4H+ > 5CO2 + 2N2O + 7H2O
Kehilangan N dari pupuk umumnya 10-30%, pada kondisi: penambahan
bahan orgaik dan kurangnya aerasi, temperatur hangat : antara 50 80 F,
pH >5.5, cukup sediaan nitrat, pertumbuhan tanaman, dapat
menyumbang C dan kurangnya oksigen, tanaman dapat juga membatasi
denitrifikasi dengan mengurangi kadar air dalam tanah dan nitrat karena
diserap
Volatilisasi
Kehilangan berupa gas NH3, terutama dari pupuk N di permukaan, juga
rabuk di permukaan tanah, kehilangan rabuk juga terjadi saat
penanganan dan penyimpanan, dengan reaksi NH4+ > H+ + NH3 .
Kehilangan NH3 terutama pada pH tinggi, pH larutan >7 , pada
kesetimbangan reaksi bergerak ke kanan, kehilangan tersebut dapat
ditekan dengan cara pemberian pupuk dibenamkan, atau dengan
penyiraman air irigasi, urea bersifat sangat larut.
Pada tanah masam dan netral: kehilangan urea lebih besar dibanding
pupuk NH4+ , reaksi awal NH4+ bersifat asam. Hidrolisis Urea meningkatkan
pH sekitar butiran:
CO(NH2) 2 (urea) + H+ + 2H2O > 2NH4+ + HCO3
ini memerlukan H+ dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7
mendorong reaksi : NH4+ + HCO3 >NH

+ H2O + CO2

Pada tanah kapuran (calcareous soils), kehilangan Urea secara potensial


tetap tinggi. Pupuk NH4+ lebih mudah menguap dibanding dalam suasana
asam, karena bereaksi dengan karbonat, NH4+ + HCO3 NH

+ H2O +

CO2 , kehilangan ammonium fosfat and sulfat lebih tinggi dibanding garam
ammonium yang terlarut seperti klorida dan nitrat.
Faktor lain yang mendorong volatilisasi antara lain: bentuknya cairan vs.
padatan. Aplikasi permukaan disebar (broadcast surface applications),

dibandingkan setempat atau dicampurkan. Temperatur yang tinggi.


Permukaan tanah yang lembab dan evaporasi yang cepat. KPK yang
rendah: retensi NH4+ dan penyanggaan pH. residu tanaman di permukaan,
penggembalaan dan gumpal tanah, menjaga lengas tanah permukaan,
mengurangi kontak tanah dan gerakan ke dalam tanah
Inhibitor Urease merupakan alat untuk menghambat perombakan urea
dan mengurangi volatilisasi N, contoh: Agrotrain. umumnya kurang efektif
dibandingkan dengan perbaikan cara pemupukan, misalnya concentrated
banding. Urease adalah ensim yang memecah urea, berasal dari tanaman
atau tanah (mikrobia). Usaha yang lain dengan membuat Slow release,
urea-based fertilizers Contoh: Ureaform: Urea-formaldehyde, SCU (Sulfurcoated urea), manfaatnya: pemberian cukup satu kali untuk suatu jangka
waktu tertentu, misalnya 3 6 atau 9 bulan, hemat pada tempat yang
memiliki potensi pelindian atau penguapan yang tinggi, Sering digunakan
untuk tanaman hias atau tanaman tahunan.
Ammonia anhidrat, karena bentuknya mudah menguap, maka disuntikkan
di bawah permukaan tanah, standar 15 cm untuk tanah kasar lebih dalam
lagi. Kondisi yang cocok untuk kehilangan: tanah yang kering: lubang
bekas injeksi tidak menutup rapat, NH3 tidak berubah menjadi NH4+, tanah
lempung basah: lubang bekas injeksi tidak menutup rapat, tekstur kasar:
difusi NH3 , tanah berbongkah: difusi NH3 , bahan organik rendah: bahan
organik memegang NH3,
Tujuan penggunaan Inhibitor nitrifikasi untuk menghambat nitrifikasi, dan
mengurangi pelindian N. Umumnya digunakan pada musim gugur, atau di
tanah pasiran. Contoh: bahan N-Serve, DCD yang berfungsi menghambat
perubahan ammonium menjadi nitrit dalam proses nitrifikasi.
Fiksasi N
Meskipun kadar N udara 78%, tetapi ketersediaan N dalam tanah sering
menjadi faktor penghambat. Terdapat 70 juta kg N setiap hektar tanah.
N2 harus diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Fiksasi
industri: N2 direduksi dengan energi yang besar (high energy inputs), pada
temperatur tinggi 1.200 0C dan tekanan tinggi 500 atm. dengan reaksi:

3H2 + N2 > 2NH3. NH3 (amonia anhidrat) digunakan langsung sebagai


pupuk atau sebagai bahan baku pupuk N yang lain.
Berbagai mikrobia dapat menyemat N2: Simbiotik atau hidup
bebas. Rhizobia dan legum. Hal ini penting bagi dunia pertanian. Bakteri
simbiotik membentuk bintil akar, tanaman inang menerima N yang
tersemat sedangkan bakteri menerima fotosintat.
Rhizobia dan legum memiliki hubungan yang bersifat spesifik, legum yang
yang berbeda membutuhkan spesies Rhizobia tertentu yang sesuai.
Umumnya dilakukan inokulasi pada biji yang akan ditanam. Hal ini
diperlukan terutama jika lahan baru untuk pertama kali ditanami legum
tersebut atau untuk introduksi suatu strain baru. Strain memiliki
kemampuan menyemat N yang berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi penyematan N antar alain: Keadaan pH
tanah : pH yang rendah membahayakan Rhizobia dan akar tanaman,
adanya keracunan Al dan Mn , serta kekahatan Ca, Mo dan P. Spesies dan
strain memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda. R. meliloti (alfalfa,
sweet clover) sangat peka terhadap pH yang rendah, strain lain lebih
toleran. Kadar Nitrogen tersedia tanah: jika kandungan N tanah tinggi,
maka penyematan akan rendah. Pertumbuhan tanaman dan manajemen:
laju fotosintesis tinggi akan meningkatkan penyematan N, sebaliknya hal
yang menurunkan batang atau hasil juga menurunkan penyematan N
misalnya frekuensi dan waktu pemangkasan pada HMT. Kemampuan
penyematan N pada legum tahunan (perennial)
sedangkan legum semusim (annual)

: 100-200 kg/ha/th,

: 50-100 kg/ha/th

Penyematan N lainnya
Azolla Anabaena : paku air dan ganggang hijau biru (cyanobacteria),
jumlah N yang tersemat cukup untuk padi sawah. Cyanobacteria (bluegreen algae), hidup bebas, pada tanah tergenang, permukaan tanah yang
lembab. Azospirillum: bakteria yang hidup bebas, atau bersekutu dengan
akar serealia atau rerumputan. Azotobacter: bakteria hidup bebas, di
tanah, air , risosfer, atau permukaan daun. Bentuk hubungan yang lain
kurang berhubungan dengan pertanian, tetapi bermanfaat bagi ekosistem

alam atau agroforestry. Pohon legum: Black locust, mimosa,


akasia. Frankia: aktinomisetes simbiotik, Alder.

Ammonia
Ammonia merupakan salah satu bahan dasar dalam pembuatan pupuk
berbasis N2 secara sintesa. NH3merupakan rumus molekul yang dihasilkan
dari reaksi antara H2 dan N2. Pada pembuatan urea, amonia merupakan
salah satu bahan utama selain CO2.
Sifat fisik dan kimia ammonia
Ammonia (NH3) merupakan senyawa yang tidak berwarna dan berbau
sangat tajam. Ammonia larut dalam air, garam, ether, dan macam
macam alkohol. 1 lb amonia yang larut dalam air menghasilkan panas
sekitar 937 Btu. Larutan ammonia dalam air membeku pada tempratur
38 OC sampai -40 OC dengan membentuk jarum kristal.
Tabel karakteristik ammonia
Sejarah pembuatan ammonia
Pada tahun 1789 C.L. Barthelot menemukan senyawa ammonia yang
tersusun atas Nitrogen dan Hidrogen. Hidrogen murni yang digunakan
diperoleh dengan jalan elektrolisis air, sedangkan nitrogen diperoleh
dengan cara destilasi di udara cair.
Sintesa ammonia bertekanan tinggi dikembangkan oleh Fritz Haber (19041909), dimana metodenya mensyaratkan penggunaan katalis yang sesuai.
Kemudian pada tahun 1913 Badishe Anilud Soda Fabric (BASF) yang
dipimpin oleh Carl Bosch memproduksi ammonia atas dasar teori Fritz
Haber, dengan mereaksikan gas nitrogen dan hidrogen yang diperoleh
dari batu bara dan direaksikan dengan steam menggunakan katalis besi
dengan tambahan Al2O3, MgO, CaO, dan K2O sebagai promotor. Proses
sintesa berjalan pada suhu 550 oC dan tekanan sekitar 150 350 atm.
Pabrik tersebut memproduksi 30.000 Kg ammonia per hari. Kemudian
proses sintesa ammonia tersebut dikenal dengan proses Haber Bosch,
dengan persamaan reaksinya adalah:
N2(g) + H2(g) 2 NH3(g)

Sumber gas sintesa


Hidrogen untuk proses pembuatan ammonia dapat diperoleh dari
hidrokarbon yang terdapat pada gas alam, coke, maupun besi pijar.
Sedangkan gas nitrogen dapat diperoleh dari udara bebas.
Konsep proses sintesa ammonia
Proses yang paling utama di unit ammonia adalah sintesa gas H2 dan
N2 menjadi NH3 yang terjadi pada seksi ammonia konverter. Kondisi
operasi terjadi pada tempratur 430 500 oC dan tekanan antara 140 150
Kg/cm2untuk mempertahankan reaksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
N2(g) + 3/2 H2(g) NH3 DH700K = -52,6 kj/mol
DG700K = 27,45 kj/mol
DS700K = -1140,0 kj/mol
Variabel yang mempengaruhi sintesa ammonia
Variabel yang mempengaruhi konversi sintesa ammonia di dalam
ammonia konverter adalah tempratur tekanan, laju alir gas sintesis,
perbandingan antara H2 dan N2, jumlah inert serta katalis.
Tempratur
Pengaruh tempratur pada proses pembentukkan ammonia dapat
dijelaskan oleh asas Le Chatelier Jika suatu sistem berada dalam
kesetimbangan, suatu kenaikan tempratur akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah zat yang menyerap kalor. Reaksi
sintesa amonia merupakan reaksi eksotermis:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3 DHro = -92,22 kj
Sedangkan reaksi penguraian ammonia dalah reaksi endotermis:
2NH3 N2(g) + 3H2(g) DHro = +92,22 kj

Naiknya tempratur pada saat reaksi akan mengakibatkan reaksi bergeser


ke kiri (endoterm) atau menurunkan konversi pembentukkan ammonia.
Selain itu kenaikan tempratur juga mengakibatkan kecepatan reaksi
pembentukkan ammonia semakin besar. Jika aktifitas katalis dianggap
tidak berubah maka efisiensi selalu berubah sebanding dengan naiknya
tempratur.
Tekanan
Pengaruh perubahan tekanan dalam campuran kesetimbangan gas dapat
dipahami melalui asas Le Chatelier. Menurut asas ini kenaikan tekanan
menyebabkan reaksi bergeser ke kanan, tetapi jika tekanan berkurang
maka kecepatan tumbukkan molekul berkurang, sehingga kecepatan
reaksi menurun. Dalam sintesa ammonia, volume gas akan berkurang
sehingga akan meningkatkan tekanan gas. Hal ini dikarenakan jumlah
koefisien kiri lebih besar daripada koefisien kanan.
Laju gas sintesa
Laju gas sintesis yang masuk ammonia konverter mempengaruhi
besarnya konsentrasi pereaksi yang ada. Kenaikkan laju alir gas akan
meningkatkan kecepatan aliran gas melalui katalisator, sehingga
mengurangi waktu reaksi. Reaktan yang bereaksi menjadi sedikit,
kecepatan gas masuk reaktor tidak mempengaruhi hasil dengan jumlah
gas masuk reaktor tetap.
Perbandingan antara gas H2 dan N2
Menurut reaksi kesetimbangan pembentukkan ammonia dalam
memproduksi 1 mol gas NH3 membentuk mol N2dan 3/2 mol H2.
Perbandingan N2 : H2 = 1 : 3. Hal ini diperoleh dengan mengatur
perbandingan antara jumlah gas alam dengan udara yang digunakan.
Jumlah gas inert
Peningkatan gas inert dari metana dan argon mengakibatkan turunnya
produksi pembentukan ammonia. Oleh karena itu, gas inert dibuang
dari recycle secara kontinu melalui sistem purge gas.

Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat jalannya reaksi (tidak ikut
bereaksi). Peran katalis sebenarnya adalah menurunkan energi aktifasi
reaksi. Pemilihan katalis untuk proses dapat didasarkan pada beberapa
hal berikut:
a.

Berumur panjang

b.

Harganya murah

c.

Mudah di regenerasi

d.

Dapat di produksi dalam jumlah besar

e.

Tahan terhadap racun

f.

Memiliki tahanan fisik yang besar

Katalis yang baik digunakan adalah katalis besi dengan penambahan


promotor oksida aluminium, zirkonium ataupun silikon. Komposisi terbaik
dari katalis adalah sebagai berikut:
a.

Al2O3 = 2,3 5 %

b.

CaO

= 2,5 3,5 %

c.

K2 O

= 0,8 1,2 %

d.

SiO2 = 0,1 1,2 %

e.

Fe3O4 = 8,5 92,3 %

Katalis dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, namun


penurunan aktifitas katalis dapat terjadi karena adanya racun, seperti
O2 yang terdapat dalam air, CO, CO2, senyawa belerang dan klorin yang
merupakan racun bagi katalis promoted iron.
Mekanisme reaksi sintesa ammonia
Mekanisme reaksi pada sintesis ammonia terdiri dari 3 tahap reaksi
homogen yang terjadi pada katalis heterogen. Mekanisme yang terjadi
yaitu adsorpsi zat pereaksi pada permukaan, reaksi permukaan dan
desorpsi, serta zat hasil. Mekanisme reaksi sintesis ammonia adalah
reaksi homogen karena hanya melibatkan satu fase. Reaksi yang terjadi
adalah:

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)


Katalis yang digunakan merupakan fase padat, sedangkan pereaksinya
berupa gas. Reaksi sintesis tersebut terjadi di permukaan katalis,
sehingga bila permukaan katalis telah jenuh dengan gas pereaksi. Maka
penambahan konsentrasi selanjutnya tidak mempunyai arti yang besar.
Urea
Urea merupakan bahan sintesa organik pertama yang dibuat dari bahan
anorganik. Ditemukan pertama kali oleh Roelle pada tahun 1773 dalam
urine. Proses pembuatan urea secara komersial yang dipakai saat ini
menggunakan prinsip penemuan Bassarow, yaitu dehidrasi amonium
karbamat pada suhu dan tekanan tinggi. Amonium karbamat dihasilkan
dari reaksi antara amonium NH3 dan CO2
Sifat fisik dan kimia urea
Urea adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul NH2CONH2.
Di dalam air, urea akan terhidrolisa menjadi ammonium karbamat
(NH2COONH4) dan selanjutnya ammonium karbamat akan terdekomposisi
menjadi ammonia dan karbondioksida. Urea berbentuk serbuk putih, tidak
berbau atau mengeluarkan bau ammonia, tidak berwarna, dan tidak
berasa. Pada suhu 132.6oC dan tekanan atmosfer, urea dapat terurai
menjadi biuret NH(CONH2)2 yang merupakan hasil samping yang tidak
dikehendaki dalam pembuatan urea. Sebab kandungan biuret lebih dari
2% lbmol dalam pupuk akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Manfaat dan kegunan urea
Lebih dari 90% penggunaan urea adalah sebagai pupuk penyubur tanah,
selain itu, urea juga digunakan dalam pembuatan urea formaldehid resin
untuk memproduksi melamin, untuk nutrisi pertumbuhan ternak dan
sebagian kecil untuk farmasi dan industri petroleum.
Teori proses produksi

Urea dapat dibuat dari berbagai bahan baku dengan proses yang berbeda.
Reaksi utama dan faktor faktor yng mempengaruhi
Urea diproduksi dengan mereaksikan amonia dan CO2 pada temperatur
dan tekanan tinggi sesuai dengan reaksi Basarao sebagai berikut:
2NH3 + CO2 NH2COONH4 DH=-117 kJ/mol
NH2COONH4 NH2CONH2 +H2O

DH=15,5 kJ/mol

2.2.3.2 Reaksi samping


Dalam reaksi pembentukan urea terdapat reaksi-reaksi samping yang
tidak diharapkan, diantaranya adalah :
a)

Reaksi hidrolisis urea

CO(NH2)2 +H2O

NH2COONH4 2NH3 +CO2

Reaksi ini dapat terjadi karena pengaruh temperatur tinggi, tekanan


rendah dan waktu tinggal yang lama. Sehingga hal itu harus
diminiumalkan.
b)

Reaksi pembentukan biuret

2CO(NH2)2 NH2CONHCONH4 + NH3


Penyebebab terjadinya reaksi ini sama dengan reaksi hidrolisis ammonia.
Namun reaksi ini dapat dicegah denganexcess NH3, sebab
dengan excess NH3 keseimbangan reaksi akan bergeser kearah kiri.
c)

Reaksi pembentukan Isocyanic acid

CO(NH2)2 NH2NCO

NH3 + HNCO

Reaksi ini terjadi pada seksi evaporasi yang disebabkan karena


konsentrasi NH3 yang rendah, temperatur tinggi, dan tekanan rendah
yang menyebabkan reaksi cenderung ke kanan dan merubah fase NH3 dan

HNCO dari fase gas ke fase cair. Untuk pencegahannya yaitu dengan
membentuk kembali NH3 dan HNCO menjadi urea dengan jalan
menurunkan temperatur pada tekanan vakum sehingga reaksi berjalan ke
arah kiri.
Metode proses produksi
Ammonium karbamat yang tidak bereaksi perlu dipisahkan. Metode
pengembalian ammonium karbamat pada proses sintesa adalah sebagai
berikut:
a. Ones trough urea process
Karbamat yang tidak terdekmomposisi di konversi menjadi gas NH3 dan
CO2 dengan menggunakan panas yng dihasilkan reaktor sintesis dengan
tekanan rendah. Gas NH3 dan CO2 dipisahkan dari larutan urea dan
diutilisasi untuk memproduksi garam ammonia lewat absorbsi NH3 dengan
larutan nitrat atau sulfat sebagai absorben.
b. Solution recycle urea process
Gas NH3 dan CO2diambil dari campuran keluaran reaktor sintesis urea di
bagian dekomposisi bartahap dengan tekanan yang divariasikan didalam
air dan didaur ulang kembali ke reaktor lain untk membentuk larutan
ammonia dari ammonium karbamat. Dari beberapa proses ini, terdapat
dua proses lama yang masih tetap digunakan, yaitu:

UTI (Urea Technologies Inc.)

Ammonia, Recycle Carbamat dan 60% CO2 sebagai feed dimasukkan


melalui bagian atas reaktor dengan tekanan 210 bar. Amonium carbamat
terbentuk di dalam reaktor yang dilengkapi dengan coil dan keluar lewat
bagian bawah dengan aliran yang berputar. Bahan yang keluar reaktor
didinginkan kemudian gas dilepaskan dan masuk dekomposer. Sebelum
masuk dekomposer, gas ini dicampurkan dengan 40% CO2 didalam
separator dan diembunkan dalam heat recovery. Gabungan dari gas
tersebut diembunkan kembali sehingga terbentuk aliran
carbamat recycle. Larutan karbamat hasil evaporasi mempunyai

konsentrasi 86-88% sebelum kemudian di granulasi pada proses prilling.


Proses UTI hanya digunakan pada skala kecil dan medium.

Proses Mitsui Toatsu Coorporation (MTC) Conventional

Process of Toyo Engineering Coorporation


Pada proses total recycle seluruh ammonia dan CO2 yang tidak terkonversi
dikembalikan lagi ke reaktor. Proses ini bergantung pada suplai NH3 dan
CO2.
Berdasarkan prinsip recyclenya, proses total recycle dapat dibagi menjadi
5 yaitu:
a.

Hot Gas Mixture Recycle

Pada proses ini campuran karbondioksida, ammonia, dan air ditekan


dalam beberapa tahap hingga mencapai 20-130 atm, kemudian
dikondensasikan dan dikembalikan ke reaktor.
b.

Separated Gas Recycle

Pada proses ini karbondioksida dipisahkan dari ammonia dan ditekan


secara terpisah sebelum dikembalikan ke reaktor. Keuntungan proses ini
adalah konversinya tidak berkurang karena air tidak ikut di recycle dan
dapat menghindari masalah korosi (Larutan Carbamat).
c.

Slurry Recycle

Proses ini jarang dilakukan karena sulit dalam merecovery energi dan
mahalnya biaya untuk make up. Pada proses ini ammonia dan
karbondioksida dipisahkan dari larutan urea yang keluar dari reaktor
kemudian dikondensasikan agar terbentuk amonium karbamat. Kristal ini
dipompakan dari reaktor dalam bentuk suspensi minyak.
d.

Carbamat Solution Recycle

Proses ini melibatkan dekomposisi carbamat pada 2 atau 3 tahap


penurunan tekanan. Pada tiap tahap, gas yang dilepaskan (karbondioksida
dan amonia) diabsorpsi oleh larutan hasil kondensasi tahap sebelumnya
dan larutan yang dihasilkan dikembalikan ke reaktor.

e.

Stripping

Perbedaan mendasar proses ini dengan keempat proses lainnya yaitu


dengan cara merecovery amonium carbamat yang tidak terkonversi dari
larutan urea yang keluar reaktor. Pada proses ini larutan karbamat di
stripping dari larutan urea pada tekanan yang sama dengan tekanan
reaktor. Gas hasil stripping dikondensasikan dan dikembalikan ke reaktor.
c. Interval Carbamat recycle urea process
Karbamat yang tidak bereaksi dan amonia berlebih dilucuti dari aliran
keluar reaktor sintesa urea melalui gas panas CO2 atau NH3 pada tekanan
reaktor dan dikondensasikan kembali ke reaktor melalui aliran yang
menggunakan gaya gravitasi untuk recovery. Pengeluaran reaktor dan
recycle amonium carbamat pada umumnya berupa larutan dengan
konsentrasi 70-75% lb mol dan diproses lebih lanjut menjadi padatan.
Terdapat 2 cara untuk mengubah urea menjadi padatan, yaitu:
a)

Evaporasi

Evaporasi air dilakukan pada tekanan vakum, atau dengan tekanan


rendah menggunakan udara panas sebagai pengering atau atmosferic air
sweep evaporation dengan penurunan tekanan dan pemanasan steam,
maka cairan akan terpisah dari uap. Tetapi hal ini akan mempercepat
pembentukan biuret yang rata-rata mencapai 0,4 % lb mol. Proses
evaporasi ini hanya digunakan pada proses pembuatan urea untuk
fertilizer
b)

Kristalisasi

Hasil dari aliran ini lebih murni dan lebih bagus untuk keperluan industri.
75 % larutan urea diumpankan ke vacum crystalizer, beroperasi pada 72,5
mmHg absolut dan 60oC, uap air dikondensasikan dengan pendingin
vakum slurry yang keluar dari dasar crystalizer mengandung 30 % kristal
urea diumpankan ke centrifuge sehingga kristal urea terpisah dan dicuci
dengan air lalu dikeringkan, kemudian dinaikkan ke prilling tower dan
dilelehkan. Lelehan urea ini mengandung 0,3 % biuret dan 0,2
% moisture. Lelehan urea didistribusikan kebawah prilling tower dan
berupa butiran seragam yang dikirim ke unit pengantongan. Sedangkan
urea yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari yang diinginkan

di recycle dengan cara melarutkan dalam dissolving tank untuk


direcycle ke mother liquor tank.
Ammonium sulfat adalah salah satu pupuk nitrogen yang banyak digunakan karena
mengandung ion NH4+ yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bagi tanaman.
Karakteristik pupuk ZA atau yang dikenal dengan nama pupuk Ammonium sulfat
((NH4)2SO4) adalah sebagai berikut :
1. Bentuk

: Kristal

2. Warna

: Putih garam

3. Berat molekul

: 132 g/mol

4. Berat jenis

: 1,77 g/cm3

5. Kelarutan

: Mudah larut dalam air dan menyerap panas, dimana dalam 100 bagian air
pada 0 C akan terbentuk larutan dengan 71 bagian garam. Pada 20 C akan
terbentuk larutan dengan 76 bagian garam dan pada 100 C akan menjadi
larutan dengan 97,5 bagian garam.

6. Pengaruh suhu : Pada 120 C akan mudah terurai dan pada 280 C terjadi sublimasi dengan
sebagian besar terurai menjadi NH3 dan (NH4)2SO4 ( Ammonium disulfat ).
7. Impuritas

: Asam sulfat bebas, garam garam mineral dan moisture.

Ammonium sulfat bila digunakan sebagai pupuk yang penting adalah kadar Nitrogen
nya (N2) yang di dalam teorinya terdapat 21,35 % dalam 100 % Ammonium sulfat.Sedangkan
dalam perdagangan biasanya mengandung 20-21 % N2. Ammonium sulfat mempunyai
komposisi sebagai berikut :
1. N2 minimum : 20,80 % berat minimum
2. Asam sulfat bebas : 0,10 % berat maksimum
3. Air : 0,15 % berat maksimum
4. Ukuran Kristal : 75 % tertinggal pada screen
Kapasitas produksi dari pabrik ZA I/III adalah 400.000 ton/tahun.
Diagram proses pembuatan pupuk Ammonium Sulfat, di pabrik ZA I/III adalah sebagai
berikut :
H2SO4
NH3

Reaktor Unit

Separation Unit

Driying Unit

Bagging Unit

Mother Liquor
Hot Water

Gambar.1 Diagram blok pabrik ZA I/III PT. Petrokimia Gresik


(Sumber gambar : www.academia.edu, laporan KKN-P Fitria Nur Azizah mahasiswi Teknik
Industri Universitas Brawijaya )

Proses yang dipakai adalah netralisasi ( De nora ) dengan prinsip, uap NH3
dimasukkan Saturator yang sudah terisi Asam sulfat dan ditambahkan air kondensat sebagai
penyerap panas hasil reaksi dengan bantuan udara sebagai pengaduk.
Ammonium sulfat ((NH4)2SO4 ) diperoleh dari netralisasi NH3 dan H2SO4. Gas
Amoniak murni dimasukkan bersama-sama dengan H2SO4 dalam Saturator. Reaksi yang
terjadi untuk pembentukan Ammonium sulfat adalah sebagai berikut :
2 NH3

+ H2SO4

((NH4)2SO4 )

Reaksi ini sangat eksotermis, sebagian kecil panas ini hilang melalui dinding
Saturator,sebagian besar akan menguapkan air dari larutan dalam Saturator. Temperatur
dalam Saturatordapat bertahan hampir konstan ( 105 110 C
) pada kondisi normal operasi.
Digunakan kondensor pada aliran uap yang keluar Saturator dimaksudkan untuk
mengembalikan sejumlah air guna menjaga keseimbangan air. Penambahan air dapat juga
dimasukkan ke dalam Condesat Recycle System. Uap yang keluar dari Saturator mengandung
sedikit Ammoniak.Untuk memperkecil kehilangan Ammoniak diperlukan syarat syarat
sebagai berikut :
1. Jumlah Ammoniak yang dibutuhkan harus benar benar tepat sehingga
semuanya dapatbereaksi habis dengan Asam sulfat.
2. Larutan Ammoniak sulfat harus dijaga dalam keadaan asam (H2SO4 bebas :
0,2 0,4 %).

Reaksi antara Ammoniak dan asam sulfat diikuti dengan pembentukan Kristal
Ammoniumsulfat. Sebenarnya mother liquor ( larutan induk ) di dalam Saturator ini adalah
Ammoniumsulfat jenuh serta dengan adanya penambahan Ammoniak dan asam sulfat akan
menghasilkan larutan yang lebih jenuh lagi ( over saturated solution ). Namun pada awal
proses saat pabrik pertama kali dioperasikan, larutan yang digunakan dalam Saturator untuk
awal proses adalah air murni. Hal ini menyebabkan proses pembentukan Ammonium sulfat
terjadi lebih lama yaitu sekitar 8 jam, dibandingkan dengan Saturator yang telah berisi mother
liquor ( larutan induk ) yang membutuhkan waktu 3-4 jam untuk membentuk Ammonium
sulfat. Pada saat pabrik mengalami shutdown, cairan mother liquor disimpan pada tangki
penampung mother liquor D 301, untuk digunakan sebagai mother liquor pada proses
selanjutnya setelah pabrik beroperasi kembali. Setelah kristal kristal ini mencapai ukuran
tertentu yang dikehendaki, selanjutnya dimasukkan ke Centrifuge untuk dipisahkan dari
mother liquor ( larutan induk ). Umumnya perbandingan antara kristal dam mother liquor
( larutan induk ) adalah 1 : 1 ( 50 % : 50 % ).
Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan Kristal adalah sebagai berikut :
1. Kemurnian bahan baku
2. Kestabilan pemasukan bahan baku
3. Konsentrasi Asam sulfat bebas
4. Konsentrasi Kristal dalam larutannya
5. Kelancaran bahan baku
Kadang impuritas yang biasanya terdapat didalam larutan asam sulfat adalah Fe, Cr,
Al, danlain-lain yang mempengaruhi pembentukan Kristal seperti Kristal menjadi rusak dan
warnanya menjadi kekuningan. Zat zat ini dapat dipisahkan dengan menggunakan fosfat
(PO4). Selanjutnya agar pemurnian dapat berlangsung sempurna, maka ditambahkan
oksidator Asam nitrat ( HNO3 ) ke dalam larutan Asam sulfat (H2SO4).
Tahapan proses pembuatan pupuk ZA adalah :
1. Reaksi Netralisasi dan kristalisasi
2. Pemisahan Kristal
3. Pengeringan produk
4. Pendinginan produk
2.1 Uraian Proses
1. Reaksi Netralisasi dan Kristalisasi
Alat utama dalam tahapan ini adalah Saturator ( sebagai reaktor dan kristalizer ) yang

fungsinya untuk mereaksikan Ammoniak dengan Asam sulfat dan memekatkan Ammonium
sulfat yang terbentuk. Uap Ammoniak masuk melalui Sparger dibagian bawah dan Asam
sulfat lewat Sparger bagian dinding Saturator sedangkan udara pengaduk dihembuskan dari
bagian bawahnya untuk mencegah mengendapnya Kristal pada dasar Saturator.
Reaksi didalam reaktor :
H2SO4+ NH3

((NH4)2SO4 )+ Q

Temperatur reaksi dijaga pada suhu 105 106 C,


acidity 0,2 % berat sampai 1 %
beratdan konsentrasi Kristal 50 % volume. Sebagian uap yang terbentuk diembunkan dan
dikembalikan ke Saturator sebagai kondensat return untuk mengatur konsentrasi dan
penyerap panas.
2. Pemisahan Kristal
Peralatan utamanya adalah Centrifuge Separator yang fungsinya memisahkan Kristal
ammonium Kristal yang terbentuk dengan larutan induk. Slurry ammonium sulfat dengan
perbandingan antara liquid : solid = 1: 1, slurry dalam saturator dialirkan ke dalam
Centrifuge yang terdapat screen untuk memisahkan Kristal dari larutannya. Kristal yang
diharapkan 50 % tertahan di screen. Mother liquor bersama sama return condensat
ditampung dalam mother liquor tank. Larutan dalam mother liquor selanjutnya di recycle ke
saturator.
3. Pengeringan Produk
Kristal ZA basah dikeringkan dalam dryer sehingga kandungan H2O maksimal 0,15%
berat. Untuk mencegah penggumpalan, sebelum masuk ke dryer ditambahkan anti caking
Uresoft 150/AFFA dengan dosis 100-200 ppm. Debu ZA ditarik dengan compressor dan
masuk ke cyclone separator kemudian disemprot dengan air, dimana cairannya ditampung
dalam tangki sebagai umpan saturator sedangkan udara yang lolos dapat langsung dibuang
ke udara bebas. Selanjutnya produk ZA didinginkan kemudian dikirim ke bagian
pengantongan.
4. Penampungan Produk
Produk ZA kering yang keluar dari Rotary Dryer dikirim dengan bucket elevator ke
bagian hopper dan diangkut dengan belt conveyor menuju bagian pengantongan untuk
selanjutnya dilakukan pengepakan.

( sumber pustaka : : www.academia.edu, laporan KKN-P Fitria Nur Azizah mahasiswi Teknik
Industri Universitas Brawijaya )

Diagram Flow Asam Sulfat

( Sumber gambar : http://www.slideshare.net/adhitomowirawan/process-flowdiagram-pg )

Diagram Flow Ammoniak

( sumber gambar : http://www.owlnet.rice.edu/~ceng403/nh3syn97.html )


Diagram Flow Pupuk ZA

( sumber gambar : http://www.slideshare.net/adhitomowirawan/process-flow-diagrampg


Penggunaan Pupuk N pada Tanaman

1. Memerlukan

pemahaman

faktor-faktor

yang

mengatur

transformasi N dalam tanah. Sumber NH4 lebih efisien, NO3


lebih aman, NH4+NO3 (paling baik dan aman)
2. Takaran disesuaikan
3. Waktu
Musim hujan: NH4
Musim kemarau: NO3
4. Metode
a. Tabur :untuk pupuk mudah larut dan menyebar seragam
contoh: urea
b. Setempat: menempatkan pupuk dalam lubang/alur untuk
melokalisir pupuk
c.

alur: menempatkan pupuk di bawah benih (ditutup tanah)

d.

Penyuntikan(tanaman tahunan)

e.

penyemprotan

Anda mungkin juga menyukai

  • Acara 1 Baru
    Acara 1 Baru
    Dokumen8 halaman
    Acara 1 Baru
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hidroponik
    Makalah Hidroponik
    Dokumen6 halaman
    Makalah Hidroponik
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Panca Sila
    Panca Sila
    Dokumen9 halaman
    Panca Sila
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Serealia
    Makalah Serealia
    Dokumen20 halaman
    Makalah Serealia
    hellositty
    67% (3)
  • Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Dokumen10 halaman
    Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Irigasi
    Irigasi
    Dokumen1 halaman
    Irigasi
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Metopel
    Metopel
    Dokumen3 halaman
    Metopel
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • ZPT Tugas
    ZPT Tugas
    Dokumen1 halaman
    ZPT Tugas
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Rancob
    Rancob
    Dokumen1 halaman
    Rancob
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Acara Ii
    Acara Ii
    Dokumen4 halaman
    Acara Ii
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Nitrogen
    Nitrogen
    Dokumen18 halaman
    Nitrogen
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Biotek Cabai CMV
    Biotek Cabai CMV
    Dokumen12 halaman
    Biotek Cabai CMV
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Dormansi Benih
    Dormansi Benih
    Dokumen7 halaman
    Dormansi Benih
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Dormansi Benih
    Dormansi Benih
    Dokumen7 halaman
    Dormansi Benih
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Biotek Cabai CMV
    Biotek Cabai CMV
    Dokumen12 halaman
    Biotek Cabai CMV
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • FOSFAT Tanah1
    FOSFAT Tanah1
    Dokumen48 halaman
    FOSFAT Tanah1
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Biotek Tomat
    Biotek Tomat
    Dokumen7 halaman
    Biotek Tomat
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • 6 Bab IV Nitrogen Rev
    6 Bab IV Nitrogen Rev
    Dokumen64 halaman
    6 Bab IV Nitrogen Rev
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Dokumen10 halaman
    Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Pupuk P
    Pupuk P
    Dokumen13 halaman
    Pupuk P
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Hormon Auksin Dan Giberelin
    Hormon Auksin Dan Giberelin
    Dokumen15 halaman
    Hormon Auksin Dan Giberelin
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Dormansi Benih
    Dormansi Benih
    Dokumen7 halaman
    Dormansi Benih
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Acara Iii
    Acara Iii
    Dokumen8 halaman
    Acara Iii
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Acara Ii. Perbanyakan Cangkok Tanaman Hias Aglaonema
    Acara Ii. Perbanyakan Cangkok Tanaman Hias Aglaonema
    Dokumen8 halaman
    Acara Ii. Perbanyakan Cangkok Tanaman Hias Aglaonema
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat