Anda di halaman 1dari 1

DISKUSI

Menurut beberapa literatur hidrolisis sukrosa akan menghasilkan D-glukosa


dan D-fruktosa. Sukrosa memiliki putaran optic yaitu +66.5 derajat, jika dihidrolisis
maka akan ada campuran D-glukosa dan D-fruktosa dengan campuran yang sama, dan
akan mengalami perubahan putaran optic. Campuran keduanya dalam gula invert
mempunyai sifat memutar bidang polarisasi ke kiri. Hal ini disebabkan karena adanya
pencampuran anomer glukosa, sedangkan fruktosa lebih kuat dalan reverorotatory
(pemutaran ke kiri). Jadi semakin lama varian waktu yang digunakan dalam percoban,
sudut putar optic yang dihasilkan seharusnya semakin menurun dari t-0. Akan tetapi,
hasil sudut putar yang dihasilkan dari percobaan tidak sesuai dengan teoritis.

Kesalahan dalam percobaan ini dapat dikarenakan kesalahan dalam membaca


skala larutan sukrosa. Dimana menurut beberapa literatur, dengan menggunakan
polarimeter untuk menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan karena itu digunakan
apa yang disebut setengah bayangan (bayangan redup). Untuk mencapai kondisi ini,
polarizer diatur sedemikian rupa sehingga setengah bidang polarisasi membentuk
sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi lainnya. Akibatnya skala
lingkar pada polarimeter memberikan pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan
ditengah terang. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang tersebut,
adalah posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitas kedua medan sama.

Akan tetapi, dari percobaan yang telah dilakukan skala putar yang diamati
bukan skala lingkar yang membentuk pemadaman pada kedua sisi (skala lingkar gelap
terang gelap), melainkan skala lingkar yang membentuk terang terang terang.
Sehingga ini menimbulkan pembacaan skala yang tidak sesuai dengan teori.

Dalam proses pembacaan skala juga tidak disesuaikan dengan arah putar
analyzernya. Sehingga tidak diketahui dengan pasti skala yang terbaca itu
perputarannya negatif ataukah positif. Selain itu, juga dapat dikarenakan kesalahan
data.

Anda mungkin juga menyukai