Anda di halaman 1dari 13

Makalah Teknologi Pemupukan

FOSFOR (P)

Disusun oleh:
Eni puspitaningrum

(134140020)

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Fosfor adalah unsur kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor
berupa nonlogam, bervalensi banyak, banyak ditemui dalam batuan fosfat anorganik dan
dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah ditemui dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor
amatlah reaktif, memancarkan pendar cahaya yang lemah ketika bergabung dengan oksigen,
ditemukan dalam berbagai bentuk, dan merupakan unsur penting dalam makhluk hidup.
Fosfor ditemukan oleh Hannig Brand pada tahun 1669 di Hamburg, Jerman. Ia
menemukan unsur ini dengan cara 'menyuling' air urin melalui proses penguapan dan setelah
dia menguapkan 50 ember air urin, dia baru menemukan unsur yang dia inginkan. Namanya
berasal dari bahasa Latin yaitu phosphoros yang berarti 'pembawa terang' karena keunikannya
yaitu bercahaya dalam gelap (glow-in-the dark).
Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan
senyawa organik yang berupa partikulat. Senyawa fosfor membentuk kompleks ion besi dan
kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak larut, dan mengendap pada sedimen sehingga tidak
dapat dimanfaatkan oleh algae akuatik (Jeffries dan Mill dalam Effendi 2003).
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme
untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut, berada dalam bentuk
senyawa organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa organik, fosfor dapat berupa gula
fosfat dan hasil oksidasinya, nukloeprotein dan fosfo protein. Sedangkan dalam bentuk
senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat. Senyawa anorganik fosfat dalam air
laut pada umumnya berada dalam bentuk ion (orto) asam fosfat (H3PO4), dimana 10%
sebagai ion fosfat dan 90% dalam bentuk HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting
dalam pembentukan protein dan membantu proses metabolisme sel suatu organisme
(Hutagalung et al, 1997).
Fungsi P bagi tanaman:
1.

Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam

tanaman
2

2.

Merangsang pembungaan dan pembuahan

3.

Merangsang pembentukan biji

4.

Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan

sel
5.

Memperkuat batang dan memicu perkembangan akar

6.

Mempercepat pematangan buah

7.

Memperbaiki kualitas tanaman

Ciri-ciri kekurangan P pada tanaman:


Kekurangan unsur fosfor terlihat dengan munculnya warna merah
keunguan pada bagian bawah daun, terutama tulang daun. Daun
terpelintir, tepi daun, batang dan cabang juga berwarna ungu karena
pembentukan antosianin. Gejala kekurangan unsur P diawali pada daundaun tua yang berubah warna menjadi keunguan dan cenderung kelabu.
Tepi daun menjadi coklat, tulang daun muda berwarna hijau gelap. Tepi
daun seperti hangus terbakar, pertumbuhan daun kecil, kerdil, dan
akhirnya gugur. Pertumbuhan menjadi lambat dan tanaman kerdil.
Kekurangan unsur fosfor mengakibatkan terhambatnya sistem perakaran
dan pembuahan pada tanaman. Kelebihan P menyebabkan penyerapan
unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (Fe) , tembaga (Cu) , dan
seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat secara fisik pada
tanaman.

Daur Fosfor
Daur fosfor yaitu daur atau siklus yang melibatkan fosfor, dalam hal input atau sumber
fosfor-proses yang terjadi terhadap fosfor hingga kembali menghasilkan fosfor lagi. Daur
fosfor dinilai paling sederhana daripada daur lainnya, karena tidak melalui atmosfer. Fosfor di
alam didapatkan dari batuan, bahan organik, tanah, tanaman, PO4- dalam tanah. Kemudian
inputnya adalah hasil pelapukan batuan dan outputnya berupa fiksasi mineral dan pelindikan.
fosfor berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik. Humus dan
partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur lokal.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan
dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan
dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik.
Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di
sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu
dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat
anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus
4

menerus. Fosfor dialam dalam bentuk terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat atau
protein. Bakeri yang berperan dalam siklus fosfor adalah Bacillus, Pesudomonas, Aerobacter
aerogenes, Xanthomonas, dll. Mikroorganisme (Bacillus, Pseudomonas, Xanthomonas,
Aerobacter aerogenes) dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi tanaman.
Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian permukaan
mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke dasar laut dan akan
dikembalikan ke daratan.
Senyawa P an-organik:
1. Senyawa Kalsium
2. Senyawa besi dan aluminium
Kelarutan

Senyawa

Rumus

Fluor-apatit
Karbonato-apatit

3 Ca3(PO4)2.CaF
3

Hidroksi-apatit

Ca3(PO4)2.CaCO3
3

Oksi-apatit
Trikalsium-fosfat
Dikalsium-fosfat
Monokalsium-

Naik

Ca3(PO4)2.Ca(OH)2

3 Ca3(PO4)2.CaO
Ca3(PO4)2

CaHPO4

Ca(H2PO4)2

fosfat
Senyawa P-organik:
1. Fitin dan derivatifnya
2. Asam Nukleat
3. Fosfolipida
Ketersediaan P-anorganik tanah masam
Pengendapan oleh kation Fe, Al, Mn
Al3+ + H2PO4- + H2O2H 2H+ + Al(OH)2H2PO4
larut

tdk larut

Dlm tanah masam biasanya konsentrasi kation Fe, Al lebih besar dp anion
fosfat, sehingga reaksi berlangsung ke arah kanan
5

Pengikatan oleh liat silikat: Kaolinit, Montmorilonit, Illit


1. Reaksi permukaan antara gugusan OH- yang tersembul di permukaan
liat dengan anion fosfat
2. Kation Fe dan Al dibebaskan dari pinggiran kristal silikat yg kemudian
bereaksi dengan anion fosfat menjadi fosfat-hidroksi
[Al]

+ H2PO4- + 2H2O 2H+ + Al(OH)2H2PO4

Dlm kristal silica

tidak larut

Ketersediaan P-anorganik pd pH tinggi


Pengendapan oleh kation Ca++ atau CaCO3
H2PO4- + 2 Ca++ Ca3(PO4)2 + 4H+
Larut

tidak larut

H2PO4- + 2 CaCO3 Ca3(PO4)2 + 2CO2 + 2H2O


Larut
Ca3(PO4)2

tidak larut

yang terbentuk dalam reaksi di atas, masih dapat berubah

menjadi bentuk-bentuk yang lebih sukar larut, seperti senyawa hidroksi-,


oksi- , karbonat-, atau fluor-apatit.
Reaksi-reaksi ini semua terjadi pada tanah-tanah masam yang dikapur
dengan dosis tinggi (Pengapuran berat)
Daya ikat P dari Tanah
Fosfor yang sangat lambat tersedia:
Apatit, Fe-, Mn- dan Al-fosfat tua, Fosfat organik yang mantap
Fosfat yang lambat tersedia:
Ca3(PO4)2, Fe-, mn-, dan Al-fosfat yg baru terbentuk, dan fosfat organik
baru (sedang) dimineralisasikan
Fosfat segera / mudah tersedia:
Larut air : NH4-fosfat, Ca(H2PO4)2
Tidak larut: CaHPO4 dan Ca3(PO4)2
Hasil-hasil penelitian:
1. Tanah-tanah di jawa Barat:

Rata-rata 18.2 kuintal TSP dg kadar 46% P2O5 diikat oleh tanah
setiap hektar lapisan olah.
2. Tanah Latosol mempunyai daya ikat setara dengan 7.8 ton
superfosfat dg kadar 20% P2O5.
PROSES PEMBUATAN ASAM FOSFAT
Asam fosfat dapat dihasilkan melalui 2 metode yaitu
1. Wet process, dimana proses ini memproduksi asam fosfat tidak murni.
2. Thermal process, dengan membakar fosfor agar terbentuk asam fosfat
murni. Produksi fosfor menggunakan electric furnace process.
Wet Process of Phosphoric Acid Production
Proses utama dalam pembuatan asam fosfor dengan mereaksikan asam
sulfat dengan batuan fosfat.
Reaksi inti :
Ca F2. (PO4)6 + 10H2SO4 + 20H2O 10CaSO4. 2H2O + 2HF + 6H3PO4
Asam Sulfat yang digunakan dalam proses pembuatan asam fosfat ini
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada asam sulfat yang
digunakan dalam pembuatan pupuk single superphosphate. Pada proses
ini juga dihasilkan gypsum dan gas HF.
Proses pembuatan asam fosfat thermal process
Asam fosfat diperoleh dengan membakar fosfor untuk menghasilkan
unsur fosforpentoksida, dan melarutkan fosforpentoksida dalam air.
Sehingga dihasilkan asam fosfat yang sangat murni. Fosfor diproduksi
melalui metode tanur listrik. Reaksi yang berlangsung dari bahan baku
batuan fosfat, silica dan pasir (pasir adalah sumber SiO 2 dan kokas
metalurgi yang memiliki elemen C yang tinggi) diperkirakan sebagai
berikut:
CaF23Ca3(PO4)2 + 9SiO2 + 15C CaF2 + 6P + 15CO
Atau secara sederhana:
7

3Ca3(PO4)2 + 6SiO2 + 10C 6CaSiO3 + P4 + 10CO

H= -3055 kJ

Silica merupakan bahan baku penting yang sekaligus bertindak


sebagai asam dan fluks (zat dalam sebuah reaksi,yang berfungsi untuk
menyerap zat pengotor dalam reaksi tersebut). Dari fluor yang terdapat di
dalam batuan fosfat itu, kira-kira 20% terkonversi menjadi SiF 4 dan
menguap. Bila ada air, ia bereaksi sehingga menghasilkan SiO 2 dan H2SiF6.
Reaksinya sebagai berikut:
3SiF4 +2H2O 2H2SiF6 + SiO2
Dalam pembutan fosfor, fluornya tidak dipulihkan, tetapi CO yang
terbentuk digunakan sebagai bahan bakar dalam mempersiapkan umpan
tanur (alat yang digunakan sebagai pemanas). Terak yang dikeluarkan
dari tanur itu dijual sebagai balast atau agrerat (material berbutir yang
digunakan untuk lapisan permukaan pengerasan jalan). Ferofosfor sebagai
produk lain ditarik keluar sesuai keperluan, kuantitasnya bergantung pada
jumlah

besi

ditambahkan

yang
ke

sebelumnya

situ.

Fosfor

terdapat

biasanya

di

dalam

digunakan

batuan,
sebagai

atau
bahan

intermediet dan dikirim ke pusat-pusat konsumsi dan di sana dibakar atau


dioksidasi menjadi P2O5, kemudian dilarutkan ke dalam air sehingga
menjadi asam atau senyawa lain:
Fosforpentoksida :

4P + 5O2 2P2O5 H= -3015 kJ

Asam ortofosfat :

P2O5 + 3H2O 2H3PO4

H=

-188 kJ

Proses

tanur

listrik

(electric

furnace

process) memungkinkan

penggunaan batuan fosfat kualitas lebih rendah daripada batuan fosfat


yang

digunakan

untuk

proses

asam

fosfat

proses

basah,

karena

ketidakmurniannya akan terbawa oleh terak. Bahkan batuan kualitas


rendah lebih disukai karena mempunyai keseimbangan CaO/SiO 2 yang
lebih baik untuk pembentukan terak. Yang paling dibutuhkan adalah
tenaga listrik yang murah.
Batuan fosfat itu harus diumpankan dalam bentuk bongkah atau
ukuran lebih besar dari 8 mesh. Bahan yang halus cenderung menyulitkan
pengeluaran uap fosfat dan menyebabkan penjembatan (bahan curah
tidak turun) dan gerakan turun umpan secara tidak merata, sehingga
menimbulkan letupan-letupan dan ikut membawa debu dalam jumlah
yang berlebih. Bongkahan fosfor biasanya dipersiapkan sebagai berikut:
1. Pembuatan pellet dengan cara jungkir-guling (tumbling) atau
ekstraksi
2. Pengaglomerasian dengan membuat modul pada suhu tinggi
3. Perlakuan sinter terhadap campuran halusan fosfat dan kokas
4. Pembuatan briket dengan penambahan perekat yang sesuai
Setelah aglomerasi ditambahkan halusan kokas dan fluks bersilika
(kerikil), bahan itu diumpankan ke dalam tanur listrik. Bila menginginkan
lebih banyak ferofosfor, ditambahkan keping-keping besi ke dalam umpan
itu. Dasar tanur itu terdiri dari blok-blok karbon, yang juga melapisi
dinding sampai jauh di atas permukaan kolam terak. Pada dinding di atas
itu digunakan bata tahan api kualitas tinggi sebagai pelapis. Di atas itu,
sebagai penutup terdapat suatu kubah baja yang dilapisi dengan
refraktori cor. Bukaan untuk electrode dan untuk memasukkan bahan
baku

juga

dipakai.

Electrode

disekrupkan

sehingga

memudahkan

penggantiannya apabila karbon sudah terpakai habis.


Gas dan uap fosfor dikeluarkan pada salah satu ujung tanur. Terak
yang mengandung banyak kalsium itu disadap secara berkala dan digiling
untuk digunakan dalam pembuatan kaca, untuk penggamping tanah dan
sebagai ballast dasar jalan. Ferofosfor disadap secara terpisah atau
dikeluarkan bersama terak apabila telah memisah dan dijual sebagai aditif
9

fosfor untuk pembuatan baja. Pada proses ini, 80% dari fluor tertinggal di
dalam terak. Sebagian kecil yang keluar bersama gas diserap di dalam air
yang digunakan untuk mengkondensasikan fosfor
Asam fosfat murni dan kuat dibuat dari unsure fosfor melalui
oksidasi dan hidrasi. Menara atau ruang oksidasi terbuat dari bata tahan
asam atau baja tahan karat. Asam fosfat mengalir ke bawah pada
permukaan dinding dan menyerap kira-kira 75% P2O5 dan juga kalor. Asam
ini lalu didinginkan, sebagian ditarik keluar, sebagian disirkulasi lagi.
Sisanya yang 25% dilewatkan melalui eliminator kabut Cotrell atau Brink
untuk mengumpulkannya.
Beberapa macam pupuk fosfat dari batuan fosfat, antara lain :
a. Enkel superfosfat [ES = Ca(H2PO4)2 + CaSO4]
ES sering disebut single superphosphate. Pupuk ini dibuat dengan
menggunakan bahan baku batuan fosfat (apatit) dan diasamkan dengan
asam sulfat untuk mengubah P yang tidak tersedia menjadi tersedia untuk
tanaman. Reaksi singkat pembuatan ES:
Ca3(PO4)2 CaF + 7H2SO4 3Ca(H2PO4) + 7CaSO4 + 2HF
Disamping mengandung dihodrofosfat juga mengandung gipsum (CaSO 4).
Kadar P2O5 = 18-24%, kapur (CaO) = 24-28% . Bentuk pupuk ini berupa
tepung berwarna putih kelabu. Sedikit larut dalam air reaksi, fisiologis
netral atau agak masam. Syarat yang harus dipenuhi kadar (F 2O3 + Al2O3)
kurang dari 3%. Apabila terlalu banyak mengandung kedua oksida
tersebut

yang bersifat meracuni tanaman, kedua oksida juga dapat

bereaksi dengan fosfat menjadi tidak tersedia bagi tanaman (terjadi


fiksasi P oleh Fe dan Al). Dalam penyimpanan sering mengalami
kerusakan fisik tetapi tidak mengalami perubahan kimianya. Dalam
pemakaiannya dianjurkan sebagai pupuk dasar yaitu pemupukan sebelum
ada tanaman agar pada saat tanaman mulai tumbuh P sudah dapat
diserap oleh akar tanaman.

10

Pupuk ES masih mengandung gips (CaSO 4) cukup tinggi dan untuk


berbagai jenis tanah sering menyebabkan struktur tanah menjadi
menggumpal seperti padas dan kedap terhadap air. Hal ini yang sering
dianggap sifat merugikan dari pupuk ES.
Ordinary Superfosfat (OSP) / Double Superfosfat (DS) dibuat dengan
jalan:
Mencampurkan H2SO4 pekat dengan rockfosfat (dengan perbandingan
berat yang sama). Reaksi bersifat sangat eksoterm (banyak panas yang
dilepaskan)
Reaksi :
[ Ca3(PO4)2]3.CaF2 + 7H2O 3Ca(H2PO4)2 + 7CaSO4 + 2HF (OSP)
Gas HF yang beracun biasanya dikumpulkan sebagai produksi sampingan.
Jumlah senyawa Ca(H2PO4)2 dalam pupuk OSP : 30%
Dijual dalam bentuk tepung/ butir berwarna kelabu & berbau asam,
93% larut dalam air & sisanya larut dalam amonium sitrat netral.
Kandungan Ca : 18 21%; S : 11 12%; mengandung unsur-unsur
seperti : Mg, Fe, Al, Cu, Mn, Zn, & CI. Bentuk fosfat yang ada dalam OSP :
H2PO4b. TSP/ Ca(H2PO4)2
Pembuatannya dibuat

dari

apatit dan asam

fosfat

dengan

jalan

mencampurkan kedua bahan baku dalam suatu mixer dari baja, kemudian
mengeras dan selanjutnya dibentuk menjadi tepung, pelet atau butiran.
Reaksi inti :
[ Ca(PO4)2]3. CaF2 + 14H3PO4 + 10H2O 10Ca(H2PO4)2 H2O + 2HF
Dibuat dengan wet-proses phosphoric acid. Persamaan phosphoric acid,
dimana rockfhosphate direaksikan dengan H2SO4
[ Ca(PO4)2]3. + 10H2SO4 + 20H2O 10CaSO4.2H2O + 6H3PO4 + 2HF
Sama baik dengan OSP, hanya kurang lengkap tidak mengandung S yang
cukup untuk tanaman. Kadar S : 0 2%
Mengandung 48% P2O5, sedangkan OSP 16% P2O5 dan kadar Ca 12 16%
Berwarna kelabu sampai agak putih atau coklat berbau asam.
Faktor Retensi P dalam tanah
1. TIPE LIAT
11

Tanah-tanah liat lebih banyak meretensi & memfiksasi p-pupuk daripada


tanah berpasir
Liat silikat tipe 1:1 mempunyai kemampuan lebih besar me-retensi P
dibanding liat tipe 2:1
Tanah yang kaya liat kaolinitik akan mengikat lebih banyak P -pupuk
daripada tanah yang kaya liat tipe 2:1
Adanya liat oksida hidrous dari Fe dan Al juga terlibat dalam retensi Ppupuk
2. TIME OF REACTION
Semakin lama P-pupuk kontak langsung dengan tanah akan semakin
besar jumlah retensi & fiksasi P
Hal ini dapat terjadi karena adanya proses dehidrasi dan reorientasi-kristal
yg melibatkan hasil fiksasi P
Implikasi penting adalah waktu pemupukan P dan penempatan pupuk P
dalam tanah.
3. pH TANAH
Kisaran pH tanah yg optimum bagi ketersediaan p-tanah adalah 5.5 - 7.0
Pad tanah dg pH rendah, retensi terjadi karena adanya reaksi fosfat
dengan Fe, Al dan oksida hidratnya.
Pada tanah dg pH tinggi, retensi fosfat terjadi karena reaksi fosfat dengan
Ca dan Mg dan karbonatnya
4. TEMPERATUR
Tanah di daerah iklim panas (warmer) memfiksasi fosfat lebih banyak dp
tanah-tanah di daerah iklim sedang (temperate). Tanah di daerah iklim
panas ini mengandung lebih banyak oksida-oksida hidrat dari Fe dan Al.
5. BAHAN ORGANIK
Dekomposisi bahan organik menghasilkan CO2; gas ini bersenyawa dg air
menjadi asam karbonat; asam ini mampu men-dekomposisi mineral
primer yang mengandung fosfat.
Ekstrak humus dari tanah mampu meningkatkan kelarutan fosfat, krn:
1. Pembentukan kompleks phosphohumic yg lebih mudah diambil
tanaman
2. Penggantian anion fosfat oleh humat
3. Penyelimutan partikel sesquioksida oleh humus, membentuk selimut
protektif
sehingga mereduksi kapasitas fiksasi fosfat
12

Dekomposisi bahan organik menghasilkan anion-anion yang mampu


membentuk senyawa kompleks dengan Fe dan Al, sehingga kation-kation
ini tidak bereaksi dengan fosfat. Anion-anion organik ini juga mampu
melepaskan fosfat yang difiksasi oleh Fe dan Al. Anion-anion yang efektif
menggantikan fosfat tsb adalah sitrat, oksalat, tartrat, malat, dan
malonat.
6. Pengapuran

dan

pemberian

BO

dapat

mempertahankan

pH

dan

meningkatkan P dalam tanah.

Waktu dan metode aplikasi:


Waktu diberikan secara bertahap agar tidak difiksasi oleh komponen
dalam tanaman. Aplikasi diberikan sedekat mungkin dengan ujung akar.
Diagregasi, jangan dalam bentuk tabur. Berikan dalam bentuk tablet/pelet
yang dilapisi dengan lapisan pelindung sehingga P diserap secara
perlahan

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Serealia
    Makalah Serealia
    Dokumen20 halaman
    Makalah Serealia
    hellositty
    67% (3)
  • Panca Sila
    Panca Sila
    Dokumen9 halaman
    Panca Sila
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • ZPT Tugas
    ZPT Tugas
    Dokumen1 halaman
    ZPT Tugas
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Acara 1 Baru
    Acara 1 Baru
    Dokumen8 halaman
    Acara 1 Baru
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hidroponik
    Makalah Hidroponik
    Dokumen6 halaman
    Makalah Hidroponik
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Dokumen10 halaman
    Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Acara Ii
    Acara Ii
    Dokumen4 halaman
    Acara Ii
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Dormansi Benih
    Dormansi Benih
    Dokumen7 halaman
    Dormansi Benih
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Irigasi
    Irigasi
    Dokumen1 halaman
    Irigasi
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Metopel
    Metopel
    Dokumen3 halaman
    Metopel
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Rancob
    Rancob
    Dokumen1 halaman
    Rancob
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Biotek Cabai CMV
    Biotek Cabai CMV
    Dokumen12 halaman
    Biotek Cabai CMV
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Dormansi Benih
    Dormansi Benih
    Dokumen7 halaman
    Dormansi Benih
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Biotek Cabai CMV
    Biotek Cabai CMV
    Dokumen12 halaman
    Biotek Cabai CMV
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • 6 Bab IV Nitrogen Rev
    6 Bab IV Nitrogen Rev
    Dokumen64 halaman
    6 Bab IV Nitrogen Rev
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • FOSFAT Tanah1
    FOSFAT Tanah1
    Dokumen48 halaman
    FOSFAT Tanah1
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Nitrogen
    Nitrogen
    Dokumen24 halaman
    Nitrogen
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Biotek Tomat
    Biotek Tomat
    Dokumen7 halaman
    Biotek Tomat
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Dormansi Benih
    Dormansi Benih
    Dokumen7 halaman
    Dormansi Benih
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Dokumen10 halaman
    Makalah Teknologi Pemupukan Kalium (K)
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Hormon Auksin Dan Giberelin
    Hormon Auksin Dan Giberelin
    Dokumen15 halaman
    Hormon Auksin Dan Giberelin
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Nitrogen
    Nitrogen
    Dokumen18 halaman
    Nitrogen
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Acara Ii. Perbanyakan Cangkok Tanaman Hias Aglaonema
    Acara Ii. Perbanyakan Cangkok Tanaman Hias Aglaonema
    Dokumen8 halaman
    Acara Ii. Perbanyakan Cangkok Tanaman Hias Aglaonema
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Acara Iii
    Acara Iii
    Dokumen8 halaman
    Acara Iii
    Eni Puspitaningrum
    Belum ada peringkat