Anda di halaman 1dari 133

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT


DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA

SKRIPSI

Oleh:
ERI FEBRIANI
K1508010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT


DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA

Oleh:
ERI FEBRIANI
K1508010

Skripsi
diajukan untuk me menuhi salah satu persyaratan me ndapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan
Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012

iii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

iv

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Eri Febriani. PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH


LIAT DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN
TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA.
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama pembakaran
minimal pada pembuatan batu bata tanah liat dengan penggantian sebagian abu
sekam padi. Lama pembakaran diharapkan lebih cepat dari lama pembakaran batu
bata biasa yakni 4 hari atau 96 jam, sehingga dalam penelitian ini lama
pembakaran batu bata mempunyai variasi 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam.
Adapun penggantian sebagian abu sekam padi juga mempunyai variasi
penggantian sebagian yakni 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Setelah batu bata
dibakar berdasarkan variasi lama dan abu tersebut, dilakukan uji batu bata
berdasarkan karakteristik fisis yang meliputi uji berat jenis, uji susut bakar dan uji
porositas, dan karakteristik mekanik yaitu uji tekan dan uji patah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, untuk standar uji batu
bata yang digunakan tersebut mengacu pada SII-0021-1978. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh lama pembakaran minimal batu bata pada waktu 12 jam,
dengan penggantian sebagian abu sekam padi sebesar 20% dan diperoleh
kekuatan tekan sebesar 4,238 MPa dengan berat jenis sebesar 1,442 gr/cm3.
Sedangkan untuk susut bakar diperoleh pada lama pembakaran 12 jam, dengan
penggantian sebagian abu sekam padi 20% dan diperoleh susut bakar sebesar
0,897%. Untuk porositas diperoleh pada lama pembakaran 12 jam dengan
penggantian sebagian abu sekam padi 20% dan diperoleh porositas sebesar
41,301%. Kemudian untuk kuat patah diperoleh lama pembakaran minimal batu
bata pada waktu 12 jam, dengan penggantian sebagian abu sekam padi sebesar
20% dan diperoleh kekuatan patah terbesar sebesar 0,032 N/mm2.
Simpulan penelitian ini adalah penggantian sebagian abu sekam padi
sebesar 20% dengan lama pembakaran minimal untuk memperoleh kuat tekan
sesuai standar SII-0021-1978 batu bata yaitu pada lama pembakaran 12 jam dan
diperoleh kuat tekan 4,238 MPa.
Kata Kunci: batu bata, lama pembakaran, abu sekam padi, berat jenis, susut bakar,
porositas, kuat tekan dan kuat patah

vi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT
Eri Febriani. EFFECT OF REPLACEMENT SOME CLAY WITH
RICE HUSK ASH ADDITION ON DURATION OF BURNING TO
PHYSICAL AND MECHANICAL CHARACTERISTICS OF BRICK.
Research paper, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret
University of Surakarta, June 2012.
Purpose of the research is to know minimum time duration of burning in the
making of clay brick by adding rice husk ash. Duration of burning is expected to
consume shorter time than burning of usual brick, namely 4 days of 96 hours, so
that duration of brick burning of the research is varied, namely, 12 hours, 18
hours, 24 hour and 30 hours. Addition of rice husk ash is also varied, namely, 0%,
5%, 10%, 15% and 20%. After the brick had been burned based on duration
variation and ash addition, the brick is tested for physical characteristics
consisting of specific weight test, burned shrinkage test, and porosity test, and for
mechanical characteristics consisting of compression test and breaking test.
The research is a quantitative one. Standardized brick test refers to SII0021-1978. Based on the research, it was found that minimum duration of brick
burning was 18 hours with rice husk ash addition of 20% and compressive
strength of the brick was 4,238 MPa, with specific weight of 1,442 g/cm3. While
burned shrinkage (0,897%) was obtained from burning duration of 12 hours with
rice husk ash addition of 20%. Porosity (41,301%) was obtained from burning
duration of 12 hours with rice husk addition of 20%. Then, breaking strength
(0,032 N/mm2) was obtained from burning duration of 12 hours with rice husk ash
addition of 20%.
Conclusion of the research is rice husk ash addition of 20% with minimum
burning duration of 12 hours produces brick refers to SII-0021-1978 breaking
strength, namely, 4,238 MPa.
Key words: Brick, duration of burning, rice husk ash, specific weight, burned
shrinkage, porosity, compressive strength and breaking strength

vii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

# Kegagalan dan keberhasilan bukanlah takdir namun merupakan sebuah pilihan.


Kehidupan akan terasa nikmat manakala kita selalu berfikir cerdas. Ubahlah
cara berfikir untuk sebuah perubahan #

# Bebaskan dirimu dari belenggu masa lalu. Hiduplah hari ini untuk menciptakan
masa depan yang lebih baik. Miliki hati, jadikan berarti. Jangan pernah
menyesali apapun yang kamu lakukan dengan keikhlasan hati, sesuatu yang
datang dari hati akan selalu berarti #

# Syukuri setiap kesulitan. Karena terkadang kesulitan mengantar kita pada hasil
yang lebih baik dari apa yang kita bayangkan. Setiap masalah ada jalan
keluarnya. Kamu mungkin tak melihatnya, namun Tuhan tahu jalan keluarnya.
Yakin dan percayalah padaNya #

viii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

v Bapak dan Ibu


Cahaya hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu
setia mendampingi, saat kulemah tak berdaya (Ayah dan Ibu tercinta) yang
selalu memanjatkan doa kepada putrimu tercinta dalam setiap sujudnya.
Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Terima kasih untuk semuanya.

v Sufian Putra
Terima kasih karena senantiasa memberikan perhatian dan semangat
kepadaku. Selalu ada disampingku baik disaat kubahagia tertawa maupun
saat kujatuh dan menangis.

v Rian Satrio, Reski Adrian, Aulya Fitra Sari


Terima kasih atas semangat dan dukungannya selama ini, aku bangga
memiliki kalian sebagai saudaraku yang sangat aku cintai.

v Septia Dian K, Cahyaning Kilang P, Sri Lestari


Terima kasih atas semangat dan dukungannya.

ix

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Yang
memberi ilmu, inspirasi dan kemuliaan, karena atas rahmat dan ridho-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PENGARUH
PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT DENGAN ABU SEKAM
PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK
FISIS DAN MEKANIK BATU BATA.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan,
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bapak Drs. Sutrisno, ST.M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Bapak Ida Nugroho Saputro, ST. M.Eng selaku Ketua Program Pendidikan
Teknik Sipil/Banguan sekaligus selaku Dosen pembimbing II, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi
ini.Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Abdul Haris S. S.Pd., M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan
Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Anis Rahmawati S.T.,M.T selaku Dosen pembimbing I, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan angkatan tahun
2008.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

7. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, 4 Juli 2012

Penulis,

xi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ......................................................................................................

PERNYATAAN ........................................................................................

ii

PENGAJUAN ...........................................................................................

iii

PERSETUJUAN ........................................................................................ iv
PENGESAHAN ........................................................................................

ABSTRAK ................................................................................................

vi

MOTTO .....................................................................................................

viii

PERSEMBAHAN .....................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ............................................................................... x


DAFTAR ISI .............................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv


DAFTAR TABEL .....................................................................................

xv

DAFTAR PERSAMAAN .........................................................................

xviii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

B. Identifikasi Masalah ................................................................

C. Pembatasan Masalah ...............................................................

D. Perumusan Masalah ................................................................

E. Tujuan Penelitian ....................................................................

F. Manfaat Penelitian ..................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A. Kajian Pustaka ........................................................................

B. Penelitian yang Relevan .........................................................

24

C. Kerangka Berfikir ...................................................................

27

D. Hipotesis .................................................................................

28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................

29

B. Populasi dan Sampel ................................................................ 30


xii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................

31

D. Rancangan Penelitian ..............................................................

34

E. Teknik Analisa Data ................................................................

46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data .........................................................................

51

B. Pengujian Persyaratan Analisis ...............................................

56

C. Pengujian Hipotesis .................................................................

64

D. Analisa dan Pembahasan .........................................................

78

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN


A. Simpulan ..................................................................................

111

B. Implikasi ..................................................................................

112

C. Saran ........................................................................................

112

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

114

LAMPIRAN ..............................................................................................

118

xiii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1 Perkembangan Produksi Padi .....................................................................

2 Lapisan Tanah ............................................................................................

3 Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata ........................................

19

4 Sekam Padi .................................................................................................

23

5 Abu Sekam Padi .........................................................................................

23

6 Paradigma Penelitian ..................................................................................

27

7 Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian ............................................................ 30


8 Alur Penelitian ............................................................................................

45

9 Skema Pembuatan Batu Bata .....................................................................

46

10 Grafik Output SPSS Hubungan Berat Jenis dan Variasi Abu Sekam
Padi .........................................................................................................

81

11 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Berat


Jenis ..........................................................................................................

82

12 Grafik Output SPSS Hubungan Susut Bakar dan Variasi Abu Sekam
Padi .........................................................................................................

83

13 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Susut


Bakar ........................................................................................................

84

14 Grafik Output SPSS Hubungan Porositas dan Variasi Abu Sekam Padi.

85

15 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan


Porositas ...................................................................................................

86

16 Grafik Output SPSS Hubungan Kuat Tekan dan Variasi Abu Sekam
Padi .........................................................................................................

87

17 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Kuat


Tekan ........................................................................................................

88

18 Grafik Output SPSS Hubungan Kuat Patah dan Variasi Abu Sekam
Padi .........................................................................................................

89

19 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Kuat


Patah .........................................................................................................

90

20 Grafik Output SPSS Hubungan Berat Jenis dan Lama Pembakaran .......

92

xiv

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

21 Hubungan Lama Pembakaran dan Berat Jenis .........................................

93

22 Grafik Output SPSS Hubungan Susut Bakar dan Lama Pembakaran ......

94

23 Hubungan Lama Pembakaran dan Susut Bakar .......................................

95

24 Grafik Output SPSS Hubungan Porositas dan Lama Pembakaran ...........

97

25 Hubungan Lama Pembakaran dan Porositas ............................................

98

26 Grafik Output SPSS Hubungan Kuat Tekan dan Lama Pembakaran ......

100

27 Hubungan Lama Pembakaran dan Kuat Tekan ........................................

101

28 Grafik Output SPSS Hubungan Kuat Patah dan dan Lama Pembakaran..

103

29 Hubungan Lama Pembakaran dan Kuat Patah .........................................

104

30 Kesesuaian Berat Jenis Batu Bata Uji dengan Standar ............................

105

31 Kesesuaian Susut Bakar Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978 ..

106

32 Kesesuaian Porositas Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978 .......

107

33 Kesesuaian Kuat Tekan Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978 ...

109

34 Hubungan Kuat Patah dengan Penambahan Abu Sekam Padi .................

110

xv

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1 Kebutuhan Pembangunan Perumahan 2010 2014 ....................................

2 Komposisi Kimia Tanah Liat ......................................................................

3 Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses Pembakaran ........ 11


4 Kekuatan Tekan Rata Rata Batu Bata (SII-002S1,1978) .........................

16

5 Komposisi Kimia Abu Sekam Padi ............................................................ 24


6 Rincian Sampel Benda Uji ..........................................................................

31

7 Nilai Indeks Plastisitas dan Macam Tanah .................................................. 51


8 Hasil Uji Rata rata Berat Jenis Batu Bata ...............................................

52

9 Hasil Uji Rata rata Susut Bakar Batu Bata ............................................... 53


10 Hasil Uji Rata rata Porositas Batu Bata ................................................. 54
11 Hasil Uji Rata rata Kuat Tekan Batu Bata .............................................. 55
12 Hasil Uji Rata rata Kuat Patah Batu Bata ..............................................

56

13 Hasil Uji Normalitas Berat Jenis Batu Bata ..............................................

57

14 Hasil Uji Normalitas Susut Bakar Batu Bata ............................................

57

15 Hasil Uji Normalitas Porositas Batu Bata ................................................

58

16 Hasil Uji Normalitas Kuat Tekan Batu Bata .............................................

58

17 Hasil Uji Normalitas Kuat Patah Batu Bata ..............................................

59

18 Hubungan Berat Jenis dan Lama Pembakaran ..........................................

60

19 Hubungan Berat Jenis dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi ...........

60

20 Hubungan Susut Bakar dan Lama Pembakaran ........................................

61

21 Hubungan Susut Bakar dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi .........

61

22 Hubungan Porositas dan Lama Pembakaran .............................................

62

23 Hubungan Porositas dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi ..............

62

24 Hubungan Kuat Tekan dan Lama Pembakaran .........................................

63

25 Hubungan Kuat Tekan dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi .......... 63
26 Hubungan Kuat Patah dan Lama Pembakaran ..........................................

64

27 Hubungan Kuat Patah dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi ...........

64

28 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefien Korelasi .................... 65

xvi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

29 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Berat Jenis ................... 66


30 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Berat Jenis ....

66

31 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Susut Bakar .................

66

32 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Susut Bakar ... 67
33 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Porositas ...................... 67
34 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Porositas .......

67

35 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Tekan .................. 68


36 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Kuat Tekan ...

68

37 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Patah ...................

69

38 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Kuat Patah ....

69

39 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Berat Jenis ................... 70


40 Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Berat Jenis ...................................

70

41 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Susut Bakar .................

71

42 Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Susut Bakar .................................. 71


43 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Porositas ...................... 71
44 Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Porositas ......................................

72

45 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Tekan .................. 72


46 Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Kuat Tekan ..................................

72

47 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Patah ..................

73

48Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Kuat Patah ...................................

73

49 Standar Berat Jenis Batu Bata ...................................................................

74

50 Standar Susut Bakar Batu Bata .................................................................

75

51 Standar Porositas Batu Bata ......................................................................

76

52 Standar Kuat Tekan Batu Bata ..................................................................

77

xvii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

53 Prosentase Optimal Kuat Patah Batu Bata ................................................

78

54 Nilai nilai Berat Jenis .............................................................................

79

55 Nilai Indeks Plastisitas dan Macam Tanah ...............................................

80

xviii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan

Halaman

1. Persamaan Kuat Tekan .....................

32

2. Persamaan Kuat Patah ......................

32

3. Persamaan Porositas .........................

33

4. Persamaan Susut Bakar ........................

34

5. Persamaan Berat Jenis ..........................

34

6. Persamaan Kadar Air ............................ 37


7. Persamaan Berat Jenis toC ..
o

8. Persamaan Berat Jenis 27,5 C ..

38
38

9. Persamaan Batas Plastis ........................ 41


10. Persamaan Indeks Plastisitas ..

xix

commit to user

41

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1 Perhitungan Kebutuhan Bahan ................................................................. 118


2 Pengujian Tanah Liat ................................................................................

122

3 Data Hasil Pengujian ................................................................................

148

4 Analisa Data Hasil SPSS 19 .....................................................................

168

5 Uji Linearitas dan Hipotesis ....................................................................

213

6 Proses Pembakaran Batu Bata ..................................................................

258

7 Dokumentasi Penelitian ............................................................................

261

xx

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Batu bata merupakan salah satu komponen penting pembangunan
perumahan yang memiliki fungsi untuk melindungi rumah dari suhu, hujan,
maupun fungsi lainnya. Penggunaan batu bata dalam dunia konstruksi baik
sebagai elemen struktur maupun non struktur belum dapat tergantikan. Hal ini
dapat dilihat dari masih banyaknya proyek konstruksi yang memanfaatkan batu
bata sebagai dinding pada pembangunan gedung dan perumahan, pagar, saluran,
dan pondasi.
Tanah liat menjadi bahan dasar dalam pembuatan batu bata yang
memiliki sifat plastis dan susut kering. Sifat plastis pada tanah liat sangat penting
untuk mempermudah dalam proses awal pembuatan batu bata. Apabila tanah liat
yang dipakai terlalu plastis, maka akan mengakibatkan batu bata yang dibentuk
mempunyai sifat kekuatan kering yang tinggi sehingga akan mempengaruhi
kekuatan, memperbesar penyusutan, dan mempengaruhi hasil pembakaran batu
bata yang sudah jadi.
Meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan
akan bahan bangunan semakin meningkat. Seperti diketahui bahan yang
digunakan untuk bangunan terdiri dari bahan-bahan atap, dinding dan lantai.
Kebutuhan masyarakat akan perumahan tidak pernah surut bahkan selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa
perumahan yang dibuat selalu laku terjual. Bisa dilihat sepanjang periode 2010
2014, pertumbuhan rumah diperkirakan akan mencapai 3,54 juta rumah.
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dinyatakan bahwa kebutuhan pembangunan
perumahan pada periode 2010 2014 akan mencapai 5,39 juta unit.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

Tabel 1.1. Kebutuhan Pembangunan Perumahan 2010 2014

Sumber: http://andriakbar.blogspot.com.

Negara Indonesia adalah negara agraris, sehingga perubahan di bidang


pertanian merupakan salah satu program utama yang terus menerus ditingkatkan
oleh pemerintah Indonesia mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia
bekerja di bidang pertanian. Peningkatan perubahan di bidang pertanian dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi seiring dengan meningkatnya
produksi pertanian (padi) timbul masalah baru, yaitu berlimpahnya limbah
pertanian yang belum dimanfaatkan secara maksimal seperti sekam padi.
Berdasarkan gambar 1.1 dinyatakan bahwa persentase peningkatan produksi padi
dari tahun 2009 2011.

Gambar 1.1. Perkembangan produksi padi.


(Sumber: http://www.scribd.com)
Sekam padi atau kulit padi adalah bagian terluar dari butir padi yang
menjadi hasil sampingan saat proses penggilingan padi dilakukan sekitar 20 %
dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam
adalah abu sekam padi yang dihasilkan saat sekam tersebut dibakar. Sekam padi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
3

mengandung abu yang mempunyai kandungan silika yang tinggi dan selulosa
yang menghasilkan karbon ketika terdekomposisi secara termal.
Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi,
Abu sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di
Indonesia karena produksi yang tinggi dan penyebaran yang luas. Bila abu sekam
padi dibakar pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa
pembakaran mempunyai sifat campuran yang tinggi karena mengandung silika.
Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran menghilangkan
zat-zat organik dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika. Perlakuan panas
pada sekam menghasilkan perubahan struktur yang berpengaruh pada dua hal.
Yaitu tingkat aktivitas campuran dan kehalusan butiran abunya.
Penelitian tentang abu sekam sendiri sudah pernah dilakukan oleh
Masthura. (2010) yang berjudul Karakterisasi Batu Bata Dengan Campuran
Abu Sekam Padi, dari penelitian ini didapatkan hasil-hasil yakni, telah
dilakukan pembuatan batu bata lempung dengan campuran berupa abu sekam padi
yang dicetak dengan cara pemadatan, pengeringan dan dibakar pada temperatur
800oC. Setelah umur pengeringan 7 hari, dilakukan pengujian karakteristik sifat
sifat mekanik dan fisis benda uji seperti; kuat tekan, kuat patah, porositas, dan
susut bakar. Batu bata dibuat dengan variasi campuran 0%, 5%, 10%, 15%, 20%
dan 25% abu sekam padi terhadap tanah lempung, dari hasil pengujian diperoleh
hasil kuat tekan yaitu 5,68 MPa 10,97 MPa, hasil pengujian kuat patah yaitu
0,53 MPa 3,08 MPa, pengujian porositas yaitu 27,98% - 34,67% dan pengujian
susut bakar yaitu 0,34% - 1,72%. Hasil ini menunjukkan bahwa batu bata dapat
dibuat dengan memanfaatkan abu sekam padi pada campuran 5% - 20%.
Penelitian ini merupakan pengembang dari beberapa penelitianpenelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian batu bata secara umum
yaitu mengembangkan metode terbaru untuk bahan tambahan batu bata yang
dapat meningkatkan waktu pembakaran. Titik berat fokus permasalahan pada
penelitian ini adalah mempercepat proses pembakaran batu bata dengan
penambahan abu sekam padi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
4

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mencoba melakukan


penelitian pada abu sekam padi sebagai campuran pada pembuatan batu bata
sehingga pemanfaatan limbah dari pengolahan padi tidak terbuang sia sia, tetapi
akan memiliki nilai guna yang sangat tinggi dan sekaligus menambah kualitas
batu bata yang diproduksi oleh masyarakat sendiri baik secara tradisional maupun
modern, maka penulis merancang sebuah penelitian yang berjudul Pengaruh
Penggantian Sebagian Tanah Liat dengan Abu Sekam Padi dan Lama
Pembakaran Terhadap Karakteristik Fisis dan Mekanik Batu Bata.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
dapat ditarik beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Waktu pembakaran batu bata yang terlalu lama meningkatkan biaya produksi.
2. Limbah sekam padi yang masih berlimpah dan belum dimanfaatkan secara
maksimal.
3. Pemanfaatan limbah sekam padi menjadi abu sekam padi untuk bahan
pengganti sebagian pembuatan batu bata.
4. Belum diketahui pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan
mekanik batu bata.
5. Belum diketahui prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi
untuk mendapatkan lama pembakaran minimal dengan kekuatan batu bata
yang dihasilkan memenuhi standar SII-0021-1978.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta agar masalah yang dikaji dalam
penelitian ini menjadi terarah dan tidak melebar terlalu jauh maka dibuat batasan
masalah sebagai berikut:
1. Pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik
mekanik dan fisis batu bata. Sifat mekanik batu bata yang ditinjau adalah kuat
tekan, kuat patah. Sedangkan sifat fisis yang ditinjau adalah porositas, susut
bakar dan berat jenis.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

2. Variabel penelitian adalah presentase penggantian sebagian abu sekam padi


dan lama pembakaran.
3. Abu sekam padi yang digunakan adalah dari sekam padi yang dibakar.
4. Variasi penggantian sebagian abu sekam padi yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan
20% terhadap volume batu bata.
5. Variasi lama pembakaran yaitu 12 jam, 18 jam, 24 jam, 30 jam.
6. Benda uji berupa batu bata merah yang terbuat dari tanah liat dengan dimensi
23 cm x 11 cm x 5 cm.
7. Tanah liat yang digunakan adalah tanah lempung alluvial yaitu lempung yang
terdapat di persawahan dan tersebar diseluruh pulau Jawa.
8. Pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik fisis
dan mekanik batu bata.
9. Pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata
10. Prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi untuk mendapatkan
karakterisik mekanik dan fisis yang sesuai dengan standar SII-0021-1978 pada
batu bata dengan lama pembakaran minimal.
11. Tidak meninjau besarnya suhu pembakaran.
12. Tidak meninjau reaksi kimia pada saat pencampuran, pengadukan dan
pembakaran.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah
tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Adakah pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik
fisis dan mekanik batu bata?
2. Adakah pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanik
batu bata?
3. Berapakah prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi dengan
lama pembakaran batu bata minimal untuk mencapai karakteristik fisis dan
mekanik batu bata sesuai standar SII-0021-1978?

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
6
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah tersebut


maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap
karakteristik fisis dan mekanik batu bata.
2. Untuk mengetahui pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan
mekanik batu bata.
3. Untuk mengetahui prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi
dengan lama pembakaran batu bata minimal untuk mencapai karakteristik fisis
dan mekanik batu bata sesuai standar SII-0021-1978.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini begitu penting karena dapat menghasilkan informasi
yang dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian baik secara
teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan bahan bangunan
pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik fisis
dan mekanik batu bata.
b. Memberikan informasi tentang pemanfaatan sekam padi sebagai bahan
pengganti sebagian pembuatan bahan bangunan khususnya batu bata.
c. Sebagai penelitian pengembang untuk penelitian lain yang relevan.
d. Sebagai pendukung teori-teori penelitian sebelumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi tentang pemanfaatan sekam padi menjadi abu
sekam padi yang bisa dijadikan komoditas komersial.
b. Memberikan informasi tentang abu sekam padi yang bisa mempercepat
lama pembakaran batu bata sehingga produksi batu bata lebih efisien.
c. Memberikan alternatif konstruksi bangunan yang dapat mengurangi atau
memanfaatkan limbah padi serta memperoleh bata dengan mutu yang baik
dan lama pembakaran yang minimal.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Tanah Liat
a. Definisi Tanah Liat
Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan
batu bata, dimana kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia
karena bahannya yang mudah didapat dan pemakaian hasilnya yang sangat
luas. Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan yang
merupakan sumber tanah liat. Tanah liat banyak ditemukan di areal
pertanian terutama persawahan.
Tanah liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan
basah akan mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan
menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Pada
umumnya, masyarakat memanfaatkan tanah liat atau lempung ini sebagai
bahan baku pembuatan bata dan gerabah. Berdasarkan tabel 2.1 dapat
dilihat komposisi kimia tanah liat.
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Tanah Liat
No

Unsur Kimia

Jumlah (%)

SiO2

59,14

Al2O3

15,34

Fe2O3 + FeO

6,88

CaO

5,08

Na2O

3,84

MgO

3,49

K2O

1,13

H2O

1,15

TiO2

1,05

10 Lain lain

2,9

(Sumber: http://axzx.blogspot.com) dalam Masthura (2010)


7

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

b. Jenis Jenis Tanah Liat (Lempung)


Jenis tanah yang dibentuk dari hasil pelapukan batuan tentunya
berbeda antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh jenis batuan yang membentuknya. Menurut
susunannya, lapisan tanah terdiri atas lapisan tanah atas, lapisan tanah
bawah, dan bahan induk tanah. (http://asihpujiariani.blogspot.com).
1) Lapisan atas
Lapisan atas merupakan lapisan yang terbentuk dari hasil pelapukan
batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati. Lapisan itu
merupakan tanah yang paling subur.
2) Lapisan tengah
Tanah lapisan terbentuk dari campuran antara hasil pelapukan batuan
dan air. Lapisan tersebut terbentuk karena sebagian bahan lapisan atas
terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan ini biasa disebut tanah liat.
3) Lapisan bawah
Tanah lapisan bawah merupakan lapisan yang terdiri atas bongkahanbongkahan batu. Di sela-sela bongkahan terdapat hasil pelapukan
batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk secara sempurna.
4) Lapisan batuan induk
Lapisan batuan induk berupa bebatuan yang padat.

Tanah liat terbentuk dari partikel-partikel yang sangat kecil


terutama dari mineral-mineral yang disebut Kaolinit, yaitu persenyawaan
dari Oksida Alumina (Al2O3), dengan Oksida Silica (SiO2) dan Air (H2O).
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dilihat lapisan lapisan yang terdapat
dalam tanah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

Gambar 2.1. Lapisan tanah.


(Sumber:http://www.google.co.id)
c. Sifat Sifat Tanah Liat (Le mpung)
Tanah liat (lempung) mempunyai sifat sifat fisis dan kimia yang
penting, antara lain: (Daryanto, 1994) dalam Masthura (2010).
1) Plastisitas
Plastisitas atau keliatan tanah liat ditentukan oleh kehalusan partikel
partikel tanah liat. Kandungan plastisitas tanah liat bervariasi.
Tergantung kehalusan dan kandungan lapisan airnya. Plastisitas
berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu
bata yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau berubah bentuk.
Tanah liat dengan plastisitas yang tinggi juga akan sukar dibentuk
sehingga perlu ditambahkan bahan bahan yang lain.
2) Ke mampuan Bentuk
Tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata dan
genteng harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa
mengalami perubahan bentuk baik pada waktu proses maupun setelah
pembentukan. Tanah liat dikatakan memiliki daya kerja apabila
mempunyai plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik sehingga
mudah dibentuk dan tetap mempertahankan bentuknya.
3) Daya Suspensi
Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap
dalam cairan. Flokulan merupakan suatu zat yang akan menyebabkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

butiran butiran tanah liat berkumpul menjadi butiran yang lebih besar
dan cepat mengendap, contohnya: magnesium sulfat. Deflokulan
merupakan suatu zat yang akan mempertinggi daya suspensi
(menghablur) sehingga butiran butiran tanah liat tetap melayang,
contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.
4) Penyusutan
Tanah liat untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering
(setelah mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah
mengalami

proses

pembakaran).

Penyusutan

terjadi

karena

menguapnya air selaput pada permukaan dan air pembentuk atau air
mekanis sehingga butiran butiran tanah liat menjadi rapat. Pada
dasarnya susut bakar dapat dianggap sebagai susut keseluruhan dari
tanah liat sejak dibentuk, dikeringkan sampai dibakar. Persentase
penyusutan yang dipersyaratkan untuk jenis tanah liat earthenware
sebaiknya antara 10% - 15%. Tanah liat yang terlalu plastis pada
umumnya memiliki persentase penyusutan lebih dari 15% sehingga
mengalami resiko retak/pecah yang tinggi. Untuk mengatasinya dapat
ditambahkan pasir halus.
5) Suhu Bakar
Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu kondisi
benda yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat
tanpa mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah
liat tersebut memiliki kualitas kemampuan bakar. Dalam proses
pembakaran tanah liat akan mengalami proses perubahan (ceramic
change) pada suhu sekitar 600C, dengan hilangnya air pembentuk
dari bahan benda.
6) Warna Bakar
Warna bakar tanah liat dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat secara
kimiawi pada kandungan tanah. Warna pada tanah liat disebabkan oleh
zat yang mengotorinya, warna abu abu sampai hitam mengandung
zat arang dan sisa sisa tumbuhan, warna merah disebabkan oleh

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

oksida besi (Fe). Perubahan warna batu bata merah dari keadaan
mentah sampai setelah dibakar biasanya sulit dipastikan. Berdasarkan
tabel 2.2 dapat dilihat perkiraan perubahan warna tanah liat mentah
setelah proses pembakaran.

Tabel 2.2. Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses Pembakaran
Kemungkinan perubahan warna
setelah dibakar
1. Merah
Merah atau cokelat
2. Kuning tua
Kuning tua, cokelat atau merah
3. Cokelat
Merah atau cokelat
4. Putih
Putih atau putih kekuningan
5. Abu-abu ata hitam
Merah, kuning tua atau putih
6. Hijau
Merah
7. Merah, kuning, abu-abu tua
Pertama merah lalu krem, kuning
tua atau kuning kehijauan pada saat
melebur
(Hartono 1987: 24) dalam Masthura (2010)
Warna tanah liat mentah

7) Porositas
Porositas atau absorbsi adalah persentase penyerapan air oleh badan
keramik atau batu bata. Persentase porositas ditentukan oleh jenis
badan, kehalusan unsur badan, penambahan pasir, kepadatan dinding
bahan, serta suhu bakarnya. Tanah liat poros biasanya fragile, artinya
pada bentuk bentuk tertentu bila mendapatkan sentakan agak keras
akan

mudah

patah/pecah.

Tanah

liat earthenware

umumnya

mempunyai porositas paling tinggi sekitar 5% - 10% bila dibandingkan


dengan stoneware atau porselin.
8) Kekuatan Ke ring
Kekuatan kering merupakan sifat tanah liat yang setelah dibentuk dan
kondisisnya cukup kering mempunyai kekuatan yang stabil, tidak
berubah bila diangkat untuk keperluan finishing, pengeringan serta
penyusunan dalam pembakaran. Kekuatan kering dipengaruhi oleh

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

kehalusan butiran, jumlah air pembentuk, pencampuran dengan bahan


lain dan teknik pembentukan.
9) Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan perbandingan besar butiran butiran tanah
dengan bentuk butiran butiran tersebut. Sifat liat, susut kering dan
kekuatan kering sangat tergantung dari struktur tanah liatnya. Struktur
tanah liat dibedakan dalam dua golongan yaitu tanah liat sebagai
struktur halus dan pasir sebagai struktur kasar.
10) Slaking
Slaking merupakan sifat tanah liat yaitu dapat hancur dalam air
menjadi butiran butiran halus dalam waktu tertentu pada suhu udara
biasa. Makin kurang daya ikat tanah liat semakin cepat hancurnya.
Sifat slaking ini berhubungan dengan pelunakan tanah liat dan
penyimpanannya. Tanah liat yang keras membutuhkan waktu lama
untuk hancur, sedangkan tanah liat yang lunak membutuhkan waktu
lebih cepat.
2. Batu Bata
a. Definisi Batu Bata
Batu bata adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan
konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau
tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti
menggali,

mengolah,

mencetak,

mengeringkan,

membakar

pada

temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras
seperti batu jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam
dalam air.
Batu bata adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan
konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau
tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti
menggali,

mengolah,

mencetak,

mengeringkan,

membakar

pada

temperature tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

seperti batu jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam
dalam air. (Ramli, 2007) dalam Masthura (2010).
Batu bata mempunyai sifat-sifat fisika sebagai berikut (Van Flack,
1992) dalam Masthura (2010):
1) Merupakan senyawa logam dan non logam.
2) Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan/atau ikatan kovalen. Adanya
ikatan ionik ini menyebabkan bahan keramik mempunyai stabilitas
yang relatif tinggi dan tahan terhadap perubahan fisika dan kimia yang
ekstrim.
3) Pada umumnya keramik bersifat isolator. Keramik seperti batubata
lainnya bersifat isolator karena memiliki elektron bebas yang sedikit
bahkan tidak ada. Elektron-elektron ini berbagi dengan atom-atom
yang berdekatan membentuk ikatan kovalen atau perpindahan electron
valensi dari kation ke anion membentuk ikatan ion.
4) Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi. Modulus ini menyatakan
tingkat kekakuan atau tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan
satu satuan regangan elastis. Keramik umumnya dianggap material
yang getas dan tidak ulet. Sebelum dan sesudah perpatahan, deformasi
plastis yang dialami mikrostruktur hanya sedikit bahkan tidak ada
sama sekali. Kekuatan keramik pada tegangan kompresi sangat baik,
sehingga pada perancangan barang-barang keramik diusahakan agar
pemakaian gaya bersifat kompresif. Sebaliknya kekuatan tarik keramik
tidak menyolok bahkan rendah karena pengaruh cacat permukaan.
Jika disesuaikan dengan bahan pembuatannya, secara umum batu
bata digolongkan dalam 2 jenis:
1) Batu bata tanah liat
Batu bata yang terbuat dari tanah liat ini memiliki 2 kategori utama,
yaitu bata biasa dan bata muka.
a) Bata biasa memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu.
Bata ini digunakan untuk dinding dan ditutup dengan semen. Bata
biasa seringkali disebut dengan bata merah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

b) Bata muka memiliki permukaan yang baik, licin dan mempunyai


warna atau corak yang sama. Meski digunakan untuk dinding juga,
namun bata muka tidak perlu ditutup lagi dengan semen. Bata
muka biasa disebut sebagai bata imitasi.
2) Batu bata pasir kapur
Sesuai dengan namanya, batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan
pasir dengan perbandingan 1:8 serta air yang ditekankan kedalam
campuran sehingga membentuk bata yang sangat padat. Biasa
digunakan untuk bagian dinding yang terendam air dan memerlukan
kekuatan tinggi. Jika disesuaikan dengan cara pembuatannya, secara
umum batu bata digolongkan dalam 2 jenis:
a) Batu bata konvensional
Batu bata ini dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan alatalat yang sederhana. Salah satu ciri dari batu bata konvensional
adalah bentuk yang tidak selalu sama, tidak rapi dan bertekstur
kasar.

Ini

dapat

dipahami

karena

pembuatan

batu

bata

konvensional menggunakan alat-alat yang sederhana dan lebih


mengutamakan sumber daya manusia dalam pembuatannya.
b) Batu bata pres
Pembuatan batu-bata ini menggunakan bantuan mesin-mesin.
Hasilnya adalah batu-bata yang memiliki tekstur halus, memiliki
ukuran yang sama dan terlihat lebih rapi. Batu bata pres kerap
dimanfaatkan sebagai bangunan pura di Bali. Tapi dewasa ini
sudah banyak berkembang untuk membangun rumah. Harga batu
bata pres atau sering disebut batu bata expose memang lebih mahal
dibandingkan batu bata biasa.
b. Standar Batu Bata
Penilaian terhadap kualitas batu bata dengan campuran abu sekam
padi batu bata harus memenuhi syarat-syarat batu bata merah. Adapun
syarat-syarat batu bata sebagai bahan bangunan sesuai standar baku SII0021-1978 yang meliputi:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

1) Pandangan Luar
Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku,
bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan
perubahan bentuk yang berkelebihan, Bentuk lain yang disengaja
karena pencetakan, diperbolehkan. Di samping syarat syarat tersebut
di atas, pembeli dan penjual dapat mengadakan perjanjian tersendiri.
2) Ukuran
Ukuran ukuran panjang, lebar dan tebal dari bata merah ditentukan
dan dinyatakan dalam perjanjian antara pembeli dan penjual
(pembuat). Standar Bata Merah di Indonesia oleh Y.D.N.I (Yayasan
Dana Normalisasi Indonesia) nomor 15-2094-1991 dalam Siswanti
Zuraida (2012), menetapkan suatu ukuran standar untuk bata merah
sebagai berikut:
a) Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm
b) Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm
Penyimpangan terbesar, dari ukuran ukuran seperti tersebut di atas
ini ialah : untuk panjang maksimum 3%, lebar maksimum 4%, tebal
maksimum 5%, (Yahya Ibahim, 2002) dalam Masthura (2010), tetapi
antara bata bata dengan ukuran ukuran yang terbesar dan bata
dengan

ukuran

ukuran

terkecil,

selisih

maksimum

yang

diperbolehkan ialah : untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, tebal 4 mm.


3) Kuat Tekan

Tabel 2.3. Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata (SII-0021,1978)


Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Koefisien
Bata
Variasi
Kg/cm2
N/mm2
Izin
25
25
2,5
25%
50
50
5,0
22%
100
100
10
22%
150
150
15
15%
200
200
20
15%
250
250
25
15%
(http://digilib.petra.ac.id dalam Siswanti Zuraida, 2012)
Kelas

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

4) Kadar Garam
Benda benda percobaan tidak boleh menunjukkan tanda tanda yang
menurut hasil pengujian dinyatakan membahayakan. Hasil pengujian
dinyatakan dengan kata kata :
a) Tidak membahayakan
b) Ada kemungkinan membahayakan
c) Membahayakan
5) Porositas (Penyerapan)
Menurut Yudha Romadhona (2007) dalam Masthura (2010) Penyerapan,
disyaratkan tidak melebihi dari 20%, dan berat jenis batu bata normal
berkisar antara 1,8 2,6 gr/cm3.
c. Proses Pembuatan Batu Bata
Proses pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, meliputi
penggalian bahan mentah, pengolahan bahan, pembentukan, pengeringan,
pembakaran, pendinginan, dan pemilihan (seleksi). Adapun tahap-tahap
pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut; (Suwardono, 2002) dalam
Masthura (2010).
1) Penggalian Bahan Mentah
Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah
yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit
pasir untuk menghindari penyusutan. Penggalian tanah dilakukan
dengan menggunakan alat tradisional, berupa cangkul. Penggalian
dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira setebal 40 50 cm,
sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik, daun, dan
sebagainya agar tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai ke
bawah sedalam 1,5 2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah
yang sudah digali dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang
terlindungi. Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin
baik karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk
membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

2) Pengolahan Bahan Mentah


Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur secara
merata

yang disebut dengan pekerjaan pelumatan.

Pekerjaan

pelumatan dilakukan secara manual dengan cara diinjak-injak oleh


orang atau hewan dalam keadaan basah dengan kaki atau diaduk
dengan tangan. Bahan campuran yang ditambahkan pada saat
pengolahan harus benar-benar menyatu dengan tanah liat secara
merata. Bahan mentah yang sudah jadi ini sebelum dibentuk dengan
cetakan, terlebih dahulu dibiarkan selama 2 sampai 3 hari dengan
tujuan memberi kesempatan partikel-partikel tanah liat untuk
menyerap air agar menjadi lebih stabil, sehingga apabila dibentuk akan
terjadi penyusutan yang merata.
3) Pembentukan Batu Bata
Bahan mentah yang telah dibiarkan 2 3 hari dan sudah mempunyai
sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk dengan alat cetak
yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar NI 15-20941991 atau SII-0021-78. Supaya tanah liat tidak menempel pada
cetakan, maka cetakan kayu atau kaca tersebut dibasahi air terlebih
dahulu. Lantai dasar pencetakan batu bata merah permukaannya harus
rata dan ditaburi abu sekam padi. Langkah awal pencetakan batu bata
yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah
liat yang telah siap dilemparkan pada bingkai cetakan dengan tangan
sambil ditekan-tekan ingat tanah liat memenuhi segala sudut ruangan
pada bingkai cetakan. Selanjutnya cetakan diangkat dan batu bata
mentah hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar terkena sinar
matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian dikumpulkan pada
tempat yang terlindung untuk diangin-anginkan. Pembentukan ini
sebaiknya dilakukan sambil berdiri, untuk itu maka cetakan ditaruh di
atas meja besar. Apabila penguletan dilakukan dengan mesin (streng
press), maka ujung mesin tersebut dipasang mulut (die) sebagai
cetakan yang akan membentuk bata, dari mulut die akan keluar kolom

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

lempung yang berbentuk parallel epipedum, dengan pertolongan kawat


pemotong tersebut dipotong sesuai dengan ukuran bata yang
dikehendaki.
4) Pengeringan Batu Bata
Pengeringan batu bata yang dibuat secara tradisional, proses
pengeringannya mengandalkan kemampuan alam. Proses pengeringan
batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas
dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang
penutup plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian
panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan
retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu
hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering,
batu batatersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena
angin. Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari jika
kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka
proses pengeringan batu bata sekurang kurangnya satu minggu.
5) Pembakaran Batu Bata
Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai
suhu yang dinginkan, melainkan juga memperhatikan kecepatan
pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk
mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan
fisika dan kimia serta mineralogy dari tanah liat tersebut. Proses
pembakaran batu bata harus berjalan seimbang dengan kenaikan suhu
dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan,
yaitu : (Suwardono, 2002) dalam Masthura (2010).
a) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran
air pembentuk, terjadi hingga temperatur kira kira 120C.
b) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa sisa tumbuhan (karbon)
yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada
temperatur 650 800C.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

c) Tahap pembakaran penuh yakni bata dibakar hingga matang dan


terjadi vitrifikasi hingga menjadi bata padat. Temperatur matang
bervariasi antara 920 1020C tergantung pada sifat tanah liat
yang dipakai.
d) Tahap penahanan yakni penahanan temperatur selama 1 2 jam,
pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur harus perlahan lahan,
agar tidak terjadi kerugian pada batanya. Antara lain : pecah
pecah, noda hitam pada bata, pengembangan, dan lain lain.
Berdasarkan gambar 2.2 dapat dinyatakan pada gambar (a)
diperlihatkan

bahwa

partikel

tanah

liat

sebelum dibakar

mempunyai dua permukaan terpisah yang berdekatan. Setelah


terbakar,

butir-butir

mempunyai

satu

batas,

seperti

yang

diperlihatkan pada gambar (b) Gaya gerak untuk pembakaran


adalah pengurangan luas permukaan (yang berarti pengurangan
energi permukaaan).

Gambar 2.2. Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata


Sumber : Van Vlack (1992) dalam Masthura (2010)
Faktor-faktor yang menentukan proses dan mekanisme pembakaran
antara lain jenis bahan, komposisi, bahan pengotornya dan ukuran
partikel. Proses pembakaran dapat berlangsung apabila:
(1) Adanya transfer energi materi diantara butiran yang disebut proses
difusi.
(2) Adanya sumber energi yang daat mengaktifkan transfer materi,
energi tersebut digunakan untuk menggerakkan butiran hingga
terjadi kontak dan ikatan sempurna. Difusi adalah aktivitas termal

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
20
yang berarti bahwa terdapat energi minimum yang dibutuhkan
untuk pergerakan atom atau ion dalam mencapai energi yang sama.

6) Pemilihan (Seleksi) Batu Bata


Bata yang telah dibakar kemudian didinginkan, dibongkar dari dalam
tungku. Pembongkaran ini biasanya dapat dilakukan bila temperature
telah cukup rendah, di bawah 50C. Bata tersebut dipilih, biasanya
kriteria untuk pemilihan batu bata adalah sebagai berikut :
a) Kematangan bata mudah dibedakan dengan warnanya :
(1) Hitam, terlalu matang.
(2) Merah, matang.
(3) Abu abu/cream, masih mentah.
b) Bunyi dan warnanya
c) Ukuran bata terlalu kecil atau terlalu besar. Kriteria yang baik
dengan sendirinya harus disesuaikan dengan standar yang berlaku.
d. Karakteristik
Untuk mengetahui sifat dan kemampuan suatu material maka perlu
dilakukan pengujian dan analisis. Beberapa jenis pengujian dan analisis
yang dibahas untuk keperluan penelitian ini antara lain: pengujian sifat
fisis (porositas, berat jenis dan susut bakar), pengujian sifat mekanik (kuat
tekan dan kuat patah).
1) Kuat Tekan (Compresive Strength)
Kuat tekan suatu material didefenisikan sebagai kemampuan material
dalam menahan beban atau gaya mekanis sebagai kemampuan material
dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan
(failure). (E.P.Popov, 1995) dalam Masthura (2010).
2) Kuat Patah (Bending Strength)
Kekuatan Patah sering juga disebut dengan Modulus of Rapture
(MOR) yang menyatakan ukuran ketahanan material terhadap tekanan
mekanis dan tekanan panas (thermal Stress) selama penggunaannya.
Kekuatan patah ini berkaitan dengan komposisi, struktur material,
pori-pori, dan ukuran butiran. Ada dua cara pengujian untuk

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

menentukan kekuatan bahan yang berdasarkan tumpuan, yaitu tiga titik


tumpu (three point bending) dan empat titik tumpu (four point
bending). Dalam hal ini di batasi hanya pada pengujian tiga titik tumpu
saja. (ASTM C. 170-90) dalam Masthura (2010).
3) Porositas
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah
volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume
kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat
padat. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%)
rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material
tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari
0% sampai dengan 90% tergantung dari jenis dan aplikasi material
tersebut. Semakin banyak porositas yang terdapat pada benda uji maka
semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya. Van Flack
(1992) dalam Masthura (2010).
4) Susut Bakar
Susut Bakar adalah perubahan dimensi atau volume bahan yang telah
dibakar. Salah satu parameter yang menunjukkan terjadinya proses
sintering adalah penyusutan akibat adanya perubahan mikrostruktur
(butir atau batas butir). Persamaan yang dipakai untuk menentukan
besarnya susut bakar adalah: Anwar Dharma (2007) dalam Masthura
(2010).
5) Berat jenis
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat
dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm atau
1000 kg/m. (Wikipedia).
3. Air
Untuk pembuatan batu bata perlu bahan air, agar tanah liat mempunyai
sifat plastis yang sangat diperlukan di dalam pembentukannya, bila susut
bakar dan susut keringnya terlalu tinggi. Air yang digunakan untuk tujuan ini
harus mempunyai syarat syarat sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

a. Air cukup banyak dan kontinyu sepanjang tahun. Kadar air untuk tanah
liat kira kira 30%.
b. Air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air,
seperti garam dapur.
c. Air cukup bersih, tidak mengandung bibit penyakit.
4. Abu Sekam Padi
Sekam padi merupakan salah satu limbah dari produk pertanian.
Sekam padi atau kulit padi adalah bagian terluar dari butir padi yang menjadi
hasil sampingan saaat proses penggilingan padi dilakukan sekitar 20 % dari
bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam
adalah abu sekam padi yang dihasilkan saat sekam tersebut dibakar. Sekam
padi mengandung abu yang mempunyai kandungan silica yang tinggi dan
selulosa yang menghasilkan karbon ketika terdekomposisi secara termal.
Dalam proses penanganan pascapanen dan pengolahan hasil pertanian
akan dihasilkan produk utama, produk samping dan sisa atau limbah. Pada
tanaman padi produk utamanya adalah beras, produk samping berupa menir
dan bekatul dan limbah padi berupa jerami dan sekam. Proses penghancuran
limbah secara alami berlangsung secara lambat sehingga tidak saja
mengganggu estetika, tetapi dapat menimbulkan dampak polusi yang
mencemari lingkungan dan kesehatan manusia.
Limbah dapat diproses menjadi produk industri, energi, bahan
bangunan, farmasi dan bahan kimia. Pada saat ini limbah padi sudah banyak
dimanfaatkan misalnya saja jerami untuk media tumbuh jamur merang, sekam
untuk membakar tembikar, abu gosok, alas kandang dan campuran pada
pembuatan batu bata. Namun demikian, pemanfaatan limbah masih perlu
ditingkatkan lagi untuk memberi nilai tambah dan daya guna sehingga lebih
bermanfaat bagi manusia. Pada gambar 2.3 dapat dilihat contoh sekam padi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

Gambar 2.3. Sekam Padi


(Sumber: http://etd.eprints.ums.ac.id)
Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi,
Abu sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di
Indonesia karena produksi yang tinggi dan penyebaran yang luas. Bila abu
sekam padi dibakar pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa
pembakaran mempunyai sifat pozzolan yang tinggi karena mengandung silika.
Berdasarkan gambar 2.4 dapat dilihat contoh abu sekam padi.

Gambar 2.4. Abu Sekam Padi


(Sumber: http://www.google.co.id)
Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran
memghilangkan zat-zat organik dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika.
Perlakuan panas pada sekam menghasilkan perubahan struktur yang
berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas pozzolan dan kehalusan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

butiran abunya. Berdasarkan tabel 2.4 dapat dilihat komposisi kimia abu
sekam padi.

Tabel 2.4. Komposisi Kimia Abu Sekam Padi

SiO2

Jumlah
(dalam % berat kering)
86,90 97,30

K2O

0,58 2,50

Na2O

0,01 1,75

CaO

0,20 1,50

MgO

0,12 1,96

Fe2O3

0,01 0,54

P2O5

0,20 2,85

SO3

0,10 1,13

No

Komponen

9 Cl
0,01 0,42
(Sumber: Rina Wardany) dalam Masthura (2010)

B. Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dan dijadikan referensi pada
penelitian ini diantaranya :
1. Penelitian

yang

dilakukan

oleh

Masthura

(2010),

yang

berjudul

Karakterisasi Batu Bata Dengan Campuran Abu Sekam Padi. Dari


penelitian ini didapatkan hasil-hasil yakni, Telah dilakukan pembuatan batu
bata lempung dengan campuran berupa abu sekam padi yang dicetak dengan
cara pemadatan, pengeringan dan dibakar pada temperatur 800oC. Setelah
umur pengeringan 7 hari, dilakukan pengujian karakteristik sifat sifat mekanik
dan fisis benda uji seperti; Kuat tekan, kuat patah, porositas, dan susut bakar.
Batu bata dibuat dengan variasi campuran 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%
abu sekam padi terhadap tanah lempung. Dari hasil pengujian diperoleh hasil
kuat tekan yaitu 5,68 MPa 10,97 MPa, hasil pengujian kuat patah yaitu 0,53

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

MPa 3,08 MPa, pengujian porositas yaitu 27,98% - 34,67% dan pengujian
susut bakar yaitu 0,34% - 1,72%. Hasil ini menunjukkan bahwa batu bata
dapat dibuat dengan memanfaatkan abu sekam padi pada campuran 5% - 20%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Khairul Lakum C (2010). Penelitian ini
berjudul Pe manfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Campuran Untuk
Peningkatan Kekuatan Beton, dari penelitian ini didapatkan hasil hasil
yakni, dalam penelitian ini, abu sekam padi digunakan sebagai pengganti
sebagian semen dalam pembuatan beton. Kadar abu sekam padi yang
dipergunakan adalah 5%,10%,15%,20%, dan 25% dari jumlah semen. Benda
uji dibuat dengan komposisi campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil, untuk
pembuatan beton normal, dan penambahan abu sekam padi untuk pembuatan
beton dengan campuran abu sekam padi. Pengujian yang dilakukan terhadap
beton, meliputi pengujian kuat tekan, porositas, dan penyerapan air, dan dari
hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan abu sekam padi dengan kadar
5% dan 10% dari jumlah semen, akan dapat meningkatkan kuat tekan beton
sebesar 28,48% dan 47,25%, dari kuat tekan beton normal. Selain itu
pemanfaatan abu sekam padi dengan kadar 5% dan 10% pada pembuatan
beton, juga akan memperkecil porositas dan penyerapan air oleh beton, dari
hasil penelitian penyerapan air berkurang 1,6% dan 2,42% dari beton
normal.dan porositas beton berkurang sebesar 2,65% dan 6,22% dari beton
normal.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Christiawan dan Seno Darmanto (2008),
dengan judul Perlakuan Bahan Bata Merah Berserat Abu Sekam Padi.
Melalui penelitian tersebut diketahui bahwa penambahan serat alam (abu
sekam padi) pada pada campuran cenderung meningkatkan produksi bata
sehubungan kenaikan volume campuran. Bata berserat alam mempunyai
massa relatif lebih rendah dibandingkan dengan bata tanah liat murni. Di sisi
lain kenaikan kadar serat alam dalam spesimen bata akan meningkatkan
penyusutan bata yang ditandai dengan dimensi spesimen yang berkurang. Dan
kuat tekan bata dengan pengisi serat alam abu sekam padi cenderung menurun
dibandingkan dengan kuat tekan spesimen bata tanah liat murni.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

4. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian tentang abu sekam sendiri sudah
pernah dilakukan oleh. Muntohar, A, S. dan B. Hantoro (2001) dalam Ridwan
Hadi Rianto (2007). Penelitian ini berjudul Pengaruh Abu Sekam
Terhadap Proses Stabilisasi Tanah Le mpung, dari penelitian ini
didapatkan hasil-hasil yakni, abu sekam dapat mengurangi kembang susut dari
tanah lempung dengan melihat penurunan indeks plastis-nya dari 41,25%
menjadi 0,96% pada kadar abu sekam 12-12,5 %, Potensi kembang susutnya
sendiri menurun dari 19,23 % menjadi 0,019 %, nilai CBR tanah meningkat
dari 3,03% menjadi 16,3% pada kadar abu sekam 6-12.5%, friksi internalnya
meningkat dari 5,36 menjadi 23,85, kohesi tanahnya meningkat dari 54.32
kN/m2 menjadi 157,19 kN/m2, peningkatan parameter geser akibat CBR
menjadi 4.131 kN/m2 dari yang sebelumnya 391,12 kN/m2, pada kadar abu
sekam 6-10%, penurunan konsolidasi mengecil, yaitu dari 0,03 menjadi 0,006.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Herina, F. S. (2000) dalam Ridwan Hadi
Rianto (2007) yang berjudul Kajian Pemanfaatan Abu Sekam Padi
Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Fondasi Ekspansif Untuk Bangunan
Sederhana. Dari penelitian ini didapatkan hasil-hasil sebagai berikut:
a. Abu sekam padi yang mengandung silikat tinggi dapat bersifat sementasi
jika dicampur dengan kapur dan air, dengan memeksimalkan sifat ini
diharapkan abu sekam dapat mengendalikan ketidak stabilan tanah
ekspansif

dengan

mengikat

mineral

penyebab

ekspansinya

(montmorillonite).
b. Komposisi campuran 5% abu sekam + kapur dan 95% tanah asli
memberikan kadar air optimum 27,42%, dan berat isi 0,55 gr/cm3
c. Melalui tahapan campuran yang benar komposisi 5% bahan stabilisator
mampu meningkatkan kestabilan dan daya dukung fondasi.
d. Campuran dengan komposisi 15% bahan stabilisator menunjukkan hasil
yang sedikit berbeda dengan komposisi 5%.
e. Hasil maksimal kajian hanya dapat diperoleh setelah melewati 2 musim

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27
C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian dalam kajian pustaka, diuraikan kerangka berfikir


Pengaruh Penggantian Sebagian Tanah Liat dengan Abu Sekam Padi dan Lama
Pembakaran Terhadap Karakteristik Fisis dan Mekanik Batu Bata yaitu
penggantian sebagian abu sekam padi dengan berbagai variasi yang digunakan
sebagai bahan pengganti sebagian dalam pembuatan batu bata diduga berpengaruh
terhadap lama pembakaran. Selain itu ditinjau pula pengaruhnya pada
karakteristik mekanik batu bata yaitu kuat tekan, kuat patah dan fisis yang ditinjau
adalah porositas, susut bakar dan berat jenis.
Maka dari uraian diatas ditentukan variabel-variabel yang dipakai
dalam penelitian ini. Sebagai variabel bebasnya adalah variasi penggantian
sebagian abu sekam padi, dan lama pembakaran. Sedangkan variabel terikatnya
adalah karakteristik mekanik batu bata, meliputi kuat tekan, kuat patah, dan fisis
adalah porositas, susut bakar dan berat jenis. Berdasarkan gambar 2.5 dapat dilihat
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

X1
Y
X2
Gambar 2.5. Paradigma Penelitian

Keterangan:
X1

: variabel bebas (variasi penggantian sebagian abu sekam padi)

X2

: variabel bebas (lama pembakaran batu bata)

: variabel terikat (karakteristik mekanik dan fisis batu bata)

D. Hipotesis
1. Penggantian sebagian abu sekam padi berpengaruh terhadap karakteristik
mekanik dan fisis batu bata.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

2. Lama pembakaran berpengaruh terhadap karakteristik mekanik dan fisis batu


bata.
3. Dapat diketahui prosentase penggantian sebagian abu sekam padi yang optimal
dengan lama pembakaran minimal untuk mencapai karakteristik mekanik dan
fisis batu bata yang sesuai standar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Dalam melakukan penelitian diperlukan tempat penelitian untuk
memperoleh data-data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Penelitian tentang pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap
lama pembakaran batu bata dilaksanakan dibeberapa tempat, yaitu:
a. Pengujian bahan dilakukan di laboratorium PTB FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
b. Pengujian porositas dilakukan di laboratorium PTB FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
c. Pengukuran berat jenis dilakukan di laboratorium PTB FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
d. Pembuatan benda uji dilaksanakan di perusahaan pembuatan batu bata Pak
Hartadi Desa Baki RT 03/05, Sukoharjo, Surakarta.
e. Pengukuran susut bakar dilaksanakan di perusahaan pembuatan batu bata
Pak Hartadi Desa Baki RT 03/05, Sukoharjo, Surakarta
f. Pengujian kuat tekan batu bata dilaksanakan di laboratorium PTB FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
g. Pengujian kuat patah batu bata dilaksanakan di laboratorium PTB FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari tahun 2012.
Berdasarkan gambar 3.1 dapat dilihat alokasi waktu kegiatan penelitian yang
penulis lakukan.

29

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
30
Bulan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul

Jenis Kegiatan
1. Persiapan penelitian
2. Penulisan proposal skripsi
3. Seminar proposal
4. Revisi proposal
5. Perijinan penelitian
6. Pelaksanaan penelitian
7. Analisis data

8. Penulisan laporan/skripsi
9. Pelaksanaan ujian skripsi dan
revisi
Gambar 3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010) Pengertian populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah batu
bata dengan dimensi 23 cm x 11 cm x 5 cm dan variasi penggantian sebagian
abu sekam padi.
2. Sampel
Sampel yaitu sebagian dari populasi yang sifat dan cirinya akan
diselidiki dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2010). Adapun
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini 360 buah benda uji berupa
batu bata dengan variasi penggantian sebagian abu sekam padi 0%, 5%, 10%,
15% dan 20% serta lama pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam, dan 30 jam.
Seluruh populasi dijadikan sampel. Berdasarkan tabel 3.1 dapat dinyatakan
bahwa penelitian ini disebut penelitian populasi karena semua anggota
dijadikan sampel.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
31

Tabel 3.1. Rincian Sampel Benda Uji


Waktu
Pembakaran
12 Jam
18 Jam
24 Jam
30 Jam

Jumlah
Sampel

Prosentase Abu Sekam Padi


0%
18 buah
18 buah
18 buah
18 buah

5%
10%
18 buah 18 buah
18 buah 18 buah
18 buah 18 buah
18 buah 18 buah
Total Sampel

15%
18 buah
18 buah
18 buah
18 buah

20%
18 buah
18 buah
18 buah
18 buah

90 buah
90 buah
90 buah
90 buah
360 buah

C. Teknik Pengumpulan Data


1. Sumbe r Data
Sumber data dalam pelaksanaan penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil eksperimen dan
pengamatan di laboratorium. Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data hasil uji bahan, data hasil uji sifat fisis yang meliputi porositas,
susut bakar dan berat jenis, data hasil uji sifat mekanik yang meliputi kuat
tekan dan kuat patah.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi
penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Dalam
penelitian ini data yang digunakan adalah data dari SII-0021-1978 tentang
bata merah tentang standar baku batu bata, laporan hasil penelitian yang
sudah ada, definisi tanah liat, air, abu sekam padi dan batu bata serta
proses pembuatan batu bata.
Data yang dipergunakan untuk analisis hasil peneilitian adalah data
primer, sedangkan data sekunder dipergunakan untuk menunjang analisis data.
2. Teknik Mendapatkan Data
Data data diperoleh dari hasil pengujian yang dicatat dan digunakan
sebagai

bahan masukan dalam

pembahasan, analisa data dan laporan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
32

penelitian. Analisa data adalah cara untuk mengolah angka, menguji hipotesis,
dan untuk memperoleh kesimpulan.
a. Hasil Uji Kuat Tekan Batu Bata dengan Penggantian Sebagian Abu
Sekam Padi
Untuk data uji kuat tekan batu bata dengan penggantian sebagian abu
sekam padi, peneliti menyajikan dalam bentuk analisis data statistik.
Adapun analisis data yang dipakai adalah uji normalitas dan linearitas.
Persamaan kuat tekan : E.P.Popov (1995) dalam Masthura (2010).
P

= P/A

(1)

dengan:
= Tekanan (Pa)
P = Beban maksimum (N)
A = Luas bidang permukaan (m2)
b. Hasil Uji Kuat Patah Batu Bata dengan Penggantian Sebagian Abu
Sekam Padi
Untuk data uji kuat patah batu bata dengan penggantian sebagian abu
sekam padi, peneliti menyajikan dalam bentuk analisis data statistik.
Adapun data yang dipakai adalah analisis regresi.
Kekuatan patah sampel berbentuk balok dihitung dengan persamaan
berikut: (ASTM C. 170-90) dalam Masthura (2010).
P

Bs =

(2)

dengan :
Bs

= kekuatan patah (N/mm2)

= gaya pada puncak beban (N)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
33

= jarak antara tumpuan (mm)

= lebar benda uji (mm)

= tinggi benda uji (mm)

c. Pemeriksaan Porositas Batu Bata dengan Penggantian Sebagian Abu


Sekam Padi
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui besarnya daya serap batu
bata. Semakin banyak porositas yang terdapat pada batu bata maka
semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan standar
ASTM C 373 88, porositas sampel dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut: Van Flack (1992) dalam Masthura (2010).

Massa Basah
Porositas(%) =

.

dengan:
Mk

Massa Kering
100%

(3)

= Massa kering benda uji (gram)

Mb

= Massa basah benda uji, setelah direndam dalam air selama 2x24
jam (gram)

Vb

= Volume benda uji (cm3)

air

= Massa jenis air (gr/cm3)

d. Pemeriksaan Susut Bakar Batu Bata dengan Penggantian Sebagian


Abu Sekam Padi
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui perbandingan ukuran batu
bata sebelum dan setelah di bakar. Persamaan yang dipakai untuk
menentukan besarnya susut bakar adalah: Anwar Dharma (2007) dalam
Masthura (2010).

Susut Bakar Batu Bata

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
34

Susut Bakar(%) =

, .,g

dengan:

100%

(4)

lo

= Panjang sampel uji sebelum dibakar (cm)

li

= Panjang sampel uji sesudah dibakar (cm)

e. Pemeriksaan Berat Jenis Batu Bata Dengan Penggantian Sebagian


Abu Sekam Padi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa besarkah
pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi bila ditinjau dari berat
jenisnya. Untuk mengetahui berat jenis batu bata dilakukan perhitung
sebagai berikut:
Berat Jenis () =

(5)

Dimana:

= berat jenis batu bata


m

= berat batu bata

= volume batu bata

D. Rancangan Penelitian
Penelitian

yang

digunakan

jenis

penelitian

kuantitatif

yaitu

memberikan suatu gambaran mengenai Pengaruh Penggantian Sebagian Tanah


Liat dengan Abu Sekam Padi dan Lama Pembakaran Terhadap Karakteristik Fisis
dan Mekanik Batu Bata. Gambaran ini dibuat dengan mengadakan eksperimen
terhadap sejumlah benda uji untuk membandingkan dan mendapatkan jawaban
dari maksud dan tujuan penelitian.
1. Studi Penelitian
Pada tahap ini dilakukan

pencarian literatur penunjang dari buku

ataupun dari sumber lain yang ada hubungannya dengan permasalahan yang
akan diteliti.
2. Tahap Penelitian
Tahapan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
35

a. Tahap Pertama
Disebut sebagai tahap persiapan dan penyediaan bahan. Pada tahap ini
seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih
dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.
1) Pemilihan Bahan
a) Tanah liat
Jenis tanah liat yang digunakan adalah tanah liat alluvial yang
terdapat di daerah persawahan.
b) Abu Sekam Padi
Abu Sekam yang digunakan adalah dari sekam padi yang dibakar.
c) Air
Air yang digunakan adalah air yang harus memenuhi syarat
syarat sebagai berikut:
(1) Air cukup banyak dan kontinyu sepanjang tahun. Kadar air
untuk tanah liat kira kira 30%.
(2) Air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di
dalam air, seperti garam dapur.
(3) Air cukup bersih, tidak mengandung bibit penyakit.
2) Persiapan Alat
a) Timbangan
Timbangan yang di gunakan dalam penelitian ini yakni timbangan
digital merk METLER TOLEDO kapasitas 16 kg, ketelitian
sampai 0,01 gram, digunakan untuk mengukur berat material.
b) Oven
Oven yang dilengkapi dengan pengaturan suhu.
c) Cetakan benda uji
Untuk mencetak benda uji yang berbentuk persegi berfungsi
sebagai mal.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
36

d) Mesin uji kuat tekan


Digunakan untuk pengujian kuat tekan batu bata dengan mesin
UTM (Universal Testing Machine) Merk Gotech dengan kapasitas
500.000 kgf.
e) Mesin uji kuat patah
Digunakan untuk pengujian kuat tekan batu bata dengan mesin
UTM (Universal Testing Machine) Merk Gotech dengan kapasitas
500.000 kgf.
f) Alat Bantu
Untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan penelitian,
pada benda uji digunakan beberapa alat bantu antara lain :
(1) Ember digunakan untuk menguji porositas batu bata.
(2) Meteran atau penggaris digunakan untuk mengukur susut bakar
batu bata.
(3) Gelas ukur berkapasitas 1000 ml digunakan untuk menakar
kebutuhan air pada pembuatan campuran bahan.
(4) Alat pengukur waktu/jam.
(5) Alat tulis digunakan untuk mencatat data hasil penelitian.
b. Tahap Kedua
Disebut pengujian pemeriksaan bahan. Dalam penelitian ini pengujian
bahan ini berfungsi untuk menghindari penggunaan bahan yang tidak
memenuhi syarat pembuatan batu bata. (Sri Sumarni, 2009)
1) Tanah Liat
a) Pengujian kadar air tanah
(1) Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan antara berat air yang
dikandung tanah dan berat kering tanah.
(2) Alat dan Bahan
(a) Tanah liat (lempung), berat minimum 10 gr 100 gr
(b) Oven yang dilengkapi dengan pengaturan suhu (105C 110C)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
37
(c) Timbangan
(d) Cawan alumunium
(e) Desikator
(3) Langkah kerja
(a) Bersihkan dan keringkan cawan, kemudian ditimbangn dan
catat beratnya (W1)
(b) Masukkan contoh tanah ke dalam cawan dan ditutup,
kemudian ditimbang (W2)
(c) Dalam keadaan terbuka, cawan beserta tanah dimasukkan
ke dalam oven selama 16-24 jam.
(d) Cawan dengan tanah kering diambil dari dalam oven dan
didinginkan.
(e) Cawan dan tanah kering ditimbang (W3)
(f) Kadar air =

:.

x 100% (6)

b) Pengujian berat jenis tanah


(1) Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan antara berat butir-butir dengan
berat air destilasi di udara dengan volume yang sama pada
temperatur 27,5C
(2) Alat dan Bahan
(a) Tanah liat (lempung) dengan berat antara 30 gr 40 gr
(b) Piknometer
(c) Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr
(d) Air destilasi bebas udara
(e) Oven yang dilengkapi dengan pengaturan suhu (105C 110C)
(f) Thermometer
(g) Gelas ukur
(h) Cawan porcelain
(i) Pastel
(j) Alat-alat vakum atau kompor

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
38
(k) Cawan
(3) Langkah kerja
(a) Piknometer dibersihkan kemudian ditimbang (W1)
(b) Contoh tanah dihancurkan dalam cawan porcelain dengan
menggunakan pastel, kemudian dikeringkan dalam oven
(c) Ambil tanah kering dari oven dan dinginkan.
(d) Masukkan tanah ke dalam piknometer sebanyak 10 gr.
Tutup piknometer tersebut dan timbang. (W2)
(e) Isikan air kurang lebih 10 cc ke dalam piknometer (sampai
tanah terendam seluruhnya). Biarkan 2-10 jam.
(f) Tambahkan air destilasi sampai kira-kira atau 2/3
piknometer.
(g) Piknometer dipanaskan selama 10 menit dengan sekali-kali
dimiringkan untuk membantu keluarnya udara, kemudian
didinginkan.
(h) Piknometer ditambah air destilasi sampai penuh dan
ditutup. Bagian luar piknometer dikeringkan.
(i) Piknometer berisi air dan tanah tersebut ditimbang (W3).
Air dalam piknometer diukur suhunya dengan thermometer
(tC)
(j) Piknometer dikosongkan dan dibersihkan, kemudian diisi
penuh dengan air destialsi bebas udara dan ditutup.
Kemudian ditimbang (W4).
(k) Berat jenis (tC) =
(l) Berat
Rt)

Rt)

jenis
t

(27,5C)

ll () )

ll (

, )

( :.

.. (7)

Berat

jenis

(tC)

... (8)

c) Pengujian batas cair tanah


(1) Tujuan

Untuk mengetahui kadar air tanah pada keadaan batas peralihan


antara keadaan cair dan keadaan plastis.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
39
(2) Alat dan bahan
(a) Tanah liat (lempung) yang lolos saringan no 4 dengan berat
100 gr
(b) Alat cassagrande
(c) Graving tool (alat pembarut)
(d) Cawan porcelain
(e) Pastel berkepala karet
(f) Spatel
(g) Saringan no 4
(h) Air destilasi
(i) Cawan
(j) Timbangan digital dengan ketelitian 0,001 gr
(3) Langkah kerja
(a) Masukkan tanah pada pada cawan porcelain (100 gr)
campur dengan air destilasi ( 15 20 cc). Aduk sampai
merata dengan alat spatel.
(b) Taruhlah hasil adukan tersebut dalam cassagrande.
Lakukan 30 40 kali pukulan. Ratakan adukan dalam
mangkuk cassagrande sampai didapat ketebalan 1 cm.
(c) Dengan alat graving tool, buat garis lurus pada tengah
mangkuk sehingga tanah terbagi menjadi dua bagian.
(d) Ambil sebagian tanah dari mangkuk dengan menggunakan
spatel. Periksa kadar air tanah tersebut.
(e) Ambil sisa tanah dalam mangkuk dan kembalikan ke
cawan porcelain.
(f) Ulangi poin-poin di atas sampai diperoleh 3 atau 4 data
hubungan kadar air dengan jumlah pukulan antara 15 35
pukulan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
40

d) Pengujian batas plastis dan indeks plastisitas


(1) Tujuan
Untuk mengetahui kadar air minimum (%) tanah yang masih
dalam keadaan plastis. Indeks plastisitas adalah bilangan yang
merupakan selisih antara batas cair dan batas plastisitasnya.
(2) Alat dan bahan
(a) Tanah liat (lempung) yang lolos saringan no 4 dengan berat
15 gr 20 gr
(b) Cawan porcelain
(c) Pastel berkepala karet
(d) Plat kaca
(e) Saringan no 4
(f) Spatel
(g) Paku dengan ukuran 3 mm sebagai pembanding
(h) Air destilasi
(i) Oven yang dilengkapi dengan pengaturan suhu (105C 110C)
(j) Cawan timbang tertutup sebanyak 4 buah
(k) Timbangan digital dengan ketelitian 0,001 gr
(3) Langkah kerja
(a) Tanah uji dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
(b) Tumbuk tanah yang sudah dimasukkan ke dalam oven
sampai halus kemudian saring dengan saringan no 4
(c) Tanah yang masuk saringan di masukkan ke dalam cawan
porcelain, campur sedikit demi sedikit dengan air destilasi
dan aduk sampai rata.
(d) Timbang 4 cawan kosong beserta tutupnya (W1) kemudian
masukkan sampel tanah tadi ke dalam cawan dan timbang
kembali (W2).
(e) Masukkan cawan ke dalam oven selama 24 jam.
(f) Keluarkan cawan dari oven kemudian timbang (W3).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
41
(g) Batas plastis (%) =
(h) Indeks plastisitas

cca cga

cc

x 100% .. (9)

= batas cair (%) batas plastis (%) ... (10)


2) Air
Air yang digunakan adalah air sumur dengan spesifikasi :
a) Tidak berwarna
b) Tidak berbau
c. Tahap Ketiga
Tahap ini membahas tentang rencana campuran dan pembuatan batu
bata. Dari tahap tiga ini dapat diketahui rencana campuran dan pembuatan
batu bata.
1) Perhitungan Kebutuhan Bahan
a) Menghitung kebutuhan tanah liat yang akan digunakan.
b) Menghitung kebutuhan abu sekam padi yang akan digunakan
sebagai bahan penggantian sebagian tanah liat.
2) Rencana Campuran
a) Variasi prosentase abu sekam padi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%
terhadap volume tanah liat.
b) Variasi lama pembakaran yaitu 12 Jam, 18 Jam, 24 jam dan 30
jam, dimana 1 hari dihitung 24 jam, untuk proses pembakaran batu
bata dapat dilihat pada lampiran VI.
c) Dalam penelitian ini digunakan 6 buah benda uji untuk masing
masing penelitian.
3) Pembuatan Batu Bata
a) Menyiapkan bahan-bahan campuran adukan batu bata.
b) Menakar masing-masing bahan sesuai rencana.
c) Mencampur bahan-bahan sampai adukan tercampur baik.
d) Menyiapkan cetakan batu bata.
e) Memasukan adukan kedalam cetakan.
f) Setelah cetakan penuh kemudian diratakan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
42

g) Permukaan batu bata diberi tanda benda uji diatasnya.


d. Tahap Keempat
Disebut sebagai tahap perawatan (curing). Tahap ini dilakukan dengan
cara :
1) Batu bata yang telah dicetak dikeringkan dengan cara menjemurnya.
Usahakan agar benda uji mendapat sinar matahari yang cukup (tidak
terlalu terik) agar proses pengeringannya merata di setiap bagian batu
bata. Hal ini bisa disiasati dengan mengatur waktu penjemuran. Proses
pengeringan berkisar antara seminggu atau lebih, tergantung cuaca.
2) Batu bata yang telah kering kemudian di bakar pada tungku
pembakaran selama 12, 18, 24 dan 30 jam.
3) Setelah di bakar, batu bata disusun berdasarkan variabel yang telah
ditentukan.
e. Tahap kelima
Disebut sebagai tahap pengujian. Pada tahap ini dilakukan empat macam
pengujian, yaitu uji kuat tekan, uji kuat patah, porositas dan susut bakar.
1) Uji kuat tekan
Uji kuat tekan dilakukan dengan menggunakan mesin UTM (Universal
Testing Machine), yaitu dengan cara :
a) Letakkan benda uji di mesin tekan secara sentris, agar semua
permukaan terkena mesin tekan.
b) Jalankan mesin tekan dengan menambahkan beban yang konstan
berkisar antara 2 kg/cm2 per detik.
c) Tambahkan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan
catat beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
2) Uji kuat patah
Uji patah dilakukan dengan menggunakan mesin UTM (Universal
Testing Machine), yaitu dengan cara:
a) Beri penumpu pada ujung batu bata, sehingga diperoleh dua titik
tumpu.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
43

b) Letakkan pembebanan di tengah-tengah batu bata, di antara ke dua


titik tumpu.
c) Pembebanan

dilakukan

secara

perlahan

lahan

dengan

penambahan beban 2 kg/cm per detik.


d) Tambahkan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan
catat beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
Beban maksimum ialah beban tertinggi pada saat batu bata patah.
e) Hitung dengan menggunakan rumus kuat patah.
3) Uji porositas
Uji porositas dilakukan dengan cara manual yaitu :
a) Benda uji ditimbang terlebih dahulu dengan timbangan digital
merk METLER TOLEDO kapasitas 16 kg, ketelitian sampai
0,01 gram. Catat hasil timbangan.
b) Benda uji yang telah ditimbang di masukkan ke dalam air dalam
ember. Rendam selama 2 x 24 jam.
c) Hasil rendaman benda uji ditimbang kembali dengan timbangan
METLER TOLEDO kapasitas 16 kg, ketelitian sampai 0,01
gram. Catat hasil timbangan.
4) Uji susut bakar
Uji susut bakar batu bata dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
cara:
a) Ukur dimensi batu bata sebelum di bakar (dalam keadaan kering)
dengan menggunakan penggaris atau meteran. Catat hasilnya.
b) Ukur

kembali dimensi batu bata setelah dibakar dengan

menggunakan penggaris atau meteran. Catat hasilnya.


f. Tahap Keenam
Disebut sebagai tahap analisis data. Dari hasil pengujian yang telah
dilakukan, maka perlu dilakukan analisa data yang dihasilkan.
g. Tahap Ketujuh
Tahap ini berupa kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Kesimpulan ini berdasarkan dari analisa data pada tahap sebelumnya,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
44

sebagai jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Berdasarkan gambar


3.2 dapat di lihat tahapan tahapan penelitian lebih jelasnya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
45
Persiapan bahan
Pemeriksaan bahan

Tanah Liat :

Tahap 1

Air:

a. Kadar air
b. Berat jenis
c. Batas cair
d. Batas plastis dan
indeks plastisitas

a) Tidak berwarna
b) Tidak berbau

Tahap 2

Perhitungan kebutuhan bahan

Pencampuran abu sekam padi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%

Pembuatan batu bata


Tahap 3

Pembakaran selama 12, 18, 24, 30 jam


Tahap 4

Pengujian:
1. Berat Jenis
2. Porositas
3. Susut bakar
4. Kuat tekan
5. Kuat patah
Analisa data
Kesimpulan
Gambar 3.2. Alur Penelitian

commit to user

Tahap 5

Tahap 6

Tahap 7

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
46

Berdasarkan gambar 3.3 dapat dilihat skema pembuatan batu bata.


Persiapan bahan : Tanah liat +
Air

Pembentukan : tanah liat diproses secara


manual + dicetak dalam bentuk balok
Pengeringan : diangin
anginkan / dijemur
dipanas matahari

Penyusunan : disusun yang


sejajar atau melintang
Pembakaran : dibakar sesuai
lama pembakaran
Pemilahan : setelah batu bata dingin
akan dilakukan proses pemilahan
untuk proses pengujian
Gambar 3.3. Skema Pembuatan Batu Bata

E. Teknik Analisa Data


Analisis data yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi dan lama pembakaran terhadap
karakteristik fisis dan mekanik batu bata yaitu dengan analisis regresi. Namun
sebelumnya diuji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji linieritas.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data-data pada variabel
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Untuk membuktikan bahwa data data pada variabel penelitian berasal

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
47

dari populasi yang berdistribusi normal, maka uji normalitas yang


digunakan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 19, yaitu
dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Untuk menerima
atau menolak hipotesa, maka perlu membandingkan harga Asymp. Sig. (2tailed) dengan melihat kriteria dibawah ini: (C. Trihendradi, 2011)
Hipotesis:
Ho = data terdistribusi normal
Ha = data tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan/ kriteria:
Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak
b. Uji Linearitas dan Hipotesis
Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui linier tidaknya data pada
variabel terikatnya, sehingga didapatkan gambaran tentang ada tidaknya
keterikatan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk
mengetahui linear tidaknya dapat dilihat pada Curve Estimation pada
program SPSS 19, yaitu melalui menu Regression dipilih Curve
Estimation. Jika nilai pada data menyebar disekitar garis linier dan
menunjukkan garis yang semakin naik atau menurun maka data tersebut
linier, begitu juga sebaliknya jika data tidak menyebar disekitar garis
linear dan menunjukan, garis yang naik turun maka data tersebut tidak
linear. Sedangkan untuk pengambilan keputusan untuk uji linearitas
dengan taraf signifikansi 5% yaitu sebagai berikut: : (C. Trihendradi,
2011)
Ho

= tidak terjadi hubungan linear

Hi

= terjadi hubungan linear

Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak


Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
48

2. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik mekanik dan fisis batu
bata yang akan di uji dengan menggunakan persamaan regresi dan harus
dicari terlebih dahulu persamaan garis regresinya.
Analisa korelasi dan regresi banyak digunakan untuk mencari
hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih, dimana salah satu
variabelnya merupakan dependent variabel dan yang lain merupakan
independent variabel. Untuk menghitung pengaruh penggantian sebagian
abu sekam padi terhadap karakteristik mekanik dan fisis batu bata
menggunakan persamaan garis regresi, yaitu dengan menggunakan
program SPSS 19 dengan metode Curve Estimation. Pengambilan
keputusan yaitu jika signifikansi (Sig.) < 0,05 maka data dinyatakan
signifikan dan jika signifikansi (Sign.) > 0,05 maka data dinyatakan tidak
signifikan. Taraf kesalahan (level of signifikan) yakni menaksir parameter
populasi yang menggunakan data berdasarkan satu nilai dari rata rata
atau sampel (point estimate) mempunyai resiko kesalahan yang lebih
tinggi disbanding dengan menggunakan data berdasarkan nilai intervalnya
rata rata data sampel (interval estimate). Jadi dalam penelitian ini
menggunakan taraf kesalahan/signifikasi 0,05 (5%). (Sugiyono, 2010).
Apabila nilai signifikasi pada uji regresi tidak signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa antara variabel x tidak memiliki berpengaruh
signifikan atau variabel x tidak memiliki kontribusi terhadap y. Selain itu
pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi 5% yaitu sebagai berikut:
(C. Trihendradi, 2011)
Ho

= tidak ada pengaruh

Hi

= ada pengaruh

Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak


Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
49

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dinyatakan bahwa tingkat hubungan antar


variabel dilihat pula dari besarnya nilai R, yakni dengan interval koefisien
0 1. Jika mendekati 1 maka tingkat hubungan sangat kuat, namun jika
kurang dari 0,20 maka tingkat hubungannya sangat rendah. (Sugiyono,
2010)
b. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama
pembakaran terhadap karakteristik mekanik dan fisis batu bata yang akan
di uji dengan menggunakan persamaan regresi dan harus dicari terlebih
dahulu persamaan garis regresinya.
Analisa korelasi dan regresi banyak digunakan untuk mencari
hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih, dimana salah satu
variabelnya merupakan dependent variabel dan yang lain merupakan
independent variabel. Untuk menghitung pengaruh lama pembakaran
terhadap karakteristik mekanik dan fisis batu bata menggunakan
persamaan garis regresi, yaitu dengan menggunakan program SPSS 19
metode Curve Estimation. Pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi
(Sig.) < 0,05 maka data dinyatakan signifikan dan jika signifikansi (Sign.)
> 0,05 maka data dinyatakan tidak signifikan. Selain itu pengambilan
keputusan dengan taraf signifikansi 5% yaitu sebagai berikut: (C.
Trihendradi, 2011)
Ho

= tidak ada pengaruh

Hi

= ada pengaruh

Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak


Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dinyatakan bahwa tingkat hubungan antar
variabel dilihat pula dari besarnya nilai R.
c. Hipotesis ketiga
Untuk mengetahui prosentase optimal penggantian sebagian abu
sekam padi dengan lama pembakaran batu bata minimal yang dibutuhkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
50

untuk mencapai karakteristik mekanik dan fisis batu bata sesuai standar
dihitung dengan mendefinisikan persamaan regresi, yaitu dengan
menggunakan program SPSS 19 metode Regresi Linear beberapa variabel
Independent. Persentase optimal diperoleh dengan menurunkan persamaan

regresi yang diperoleh dengan menggunakan persamaan dy/dx = 0,


sehingga diperoleh nilai x (prosentase penggantian sebagian abu sekam
padi optimal).
Persamaan diatas menghasilkan dua nilai x, yaitu x1 dan x2, Sehingga
diambil nilai x yang menghasilkan nilai Y yang terkecil, dengan nilai Y
terkecil akan diketahui nilai lama pembakaran minimal.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Pemeriksaan Bahan
a. Kadar Air Tanah Liat
Hasil pemeriksaan kadar air rata rata tanah liat adalah 14,60%, untuk
selengkapnya ada pada lampiran II.
b. Berat Jenis Tanah Liat
Hasil pemeriksaan berat jenis rata rata tanah liat diperoleh berat jenis
sebesar 2,715 gr/cm3, untuk selengkapnya ada pada lampiran II.
c. Batas Cair Tanah Liat
Hasil pemeriksaan batas cair (liquid limit) diperoleh batas cair sebesar
52,494%, untuk selengkapnya ada pada lampiran II.
d. Batas Plastis dan Indeks Plastisitas
Hasil pemeriksaan batas plastis (plastic limit) dan indeks plastisitas
diperoleh batas plastis sebesar 27,60%, untuk selengkapnya ada pada
lampiran II. Sedangkan indeks plastisitasnya adalah 24,894%. Berdasarkan
tabel 4.1 dapat dinyatakan nilai indeks plastisitas dan macam tanah, serta
dapat disimpulkan bahwa jenis tanah liat dalam pengujian ini adalah
lempung dengan plastisitas tinggi.

Tabel 4.1. Nilai Indeks Plastisitas dan Macam Tanah


Indeks
plastisitas
0
1-7
7-17
>17

Sifat

Macam tanah

Kohesif

Non plastis
Plastisitas rendah
Plastisitas sedang
Plastisitas tinggi

Pasir
Lanau
Lempung berlanau
Lempung

Non kohesif
Kohesif sebagian
Kohesif
Kohesif

51

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
52

2. Pemeriksaan Berat Jenis Batu Bata


Rata rata berat jenis batu bata terlihat pada tabel 4.2 berikut, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran III.

Tabel 4.2. Hasil Uji Rata rata Berat Jenis Batu Bata
Lama

12 jam

18 jam

24 jam

30 jam

Variabel uji
Variasi
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%

Berat jenis Rata-Rata


(gr/cm3)
1,557
1,478
1,463
1,448
1,442
1,517
1,467
1,455
1,424
1,362
1,498
1,455
1,435
1,383
1,319
1,480
1,438
1,429
1,329
1,318

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
53

3. Pemeriksaan Susut Bakar Batu Bata


Rata rata susut bakar batu bata terlihat pada tabel 4.3 berikut, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran III.

Tabel 4.3. Hasil Uji Rata rata Susut Bakar Batu Bata
Variabel uji
Variasi
0%
5%
12 jam
10%
15%
20%
0%
5%
18 jam
10%
15%
20%
0%
5%
24 jam
10%
15%
20%
0%
5%
30 jam
10%
15%
20%
Lama

commit to user

Susut bakar
rata-rata (%)
1,319
1,062
1,050
0,982
0,897
1,323
1,145
1,067
1,057
0,980
1,393
1,314
1,312
1,310
1,050
1,499
1,461
1,387
1,383
1,216

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
54

4. Pemeriksaan Porositas Batu Bata


Rata rata porositas batu bata terlihat pada tabel 4.4 berikut, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran III.

Tabel 4.4. Hasil Uji Rata rata Porositas Batu Bata


Variabel uji
Variasi
0%
5%
12 jam
10%
15%
20%
0%
5%
18 jam
10%
15%
20%
0%
5%
24 jam
10%
15%
20%
0%
5%
30 jam
10%
15%
20%
Lama

commit to user

Porositas
Rata-Rata (%)
37,958
37,251
36,355
39,969
41,301
35,801
35,292
33,619
34,624
37,591
34,874
33,512
33,166
33,424
35,989
34,592
33,723
33,481
40,950
44,583

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
55

5. Pemeriksaan Kuat Tekan Batu Bata


Pemeriksaan kuat tekan batu bata terlihat pada tabel 4.5 berikut, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran III.

Tabel 4.5. Hasil Uji Rata rata Kuat Tekan Batu Bata
Variabel uji
Lama
Variasi
0%
5%
12 jam
10%
15%
20%
0%
5%
18 jam
10%
15%
20%
0%
5%
24 jam
10%
15%
20%
0%
5%
30 jam
10%
15%
20%

Kuat Tekan
Rata-Rata (MPa)
3,752
5,427
4,417
4,328
4,238
4,047
5,566
4,830
4,346
4,241
4,208
5,223
4,764
4,259
4,160
4,309
4,951
4,400
4,247
4,051

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
56

6. Pemeriksaan Kuat Patah Batu Bata


Pemeriksaan kuat patah batu bata terlihat pada table 4.6 berikut, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran III.

Tabel 4.6. Hasil Uji Kuat Patah Rata rata Batu Bata
Variabel uji
Lama
Variasi
0%
5%
12 jam
10%
15%
20%
0%
5%
18 jam
10%
15%
20%
0%
5%
24 jam
10%
15%
20%
0%
5%
30 jam
10%
15%
20%

B.

Kuat Patah
(N/mm2)
0,069
0,135
0,117
0,115
0,032
0,170
0,283
0,225
0,222
0,204
0,171
0,202
0,194
0,110
0,098
0,173
0,201
0,166
0,108
0,095

Pengujian Persyaratan Analitis

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dipakai untuk menguji apakah data hasil penelitian yang
didapatkan mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data
menggunakan program SPSS 19, yaitu dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov dan Asymp Sig. (2-tailed).
Metode pengambilan keputusan untuk uji normalitas:
Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika signifikansi < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
57

a. Pengujian Normalitas Berat Jenis Batu Bata

Hasil pengujian normalitas berat jenis batu bata terlihat pada tabel 4.7
berikut, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran IV.

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Berat Jenis Batu Bata


Lama
dan
Variasi
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
0%
5%
10%
15%
20%

Berat Jenis
Asymp.
KolmogorovSig. (2Smirnov
tailed)
0,845
0,474
0,697
0,716
0,821
0,511
0,406
0,997
0,679
0,746
0,821
0,510
1,119
0,164
0,489
0,971
0,453
0,987

Signifikansi Distribusi
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

b. Pengujian Normalitas Susut Bakar Batu Bata

Hasil pengujian normalitas susut bakar batu bata terlihat pada tabel 4.8
berikut, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran IV.

Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas Susut Bakar Batu Bata


Lama
dan
Variasi
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
0%
5%
10%
15%
20%

Susut Bakar
Asymp.
KolmogorovSig. (2Smirnov
tailed)
1,125
0,159
1,333
0,057
1,126
0,158
1,281
0,075
1,019
0,251
1,307
0,066
1,180
0,123
1,323
0,060
1,334
0,057

Signifikansi

Distribusi

> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
58

c. Pengujian Normalitas Porositas Batu Bata

Hasil pengujian normalitas porositas batu bata terlihat pada tabel 4.9
berikut, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran IV.

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Porositas Batu Bata


Lama
dan
Variasi
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
0%
5%
10%
15%
20%

Porositas
Kolmogorov- Asymp. Sig. Signifikansi
Smirnov
(2-tailed)
0,937
0,343
> 0,05
0,933
0,349
> 0,05
0,861
0,449
> 0,05
0.805
0,536
> 0,05
0,705
0,703
> 0,05
0,588
0,879
> 0,05
1,096
0,181
> 0,05
0,887
0,411
> 0,05
0,637
0,813
> 0,05

Distribusi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

d. Pengujian Normalitas Kuat Tekan Batu Bata

Hasil pengujian normalitas kuat tekan batu bata terlihat pada tabel 4.10
berikut, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran IV.

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Kuat Tekan Batu Bata


Lama
dan
Variasi
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
0%
5%
10%
15%
20%

Kuat Tekan
Asymp.
KolmogorovSig. (2Smirnov
tailed)
0,707
0,699
0,753
0,623
0,663
0,771
0,819
0,514
0,741
0,643
0,518
0,952
0,567
0,905
0,813
0,523
0,660
0,777

Signifikansi

Distribusi

> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
59

e. Pengujian Normalitas Kuat Patah Batu Bata

Hasil pengujian normalitas kuat patah batu bata terlihat pada tabel 4.11
berikut, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran IV.

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Kuat Patah Batu Bata


Lama dan
Variasi
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
0%
5%
10%
15%
20%

Kuat Patah
Asymp.
KolmogorovSig. (2Smirnov
tailed)
0,504
0,961
1,350
0,052
0,954
0,323
0,641
0,805
0,773
0,588
1,041
0,228
0,761
0,609
1,247
0,089
1,032
0,237

Signifikansi

Distribusi

> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

2. Uji Linearitas dan Hipotesis


Uji linearitas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahui
status linier tidaknya suatu distribusi data penelitian. Hasil yang diperoleh
melalui uji linieritas akan menentukan teknik analisis regresi yang akan
digunakan.
Pengambilan keputusan untuk uji linearitas yaitu jika signifikansi
(Sig.) < 0,05 maka data dinyatakan linear dan jika signifikansi (Sign.) > 0,05
maka data dinyatakan tidak linear. Selain itu pengambilan keputusan untuk uji
linearitas dengan taraf signifikansi 5% yaitu sebagai berikut: (C. Trihendradi,
2011)
Ho = tidak terjadi hubungan linear
Hi = terjadi hubungan linear
Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
60

a. Uji Linearitas Berat Jenis Batu Bata


Berdasarkan tabel 4.12 dan 4.13 dapat dilihat untuk linearitas berat
jenis, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

Tabel 4.12. Hubungan Berat Jenis dan Lama Pembakaran


Variasi

Sign.

df1

df2

Fhitung

Ftabel

Linear

0%
5%
10%
15%
20%

0,062>0,05
0,141>0,05
0,400>0,05
0,002<0,05
0,003<0,05

1
1
1
1
1

22
22
22
22
22

3,855
2,337
0,736
13,040
10,878

4,30
4,30
4,30
4,30
4,30

Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya

Pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi tertentu diperoleh


data yang tidak memenuhi syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya >
0,05 maka digunakan regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

Tabel 4.13. Hubungan Berat Jenis dan Variasi Penggantian Sebagian


Abu Sekam Padi
Lama

Sign.

12 jam
18 jam
24 jam
30 jam

0,018<0,05
0,000<0,05
0,000<0,05
0,000<0,05

df1 df2
1
1
1
1

28
28
28
28

Fhitung
6,361
30,711
20,601
34,316

Ftabel Linear
4,20
4,20
4,20
4,20

Ya
Ya
Ya
Ya

b. Uji Linearitas Susut Bakar Batu Bata


Berdasarkan tabel 4.14 dan 4.15 dapat dilihat untuk linearitas susut
bakar, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
61

Tabel 4.14. Hubungan Susut Bakar Batu Bata dan Lama Pembakaran
Variasi

Sign.

0%
5%
10%
15%
20%

0,569>0,05
0,029<0,05
0,093>0,05
0,009<0,05
0,028<0,05

df1 df2 Fhitung


1
1
1
1
1

22
22
22
22
22

0,334
5,454
3,076
8,256
5,539

Ftabel

Linear

4,30
4,30
4,30
4,30
4,30

Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya

Pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi tertentu diperoleh


data yang tidak memenuhi syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya >
0,05 maka digunakan regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

Tabel 4.15. Hubungan Susut Bakar Batu Bata dan Variasi Penggantian
Sebagian Abu Sekam Padi
Lama

Sign.

12 jam
18 jam
24 jam
30 jam

0,130>0,05
0,104>0,05
0,109>0,05
0,183>0,05

df1 df2
1
1
1
1

28
28
28
28

Fhitung

Ftabel

Linear

2,429
2,824
2,741
1,865

4,20
4,20
4,20
4,20

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Pada lama pembakaran tertentu diperoleh data yang tidak memenuhi


syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya > 0,05 maka digunakan
regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk hasil selengkapnya ada
pada lampiran V.
c. Uji Linearitas Porositas Batu Bata
Berdasarkan tabel 4.16 dan 4.17 dapat dilihat untuk linearitas
porositas, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
62

Tabel 4.16. Hubungan Porositas Batu Bata dan Lama Pembakaran


Variasi

Sign.

0%
5%
10%
15%
20%

0,233>0,05
0,431>0,05
0,019<0,05
0,003<0,05
0,025<0,05

df1 df2
1
1
1
2
2

22
22
22
21
21

Fhitung

Ftabel

Linear

1,501
0,644
6,368
8,065
4,432

4,30
4,30
4,30
3,47
3,47

Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya

Pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi tertentu diperoleh


data yang tidak memenuhi syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya >
0,05 maka digunakan regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

Tabel 4.17. Hubungan Porositas Batu Bata dan Variasi Penggantian


Sebagian Abu Sekam Padi
Lama

Sign.

12 jam
18 jam
24 jam
30 jam

0,206>0,05
0,751>0,05
0,796>0,05
0,000<0,05

df1 df2 Fhitung Ftabel


1
1
1
1

28
28
28
28

1,679
0,102
0,068
37,307

4,20
4,20
4,20
4,20

Linear
Tidak
Tidak
Tidak
Ya

Pada lama pembakaran tertentu diperoleh data yang tidak memenuhi


syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya > 0,05 maka digunakan
regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk hasil selengkapnya ada
pada lampiran V.
d. Uji Linearitas Kuat Tekan Batu Bata
Berdasarkan tabel 4.18 dan 4.19 dapat dilihat untuk linearitas kuat
tekan, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
63

Tabel 4.18. Hubungan Kuat Tekan dan Lama Pembakaran


Variasi

Sign.

0%
5%
10%
15%
20%

0,182>0,05
0,523>0,05
0,810>0,05
0,786>0,05
0,563>0,05

df1 df2 Fhitung


1
1
1
1
1

12
14
17
16
15

2,002
0,429
0,060
0,076
0,351

Ftabel

Linear

4,75
4,60
4,45
4,49
4,54

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi tertentu diperoleh


data yang tidak memenuhi syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya >
0,05 maka digunakan regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

Tabel 4.19. Hubungan Kuat Tekan dan Variasi Penggantian Sebagian Abu
Sekam Padi
Lama

Sign.

12 jam
18 jam
24 jam
30 jam

0,885>0,05
0,438>0,05
0,274>0,05
0,264>0,05

df1 df2 Fhitung


1
1
1
1

22
18
17
19

0,021
0,630
1,279
1,327

Ftabel

Linear

4,30
4,41
4,45
4,38

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Pada lama pembakaran tertentu diperoleh data yang tidak memenuhi


syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya > 0,05 maka digunakan
regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk hasil selengkapnya ada
pada lampiran V.
e. Uji Linearitas Kuat Patah Batu Bata
Berdasarkan tabel 4.20 dan 4.21 dapat dilihat untuk linearitas kuat
patah, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
64

Tabel 4.20. Hubungan Kuat Patah dan Lama Pembakaran


Variasi

Sign.

df1 df2

0%
5%
10%
15%
20%

0,033<0,05
0,573>0,05
0,564>0,05
0,397>0,05
0,482>0,05

1
1
1
1
1

14
14
12
14
14

Fhitung

Ftabel

Linear

5,601
0,334
0,352
0,765
0,522

4,60
4,60
4,75
4,60
4,60

Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi tertentu diperoleh


data yang tidak memenuhi syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya >
0,05 maka digunakan regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk
hasil selengkapnya ada pada lampiran V.

Tabel 4.21. Hubungan Kuat Patah dan Variasi Penggantian Sebagian


Abu Sekam Padi
Lama

Sign.

df1 df2

12 jam
18 jam
24 jam
30 jam

0,000>0,05
0,989>0,05
0,040<0,05
0,013<0,05

2
1
1
1

19
18
16
16

Fhitung

Ftabel

Linear

17,198
0,000
4,999
7,811

3,52
4,41
4,49
4,49

Ya
Tidak
Ya
Ya

Pada lama pembakaran tertentu diperoleh data yang tidak memenuhi


syarat regresi linear yakni nilai signifikasinya > 0,05 maka digunakan
regresi non linear (kuadratik) pada SPSS 19, untuk hasil selengkapnya ada
pada lampiran V.

C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian abu sekam padi terhadap karakterisik fisis dan mekanik batu bata.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
65

Pengujian hipotesis ini menggunakan program SPSS 19 dengan metode Curve


Estimation. Pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi (Sig.) < 0,05 maka
data dinyatakan signifikan dan jika signifikansi (Sign.) > 0,05 maka data
dinyatakan tidak signifikan. Selain itu pengambilan keputusan dengan taraf
signifikansi 5% yaitu sebagai berikut: (C. Trihendradi, 2011)
Ho = tidak ada pengaruh
Hi = ada pengaruh
Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
Berdasarkan tabel 4.22 dapat dinyatakan bahwa tingkat hubungan
antar variabel dilihat pula dari besarnya nilai R.

Tabel 4.22. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien


Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000

Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2010:184)

a. Berat Jenis
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian abu sekam padi terhadap berat jenis batu bata. Berdasarkan tabel
4.23 dapat dilihat nilai koefisien dan persamaan regresi untuk berat jenis
batu bata serta pada tabel 4.24 dapat dilihat pengaruh variasi penggantian
abu sekam padi terhadap berat jenis.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
66

Tabel 4.23. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Berat Jenis
Lama
R
12 jam
0,430
18 jam
0,723
24 jam
0,651
30 jam
0,742
*(Sugiono, 2010:184)

Persamaan Regresi
y = 1,556 0,026 x
y = 1,551 0,035 x
y = 1,547 0,043 x
y = 1,529 0,043 x

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Sedang
Berpengaruh Kuat
Berpengaruh Kuat
Berpengaruh Kuat

Tabel 4.24. Pengaruh Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi


terhadap Berat Jenis
F
F
Tingkat
Lama
Sign.
df1 df2
hitung tabel Pengaruh
12 jam 0,018<0,05
1 28 6,361
4,20 Signifikan
18 jam 0,000<0,05
1 28 30,711 4,20 Signifikan
24 jam 0,000<0,05
1 28 20,601 4,20 Signifikan
30 jam 0,000<0,05
1 28 34,316 4,20 Signifikan

b. Susut Bakar
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian abu sekam padi terhadap susut bakar batu bata. Berdasarkan tabel
4.25 dapat dilihat nilai koefisien dan persamaan regresi untuk susut bakar
batu bata serta pada tabel 4.26 dapat dilihat pengaruh variasi penggantian
abu sekam padi terhadap susut bakar.

Tabel 4.25. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Susut Bakar
Lama
R
12 jam
0,283
18 jam
0,303
24 jam
0,298
30 jam
0,249
*(Sugiono, 2010:184)

Persamaan Regresi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

commit to user

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Rendah

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
67

Tabel 4.26. Pengaruh Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi


terhadap Susut Bakar
F
F
Tingkat
Lama
Sign.
df1 df2
hitung tabel
Pengaruh
12 jam 0,130>0,05 1 28 2,429
4,20 Tidak Signifikan
18 jam 0,104>0,05 1 28 2,824
4,20 Tidak Signifikan
24 jam 0,109>0,05 1 28 2,741
4,20 Tidak Signifikan
30 jam 0,183>0,05 1 28 1,865
4,20 Tidak Signifikan

c. Porositas
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian abu sekam padi terhadap porositas batu bata. Berdasarkan tabel
4.27 dapat dilihat nilai koefisien dan persamaan regresi untuk porositas
batu bata serta pada tabel 4.28 dapat dilihat pengaruh variasi penggantian
abu sekam padi terhadap porositas.

Tabel 4.27. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Porositas


Lama
R
12 jam
0,239
18 jam
0,063
24 jam
0,045
30 jam
0,756
*(Sugiono, 2010:184)

Persamaan Regresi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
y = 29,303 + 2,271 x

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Kuat

Tabel 4.28. Pengaruh Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi


terhadap Porositas
F
F
Tingkat
Lama
Sign.
df1 df2
hitung tabel
Pengaruh
12 jam 0,206>0,05 1 28 1,679 4,20 Tidak Signifikan
18 jam 0,751>0,05 1 28 0,102 4,20 Tidak Signifikan
24 jam 0,796>0,05 1 28 0,068 4,20 Tidak Signifikan
30 jam 0,000<0,05 1 28 37,307 4,20
Signifikan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
68

d. Kuat Tekan
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian abu sekam padi terhadap kuat tekan batu bata. Berdasarkan tabel
4.29 dapat dilihat nilai koefisien dan persamaan regresi untuk kuat tekan
batu bata serta pada tabel 4.30 dapat dilihat pengaruh variasi penggantian
abu sekam padi terhadap kuat tekan.

Tabel 4.29. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Tekan
Lama
R
12 jam
0,032
18 jam
0,184
24 jam
0,265
30 jam
0,255
*(Sugiono, 2010:184)

Persamaan Regresi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Rendah

Tabel 4.30. Pengaruh Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi


terhadap Kuat Tekan
F
F
Tingkat
Lama
Sign.
df1 df2
hitung tabel
Pengaruh
12 jam 0,885>0,05 1 22 0,021 4,30 Tidak Signifikan
18 jam 0,438>0,05 1 18 0,630 4,41 Tidak Signifikan
24 jam 0,274>0,05 1 17 1,279 4,45 Tidak Signifikan
30 jam 0,264>0,05 1 19 1,327 4,38 Tidak Signifikan

e. Kuat Patah
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggantian
sebagian abu sekam padi terhadap kuat patah batu bata. Berdasarkan tabel
4.31 dapat dilihat nilai koefisien dan persamaan regresi untuk kuat patah
batu bata serta pada tabel 4.32 dapat dilihat pengaruh variasi penggantian
abu sekam padi terhadap kuat patah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
69

Tabel 4.31. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Patah
Lama
R
Persamaan Regresi
12 jam 0,802 y = 0,19 + 0,112x 0,20x2
18 jam 0,000
Tidak ada
24 jam 0,488
y = 0,228 0,025 x
30 jam 0,573
y = 0,218 0,024 x
*(Sugiono, 2010:184)

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Sangat Kuat
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Sedang
Berpengaruh Sedang

Tabel 4.32. Pengaruh Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi


terhadap Kuat Patah
F
F
Lama
Sign.
df1 df2
Tingkat Pengaruh
hitung tabel
12 jam 0,000>0,05 2 19 17,198 3,52
Signifikan
18 jam 0,989>0,05 1 18 0,000 4,41 Tidak Signifikan
24 jam 0,040<0,05 1 16 4,999 4,49
Signifikan
30 jam 0,013<0,05 1 16 7,811 4,49
Signifikan

2. Uji Hipotesis Kedua


Hipotesis kedua untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama
pembakaran terhadap karakterisik fisis dan mekanik batu bata. Pengujian
hipotesis ini menggunakan program SPSS 19 dengan metode Curve
Estimation. Pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi (Sig.) < 0,05 maka
data dinyatakan signifikan dan jika signifikansi (Sign.) > 0,05 maka data
dinyatakan tidak signifikan. Selain itu pengambilan keputusan dengan taraf
signifikansi 5% yaitu sebagai berikut: (C. Trihendradi, 2011)
Ho = tidak ada pengaruh
Hi = ada pengaruh
Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
Berdasarkan tabel 4.22 dapat dinyatakan bahwa tingkat hubungan
antar variabel dilihat pula dari besarnya nilai R.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
70

a. Berat Jenis
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama pembakaran
terhadap berat jenis batu bata. Berdasarkan tabel 4.33 dapat dilihat nilai
koefisien dan persamaan regresi untuk berat jenis batu bata serta pada
tabel 4.34 dapat dilihat pengaruh lama pembakaran terhadap berat jenis.

Tabel 4.33. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Berat Jenis
Variasi
0%
5%

R
0,386
0,310

Persamaan Regresi
Tidak ada
Tidak ada

10%

0,179

Tidak ada

15%
0,610
20%
0,575
*(Sugiono, 2010:184)

y = 1,495 0,040 x
y = 1,464 0,041 x

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Sangat
Rendah
Berpengaruh Kuat
Berpengaruh Sedang

Tabel 4.34. Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Berat Jenis


Variasi

Sign.

0%
5%
10%
15%
20%

0,062>0,05
0,141>0,05
0,400>0,05
0,002<0,05
0,003<0,05

df1 df2
1
1
1
1
1

22
22
22
22
22

F
hitung
3,855
2,337
0,736
13,040
10,878

F
tabel
4,30
4,30
4,30
4,30
4,30

Tingkat
Pengaruh
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Signifikan

b. Susut Bakar
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama pembakaran
terhadap susut bakar batu bata. Berdasarkan tabel 4.35 dapat dilihat nilai
koefisien dan persamaan regresi untuk susut bakar batu bata serta pada
tabel 4.36 dapat dilihat pengaruh lama pembakaran terhadap susut bakar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
71

Tabel 4.35. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Susut Bakar
Variasi

Persamaan Regresi

0%

0,122

Tidak ada

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Sangat
Rendah
Berpengaruh Sedang
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Sedang
Berpengaruh Sedang

5%
0,446 y = 0,903 + 0,137 x
10%
0,351
Tidak ada
15%
0,522 y = 0,819 + 0,146 x
20%
0,448 y = 0,779 + 0,103 x
*(Sugiono, 2010:184)

Tabel 4.36. Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Susut Bakar


Variasi

Sign.

0%
5%
10%
15%
20%

0,569>0,05
0,029<0,05
0,093>0,05
0,009<0,05
0,028<0,05

df1 df2
1
1
1
1
1

22
22
22
22
22

F
hitung
0,334
5,454
3,076
8,256
5,539

F
tabel
4,30
4,30
4,30
4,30
4,30

Tingkat
Pengaruh
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Signifikan

c. Porositas
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama pembakaran
terhadap porositas batu bata. Berdasarkan tabel 4.37 dapat dilihat nilai
koefisien dan persamaan regresi untuk porositas batu bata serta pada tabel
4.38 dapat dilihat pengaruh lama pembakaran terhadap porositas.

Tabel 4.37. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Porositas


Variasi
0%

R
0,253

Persamaan Regresi
Tidak ada

5%

0,167

Tidak ada

10%
0,473
y = 41,424 2,408 x
15%
0,659 y = 52,895 15,915 x + 3,218 x2
20%
0,545 y = 53,185 14,555 x + 3,076 x2
*(Sugiono, 2010:184)

commit to user

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Sangat
Rendah
Berpengaruh Sedang
Berpengaruh Kuat
Berpengaruh Sedang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
72

Tabel 4.38. Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Porositas


Variasi

Sign.

df1 df2

0%
5%
10%
15%
20%

0,233>0,05
0,431>0,05
0,019<0,05
0,003<0,05
0,025<0,05

1
1
1
2
2

22
22
22
21
21

F
hitung
1,501
0,644
6,368
8,065
4,432

F
tabel
4,30
4,30
4,30
3,47
3,47

Tingkat
Pengaruh
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan

d. Kuat Tekan
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama pembakaran
terhadap kuat tekan batu bata. Berdasarkan tabel 4.39 dapat dilihat nilai
koefisien dan persamaan regresi untuk kuat tekan batu bata serta pada
tabel 4.40 dapat dilihat pengaruh lama pembakaran terhadap kuat tekan.

Tabel 4.39. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Tekan
Variasi
R
0%
0,378
5%
0,173
10%
0,055
15%
0,071
20%
0,152
*(Sugiono, 2010:184)

Persamaan Regresi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah

Tabel 4.40. Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Kuat Tekan


Variasi

Sign.

0%
5%
10%
15%
20%

0,182>0,05
0,523>0,05
0,810>0,05
0,786>0,05
0,563>0,05

df1 df2
1
1
1
1
1

12
14
17
16
15

F
hitung
2,002
0,429
0,060
0,076
0,351

F
tabel
4,75
4,60
4,45
4,49
4,54

commit to user

Tingkat
Pengaruh
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
73

e. Kuat Patah
Hipotesis ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama pembakaran
terhadap kuat patah batu bata. Berdasarkan tabel 4.41 dapat dilihat nilai
koefisien dan persamaan regresi untuk kuat patah batu bata serta pada
tabel 4.42 dapat dilihat pengaruh lama pembakaran terhadap kuat patah.

Tabel 4.41. Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Patah
Variasi
R
Persamaan Regresi
0%
0,535 y = 0,062 + 0,033 x
5%
0,152
Tidak ada
10%
0,170
Tidak ada
15%
0,228
Tidak ada
20%
0,190
Tidak ada
*(Sugiono, 2010:184)

Tingkat Hubungan*
Berpengaruh Sedang
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah
Berpengaruh Rendah
Berpengaruh Sangat Rendah

Tabel 4.42. Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Kuat Patah


Variasi

Sign.

0%
5%
10%
15%
20%

0,033<0,05
0,573>0,05
0,564>0,05
0,397>0,05
0,482>0,05

df1 df2
1
1
1
1
1

14
14
12
14
14

F
hitung
5,601
0,334
0,352
0,765
0,522

F
tabel
4,60
4,60
4,75
4,60
4,60

Tingkat
Pengaruh
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

3. Uji Hipotesis Ketiga


Hipotesis ketiga untuk mengetahui berapakah prosentase optimal
penggantian sebagian abu sekam padi dengan lama pembakaran batu bata
minimal untuk mencapai karakteristik mekanik dan fisis batu bata sesuai
standar. Prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi pada tiap
variasi lama pembakaran terhadap masing masing karakteristik batu bata
didapatkan dengan menyelesaikan persamaan turunan dari persamaan regresi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
74

dari hipotesis 1 yakni pengaruh variasi penggantian sebagian abu sekam padi
terhadap karakteristik batu bata.
a. Berat Jenis
Berdasarkan tabel 4.43 dapat dilihat prosentase optimal penggantian
sebagian abu sekam padi dengan lama pembakaran batu bata minimal
untuk mencapai berat jenis batu bata sesuai standar SII 1978.

Tabel 4.43. Standar Berat Jenis Batu Bata


Lama

12 jam

18 jam

24 jam

30 jam

Abu Sekam
Padi
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%

Berat Jenis
(gr/cm3)
1,557
1,478
1,463
1,448
1,442
1,517
1,467
1,455
1,424
1,362
1,498
1,455
1,435
1,383
1,319
1,480
1,438
1,429
1,329
1,318

commit to user

Standar Berat Jenis


(SII 1978)

1,8 2,6 gr/cm3

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
75

b. Susut Bakar
Berdasarkan tabel 4.44 dapat dilihat prosentase optimal penggantian
sebagian abu sekam padi dengan lama pembakaran batu bata minimal
untuk mencapai susut bakar batu bata sesuai standar SII 1978.

Tabel 4.44. Standar Susut Bakar Batu Bata


Lama

12 jam

18 jam

24 jam

30 jam

Abu Sekam
Padi
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%

Susut Bakar
(%)
1,319
1,062
1,050
0,982
0,897
1,323
1,145
1,067
1,057
0,980
1,393
1,314
1,312
1,310
1,050
1,499
1,461
1,387
1,383
1,216

Standar Susut Bakar Maksimal


(SII-0021-1978)

commit to user

10% - 15%

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
76

c. Porositas
Berdasarkan tabel 4.45 dapat dilihat prosentase optimal penggantian
sebagian abu sekam padi dengan lama pembakaran batu bata minimal
untuk mencapai porositas batu bata sesuai standar SII 1978.

Tabel 4.45. Standar Porositas Batu Bata


Lama

12 jam

18 jam

24 jam

30 jam

Abu Sekam
Padi
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%

Porositas (%)

Standar Porositas Maksimal


(SII-0021-1978)

37,958
37,251
36,355
39,969
41,301
35,801
35,292
33,619
34,624
37,591
34,874
33,512
33,166
33,424
35,989
34,592
33,723
33,481
40,950
44,583

5% - 10%

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
77

d. Kuat Tekan
Berdasarkan tabel 4.46 dapat dilihat prosentase optimal penggantian
sebagian abu sekam padi dengan lama pembakaran batu bata minimal
untuk mencapai kuat tekan batu bata sesuai standar SII 1978.

Tabel 4.46. Standar Kuat Tekan Batu Bata


Lama

12 jam

18 jam

24 jam

30 jam

Abu Sekam
Padi
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%

Kuat Tekan
(Mpa)
3,752
5,427
4,417
4,328
4,238
4,047
5,566
4,830
4,346
4,241
4,208
5,223
4,764
4,259
4,160
4,309
4,951
4,400
4,247
4,051

commit to user

Standar Kuat Tekan


(SII-0021-1978)

>2,5 MPa

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
78

e. Kuat Patah
Berdasarkan tabel 4.47 dapat dilihat prosentase optimal penggantian
sebagian abu sekam padi dengan lama pembakaran batu bata minimal
untuk kuat patah.

Tabel 4.47. Prosentase Optimal Kuat Patah Batu Bata


Lama

12 jam

18 jam

24 jam

30 jam

Abu Sekam
Padi
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
5%
10%
15%
20%

Kuat Patah
(N/mm2)
0,069
0,135
0,117
0,115
0,032
0,170
0,283
0,225
0,222
0,204
0,171
0,202
0,194
0,110
0,098
0,173
0,201
0,166
0,108
0,095

D. Analisa dan Pembahasan


1. Pengujian Bahan
a. Pengujian Kadar Air
Pada percobaan kandungan air tanah digunakan tanah lempung
alluvial. Tanah lempung memiliki tekstur tergolong halus, hanya sedikit

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
79

lebih kasar dari tekstur tanah liat. Hasil pemeriksaan kadar air rata rata
tanah liat adalah 14,60%, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran II.
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang
berbeda pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat,
memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan
menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya:
tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga
kemampuan menahan air lebih sedikit pula.
( http://dasar2ilmutanah.blogspot.com)
b. Pengujian Berat Jenis Tanah Liat
Hasil pemeriksaan berat jenis rata rata tanah liat diperoleh berat jenis
sebesar 2,715 gr/cm3, untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran II.
Menurut Sri Sumarni (2009) berdasarkan tabel 4.48 dapat dilihat nilai
nilai berat jenis dari berbagai jenis tanah.

Tabel 4.48. Nilai Nilai Berat Jenis


Macam Tanah
Kerikil
Pasir
Lanau organik
Lempung organik
Lempung anorganik
Humus
Gambut

Berat Jenis (GS)


2,65 2, 68
2,65 2, 68
2,62 2, 68
2,58 2,65
2,68 2,75
1,37
1,25 -1, 80

Dari hasil perhitungan berat jenis diatas dapat diambil kesimpulan


bahwa tanah yang diuji termasuk tanah lempung anorganik. Tanah
memiliki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi,
maupun biologisnya. Adapun sifat fisika tanah yakni tekstur, struktur,
konsistensi, porositas dan warna tanah. Sifat kimia tanah terdiri dari
Reaksi Tanah (pH Tanah), Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kapasitas

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
80

Pertukaran Anion (KTA), Unsur-unsur Hara Esensial. Sedangkan untuk


sifat biologi tanah yakni fauna tanah, terdiri dari makrofauna dan
mikrofauna dan flora tanah, terdiri dari makroflora dan mikroflora.
(http://justkie.wordpress.com)
c. Pengujian Batas Cair Tanah
Batas cair (LL) adalah kadar air tanah yang untuk nilai nilai
diatasnya, tanah akan berprilaku sebagai cairan kental (batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis), yaitu batas atas dari daerah plastis. Dari
hasil perhitungan batas cair diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tanah
yang diuji termasuk tanah lempung tak organik dengan plastisitas tinggi,
lempung gemuk (fat clays) dengan batas cair sebesar 52,494 %. Hal ini
dapat dilihat dalam tabel sistem klasifikasi tanah unified yang ada pada
lampiran II.
d. Pengujian Batas Plastis dan Indek Plastisitas
Hasil pemeriksaan batas plastis (plastic limit) dan indeks plastisitas
dari hasil pengujian dan perhitungan diperoleh batas plastis sebesar
27,60%. Sedangkan indeks plastisitasnya adalah 24,894%, untuk hasil
selengkapnya ada pada lampiran II. Berdasarkan tabel 4.49 dapat dilihat
nilai indeks plastisitas dan macam tanah, kemudian dapat disimpulkan
bahwa jenis tanah liat dalam pengujian ini adalah lempung dengan
plastisitas tinggi.

Tabel 4.49. Nilai Indeks Plastisitas Dan Macam Tanah


Indeks
plastisitas
0
1-7
7-17
>17

Sifat

Macam tanah

Non plastis
Plastisitas rendah
Plastisitas sedang
Plastisitas tinggi

Pasir
Lanau
Lempung berlanau
Lempung

commit to user

Kohesif
Non kohesif
Kohesif sebagian
Kohesif
Kohesif

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
81

2. Pembahasan Hipotesis Pertama


a. Berat Jenis
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis pertama diperoleh
bahwa secara umum penggantian sebagian abu sekam padi berpengaruh
secara signifikan terhadap berat jenis batu bata dengan tingkat hubungan
pada lama pembakaran 12 jam berpengaruh sedang dan untuk lama
pembakaran 18 jam, 24 jam, dan 30 jam berpengaruh kuat. Persamaan
regresi yang diperoleh berupa persamaan linear dengan nilai konstanta x
negatif yang berarti penggantian abu sekam padi akan menurunkan berat
jenisnya, dapat dilihat pada gambar 4.1 yakni hasil output pada SPSS 19.

Berat jenis 12 jam

Berat jenis 18 jam

Variasi

Variasi

Berat jenis 24 jam

Berat jenis 30 jam

Variasi

Variasi

Gambar 4.1. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Berat Jenis dan Variasi Abu
Sekam Padi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
82

Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat kecenderungan perubahan berat jenis
pervariasi penggantian sebagian abu sekam padi untuk tiap lama
pembakaran.
hubungan antara variasi penggantian dan berat jenis
1.6
1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
1.3
0%

5%

10%

15%

20%

berat jenis 12 jam

berat jenis 18 jam

berat jenis 24 jam

berat jenis 30 jam

25%

Gambar 4.2. Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Berat
Jenis
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa semakin banyak penggantian
sebagian abu sekam padi menyebabkan berat jenis batu bata semakin
kecil. Hal tersebut karena penggantian sebagian tanah liat oleh abu
menyebabkan massanya menjadi berkurang karena berat jenis tanah liat
2,715 lebih besar daripada berat jenis abu sekam padi yakni 1,66.
b. Susut Bakar Batu Bata
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis pertama diperoleh
bahwa secara umum penggantian sebagian abu sekam padi berpengaruh
tidak signifikan terhadap susut bakar batu bata dengan tingkat hubungan
pada semua variasi lama pembakaran berpengaruh rendah. Persamaan
regresi tidak diperoleh karena data tidak memenuhi syarat regresi linear
dan regresi nonlinear (kuadratik), dapat dilihat pada gambar 4.3 yakni
hasil output pada SPSS 19.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
83
Susut bakar 12 jam

Susut bakar 18 jam

Variasi

Variasi

Susut bakar 24 jam

Susut bakar 30 jam

Variasi

Variasi

Gambar 4.3. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Susut Bakar dan Variasi Abu
Sekam Padi
Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat kecenderungan perubahan susut
bakar pervariasi penggantian sebagian abu sekam padi untuk tiap lama
pembakaran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
84
hubungan antara variasi penggantian dan susut bakar

1.7
1.5
1.3
1.1
0.9
0.7
0.5
0%

5%

10%

15%

20%

susut bakar 12 jam

susut bakar 18 jam

susut bakar 24 jam

susut bakar 30 jam

25%

Gambar 4.4. Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Susut
Bakar
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada penggantian sebagian abu
lebih banyak ternyata menurunkan susut bakarnya. Penurunan prosentase
susut bakar yang berarti kenaikan dimensi batu bata terjadi pada
penggantian sebagian abu 20%, hal ini disebabkan oleh kandungan SiO2
yang terdapat pada abu dan tanah liat mengalami perubahan susunan
maksimal sehingga butir-butir tanah liat dan abu mengalami pemuaian.
Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan dimensi sampel yang
mengakibatkan penurunan susut bakar.
c. Porositas Batu Bata
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis pertama diperoleh
bahwa pada lama pembakaran 12 jam, 18 jam, dan 24 jam penggantian
sebagian abu sekam padi berpengaruh tidak signifikan dan untuk lama
pembakaran 30 jam penggantian sebagian abu sekam padi berpengaruh
secara signifikan terhadap porositas batu bata dengan tingkat hubungan
pada lama pembakaran 12 jam berpengaruh rendah, lama pembakaran 18
jam dan 24 jam berpengaruh sangat rendah, dan pada lama pembakaran 30
jam berpengaruh kuat. Persamaan regresi yang diperoleh berupa
persamaan linear pada lama pembakaran 30 jam, sedangkan untuk lama

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
85

pembakaran 12 jam, 18 jam, dan 24 jam tidak ada persamaan regresinya


karena data tidak memenuhi syarat regresi linear dan regresi nonlinear
(kuadratik), dapat dilihat pada gambar 4.5 yakni hasil output pada SPSS
19.

Porositas 12 jam

Porositas 18 jam

Variasi

Variasi

Porositas 24 jam

Porositas 30 jam

Variasi

Variasi

Gambar 4.5. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Porositas dan Variasi Abu
Sekam Padi
Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.6 dapat dilihat kecenderungan perubahan porositas
pervariasi penggantian sebagian abu sekam padi untuk tiap lama
pembakaran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
86
hubungan antara variasi penggantian dan porositas

50
45
40
35
30
0%

5%

10%

15%

20%

porositas 12 jam

porositas 18 jam

porositas 24 jam

porositas 30 jam

25%

Gambar 4.6. Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan
Porositas
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada variasi penggantian
sebagian abu tertentu akan menurunkan porositas batu bata, namun setelah
melewati batas optimum akan menaikkan porositasnya.
Porositas terjadi akibat daya ikat yang sedikit pada tanah liat, itu
berarti terdapat rongga rongga yang besar. Semakin besar daya ikatnya,
porositas akan semakin kecil. Pada lama pembakaran 12 jam, 18 jam, 24
jam dan 30 jam porositas mengalami penurunan pada penggantian
sebagian abu 10%. Hal tersebut disebabkan oleh susunan SiO2 yang
terdapat pada tanah liat dan abu mencapai kestabilan susunan maksimal,
yang berarti penggabungan partikel semakin rapat karena pori-pori dapat
terisi penuh.
d. Kuat Tekan Batu Bata
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis pertama diperoleh
bahwa secara umum penggantian sebagian abu sekam padi berpengaruh
tidak signifikan terhadap kuat tekan batu bata dengan tingkat hubungan
pada lama pembakaran 12 jam dan 18 jam berpengaruh sangat rendah,
sedangkan pada lama pembakaran 24 jam dan 30 jam berpengaruh rendah.
Persamaan regresi tidak diperoleh karena data tidak memenuhi syarat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
87

regresi linear dan regresi nonlinear (kuadratik), dapat dilihat pada gambar
4.7 yakni hasil output pada SPSS 19.

Kuat tekan 12 jam

Kuat tekan 18 jam

Variasi

Variasi

Kuat tekan 24 jam

Kuat tekan 30 jam

Variasi

Variasi

Gambar 4.7. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Kuat Tekan dan Variasi Abu
Sekam Padi
Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.8 dapat dilihat kecenderungan perubahan kuat tekan
pervariasi penggantian sebagian abu sekam padi untuk tiap lama
pembakaran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
88
hubungan antara variasi penggantian dan kuat tekan

6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
0%

5%

10%

15%

20%

kuat tekan 12 jam

kuat tekan 18 jam

kuat tekan 24 jam

kuat tekan 30 jam

25%

Gambar 4.8. Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Kuat
Tekan
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada variasi penggantian
sebagian abu sekam padi tertentu akan menaikkan kuat tekan batu bata,
namun setelah melewati batas optimum akan menurunkan kuat tekannya.
Pada lama pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam kuat tekan
mengalami peningkatan yang signifikan pada penggantian sebagian abu
sekam padi 5% dengan kuat tekan maksimal yakni 5,566 Mpa pada lama
pembakaran 18 jam. Namun melewati batas penggantian sebagian
tersebut, kuat tekan mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan
penggantian

sebagian

abu

yang semakin

banyak

menyebabkan

ketidakseimbangan bahan penyusun batu bata. Sehingga menyebabkan


ikatan antar bahan penyusun semakin renggang dan porositas semakin
besar. Porositas yang besar akan mengakibatkan kuat tekan semakin kecil.
e. Kuat Patah Batu Bata
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis pertama diperoleh
bahwa pada lama pembakaran 12 jam, 24 jam, dan 30 jam penggantian
sebagian abu sekam padi berpengaruh secara signifikan dan untuk lama
pembakaran 18 jam penggantian sebagian abu sekam padi berpengaruh
tidak signifikan terhadap berat jenis batu bata dengan tingkat hubungan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
89

pada lama pembakaran 12 jam berpengaruh sangat kuat, lama pembakaran


18 jam berpengaruh sangat rendah, dan pada lama pembakaran 24 jam 30
jam berpengaruh sedang. Persamaan regresi yang diperoleh berupa
persamaan linear pada lama pembakaran 24 jam dan 30 jam, sedangkan
untuk lama pembakaran 12 jam didapat persamaan kuadratik dimana pada
persamaan linearnya tidak memenuhi syarat regresi linear. Pada lama
pembakaran 18 jam tidak ada persamaan regresinya karena data tidak
memenuhi syarat regresi linear dan regresi nonlinear (kuadratik), dapat
dilihat pada gambar 4.9 yakni hasil output pada SPSS 19.

Kuat patah 12 jam

Kuat patah 18 jam

Variasi

Variasi

Kuat patah 24 jam

Kuat patah 30 jam

Variasi

Variasi

Gambar 4.9. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Kuat Patah dan Variasi Abu
Sekam Padi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
90

Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.10 dapat dilihat kecenderungan perubahan kuat
patah pervariasi penggantian sebagian abu sekam padi untuk tiap lama
pembakaran.

hubungan antara variasi penggantian dan kuat patah


0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0%

5%

10%

15%

20%

kuat patah 12 jam

kuat patah 18 jam

kuat patah 24 jam

kuat patah 30 jam

25%

Gambar 4.10. Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Kuat
Patah
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada variasi penggantian
sebagian abu sekam padi tertentu akan menaikkan kuat patah batu bata,
namun setelah melewati batas optimum akan menurunkan kuat patahnya.
Pada lama pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam kuat patah
mengalami peningkatan pada penggantian sebagian abu 5% dengan kuat
patah maksimal yakni 0,283 N/mm2 pada lama pembakaran 18 jam.
Namun melewati batas penggantian sebagian tersebut, kuat patah
mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan penggantian sebagian abu
yang semakin banyak menyebabkan ketidakseimbangan bahan penyusun
batu bata.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
91

3. Pembahasan Hipotesis Kedua


a. Berat Jenis
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis kedua diperoleh
bahwa pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi 0%, 5%, 10%
lama pembakaran berpengaruh tidak signifikan dan untuk penggantian
sebagian abu sekam padi 15% dan 20% lama pembakaran berpengaruh
secara signifikan terhadap berat jenis batu bata dengan tingkat hubungan
pada variasi abu sekam padi 0% dan 5% berpengaruh rendah, pada variasi
abu sekam padi 10% berpengaruh sangat rendah, variasi 15%
berpengaruh kuat, dan pada variasi 20% berpengaruh sedang. Persamaan
regresi yang diperoleh berupa persamaan linear pada variasi abu sekam
padi 15% dan 20%, sedangkan pada variasi penggantian sebagian 0%, 5%
dan 10% tidak ada persamaan regresi karena tingkat pengaruh tidak
signifikan, dapat dilihat pada gambar 4.11 yakni hasil output pada SPSS
19.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
92
Berat jenis 0%

Berat jenis 5%

Lama

Lama

Berat jenis 10%

Berat jenis 15%

Lama

Lama

Berat jenis 20%

Lama

Gambar 4.11. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Berat Jenis dan Lama
Pembakaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
93

Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.12 dapat dilihat kecenderungan perubahan berat
jenis perlama pembakaran untuk tiap variasi penggantian sebagian abu
sekam padi.

hubungan antara lama pembakaran dan berat jenis

berat jenis (gr/cm3)

1.6
1.55
1.5

berat jenis 0%

1.45

berat jenis 5%

1.4

berat jenis 10%

1.35

berat jenis 15%


berat jenis 20%

1.3
0

1012

18 20 24

30

40

lama pembakaran (jam)

Gambar 4.12. Hubungan Lama Pembakaran dan Berat Jenis

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa semakin lama waktu


pembakaran, berat jenis semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh penguapan
air yang semakin banyak pada pori yang mengisi tanah liat.
b. Susut Bakar Batu Bata
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis kedua diperoleh
bahwa pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi 0% dan 10%
lama pembakaran berpengaruh tidak signifikan dan untuk penggantian
sebagian abu sekam padi 5%, 15% dan 20% lama pembakaran
berpengaruh secara signifikan terhadap susut bakar batu bata dengan
tingkat hubungan pada variasi abu sekam padi 0% berpengaruh sangat
rendah, pada variasi abu sekam padi 10% berpengaruh rendah, variasi 5%,
15% dan 20% berpengaruh sedang. Persamaan regresi yang diperoleh
berupa persamaan linear pada variasi abu sekam padi 5%, 15% dan 20%,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
94

sedangkan 0% dan 10% tidak ada persamaan regresi karena tingkat


pengaruh tidak signifikan, dapat dilihat pada gambar 4.13 yakni hasil
output pada SPSS 19.
Susut bakar 0%

Susut bakar 5%

Lama

Lama

Susut bakar 10%

Susut bakar 15%

Lama

Lama
Susut bakar 20%

Lama

Gambar 4.13. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Susut Bakar dan Lama
Pembakaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
95

Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.14 dapat dilihat kecenderungan perubahan susut
bakar perlama pembakaran untuk tiap variasi penggantian sebagian abu
sekam padi.

susut bakar (%)

hubungan antara lama pembakaran dengan susut bakar


1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1
0.9
0.8
0.7
0.6

susut bakar 0%
susut bakar 5%
susut bakar 10%
susut bakar 15%
susut bakar 20%
0

1012

1820 24

30

40

lama pembakaran (jam)

Gambar 4.14. Hubungan Lama Pembakaran dan Susut Bakar

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa semakin lama waktu


pembakaran, menyebabkan susut bakar yang semakin besar.
Pada lama pembakaran 30 jam, susut bakar terus mengalami kenaikan
disebabkan pada lama pembakaran yang terlalu lama SiO2 akan mengalami
perubahan susunan molekul yang signifikan. Hal tersebut berarti
pembakaran dalam waktu yang lama menyebabkan molekul-molukel tanah
liat semakin merapat sehingga menyebabkan dimensi mengecil dan
penyusutan yang semakin membesar.
c. Porositas Batu Bata
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis kedua diperoleh
bahwa pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi 0% dan 5%
lama pembakaran berpengaruh tidak signifikan dan untuk penggantian
sebagian abu sekam padi 10%, 15% dan 20% lama pembakaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
96

berpengaruh secara signifikan terhadap porositas batu bata dengan tingkat


hubungan pada variasi abu sekam padi 0% berpengaruh rendah, pada
variasi abu sekam padi 5% berpengaruh sangat rendah, variasi 15%,
berpengaruh kuat, variasi 10% dan 20% berpengaruh sedang. Persamaan
regresi yang diperoleh berupa persamaan linear pada variasi abu sekam
padi 10%, pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi 0% dan 5%
tidak ada persamaan regresi karena tingkat pengaruh tidak signifikan,
sedangkan pada variasi penggantian sebagian 15% dan 20% berupa
persamaan kuadratik dikarenakan pada persamaan linear tidak memenuhi
syarat persamaan untuk regresi linear, dapat dilihat pada gambar 4.15
yakni hasil output pada SPSS 19.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
97
Porositas 0%

Porositas 5%

Lama

Lama

Porositas 10%

Porositas 15%

Lama

Lama

Porositas 20%

Lama

Gambar 4.15. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Porositas dan Lama


Pembakaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
98

Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.16 dapat dilihat kecenderungan perubahan porositas
perlama pembakaran untuk tiap variasi penggantian sebagian abu sekam
padi.

hubungan antara lama pembakaran dan porositas


50

porositas (%)

45
porositas 0%

40

porositas 5%

35

porositas 10%

30

porositas 15%
porositas 20%

25
0

1012

1820

24

30

40

lama pembakaran (jam)

Gambar 4.16. Hubungan Lama Pembakaran dan Porositas

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada lama pembakaran 30 jam,


terjadi kenaikan porositas yang sangat drastis untuk penggantian sebagian
abu sekam padi 15% dan 20%, hal ini selain dipengaruhi oleh ikatan antar
molekul yang tidak seimbang, juga diakibatkan oleh susunan SiO2 yang
mengalami perubahan pada temperatur tinggi. Semakin lama waktu
pembakaran juga dapat mengakibatkan abu mengalami penguapan atau
terbakar sehingga membuat ikatan antar partikel tanah liat merenggang, itu
berarti porositas yang semakin besar pula.
d. Kuat Tekan Batu Bata
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis kedua diperoleh
bahwa pada semua variasi penggantian sebagian abu sekam padi, lama
pembakaran berpengaruh tidak signifikan terhadap kuat tekan batu bata
dengan tingkat hubungan pada variasi abu sekam padi 0% berpengaruh

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
99

rendah, pada variasi abu sekam padi 5%, 10%, 15% dan 20% berpengaruh
sangat rendah. Persamaan regresi tidak ada karena tingkat pengaruh tidak
signifikan pada semua variasi abu sekam padi, dapat dilihat pada gambar
4.17 yakni hasil output pada SPSS 19.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
100
Kuat Tekan 0%

Kuat Tekan 5%

Lama

Lama

Kuat Tekan 10%

Kuat Tekan 15%

Lama

Lama
Kuat Tekan 20%

Lama

Gambar 4.17. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Kuat Tekan dan Lama
Pembakaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
101

Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.18 dapat dilihat kecenderungan perubahan kuat
tekan perlama pembakaran untuk tiap variasi penggantian sebagian abu
sekam padi.

hubungan antara lama pembakaran dan kuat tekan


6

kuat tekan (Mpa)

5.5
5

kuat tekan 0%

4.5

kuat tekan 5%

kuat tekan 10%

3.5

kuat tekan 15%


kuat tekan 20%

3
0

1012

1820

24

30

40

lama pembakaran (jam)

Gambar 4.18. Hubungan Lama Pembakaran dan Kuat Tekan

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada lama pembakaran 30 jam,


terjadi penurunan kekuatan yang sangat drastis untuk penggantian
sebagian abu 5% dan 10%, hal ini dipengaruhi oleh perubahan kestabilan
susunan SiO2 pada temperatur tinggi. Semakin lama waktu pembakaran
juga dapat mengakibatkan abu mengalami penguapan atau terbakar
sehingga membuat ikatan antar partikel tanah liat merenggang, itu berarti
porositas yang semakin besar pula. Sehingga terjadi penurunan kekuatan
yang sangat signifikan. Pada penggantian sebagian abu sekam padi 0%
kuat tekan naik terus per lama pembakaran, sedangkan pada penggantian
abu 5% - 20% terdapat nilai optimal (titik puncak) dengan kuat tekan
maksimal pada lama pembakaran 18 jam yang kemudian terus menurun.
Ketika lama pembakaran 12 jam dan 18 jam air yang hilang dari dalam
pori pori tanah digantikan oleh abu sebagai bahan penggantiannya pori

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
102

pori tanah menjadi padat oleh abu sehingga kekuatan bata mengalami
kenaikan, namun ketika pembakaran 24 jam dan 30 jam abu terbakar habis
sehingga tercipta rongga rongga kosong diantara partikel partikel tanah
yang mengakibatkan kuat tekan menurun.
e. Kuat Patah Batu Bata
Hasil analitis statistik inferensial untuk hipotesis kedua diperoleh
bahwa pada variasi penggantian sebagian abu sekam padi 0% lama
pembakaran berpengaruh secara signifikan, sedangkan

pada variasi

penggantian sebagian abu sekam padi 5%, 10%, 15% dan 20%, lama
pembakaran berpengaruh tidak signifikan terhadap kuat patah batu bata
dengan tingkat hubungan pada variasi abu sekam padi 0% berpengaruh
sedang, pada variasi abu sekam padi 5%, 10% dan 20% berpengaruh
sangat rendah, pada variasi abu sekam padi 15% berpengaruh rendah.
Persamaan regresi yang diperoleh berupa persamaan linear pada semua
variasi abu sekam padi, dapat dilihat pada gambar 4.19 yakni hasil output
pada SPSS 19.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
103
Kuat patah 0%

Kuat patah 5%

Lama

Lama

Kuat patah 10%

Kuat patah 15%

Lama

Lama

Kuat patah 20%

Lama

Gambar 4.19. Grafik Output SPSS 19 Hubungan Kuat Patah dan Lama
Pembakaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
104

Sedangkan dari analisis deskriptif melalui nilai rata rata hasil uji
berdasarkan gambar 4.20 dapat dilihat kecenderungan perubahan kuat
patah perlama pembakaran untuk tiap variasi penggantian sebagian abu
sekam padi.

hubungan antara lama pembakaran dan kuat patah


0.3

kuat patah

0.25
0.2

kuat patah 0%

0.15

kuat patah 5%

0.1

kuat patah 10%

0.05

kuat patah 15%


kuat patah 20%

0
0

10 12

1820

24

30

40

lama pembakaran (jam)

Gambar 4.20. Hubungan Lama Pembakaran dan Kuat Patah

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada lama pembakaran 18 jam,


terdapat kenaikan kekuatan yang sangat drastis untuk penggantian
sebagian abu 5% - 20%, hal ini dipengaruhi oleh perubahan kestabilan
susunan SiO2 pada temperatur tinggi. Semakin lama waktu pembakaran
juga dapat mengakibatkan abu mengalami penguapan atau terbakar
sehingga membuat ikatan antar partikel tanah liat merenggang, itu berarti
porositas yang semakin besar pula. Sehingga terjadi penurunan kekuatan
yang sangat signifikan, lewat dari lama pembakaran 18 jam pada
penggantian sebagian abu sekam padi 0% kuat patah naik tetapi tidak
signifikan per lama pembakaran, sedangkan pada penggantian sebagian
abu 5% - 20% terdapat nilai optimal (titik puncak) dengan kuat patah
maksimal pada lama pembakaran 18 jam yang kemudian terus menurun
secara signifikan pula pada lama pembakaran 24 jam.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
105

4. Pembahasan Hipotesis Ketiga


a. Berat Jenis
Berdasarkan gambar 4.11 dapat dilihat bahwa pada semua prosentase
penggantian sebagian abu sekam padi dan semua variasi lama pembakaran
didapatkan berat jenis dibawah standar SII-0021-1978 dengan ketentuan
berat jenis batu bata normal yaitu 1,8 2,6 gr/cm3 Yudha Romadhona
(2007) dalam Masthura (2010).

Berat Jenis

Berat Jenis
3
2.5

Batu Bata Normal 1,8 gr/cm3 2,6 gr/cm3


2
1.5
1
0.5
0
0

5 10 15 20 0

12 jam

5 10 15 20 0

18 jam

5 10 15 20 0

24 jam

5 10 15 20

30 jam

Gambar 4.11. Kesesuaian Berat Jenis Batu Bata Uji dengan Standar

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada lama pembakaran 12 jam,


18 jam, 24 jam dan 30 jam, berat jenis batu bata kurang dari berat jenis
batu bata normal (< 1,8 gr/cm3).
Berat jenis yang kecil dengan porositas yang tinggi menjadikan batu
bata dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan terutama untuk
bangunan yang banyak mengandung air seperti bangunan pondasi dan
bahan konstruksi dinding dengan beban yang ringan. Kelebihan batu bata
sebagai material dinding pengisi dengan berat jenis yang rendah adalah
menjadikan dinding pengisi semakin ringan dan akan menghasilkan beban

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
106

struktur yang semakin kecil, jika beban strukturnya kecil maka komponen
yang struktural lebih kecil/sederhana. Berat jenis yang rendah akan
mendapatkan berat struktur yang ringan serta beban gempa yang kecil,
secara umum struktur lebih aman terhadap gempa.
b. Susut Bakar Batu Bata
Berdasarkan gambar 4.12 dapat dilihat bahwa pada semua prosentase
penggantian sebagian abu sekam padi dan semua variasi lama pembakaran
didapatkan susut bakar dibawah standar SII-0021-1978 dengan ketentuan
susut bakar maksimal yaitu 10% - 15% Daryanto (1994) dalam Siswanti
Zuraida (2012).

Susut Bakar (%)

Susut Bakar (%)


15

Standar Susut bakar Maksimal 10%-15%


10

0
0

12 jam

10 15 20 0

18 jam

10 15 20 0

24 jam

10 15 20 0

10 15 20

30 jam

Gambar 4.12. Kesesuaian Susut Bakar Batu Bata Uji dengan Standar
SII-0021-1978
Susut bakar adalah perubahan dimensi atau volume bahan yang telah
dibakar. Salah satu parameter yang menunjukkan terjadinya penyusutan
karena adanya perubahan mikrostruktur (butir atau batas butir). Setelah
proses pembakaran suatu benda akan mengalami perubahan panjang.
Dalam hal ini lempung akan mengalami penyusutan karena air dalam
lempung menguap. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa pada lama

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
107

pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam, susut bakar dibawah


standar SII-0021-1978 yakni 10% - 15%, dikarenakan batu bata ketika
dibakar tidak menunjukkan penyusutan melainkan pemuaian batu bata.
Tanah liat tidak bisa berubah menjadi bentuk keramik yang keras dan
padat karena abu yang mengandung silika yang dicampurkan dalam proses
pembuatan batu bata tidak bisa teroksidasi sempurna dengan tanah liat
yang berasal dari daerah persawahan di desa Baki yang digunakan sebagai
bahan utama.
c. Porositas Batu Bata
Berdasarkan gambar 4.13 dapat dilihat bahwa pada semua prosentase
penggantian sebagian abu sekam padi dan semua variasi lama pembakaran
didapatkan porositas melebihi standar SII-0021-1978 dengan ketentuan
porositas maksimal yaitu 5% - 10% (Siswanti Zuraida, 2012).

Porositas (%)

Porositas (%)
50
45
40
35
30
25

Standar Porositas
Maksimal
5%-10%

20
15
10
5
0
0

12 jam

10 15 20 0

10 15 20 0

18 jam

24 jam

10 15 20 0

10 15 20

30 jam

Gambar 4.13. Kesesuaian Porositas Batu Bata Uji dengan Standar


SII-0021-1978
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa porositas pada semua variasi
lama pembakaran melebihi Standar SII-0021-1978 yakni 5% - 10%.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
108

Porositas merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas batu


bata. Data porositas didapatkan dari nilai batu bata basah (direndam dalam
air) dan nilai batu bata kering. Porositas pada suatu material dinyatakan
dalam persen (%). Semakin banyak porositas yang terdapat pada batu bata
maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya.
Pada lama pembakaran 12 jam porositas menunjukkan nilai
penyerapan air yang cukup besar, hal ini dikarenakan butir butir tidak
mengalami ikatan yang sempurna antar partikel sehingga rongga-rongga
yang ada didalam batu bata sangat banyak, rongga-rongga ini berasal dari
abu yang ditambahkan pada saat proses pembuatan batu bata terbakar atau
menguap, sehingga batu bata yang berongga memiliki daya serap air yang
tinggi, untuk pengukuran baik maupun buruknya batu bata dari
perhitungan porositas ini sangat bergantung pada penggantian abu dan
juga bahan utama.
Bila batu bata dengan porositas tinggi dipasang pada konstruksi
dinding, maka air adukan akan terserap oleh batu bata. Dampak dari air
adukan terserap batu bata, maka air adukan yang berguna untuk proses
pengerasan semen berkurang dan kekuatan mortar/adukan akan menurun.
Secara keseluruhan dapat dikatakan menimbulkan perbedaan kekuatan
serta retak retak pada bangunan.
d. Kuat Tekan Batu Bata
Berdasarkan gambar 4.14 dapat dilihat bahwa pada semua prosentase
penggantian sebagian abu sekam padi dan semua variasi lama pembakaran
didapatkan kuat tekan lebih dari standar SII-0021-1978 dengan kuat tekan
maksimal yaitu > 2,5 Mpa (Siswanti Zuraida, 2012).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
109
Kuat Tekan (Mpa)

Kuat Tekan (Mpa)


6
5
4

Standar Kuat Tekan


> 2,5 Mpa

3
2
1
0
0

12 jam

10 15 20 0

18 jam

10 15 20 0

24 jam

10 15 20 0

10 15 20

30 jam

Gambar 4.14. Kesesuaian Kuat Tekan Batu Bata Uji dengan Standar
SII-0021-1978
Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa pada semua variasi lama
pembakaran mendapatkan kuat tekan > 2,5 MPa (sesuai dengan SII-00211978). Pada lama pembakaran 18 jam terlihat kuat tekan optimal
dibandingkan dengan lama pembakaran 12 jam, 24 jam, dan 30 jam.
Ketika pada lama pembakaran 12 jam dengan penggantian sebagian abu
sekam padi sebanyak 20% batu bata sudah bisa digunakan karena kuat
tekannya sudah memenuhi standar SII-0021-1978. Hal ini dikarenakan abu
sekam padi yang digunakan dalam pencampuran batu bata mengandung
senyawa silica-alumina aktif yang dapat bereaksi dengan kalsium
hidroksida pada suhu kamar dan adanya air pada kadar tertentu dapat
membentuk senyawa stabil yang mempunyai sifat mengikatnya.
e. Kuat Patah Batu Bata
Penggantian sebagian abu sekam padi yang optimal diharapkan dapat
mempercepat lama pembakaran batu bata. Berdasarkan gambar 4.15 dapat
dilihat hubungan kuat patah dengan penggantian sebagian abu sekam padi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
110
Kuat Patah N/mm2

Kuat Patah N/mm2


0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0

5 10 15 20 0

12 jam

5 10 15 20 0

18 jam

5 10 15 20 0

24 jam

5 10 15 20

30 jam

Gambar 4.15. Hubungan Kuat Patah dan Lama Pembakaran


Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa pada lama pembakaran
12 jam diperoleh kuat patah sebesar 0,135 N/mm2, lama pembakaran 18
jam diperoleh sebesar 0,283 N/mm2, lama pembakaran 24 jam diperoleh
sebesar 0,202 N/mm2 dan lama pembakaran 30 jam diperoleh kuat patah
sebesar 0,201 N/mm2.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penggantian sebagian abu sekam padi berpengaruh pada karakteristik fisis dan
mekanik batu bata. Semua pengujian kuat tekan batu bata memenuhi standar
mutu bata SII-0021-1978. Pada pengujian berat jenis dan susut bakar bahan uji
memenuhi standar. Kecuali pada pengujian porositas tidak memenuhi sesuai
standar SII-0021-1978.
2. Penggantian sebagian abu sekam padi dapat mempercepat proses pembakaran
batu bata. Proses pembakaran tradisional yang biasanya memerlukan lama
pembakaran 96 jam tanpa penggantian sebagian abu sekam padi dapat
direduksi menjadi 12 jam dengan penggantian sebagian abu sekam padi.
3. Penggantian sebagian abu sekam padi yang optimal untuk mencapai
karakteristik fisis dan mekanik batu bata yang sesuai standar dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Kuat Tekan
Lama pembakaran minimal untuk memperoleh kuat tekan sesuai standar
SII-0021-1978 batu bata yaitu pada lama pembakaran 12 jam dan
diperoleh kuat tekan 4,238 MPa dengan penggantian sebagian abu sekam
padi sebesar 20%.
b. Kuat patah
Pada hasil pengujian untuk kuat patah diperoleh hasil pengujian sebagai
berikut:
1) Pada lama pembakaran 12 jam memerlukan penggantian sebagian abu
sebesar 20% diperoleh kuat patah sebesar 0,135 N/mm2.
2) Pada lama pembakaran 18 jam memerlukan penggantian sebagian abu
sebesar 20% diperoleh kuat patah sebesar 0,283 N/mm2.

111

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
112

3) Pada lama pembakaran 24 jam memerlukan penggantian sebagian abu


sebesar 20% diperoleh kuat patah sebesar 0,202 N/mm2.
4) Pada lama pembakaran 30 jam memerlukan penggantian sebagian abu
sebesar 20% diperoleh kuat patah sebesar 0,201 N/mm2.

B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan implikasi
sebagai berikut:
1. Abu sekam padi bisa digunakan untuk bahan pengganti sebagian pada
pembuatan batu bata tradisional.
2. Penggantian sebagian abu sekam padi bisa mempercepat lama pembakaran
pada batu bata.
3. Kelemahan dari metode pembakaran batu bata tradisional adalah panas
pembakaran yang kurang merata dan tidak stabil. Bisa terjadi sebagian batu
bata terbakar dengan baik namun sebagian yang lain tidak mendapat panas
yang baik, sehingga banyak batu bata yang rusak pada bagian tepi tungku
pembakaran karena kurangnya pemanasan.

C. Saran
1. Pada hasil penelitian pada porositas didapatkan nilai yang sangat tinggi (diatas
rata rata standar SII-0021-1978), jadi untuk penelitian selanjutnya bisa
menggunakan variasi penambahan abu sekam padi menjadi berbeda dari yang
digunakan pada penelitian ini.
2. Pada hasil penelitian pada kuat tekan didapatkan kuat tekan yang tinggi (>2,5
MPa) dengan prosentase penambahan abu sekam padi 20% pada semua variasi
lama pembakaran, jadi untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan variasi
lama pembakaran kurang dari 12 jam. Bisa digunakan 8 jam, 10 jam, 12 jam
dan maksimal 18 jam.
3. Proses pendinginan jangan dilakukan secara cepat, tanah liat mengalami
perubahan volume yang seringkali sangat mendadak. Pendinginan mendadak
menyebabkan satu permukaan akan lebih panas daripada permukaan lain,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
113

sehingga pada saat satu volume berubah volume yang lain belum berubah.
Faktor inilah yang menyebabkan tanah liat yang dibakar menjadi pecah. Oleh
karena itu, sebaiknya proses pendinginan harus dilakukan selambat dan
semerata mungkin untuk mencegah pecahnya batu bata.
4. Standar batu bata pada penelitian ini masih mengacu pada SII-0021-1978
karena standar batu bata yang baru belum mengalami revisi, untuk peneliti
selanjutnya diharapkan dapat mengacu pada standar batu bata yang baru.
5. Pada penelitian ini menggunakan tungku pembakaran yang masih tradisional,
untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan tungku pembakaran
yang permanen/modern supaya pada proses pembakaran batu bata akan
mendapatkan panas yang merata.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai