Anda di halaman 1dari 5

BAB

PENDAHULUAN

I
Minggu I, Pertemuan ke-1
I. Pendahuluan

a. Tujuan Instmksional Khusus:


Tujuan Instruksi Khusus (TIK) :
1. Membuat mahasiswa tertarik mempelajari Hukum Internasional
yang berkaitan dengan masalah-masalah keseharian;
2. Membuat

sadar

mahasiswa

arti

penting

studi

Hukum

Internasional;
3. Membuat mahasiswa mengerti dasar-dasar Hukum Internasional.

b. Penjelasan singkat materi kuliah:


Pada kuliah pendahuluan ini berisikan informasi-informasi tentang tata
cara perkuliahan, sistem absensi dan tata cara penilaian baik penilaian mid
semester dan akhir semester serta para dosen yang akan memberikan materi
kuliah. Disamping itu, mahasiswa diberitahu tentang referensi wajib dan
tambahan mengenai Hukum Internasional yang akan digunakan selama
perkuliahan.
Pada pertemuan pertama ini kasus-kasus aktual yang berdimensi hukum
internasional contohnya invasi Amerika Serikat ke Irak pada bulan Mei,
pemulangan TKI dari Malaysia serta penganiyaan terhadap mereka, lepasnya
Timor-Timur dari Indonesia, lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan serta isu
lepasnya Pulau Sebatik di Kalimantan Timur menjadi milik Malaysia akan
disajikan untuk mengugah minat mahasiswa akan arti penting studi Hukum
Internasional. Penyajian akan ditunjang dengan peragaan foto-foto yang
relavan dengan fakta-fakta di atas dan disertai pemutaran film dokumeter
tentang invasi AS ke Irak melalui bantuan alat multimedia.
Setelah itu, mahasiswa diajak untuk memikirkan apa yang dimaksud
dengan hakikat Hukum Internasional, ontologinya (obyek studi) dalam
praktek kontemporer baik menurut pengertian mereka maupun pendefinisian
yang diterima oleh masyarakat internasional. Dengan pengertian yang
diberikan, mahasiswa diajak berdialog dengan membandingkan eksistensi

Hukum Internasional dengan hukum nasional Indonesia yang berisi


persamaan dan perbedaanya.

II. Penyajian Materi


a. Abstraksi singkat
Pertama-tama Bab ini akan memberikan contoh kenapa invasi
Amerika beserta sekutunya (the coalition of the willings) terhadap Irak
(axis of evil) melanggar Hukum Internasional. Pertama, dasar hukumnya
berdasarkan ketentuan mengenai permulaan permusuhan internasional
berdasarkan Konvensi Den Haag 1907 dan kedua, doktrin pengunaan
kekerasan bersenjata berdasarkan Piagam PBB yang hanya boleh
digunakan sebagai alat pertahanan diri dikaitkan dengan alasan Amerika
yang menyatakan doktrin pre-emptive strikenya.
Contoh kedua adalah pemulangan TKI dari Malaysia. Hak dan
kewajiban apa yang timbul dari kasus tersebut bagi Indonesia dan
Malaysia. Indonesia wajib melindungi warga negaranya berdasarkan
yurisdiksi nasional pasif dan perlindungan terhadap TKI, Indonesia juga
terikat dengan ketentuan dalam Konvensi ILO yang mengatur tentang
perlindungan TKI yang bekerja di negeri (Malaysia). Bagi Malaysia,
kajadian ini bisa menimbulkan pertanggungjawaban negara apabila telah
terjadi pelanggaran hak asasi manusia dalam perlindungan orang asing
(Indonesia) yang bekerja di negaranya.
Contoh ketiga adalah lepasnya Timor-Timur dari Indonesia.
Berdasarkan status masuknya Tim-Tim ke Indonesia maka telah terjadi
pelanggaran karena proses yang terjadi tidak melalui pelaksanaan hak
penentuan nasib sendiri oleh rakyat Tim-Tim sehingga cara yang
ditempuh Indonesia adalah dengan mengunakan aneksasi atas Tim-Tim.
Titik balik lepasnya Tim-Tim adalah pada tahun 1999 ketika PBB
memutuskan melalui Dewan Keamanan dengan resolusi 1264 yang
menyatakan Tim-Tim sebagai "non self governing territory" yang berhak
menentukan nasib sendiri (referendum) yang diterima baik oleh Tim-Tim,
Indonesia dan masyarakat Internasional.
Contoh keempat adalah lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan serta
isu lepasnya Pulau Sebatik di Kaliman tan Timur sebagai akibat langsung

dari lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan. Masalah utamanya adalah


lemahnya pelaksanaan kontrol efektif dari Pemerintah Indonesia atas
wilayah daratan yang belum berpenghuni dimana pelaksanaan fungsi
administratif terhadap pulau-pulau tidak dilaksanakan secara baik dan
efektif. Dengan demikian, kontrol efektif menjadi alasan utama mengapa
Mahkamah Internasional mengambil keputusan atas Pulau Sipadan dan
Ligitan.

b. Materi
b.1. Pengertian dan Istilah Hukum Internasional
Hukum Internasional memiliki istilah yang bermacam-macani
karena pendekatannya berbeda satu dengan yang lain. Istilah yang lazim
dipakai adalah International Law, the Law of Nations, Droit Internationale,
dan Hukum Antar Bangsa. Namun demikian secara singkat pengertian
Hukum Internasional lebih banyak diterima karena alasan netralitas aspek
hubungan

antar

subyek

hukumnya

Hukum

Internasional

adalah

sekumpulan aturan hukum baik yang tertulis atau pun tidak yang
dipertahankan oleh masyarakat intemasional (Istanto, 1994: 2-3; Shaw,
2003: 5-6).
Secara operasional, studi Hukum Internasional dibedakan menjadi
2 yaitu studi Hukum Internasional Publik dan Hukum Internasional Privat.
Perbedaan diantara keduanya adalah terletak pada obyek pengaturan
dan yurisdiksi berlakunya hukum atas perbuatan, orang dan benda.
Hukum Perdata Internasional (HPI) adalah studi Hukum Internasional
yang

mengatur

hubungan

hukum

antar

individu

dalam

bidang

keperdataan yang tunduk pada berlakunya hukum yang berbeda,


sedangkan Hukum Internasional Publik berbeda dengan HPI karena
pemberlakuan hukumnya dilaksnakan oleh eksternal power atau
yurisdiski yang diatur oleh Hukum Intemasional itu sendiri (Istanto, Ibid).

b.2. Perbedaan Hukum Intemasional dan Moral Intemasional


Dalam

aplikasi

akademis,

Hukum

Intemasional

banyak

diargumentasikan hanya lah Moral Intemasional karena tidak ada badan


hukum (legislatif) yang membuat aturan Hukum Intemasional dan

pelaksana serta penegak Hukum Intemasional (fungsi eksekutif dan


legislatif). Austin adalah tokoh pemikir tersebut. Saat ini gejolak dan
jurisprudensi invasi AS dan sekutunya terhadap Irak merupakan bukti
nyata pendapat tersebut karena masyarakat internasional tidak bisa
berbuat apa-apa terhadap negara adidaya sehingga pemberlakuan
Hukum Intemasional identik dengan Moral Internasional karena tidak bisa
dipertahankan oleh eksternal power dari masyarakat internasional.
Namun demikian dalam studi Hukum Internasional pendapat
bahwa Hukum Internasional itu hanya lah Moral Intemasional memiliki 2
kelemahan-kelemahan

mendasar.

mengenal

hukum

eksistensi

Pertama,

kebiasaan

Hukum

internasional

Internasional
(customary

international law) yang timbul dalam tata pergaulan internasional yang


keberadaannya diperthankan oleh masyarakat internasional juga. Kedua,
jika Hukum Internasional adalah moral internasional saja, maka
eksistensinya sama dengan teori bahwa hukum hanyalah kekuasaan
belaka yaitu siapa yang kuat dialah yang menang, padahal dalam tertib
hukum internasional hukum digunakan untuk sarana kontrol terhadap
pencapaian bersama (common goals) masyarakat internasional.

b.3. Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional


Dasar pertanyaan yang dapat diajukan adalah apakah hubungan
antara Hukum Internasional dengan Hukum Nasional, apakah Hukum
Internasional itu merupakan satu sistem dengan Hukum Nasional,
manakah yang lebih diutamakan bila terjadi pertentangan antara Hukum
Internasional dan Hukum Nasional dan apakah Hukum Internasional daya
berlakuanya secara otomatis dalam Hukum Nasional suatu negara
(Istanto, Ibid; Shaw, Ibid).
Hubungan hukum antara Hukum Internasional dengan Hukum
Nasional terdapat dua konsep dasar yaitu aplikasi konsep monisme dan
dualisme. Konsep monisme menyatakan bahwa Hukum Intemasional
adalah dua aspek dari satu sistem hukum yang keberadaanya adalah
harus ada satu dengan lain berdasarkan siapa subyek studi Hukum
Intemasional yaitu individu. Konsep dualisme menyatakan bahwa Hukum
Intemasional dan Hukum Nasional adalah dua sistem yang berbada

secara intrinsik tentang yurisdiksi berlakunya kedua hukum tersebut.


Jika terjadi pertentangan diantara keduanya, kedua konsep
memberikan alternative solusi yang berbeda Monisme menyatakan
bahwa urutan fundamental atau postulat dasamya harus menjadi tolok
ukur pengutamaan. Konsep dualisme menyatakan bahwa Hukum
Intemasional harus diutamakan.

b.4. Abstraksi Penajaman Materi (Pertanyaan Komunikatif)


Setelah mempelajari hakikat Hukum Intemasional (dasar hokum
Intemasional) maka dapat diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu mahasiswa:
1. Banyak artis dan aktor kita kawin dengan orang asing (bule) atau
sebaliknya sama-sama aktor dan aktris Indonesia melakukan
perkawinan di Luar Negeri. Contohnya adalah Nia Zulkarnain
nikah dengan Ari Sihasale di Perth Australia pada bulan Maret
2004, apakah pemikahan mereka sah menurut hukum Indonesia
dan masuk dalam bidang studi apakah peristiwa tersebut?
2. Setujukah Anda bahwa Hukum Intemasional itu hanya Moral
Intemasional dalam kasus Invasi AS ke Irak?
3. Pelanggaran

berat

HAM

di

Timor-Timur

oleh

masyarakat

Intemasional akan diajukan pada suatu Mahkamah Ad Hoc


Intemasional dengan mengadili para tersangka pelaku contohnya
Wiranto padahal Indonesia sudah melakukan penegakan hukum
dengan mengadili melalui pengadilan HAM ad hoc. Hukum
manakah yang harus didahulukan, Hukum Intemasional ataukah
Hukum Nasional?

Anda mungkin juga menyukai