Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI PROGRAM PERSAUDARAAN MADANI DI KOTA KENDARI, STUDI

KASUS ASPEK LAPANGAN KERJA


The Implementation of Civil Society Brotherhood program in Kendari Cityy; A
Case Study in Work Field Aspect
Amran Alimuddin, Sulaiman Asang dan Badu Ahmad
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi program persaudaraan madani
di Kota Kendari menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi program
Persaudaraan Madaniyang berkaitan dengan aspek Lapangan kerja. Penelitian ini bersifat
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari Propinsi Sulawesi tenggara.Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi wawancara, dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi program persaudaraan
madani yang berkaitan dengan aspek lapangan kerja dilakukan melalui tahap sosialisasi,
pendataan penduduk mampu dan tidak mampu, penjualan profil dan penandatanaganan akta
persaudaraan, dan tahap pemantauan dan pengawasan. Pelaksanaan tahap-tahap tersebut
dipengaruhi oleh faktor komunikasi, sumberdaya, struktur birokrasi, disposisi, dan partisipasi
masyarakat.Faktor yang memberikan dampak terbesar pada pelaksanaan program adalah
Partisipasi masyarakat dan sumber daya dimana faktor pasrtisipasi masyarakat ditandai dengan
rendahnya keterlibatan masyarakat Kota Kendari dalam menyukseskan program Persaudaraan
madani, dan faktor sumber daya yang ditandai dengan minimnya sarana pendukung dalam
pelaksanaan program persaudaraan Madani yang berdampak pada tidak maksimalnya
pelaksanaan disetiap tahapan implementasi program persaudaraan madani dalam aspek
lapangan kerja.
Kata Kunci : Implementasi, persaudaraan madani, aspek lapangan kerja.

ABSTRACT
The aim of research are to find out the implementation process of civil society brotherhood in
Kendari City in the aspect of work place and to analyze the factors affecting the the
implementation process of civil society brotherhood program in Kendari City in the aspect of
work place. The research was a qualitative study conducted in Kendari City of South East
Sulawesi Profince. The methods of obtaining the data were interview, documentation and
observation. The data were analyzed by using descriptive narratuve analysis. The results reveal
that the implementation process of civil society brotherhood program in Kendari City in the
aspect of work place consists of several steps. They are socialization, census for wealthy and
poor people, profile selling and the signing of memorandumof understanding (MOU), and
monitoring and controlling steps. These levels are influenced by communication, resources,
governmental structure, disposition, and community involvement. Meanwhile, community
involvment and resources are the most prominent factors affecting the implementation of the
program. The former is indicated by the low involvment of community of Kendari City and the
latter is indicated by the limited supporting facilities in the implementation of the program. These

factors affech each steps in the implementation of civil society brotherhood program in the
aspect of work place
Key Words : Implementation, Civil Society Brotherhood, Working Field Aspect

PENDAHULUAN

bertujuan meningkatkan iklim usaha yang


kondusif dan adil bagi semua pelaku dalam
mengembangkan perekonomian kota yang
berbasis
pada
ekonomi
kerakyatan,
pengentasan kemiskinan dan pengangguran.
Tingginya jumlah angka kemiskinan di
Kota
Kendari
mendorong
pemerintah
melahirkan
kebijakan
unggulan
yang
bersentuhan langsung dengan kebutuhan
masyarakat yaitu Persaudaraan Madani
(Pemadani). Program ini digulirkan dengan
tujuan mewujudkan hubungan sosial yang
harmonis antar sesama warga kota serta
mengembangkan
pola
pemberdayaan
masyarakat miskin yang berdaya guna dan
berhasil
guna(http://persaudaraanmadani.blogspot.co
m)
Program
persaudaraan
madani
merupakan programpemberdayaan dengan
model mempersaudarakan keluarga mampu
dengan keluarga yang kurang mampuuntuk
diangkat derajatnya menjadi lebih baik melalui
pola pemberdayaanyang di klasifikasikan
kedalam empat aspek dan tertuang dalam
Perwalikota Kendari No. 17 Tahun 2008
dimana aspek tersebut terdiri dari : aspek
lapangan Kerja, Perumahan, Pendidikan dan
mental spiritual, dan aspek Pembinaan
Rumah Tangga.
Dimasukkannya
lapangan
kerja
kedalam salah satu aspek pemberdayaan
program Pemadani menjadi sangat tepat
dikarenakan
oleh
tingginya
angka
pengangguran di Kota Kendari yang
membutuhkan lapangan kerja. Berdasarkan
data yang diperoleh, jumlah pengangguran di
Kota Kendari yang terdaftar tahun 2010
berjumlah 19.378 orang terdiri 10.734 laki-laki
dan 8.644 perempuan dari total jumlah
penduduk Kota Kendari sebesar 289.468 jiwa.
Jumlah pengangguran tersebut kebanyakan
berasal dari jenjang pendidikan strata satu

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor


32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
berimplikasi
pada
penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan
di
setiap
daerah
Kabupeten/Kota di Indonesia
Melalui otonomi, daerah akan lebih
mandiri dalam menentukan kegiatannya tanpa
ada intervensi dari pemerintah pusat,dan
daerah diharapkan mampu melakukan
identifikasi sumber-sumber pendapatan dan
mampu menetapkan belanja daerah secara
efisien, efektif, dan wajar serta mampu
menyelesaikan masalahnya di wilayahnya
sendiri, utamanya kemiskinan.
Kemiskinan yang menjadi masalah
kronis diseluruh daerah diindonesia memicu
lahirnya Undang-undang No. 11 tahun 2009
tentang kesejahteraan sosial yang dengan
jelas menginstruksikan kepada pemerintah
daerah
agar
melaksananakan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang
meliputi rehabilitasi sosial, Jaminan sosial,
Pemberdayaan sosial, dan Perlindungan
sosial.
Kondisi
tersebut
menggiring
pemerintah untuk melahirkan berbagai
program pemberdayaan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai salah satu daerah di
Inodnesia, Kota Kendari yang memiliki jumlah
penduduk 289.468 jiwa (sensus penduduk
2010), ternyata juga memiliki tingkat
kemiskinan yang masih tergolong tinggi,
kondisi tersebut membawa Ir. Asrun, M.Eng.
Sc. dan Musadar Mappasomba, SP, MP
selaku Walikota dan Wakil Walikota Kendari
untuk menjadikan masalah kemiskinan
sebagai salah satu agenda utama dalam
pembangunan, hal ini dapat dibuktikan dalam
penjabaran RPJMDKota Kendari tahun 20082012 yang salah satu kebijakan umumnya

atau sarjana dengan jumlah 8.973 orang


dikarenakan
oleh
kebanyakan
mereka
berkeinginan jadi pegawai dan karyawan
tanpa ada inisiatif untuk membuka lapangan
kerja
sendiri
sehingga
menimbulkan
penumpukan tingkat pengangguran di kota
kendari. (Dinsosnakertrans Kota Kendari
2010).
Berkenaan dengan aspek lapangan
kerja pada Program Madani tentunya tidak
memfokuskan pada penyediaan lapangan
kerja bagi masyarakat yang tidak bekerja tapi
tergolong mampu, melainkan pemberdayaan
dalam aspek lapangan kerja bagi keluarga
yang membutuhkan pekerjaan dan juga hidup
dalam kemiskinan, adapun kriteria miskin bagi
keluarga yang diberdayakan melalui aspek
lapangan kerja pada Pemadani merujuk pada
kriteria rumah tangga miskin versi BPS.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh
jumlah penduduk miskin Kota Kendari
berjumlah 19.438 jiwa dimana dari jumlah itu
terdapat 4.122 keluarga yang sangat miskin,
dan jumlah tersebut menjadi fokus dalam
program
pemberdayaan
dalam
aspek
lapangan kerja pada program pemadani.
Pelaksanaan
program
pemadani
dalam aspek lapangan kerja tentunya
membutuhkan perhatian yang maksimal dari
berbagai fihak agar dapat berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Hal tersebut mutlak dilakukan untuk
mencegah kegagalan dalam pencapaian
tujuan yang disebabkan oleh kekeliruan dari
tahapan pelaksanaan program.
Belajar dari pengalaman lain, banyak
program pemberdayaan yang dilahirkan yang
gagal. Kondisi tersebut dibuktikan oleh
pengamatan yang telah dilakukan oleh
berbagai lembaga kajian, seperti Indonesia
Family Live survey (IFLS) 2000 dan GDS
(Governence and Decentralization Survey
2002) yang mengkaji masalah pemicu dari
gagalnya program-program pemberdayaan
masyarakat di Sumatra Barat yaitu: (1).
Masalah sistem, atau lebih teknis lagi adalah
persoalan koordinasi dan monitoring. (2). Soal
pemahaman terhadap karakteristik kelompok
sasaran (orang miskin). (3). Mispersepsi
masyarakat tentang pemberian bantuan
yang disebabkan minimnya sosialisasi. (4).
Rendahnya komitmen pejabat birokrasi

pemerintah pada upaya penanggulangan


kemiskinan
Dalam usianya yang memasuki tahun
ke tiga, persaudaraan madani ternyata juga
menemui beberapa kendala yang terjadi di
lapangan sepeti alamat keluarga miskin yang
tidak jelas dan tidak adanya bentuk
pengawalan dari pihak pemerintah terkait
dalam hal ini BPM-PK secara langsung
tentang substansi dari persaudaraan madani
itu sendiri yakni pemberdayaan masyarakat
miskin yang berdaya guna dan berhasil guna.
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang ingin dijawab
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut
:
(1).
Bagaimana
proses
ImpelementasiProgram Persaudaraan Madani
di Kota Kendari dalam aspek lapangan kerja.
(2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi
implementasi program persaudaraan madani
dalam aspek lapangan kerja di Kota Kendari.
LANDASAN TEORI
A. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK
Studi Implementasi merupakan suatu
kajian mengenai studi kebijakan yang
mengarah pada proses pelaksanaan dari
suatu kebijakan. Banyak kebijakan yang baik,
yang mampu dibuat suatu pemerintah, baik
yang dirumuskan dengan menggunakan
tenaga ahli dalam negeri dari suatu negara
maupun dengan menggunakan tenaga ahli
dari luar negeri, tetapi kemudian ternyata tidak
mempunyai
pengaruh
apa-apa
dalam
kehidupan negara tersebut karena tidak
mampu dilaksanakan atau tidak dilaksanakan.
(Rakhmat, 2005:185)
Pengertian yang sangat sederhana
tentang implementasi diungkapkan oleh Jones
(1996), dimana implementasi diartikan
sebagai "getting the job done" dan "doing it".
tetapi di balik kesederhanaan rumusannya
implementasi kebijakan dimaknai sebagai
suatu proses kebijakan yang dapat dilakukan
dengan mudah, namun pelaksanaannya,
menuntut adanya syarat yang antara lain:
adanya orang atau pelaksana, uang dan
kemampuan organisasi atau yang sering
disebut dengan resources.
Selain pandangan Jones diatas yang
sederhana namun sarat makna, implementasi
juga dikemukakan oleh Jenkins dalam
3

Parsons (2006) yang menyatakan bahwa


studi implementasi adalah studi perubahan:
bagaimana perubahan terjadi,bagaimana
kemungkinan perubahan bisa dimunculkan.
Sedang alam pandangan Edwards (1980)
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh
empat variabel, yakni : (1) komunikasi, (2)
Sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) Struktur
Birokrasi. Keempat variabel tersebut juga
saling berhubungan satu sama lain.
Pandangan
lain
mengenai
implementasi kebijakan juga dikemukakan
oleh Merse dikutip oleh Anwar (2009)
mengemukakan
bahwa
implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut : (1) informasi; (2) isi
kebijakan; (3) dukungan masyarakat (fisik dan
non fisik) dan (4) pembagian potensi. Khusus
dukungan masyarakat berkaitan erat dengan
partisipasi masyarakat sebagai salah satu
stakeholder dalam proses pelaksanaan
program.
Penegasan Merse pada faktor yang
mempengaruhi implementasi menunjukkan
bahwa setiap implementasi kebijakan tetap
membutuhkan dukungan masyarakat atau
partisipasi masyarakat sebagai stakeholder.
B. PROGRAM PERSAUDARAAN MADANI.
Persaudaraan Madani merupakan
program Walikota Kendari sebagai bagian dari
penjabaran yang dihasilkan dari kombinasi
antara konsep bina spiritual dengan konsep
bina sosial ekonomi yang tertuang dalam
model pembangunan yang dijalankan oleh
pemerintah Kota Kendari saat ini.
Persaudaraan madani adalah wadah
kekeluargaan antara keluarga mampu dengan
keluarga yang tidak mampu, yang dilakukan
atas dasar kesadaran sosial yang tinggi, yang
memungkinkan keluarga yang memiliki
kemampuan ekonomi dapat mengangkat
derajat kehidupan saudaranya yang tidak
mampu melalui pola pemberdayaan yang
dilakukan secara ikhlas.
Secara umum program persaudaraan
madani bertujuan untuk :
Mewujudkan hubungan sosial yang harmonis
antar
sesama
warga
kota
dan
Mengembangkan
pola
memberdayaan
masyarakat miskin yang berdaya guna dan
berhasil guna (Perwalikota Kendari No. 17
Tahun 2008).

Sasaran utama yang ingin dicapai dari


program persaudaraan ini yaitu: (1).
Mempercepat pengentasan kemiskinan; (2).
Terciptanya hubungan sosial yang harmonis
antara sesama warga kota. (3). Menggugah
kepedulian warga mampu dalam membantu
saudaranya yang kurang mampu.
C. KONSEP LAPANGAN KERA
Proporsi penduduk bekerja menurut
lapangan pekerjaan merupakan angka yang
menunjukan distribusi/penyebaran penduduk
bekerja di setiap lapangan pekerjaan.
Berdasarkan tolak ukur yang digunakan pada
Sensus Penduduk 2000, yang dimaksud
dengan lapangan pekerjaan adalah bidang
kegiatan dari usaha/perusahaan/ instansi
dimana seseorang bekerja atau pernah
bekerja,dimana lapangan usaha/pekerjaan ini
dibagi dalam 10 golongan, terdiri dari 5 sub
sektor pertanian dan 5 sektor lainnya, yaitu:
(1) Sektor Pertanian, terdiri dari : Sub sektor
Pertanian Tanaman Pangan, Sub Sektor
Perkebunan, Sub Sektor Perikanan, Sub
Sektor Peternakan, dan Sub Sektor Pertanian
Lainnya, (2) Sektor Industri Pengolahan,
Sektor Perdagangan, Sektor Jasa, Sektor
Angkutan, Sektor lainnya.
Dalam mengkaji aspek lapangan kerja
pada program pemadani penulis juga
menyertakan konsep pendukung seperti
angkatan kerja dan tenaga kerja serta konsep
lain yang berhubungan dengan lapangan
kerja yang bertujuan untuk memberikan
kejelasan secara untuh mengenai urgensi
lapangan kerja dalam konteks program
pemadani yang memiliki sasaran pokok yaitu
mengurangi tingkat kemiskinan, diantaranya :
1. Angkatan kerja, adalah penduduk berusia
kerja, yaitu antara 15 tahun hingga 65
tahun, yang bekerja atau punya pekerjaan
tetapi sementara tidak bekerja dan mereka
yang tidak bekerja tetapi mencari
pekerjaan. (Data Statistik Indonesia 2005)
2. Tenaga kerja, UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan merumuskan
pengertian istilah Tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
Pengertian lain mengenai tenaga kerja
(manpower) dapat dilihat dari pengertian
4

tenaga kerja menurut statistik Indonesia


(2005), yaitu seluruh penduduk dalam usia
kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang
potensial dapat memproduksi barang dan
jasa.
3. Penduduk
bekerja
menurut
status
pekerjaan yang terdiri dari: (a). Berusaha
atau bekerja sendiri. (b). Berusaha dibantu
dengan buruh tidak tetap (c).Berusaha
dibantu
dengan
buruh
tetap,
(d).
Buruh/Karyawan/Pekerja
dibayar.
(e).Pekerja tidak dibayar (Data Statistik
Indonesia 2005)
Terbatasnya lapangan kerja yang
tersedia dan minimnya tingkat kreatifitas dan
kemauan berusaha dari angkatan kerja
melahirkan
angka
pengangguran,
berdasarkan
Data
Statistik
Indonesia
pengangguran diklasifikasikan atas 2 jenis
yaitu :
1. Pengangguran terbuka, bagian dari
angkatan kerja yang tidak bekerja atau
sedang mencari pekerjaan, atau sedang
mempersiapkan suatu usaha.
2. Setengah pengangguran, bagian dari
angkatan kerja yang bekerja di bawah jam
kerja normal (kurang dari 35 jam
seminggu).
Setengah
pengangguran
dibagi menjadi dua kelompok :
a) Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu
mereka yang bekerja dibawah jam kerja
normal dan masih mencari pekerjaan atau
masih bersedia menerima pekerjaan lain.
b) Setengah Penganggur Sukarela, yaitu
mereka yang bekerja di bawah jam kerja
normal tetapi tidak mencari pekerjaan
atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya
sangat besar. (Data Statistik Indonesia
2005)

mampu, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat,


Pengusaha, LSM, dan pejabat pemerintah
dari lingkup kecamatan dan kelurahan yang
menjadi lokasi penelitian, sementara itu data
sekunder diperoleh dengan melihat arsip dan
dokumen yang berhubungan dengan program
pemadani dalam aspek lapangan kerja.
Pengumpulan
data
dilakukan
melalui
Wawancara
mendalam,
Pengamatan/
observasi. Dan Studi Dokumentasi.Analisis
Data dengan metode analisis deskriptif
kualitatif, peneliti
menggunakan model
analisis interaktif dari Miles &Huberman
(1988). Selanjutnya untuk menguji keabsahan
data yang diperoleh, peneliti menggunakan
teknik triangulasi sumber guna menguji
keabsahan datanya.
HASIL PENELITIAN
A. Proses Implementasi program pemadani
dalam aspek lapangan kerja
Tahapan
Implementasi
program
Persaudaraan
madani
berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di deskripsikan
sebagai berikut :
1. Sosialisasi program Pemadani dalam
Aspek lapangan Kerja
Tahap awal pelaksanaannya program
Pemadani
diawali
dengan
sosialisasi
Peraturan Walikota Kendari No 17 Tahun
2008 melalui dua tahap yaitu tahap pertama
dimana pembuat kebijakan dalam hal ini
Walikota Kendari memberikan pemahaman
kepada pelaksana kegiatan yang akan
menjadi motor penggerak program Pemadani,
dan yang kedua adalah sosialisasi kepada
seluruh masyarakat Kota Kendari.
2. Pendataan Penduduk Mampu dan Tidak
mampu dalam Aspek Lapangan Kerja
Proses ke dua dari Implementasi
program
Pemadani
adalah
pendataan
Penduduk mampu dan Tidak mampu.
Pendataan ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa banyak penduduk kota kendari yang
berada dalam garis kemiskinan serta
penduduk yang memiliki tingkat kehidupan
yang mapan atau diklasifikasikan sebagai
penduduk mampu.
3. Penjualan profil dan Penandatanganan
kesepakatan persaudaraan dalam aspek
lapangan Kerja

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang
didesain
dalam
bentuk
penelitian
implementasi program dimana hasilnya akan
diuraikan dalam bentuk deskriptif kualitatif.
Penelitian dilakukan di Kota Kendari dan lebih
menfokuskan pada Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Kelurahan (BPMPK) Kota Kendari dan pada dua kecamatan
yaitu Kecamatan.Data primer dikumpulkan
dari informan yaitu Tim Mediasi, Walikota,
ikatan persaudaraan dari keluarga miskin dan
5

Tahap
ketiga
pada
proses
implementasi Program Persaudaraan madani
adalah penjualan profil keluarga miskin
kepada keluarga mampu, dan dilanjutkan
dengan penandatanganan akta persaudaraan.
Sebelum
Ikatan
persaudaraan
dilakukan diawali dengan proses penyajian
profil keluarga miskin yang telah disiapkan
yang merupakan wujud dari proses pendataan
yang dilakukan sebelumnya, dan dalam
proses ini dikenal dengan penjualan profil
kepada keluarga mampu. Apabila keluarga
mampu tertarik untuk melakukan ikatan
persaudaran maka keluarga diperkenankan
untuk memilih calon saudaranya.Pemilihan
yang dilakukan oleh keluarga mampu
dimaksudkan
agar
keluarga
mampu
mengetahui apa yang menjadi harapan
keluarga tidak mampu, dan apa yang perlu
mendapat perhatian dari keluarga miskin yang
kelak dijadikan saudaranya agar keluarga
mampu dapat memfasilitasinya melalui
mekanisme pemberdayaan.
4. Monitoring dan pengawasan Program
Pemadani dalam Aspek Lapangan Kerja
Berdasarkan kondisi dilapangan yang
diperoleh,
bentuk
pengawasan
atau
monitoring Program pemadani pada aspek
lapangan kerja adalah melakukan kunjungan
ke keluarga miskin dalam kurung waktu
tertentu dengan tujuan menggali informasi
mengenai ikatan persaudaraan keluarga
mereka dengan saudara angkatnya sejauh
mana
dampak
pemberdayaan
dalam
lapangan kerja yang ia dapatkan terhadap
pendapatan dan kehidupannya.
B. Faktor Yang Memperngaruhi Proses
Implementasi program pemadani dalam
aspek lapangan kerja
Berdasarkan hasil pengamatan dan
penelitian yang dilakukan, pelaksanaan
program Pemadani pada aspek lapangan
kerja di setiap tahapan pelaksanaannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

aspek lapangan kerja pada masyarakat.


Berdasarkan
hasil
pengamatan
yang
dilakukan, komunikasi pada keluarga miskin
yang memilih aspek lapangan kerja dalam
pemberdayaannya
masih
perlu
di
maksimalkan, hal tersebut disebabkan oleh
masih ditemukannya keluarga miskin yang
belum memahami secara jelas mengenai
arah, tujuan, dan bentuk pemberdayaan
Aspek lapangan kerja pada Program
Pemadani,
sehingga
mereka
memiliki
pemahaman yang keliru mengenai program
pemadani.
b. Pendataan Penduduk mampu dan tidak
mampu dalam aspek lapangan kerja
Selain
tahap
sosialisasi,
faktor
komunikasi
juga
mempengaruhi
tahap
implementasi
programkhususnya
dalam
pendataan penduduk mampu dan tidak
mampu pada aspek lapangan kerja. Dalam
pengamatan yang dilakukan dilapangan,
komunikasi yang tidak terbangun dilapangan
dengan baik justru terjadi oleh pemerintah
dalam berkoordinasi dengan instansi terkait
yang memiliki kompeten dan fungsi yang
sesuai bidang tugasnya masing-masing dalam
hal ini dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Sosial Kota Kendari.
Pendataan penduduk miskin khususnya
dalam aspek lapangan kerja seharusnya tidak
perlu
dilakukan,
sehubungan
dengan
dimilikinya
data
tersebut oleh
Dinas
NAKERTRANSOS Kota Kendari dan data
tersebut dapat diperoleh melalui koordinasi
antara kedua Dinas tersebut, namun pada
kenyataannya
koordinasi
itu
tidak
berjalandengan baik antara kedua bidang
tugas dilingkup Kota Kendari tersebut.
2. Sumber Daya
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan, pelaksanaan program pada aspek
lapangan kerja dipengaruhi oleh keterbatasan
sumber daya peralatan dan perlengkapan
seperti sarana pendukung pelaksanaan
kegiatan yang berdampak pada tidak
optimalnya
tiga
tahapan
pelaksanaan
kegiatan program dalam aspek lapangan
kerja, adapun tahapan yang dimaksud adalah
tahap sosialisasi, pendataan penduduk, dan
tahap monitoring dan pengawasan ikatan
persaudaraan dalam aspek lapangan kerja
3. Disposisi

1. Komunikasi
faktor komunikasi memberikan peranan
besar
pada
beberapa
tahap
dalam
pelaksanaan program diantaranya:
a. Tahap Sosialisasi dalam aspek lapangan
kerja
Faktor komunikasi juga mempengaruhi
proses sosialisasi program Pemadani dalam
6

Keberhasilan implementasi kebijakan dibanding dengan total keluarga sangat


bukan hanya ditentukan sejauh mana para miskin dan waktu pelaksanaan yang
pelaku kebijakan (implementors) mengetahui memasuki tahun ke 3.
apa yang harus dilakukan dan mampu
melakukannya, tetapi juga ditentukan oleh
KESIMPULAN DAN SARAN
kemauan para pelaku kebijakan tadi memiliki A. Kesimpulan
disposisi yang kuat terhadap kebijakan yang
Berdasarkanpembahasan hasil penelitian
sedang diimplementasikan (Edwards, 1980).
diatas, yang menjadi kesimpulan penulis
Sehubungan
dengan
pelaksanaan adalah :
program
pemadani,
faktor
disposisi 1. Tahap Pelaksanaan Program Pemadani
mempengaruhi dua tahapan pelaksanaan
dalam Aspek Lapangan kerja terdiri dari:
yaitu pendataan penduduk dan tahap
(a) Sosialisasi program Pemadani, (b)
monitoring
dan
pengawasan
program
Pendataan Keluarga Miskin dan Keluarga
pemadani.
mampu,
(c)
Penjualan
Profil
dan
Kedua tahapan tersebut dipengaruhi
penandatanganan akta persaudaraan, dan
olehSikap dari pelaksana program yang
(c) Monitoring dan Pengawasan.
cenderung tidak maksimal yang dipicu oleh 2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
minimnya dukungan pemerintah dalam
implementasi program Pemadani dalam
memfasilitasi sarana kegiatan yang memadai
aspek lapangan kerja yaitu :
yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
a. Faktor Komunikasi, dimana faktor
kegiatan.
tersebut memiliki peran besar dalam
4. Struktur Birokrasi
proses sosialisasi ditingkat pelaksana
Pada pelaksanaan Program Pemadani
dan sosialisasi kepada masyarakat serta
dalam aspek lapangan kerja ditemukan tahap
pada proses pendataan keluarga
yang pelaksanaannya belum efisien yang
mampu dan tidak mampu.
dipengaruhi oleh struktur birokrasi yaitu
b. Sumber daya, pada pelaksanaan
proses
penandatangananan
ikatan
program harus didukung oleh sumber
persaudraan yang harus dilakukan di Kantor
daya yang memadai, berkaitan dengan
Walikota Kendari denganmenghadirkan saksi
pelaksanaan program Pemadani sarana
dari pejabat lingkup pemerintah Kota. Kondisi
pendukung kegiatan sangat diperlukan
tersebut memberikan gambaran bahwa
demi
keberlangsungan
kegiatan
pelaksanaannya belum mencirikan kondisi
Sosialisasi, Pendataan dan Monitoring
yang efektif bahkan terkesan berbelit-belit dan
Program..
memberikan dampak negatif pada pencapaian
c. Disposisi, pendataan keluarga miskin
tujuan.
dan keluarga mampu serta kegiatan
5. Partisipasi Masyarakat
monitoring dan pengawasan sangat
Dari pengamatan yang dilakukan,
dipengaruhi oleh sikap pelaksana
pelaksanaan Program Pemadani dalam aspek
program.
lapangan kerja dipengaruhi oleh tingkat
d. Struktur
Birokrasi,
dalam
proses
partisipasi masyarakat yang tidak optimal, hal
penandatangan ikatan persaudaraan
tersebut dapat terlihat. pada tahap penjualan
dibutuhkan model yang lebih tepat dan
profil
dan
penandatanganan
ikatan
sederhana
karena
dampak
yang
persaudaraan yang diikuti oleh masyarakat
ditimbulkan
dapat
mempengaruhi
yang masih tergolong rendah biladibanding
proses pencapaian tujuan program
dengan total jumlah penduduk miskin yang
e. Partisipasi Masyarakat, keberhasilan
ada di Kota Kendari.Sejak dilaksanakan, Tim
program Pemadani sangat ditentukan
mediasi telah mempersaudarakan sebanyak
oleh partisipasi masyarakat, utamanya
641 Keluarga, dengan jumlah keluarga yang
kepedulian dari masyarakat mampu
diberdayakan dalam aspek lapangan kerja
dalam memberdayakan keluarga miskin.
sebanyak 352 keluarga sedang total jumlah
keluarga sangat miskin di Kota Kendari B. Saran
berjumlah
4.122
keluarga
pencapaian
tersebut tentunya belum optimal bila
7

Berdasarkan hasil penelitian yang


dilakukan dan kesimpulan penelitian yang
telah ditetapkan, maka selaku penulis
menyarankan
1. Pelaksana
(Implementor)
Program
Pemadani sebaiknya tidak dibentuk dari
pegawai yang memiliki tugas pokok dan
fungsi
tertentu,
melainkan
harus
independen yang terdiri dari tim khusus
(project officer) sebagai pelaksana
lapangan yang tidak terpengaruh dari
kegiata dan rutinitas lain.
2. Dalam pelaksanaan program Pemadani
diharapkan ada koordinasi yang baik
dengan dinas terkait utamanya Dinas
NAKERTRANSOS Kota Kendari untuk
bersama-sama
menyukseskan
pelaksanaan
program
pemadani
khususnya pemberdayaan dalam aspek
lapangan kerja.
3. Pemerintah dalam melahirkan program
kegiatan, uatamanya yang bertema
pemberdayaan
sebaiknya
dilengkapi
dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) agarpelaksanaan program dapat
lebih terarah dan memiliki standar
pelaksanaan yang jelas.
4. Dibutuhkan adanya kerja sama yang baik
antara pemerintah, tokoh masyarakat,
tokoh agama, dan tokoh adat dalam
pelaksanaan program utamanya pada
proses sosialisasi program, agar sosialisasi
program yang dilakukan dapat lebih
mengena baik secara sosiokultural maupun
spiritual pada masyarakat.

Edwards, George C. 1980. Implementing


Public Policy, Congreeional Quarterly
Press, Washington DC
Jones, Charles O. 1996. Pengantar Kebijakan
Publik (Public Policy). Diterjemahkan
oleh Ricky Ismanto. PT. Raja Grafido
Persada. Jakarta.
Miles, M.B dan Huberman, A.M., 1992,
analisis Data Kualitatif, UI Press,
Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Parsons, Wayne. 2006 Public Policy


Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan.Kencana Prenada Group.
Jakarta

Alghifary, Ahmad. Persaudaraan Madani.


(http://persaudaraanmadani.
blogspot.com. diakses 6 Januari 2011)
Anwar,

Rakhmat. 2009. Teori Administrasi dan


Manajemen Publik. Penerbit Pustaka
Arief. Jakarta.

Muh. Agus, 2009. Implementasi


Program
Sulawesi
Water
And
Sanitation
Hygiene
(swash)
di
Kabupaten Boalemo. Tesis. Makassar.

Data Statistik Indonesia. (2005). Data Untuk


Perencanaan Pembangunan Dalam
Era
Desentralisasi.
(http://www.datastatistik-indonesia.
com diakses 12 Februari 2011)

Anda mungkin juga menyukai