BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lapisan tanah yang mendominasi wilayah Jawa Timur sepanjang pantai utara serta
sepanjang sungai Bengawan Solo dan kali Brantas adalah tanah lempung lunak (soft clay)
dengan luas sekitar 206.000 Ha, seperti ditunjukkan dalam gambar 1 dan 2. Masalah yang
selalu dijumpai apabila harus membangun konstruksi sipil diatas tanah lempung lunak
adalah adalah daya dukung (kemamapuan mendukung beban) yang rendah dan
kemampuan mampatan yang tinggi. Untuk menanggulangi masalah tersebut, metode yang
umum digunakan adalah pemakaian pondasi dalam apabila bentuk konstruksinya
setempat, seperti gedung, dan perbaikan tanah bila konstruksinya luas, seperti jalan.
Perbaikan tanah ditujukan untuk meningkatkan daya dukung tanah (kemampuan
mendukung beban) dan mengurangi kemampuan mampatnya. Metode perbaikan tanah
yang telah banyak dikenal dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) grup, yaitu perbaikan cara
mekanis dan perbaikan tanah dengan stabilisasi. Metode perbaikan tanah cara mekanis
telah banyak dikembangkan adalah pemberian beban awal (preloading) dan pemasangan
cerucuk (micropile), stone column, atau geotextile. Semua metode tersebut telah lama
dikembangkan dan hasilnya sangat memuaskan. Metode stabilisasi yang sudah
dikembangkan untuk tanah lempung lunak adalah metode stabilisasi kimia dengan kapur
atau semen.
Stabilisasi tanah dengan menggunakan semen dikenal dengan nama cementtreated-ground. Semen yang dicampurkan pada lempung lunak ini berfungsi untuk
mengisi pori-pori tanah dan menyerap air yang ada di dalamnya, semen tersebut kemudian
mengikat butiran lempung dan mengeras sehingga menghasilkan struktur butiran yang
lebih stabil. Selain itu juga digunakan kapur untuk stabilisasi, jenis kapur yang umum
digunakan adalah kapur hidup CaO (quick lime atau kalsium oksida) dan kapur mati
Ca(OH)2 (slake lime atau kalsium hidrosikda). Kalsium oksida (CaO) lebih efektif pada
kasus-kasus tertentu, hanya saja kapur jenis ini mempunyai kelemahan-kelemahan pada
pelaksanaan yaitu alat-alat menjadi mudah berkarat dan bebahaya terhadap keselamatan
pekerja. Oleh sebab itu, jenis kapur yang sering digunakan adalah kalsium hidrosikda
(Ca(OH)2). Sistem pencampuran yang umum dipakai adalah mencapur kapur tersebut
dengan tanah di permukaan setebal sampai dengan 1 meter dan kemudian dipadatkan,
sistem stabilisasi ini dikenal dengan nama lime-treated-ground. Selain itu, sistem
pencampuran yang umum digunakan adalah memasukkan bahan kapur tersebut ke dalam
lapisan tanah dengan diameter tertentu dan jarak tertentu hingga mempunyai kolomkolom kapur di dalam tanah, sistem ini lebih dikenal dengan nama lime-column. Limecolumn ini biasanya digunakan di tempat yang lapisannya tanah lunaknya sangat tebal.
Dua sistem stabilisasi dengan kapur yang diuraikan diatas sudah sangat umum digunakan
dan hasilnya sangat memuaskan.
Stabilisasi dengan menggunakan semen sering kali diterapkan hanya saja harga
semen terlalu mahal sehingga kalau terpaksa harus dipakai semen maka lapisan lempung
lunak yang distabilisasi sangat tipis. Tetapi keadaan ini kurang memberikan hasil yang
memuaskan karena lapisan yang tipis tersebut tidak mampu untuk meneruskan beban yang
dipikulnya ke lapisan tanah lunak dibawahnya secara merata, selain itu lapisan tanah yang
daya dukungnya meningkat karena stabilisasi juga sangat tipis. Sebagai akibatnya, akan
terjadi differential settlement yang cukup signifikan yang dapat menyebabkan kerusakan
2
konstruksi di atasnya, keadaan ini bisa ditanggulangi dengan memasang perkuatan tanah
yang berada di bawah lapisan yang distabilisasi untuk meningkatkan daya dukung tanah
dasar secara keseluruhan.
Selain dua jenis kapur diatas, sebetulnya ada jenis gypsum yang merupakan hasil
limbah perusahaan pupuk, hanya saja jenis gypsum ini masih sebatas digunakan sebagai
pengisi (filler) saja. Padahal jumlah material kapur gypsum yang tersedia sangat banyak
dimana berdasarkan informasi dari perusahaan pupuk PT. Petrokimia Gresik, limbah
gypsum yang dihasilkan adalah sebesar 250.000 ton/tahun. Kalau kapur gypsum exPetrokimia Gresik ini dibiarkan maka akan menumpuk menjadi bukit dan akan mencemari
lingkungan dan air tanah. Hasil analisa Laboratorium Uji Kimia Bio Proses dan
Laboratorium PT. Petrokimia Gresik menunjukkan bahwa kandungan gypsum dalam
kapur ex-Petrokimia Gresik ini cukup besar dan aman bagi lingkungan, hanya saja, limbah
ini menjadi berbahaya apabila jumlahnya melebihi ambang batas normal.
Dengan demikian apabila kapur gypsum Limbah PT.Petrokimia Gresik tersebut
dapat digunakan untuk stabilisasi tanah lempung lunak sebagai alternatif dari kalsium
hidrosikda (Ca(OH)2), maka akan diperoleh 2 (dua) manfaat sekaligus yaitu
menanggulangi limbah industri yang jumlahnya berlebih dan memperoleh bahan
pengganti semen dan kapur untuk stabilisasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka
permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sifat fisik tanah sebelum dan sesudah distabilisasi.
2. Bagaimana pengaruh penambahan kapur gypsum ex-Petrokimia Gresik terhadap
pemadatan (Proctor Standard), CBR soaked dan kuat tekan bebas untuk kondisi
sebelum dan sesudah distabilisasi.
3. Berapa besarnya prosentase optimum kapur gypsum ex-petrokimia Gresik terhadap
tanah lempung lunak dalam hal peningkatan parameter fisik dan mekanis tanah.
4. Bagaimana perubahan deformasi, tegangan tanah setelah tanah diperbaiki dengan
kapur gypsum yang dimodelkan pada jalan raya dan dibantu dengan program plaxis.
1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan Proyek Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sifat fisik dan mekanis tanah sebelum dan sesudah di stabilisasi.
2. Mengetahui pengaruh penambahan kapur gypsum terhadap pemadatan (proctor
standard), CBR rendaman (CBR soaked),hasil test kuat tekan bebas untuk kondisi
sebelum dan sesudah distabilisasi.
3. Mengetahui Prosentase optimum kapur gypsum ex-petrokimia Gresik terhadap tanah
lempung lunak dalam hal peningkatan parameter fisik dan mekanis tanah.
4. Mengetahui perubahan deformasi, tegangan tanah setelah tanah diperbaiki dengan
kapur gypsum yang dimodelkan pada jalan raya dan dibantu dengan program plaxis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian laboratorium dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
perubahan sifat fisik dan mekanis tanah sebelum dan setelah distabilisasi dengan kapur
gypsum.
2.1 Studi Yang Pernah Dilakukan
Stabilisasi tanah dengan menggunakan semen dikenal dengan nama cementtreated-ground. Semen yang dicampurkan pada lempung lunak ini berfungsi untuk
mengisi pori-pori tanah dan menyerap air yang ada di dalamnya, semen tersebut kemudian
mengikat butiran lempung dan mengeras sehingga menghasilkan struktur butiran yang
lebih stabil. Selain itu juga digunakan kapur untuk stabilisasi, jenis kapur yang umum
digunakan adalah kapur hidup CaO (quick lime atau kalsium oksida) dan kapur mati
Ca(OH)2 (slake lime atau kalsium hidrosikda). Stabilisasi dengan menggunakan semen
maupun kapur tersebut pernah diteliti oleh Sudjanarko Sudirham.
2.2 Material
Material utama yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Tanah
Tanah dasar merupakan permukaan tanah yang sudah disiapkan, yang mana
pekerjaan selanjutnya dari pembangunan jalan akan dilakukan. Tanah yang cocok
untuk pengujian sebelum penghalusan, sesuai dengan persyaratan-persyaratan di
AASHTO. Tanah harus bebas dari benda / zat organik yang bisa mengganggu hidrasi
kapur gypsum.
2. Kapur gypsum ex-Petrokimia Gresik.
Kapur gypsum (CaSO4) yang digunakan adalah merupakan hasil limbah perusahaan
pupuk PT.Petrokimia Gresik.
3. Air.
Air yang digunakan dalam pekerjaan harus air tawar dan bebas dari endapan, zat
organik, minyak, sulfat, NaCL dan larutan atau benda-benda kecil yang mungkin
dapat merusak komposisi campuran pada proses pengujiannya. Air yang digunakan
juga harus memenuhi standard persyaratan-persyaratan, salah satunya persyaratan di
AASHTO T 26.
2.2 CAMPURAN CAMPURAN dan PEMERAMAN
Bahan yang digunakan untuk stabilisasi tanah dasar yaitu kapur gypsum exPetrokimia Gresik. Prosentase kapur yang digunakan adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50%
dan 60% terhadap berat kering tanah. Pemeraman dilakukan dalam skala waktu 0.5, 1.5, 2,
2.5dan 3 bulan.
2.3 KLASIFIKASI TANAH
Sistim klasifikasi tanah adalah cara untuk menentukan jenis tanah sehingga
diperoleh gambaran secara singkat tentang sifat sifat umum tanah. Ada dua cara yang
paling umum untuk menentukan klasifikasi tanah , yaitu dengan cara AASHTO dan cara
5
USCS. Namun dalam pembahasan ini digunakan sistim klasifikasi USCS. Seperti yang
terlihat dalam tabel 2.1 dan tabel 2.2
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi tanah cara AASHTO
Derajat
%, Batas cair, LL
%, Index plastis, PI
Non Plastis
Plastisitas rendah
< 35
<1
1-7
Plastisitas sedang
35 - 50
7 - 17
Plastisitas tinggi
50 - 70
17 - 35
Sangat Plastis
Plastis Total
70 - 90
> 90
35 - 50
> 50
PI
% tanah yang 2m 5
% tanah yang < 2 m didapat dari test Hidrometer.
tersebut kemudian diplot pada grafik hubungan antara
(finer than 0.002) yang diperkenalkan oleh Seed (1962)
Dari grafik tersebut kemudian tingkat aktifitas dari
diketahui.
A=
Gambar 2.1. Classification chart for swelling potential ( after seed, et al, 1962 )
2.6 KEKUATAN GESER TANAH
Percobaan kekuatan tekan bebas dimaksudkan terutama untuk tanah lempung atau
lanau. Percobaan ini dipakai untuk mengukur Uncofined Compressive Strength dari
tanah. Sehingga dapat ditentukan harga Cu nya (Undrained Cohession). Kekuatan geser
dapat ditentukan langsung dari nilai kekuatan Unconfined.
Kalau qu = unconfined compressive strength
Maka Cu = qu / 2
Cu = kekuatan geser undrained
Perhitungan daya dukung untuk tanah lempung hampir selalu didasarkan pada
pengukuran Undrained Shear Strength . Lempung tersebut dianggap mempunyai harga
Cu dan = 0, maka besar kekuatan geser tanah ( Su ) adalah sama dengan besar kohesi
tanah keadaan undrained (Su = Cu + tan ). Dengan bantuan tabel 2.4 akan diketahui
konsistensi tanah yang di test.
Tabel 2.4. Perkiraan harga kekuatan geser dari tanah lempung ( Braja M. Das, 1982 )
Su
Konsistensi
Very soft
Lb/ft
0 500
Kg/cm
0 0.25
Soft
500 1000
0.25 0.50
Medium
1000 2000
0.50 1.00
Stiff
2000 4000
1.00 2.00
Very Stiff
4000 8000
2.00 4.00
Tahapan yang ada dalam program ini terdiri dari 4 macam yaitu :
1. Plaxis input : tahapan dimana pengguna memodelkan keadaan realistis daripada
struktur yang dianalisa. Seperti geometri model, parameter-parameter umum tanah,
kondisi awal tanah dan lain-lain. Tahap tersebut menjadi tahapan kritis karena sangat
mempengaruhi tahapan-tahapan selanjutnya.
2. Plaxis calculation : setelah semua input dimasukkan maka pengguna dapat melakukan
running program melalui tool ini untuk mendapatkan output yang dikehendaki
nantinya.
3. Plaxis Output : tool ini berguna untuk melihat hasil output yang dihitung dalam tool
calculation.
4. Plaxis Curve : untuk melihat hasil output yang berupa kurva-kurva seperti StressStrain diagram, lintasan tegangan (Stress Path), kurva beban Vs perpindahan (Load Vs
Displacement curve). Sehingga output dapat disajikan dengan lebih menarik dan lebih
mendetail.
2.8 PROPERTI MATERIAL
Pada prinsipnya, semua parameter model material pada Plaxis dimaksudkan untuk
merepresentasikan respons efektif tanah seperti pada hubungan tegangan-regangan pada
bagian tanah. Bagian penting pada tanah adalah adanya air pori yang sangat mempengaruhi
tegangan efektif tanah. Untuk memodelkan hubungan antara tanah dengan air ini pada Plaxis
dapat dimodelkan menjadi 3 tipe seperti di bawah ini :
1. Drained Behaviour : dengan menggunakan fitur ini maka tidak ada tekanan pori
berlebih (excess pore pressure) yang digenerate. Tipe ini merupakan contoh untuk
tanah kering dan juga pengaliran yang penuh akibat permeabilitas yang besar (tanah
pasir) dan atau tingkat pembebanan yang rendah.
2. Undrained Behaviour : fitur ini merupakan pengembangan penuh dari tekanan pori
berlebih (excess pore pressure). Aliran air pori seringkali dapat diabaikan karena
permeabilitas yang rendah (lempung) dan intensitas beban yang tinggi.
3. Non-porous Behaviour : fitur ini merupakan tekanan pori berlebih (excess pore
pressure) dan tekanan awal (initial pressure) akan diperhitungkan pada cluster
sekitarnya. Aplikasi ini dapat digunakan untuk memodelkan beton, batuan, dan
perilaku struktural lainnya. Non-porous behaviour biasanya digunakan dengan
kombinasi linier elastic model.
Untuk sifat-sifat tanah yang harus di masukkan kedalam Plaxis adalah sebagai berikut :
1. Berat kering dan basah (dry dan wet) : berat kering dan basah ini digunakan untuk
menghitung total berat unit dari masa tanah termasuk material pada pori tanah.
2. Permeabilities (Kx & Ky) : parameter ini menggunakan satuan kecepatan (panjang per
unit waktu).
3. Modulus Young : Plaxis menggunakan Modulus Young sebagai modulus kekakuan
dasar pada elastis model dan Mohr-Coulomb model. Modulus kekakuan mempunyai
dimensi tekanan. Harga parameter kekakuan yang diambil pada penghitungan
memerlukan perhatian yang besar seperti material yang mempunyai ketidaklinieran
perilaku pada awal pembebanan. Pada mekanika tanah slope awal mengindikasikan Eo
dan modulus secant pada 50% kekuatan tanah adalah E50.
10
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Penelitian ini adalah bersifat eksperimental, yang dilakukan di Laboratorium. Setelah
diperoleh hasil laboratorium, dilakukan 2 macam analisa ; (1) analisa pengaruh penambahan
kapur gypsum terhadap peningkatan parameter fisik dan mekanis untuk kondisi sebelum dan
sesudah di stabilisasi, (2) analisa simulasi kestabilan tanah dasar dengan program bantu
plaxis. Penelitian laboratorium yang dilakukan adalah serangkaian kegiatan melalui beberapa
tahap pelaksanaan sebagai berikut :
a) Sampel tanah yang digunakan adalah tanah permukaan undisturbed dan disturbed.
b) Mencari parameter fisik dan mekanis dari sampel tanah tersebut dengan tes
volumetri/gravimetri, Atterberg Limits, standard proctor, CBR dan kuat tekan bebas
(unconfined test) sebelum di stabilisasi
c) Melakukan proses pencampuran dengan kapur gypsum ex-Petrokimia Gresik.
d) Mencari parameter fisik dan mekanis dari sampel tanah tersebut dengan tes
volumetri/gravimetri, Atterberg Limits, standard proctor, CBR dan kuat tekan bebas
(unconfined test) sesudah di stabilisasi
3.2 Langkah-langkah Penelitian
Untuk mendapatkan hasil-hasil penelitian yang sesuai dengan harapan, maka diperlukan
langkah-langkah yang tepat, sehingga setiap pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan
lancar. Jenis pengujian dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini secara
sistematik ditunjukkan pada diagram alir penelitian yaitu Gambar 3.1.
Uraian lebih rinci diagram alir penelitian dapat dijelaskan seperti berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Tahap Persiapan
12
PERSIAPAN PENELITIAN
PEKERJAAN LAPANAGAN
(pengambilan sample di Perumdos ITS blok T Sukolilo
PEKERJAAN LABORATORIUM
(SESUDAH DISTABILISASI
Tanah+Kapur gypsum+air
PEKERJAAN LABORATORIUM
(SEBELUM DISTABILISASI
Tanah asli lapanagan
10% G + 90% T
20% G + 80% T
30% G + 70% T
40% G + 60% T
50% G + 50% T
60% G + 40% T
Pengujian Laboratorium
Pengujian Volumetri-Gravimetri
dan Atterberg Limits
Keterangan :
G = Kapur Gypsum
T = Tanah lempung
SELESAI
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DATA HASIL PERCOBAAN
4.1.1. DATA TANAH
Pada penelitian ini, pengambilan sample tanah dilakukan pada kawasan perumahan
dosen Blok T ITS Sukolilo. Jenis contoh tanah yang yang diambil adalah undisturbed dan
disturbed sample. Sample undisturbed diambil dengan tabung Shelby pada kedalaman 1
meter.
4.1.2 DATA LABORATORIUM
14
Kedalaman 1 meter
2,394
Hidrometer Test
Maksud dari percobaan ini dalah untuk menentukan gradasi butiran dari tanah
berbutir halus. Data hasil percobaan hidrometer yang dilakukan disajikan pada Gambar 4.2
15
Tanah asli +Gypsum 20 %. Data hasil percobaan yang dilakukan disajikan pada
Gambar 4.5
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Djatmiko Soedarmo, G,Ir. dan J. Edy Purnomo, S,Ir.1997.Mekanika Tanah 1,
Yogyakarta, Kanisius
2. Djatmiko Soedarmo, G,Ir. dan J. Edy Purnomo, S,Ir.1997.Mekanika Tanah 2,
Yogyakarta, Kanisius
3. Sosrodarsono, Suyono, Ir. Dan Nakazawa, Kazuto. 1983.Mekanika tanah dan teknik
pondasi, Jakarta, P.T. Pradnya Paramita
4. Terzaghi,Karl dan B. Peck, Ralph. 1993.Mekanika tanah dalam praktek
rekayasa,Jakarta,Erlangga
5. M. Das, Braja.1985. Mekanika Tanah 1 (prinsip-prinsip rekayasa geoteknis),
Jakarta,Erlangga
6. M. Das, Braja.1985. Mekanika Tanah 2 (prinsip-prinsip rekayasa geoteknis),
Jakarta,Erlangga
7. Sudirham, Sudjanarko.2010. Penelitian perbandinagn penggunaan semen Pc dan
kapur sebagai bahan additive untuk stabilisasi tanah lempung.
17