PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan proses persalinan di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu
(power,passage,psikologis) , faktor janin ( plasenta ), dan faktor penolong persalinan . Hal ini
sangat penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi di sebabkan oleh tidak
terdeteksiya secara dini adanya salah satu dari faktor faktor tersebut.
Jalan-lahir terdiri atas jalan lahir bagian tulang dan jalan lahir bagian lunak. Jalan lahir bagian
tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dan sendi-sendinya, sedang bagian lunak terdiri atas
otot-otot, jaringan, dan ligamen-ligamen. Dalam proses persalinan per vaginam janin harus
melewati jalan lahir ini. Jika jalan lahir khususnya bagian tulang mempunyai bentuk dan
ukuran rata-rata normal serta ukuran janinnya pun rata-rata normal, maka dengan kekuatan
yang normal pula persalinan per vaginam akan berlangsung tanpa kesulitan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
1.3 Tujuan
1.3.1
1.4 Manfaat
1.4.1 Agar Mahasiswa tahu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. JALAN LAHIR
2.1.1.
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, kususnya lapisanlapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam dalam proses persalinan. Janin harus menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.(bobak, lawdermilk:2004)
Jalan-lahir dibagi atas :
a) bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya (artikulasio)
b) bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligamen-ligamen.
2.1.2.
Tulang-tulang panggul terdiri atas os koksa di sebelah depan dan samping dan os sakrum
dan os koksigis di sebelah belakang. Os koksa terdiri dari 3 bagian, yaitu os ilium, os
iskhium, dan os pubis.
a. Os ilium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang
disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut krista iliaka. Ujung- ujungnya disebut spina
iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior superior.
b. Os iskhium adalah bagian terendah dari os koksa. Tonjolan di belakang disebut tuber
iskhii yang menyangga tubuh sewaktu duduk.
c. Os pubis terdiri dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior os pubis
berhubungan dengan os ilium, sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus
pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ishkium kira-kira pada 1/3 distal dari
foramen obturator. Kedua os pubis bertemu pada simfisis.
Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar,
menghadap ke depan. Pinggir atas vertebra ini dikenal sebagai promonto- rium,
merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaan
anterior sakrum berbentuk konkaf.
d. Os koksigis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.
Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan, di depan terdapat hubungan antara
kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Di belakang terdapat artikulasio sakroiliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Di bawah terdapat artikulasio
sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum dengan os koksigis. Di luar kehamilan
artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu
persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os koksigis dapat
bergerak ke belakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila
ujung os koksigis menonjol ke depan pada partus, dan pada pengeluaran kepala janin
dengan ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Pada seorang wanita hamil yang bergerak terlampau cepat dari duduk langsung berdiri,
sering dijumpai pergeseran yang lebar pada artikulasio sakro-iliaka. Hal demikian dapat
menimbulkan rasa sakit di daerah artikulasio tersbut. Juga pada simfisis tidak jarang
dijumpai simfisiolisis partus atau ketika tergelincir, karena longgarnya hubungan di
simfisis. Hal demikian dapat menimbulkan rasa sakit atau gangguan jalan.
2.1.3.
Sendi panggul
1. Terdapat 4 sendi panggul yaitu 2 artikulasio sakroiliaka, simfisis pubis, dan artikulasio
sakrokoksigeal. Dalam kehamilan dan persalinan artikulasio ini dapat bergeser sedikit
dan lebih longgar. Pada disproporsi sefalopelvik ringan kelonggaran ini kadang-
2.1.4.
Ligamen-ligamen Panggul
Pelvis
mayor
Pelvis
minor
Gambar 1-2 Potongan sagltal panggul, menunjukkan pelvis mayor dan minor
2. Yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan
pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yan mempunyai sumbu
lengkung ke depan (sumbu Carus).
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu-atas
panggul. (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu-atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu-bawah
panggul (pelvic outlet).
Di antara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvis capity). Ruang
panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu-atas panggul, akan
tetapi menyempit di panggul tengan untuk kemudian menjadi lebih luas lagi sedikit.
Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang
kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul.
a) Pintu-atas panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium
korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan pinggir-atas simfisis.
Panjang jarak dari pinggir-atas simfisis ke promontorium lebih kurang 11 cm, disebut
Konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu-atas panggul lebih kurang
12,5-13 cm, disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka
ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke
linea innominata. Ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang lebih
kurang 13 cm. Selain kedua konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrika, yaitu
jarak dari bagian dalam tengah simfissi ke promontorium. Sebenarnya, konjugata ini
yang paling penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata vera sedikit sekali.
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian caldwell dan moloy, 1933), yang
mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut.
1. Jenis ginekoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir bulat. Panjang
diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini
ditemukan pada 45% wanita.
2. Jenis android
Bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti
ini, panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan daimeter transversa, akan
tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian
belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke muka.
Jenis ini ditemukan pada 15% wanita.
3. Jenis antropoid
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35%
wanita.
4. Jenis platipelloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini
ditemukan pada 5% wanita.
Tidak jarang dijumpai jenis kombinasi ke empat jenis klasik ini. Di sinilah
letak kegunaan pelvimetri rontgen, untuk mengetahui jenis, bentuk, dan ukuranukuran pelvis secara tepat. untuk menyebut jenis pelvis kombinasi, disebutkan jenis
pelvis bagian belakang dahulu, kemudian bagian depan. Misalnya, jenis androidginekoid, itu berarti jenis pelvis bagian belakang adalah jenis android dan bagian
depan adalah ginekoid. Dapat disini dikemukakan bahwa pelvimetri rontgen itu hanya
dilakukan pada indikasi tertentu, misalnya adanya dugaan ketidak seimbangan antra
janin dan panggul (feto-pelvic disproportion), adanya riwayat trauma atau penyakit
tuberkulosis pada tulang panggul, bekas seksio sesarea dan akan direncanakan partus
pervaginam pada letak sungsang, presentasi muka, atau kelainan letak lain.
Pembatasan pemakaian sinar rontgen berdasarkan pengaruhnya terhadap sel-sel
kelamin janin yang masih amat muda itu serta ovaria ibu. Dewasa ini dapat digunakan
MRI (magnetic resonance imaging).
b) Pintu-bawah panggul
Seperti telah dijelaskan, pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang
datar, tetapi tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segi tiga,
yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii dengan
ujung os sakrum dan segi tiga lainnya yang alasnya juga garis antara kedua tubera
ossis iskii dengan bagian bawah simfisis.
Pinggir-bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut
(arkus pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini 900 atau lebih sedikit. bila
kurang sekali dari 900, maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan karena
memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah
ujung os sakrum tidak menonjol ke depan hingga kepala janin tidak dapat dilahirkan.
Jarak antara kedua tuber ossis iskii (distansia tuberum) diambil dari bagian
dalamnya adalah 10,5 cm. Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia
tuberum ke ujung sakrum (diametter sagittalis posterior) harus cukup panjang agar
bayi normal dapat dilahirkan.
d) Bidang Hoodge
Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah
bagian terendah janin turun dalam panggul pada persalinan.
1. Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul dengan
bagian atas simfisis dan promontorium.
2. Bagian Hodge II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis
3. Bidang Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I dan II
terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I, II, dan III,
terletak setinggi os koksigis.
Pembagian ruang panggul menurut Hodge ini dipakai dalam klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
6. Distansia tuberum ( 10,5 cm): jarak antara tuber iskii kanan dan kiri. Untuk
mengukurnya dipakai Oseander. Angka yang ditunjuk jangkar harus ditambah
1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang dan ujung jangkar, yang
menghalangi pengukuran secara tepat. Bila jarak ini kurang dari normal, dengan
sendirinya arkus pubis lebih kecil dari 900.
Pada persalinan segmen bawah uterus, serviks dan vagina ikut membentuk jalan lahir
bagian lunak. Jalan lahir bagian lunak lainnya yang berperan dalam proses persalinan
adalah otot, jaringan ikat, ligament ligament yang berfungsi menyokong alat alat
urogenitalis.
Muskulus levator ani merupakan otot yang paling penting di samping otot
otot lainnya, ke depan muskulus levator ani berhubungan dengan bangian lateral os
pubis, ke belakang dengan spina iskhiadika dan os koksigis, dan ke lateral dengan
fasia obturatorial, kedua muskulus levator ani di bagian depan membentuk trigonum
urogenitalis; di dalam trigonum ini berada uretra, vagina dan rectum.
Bagian lunak dari dasar panggul terdiri utamanya dari jaringan otot, antara lain
muskulus transversus perinea, muskulus iskhiokavernosus, muskulus
bulbokavernosus, dan muskulus sfingter ani ekternus.
Bagian dalam dasar panggul merupakan dasar kavum abdomen yang di lapisi
oleh peritoneum, serviks, vagina bagian atas, kandung kencing dan rectum tertutup
oleh peritoneum, di kelilingi oleh jaringan ikat, fasia jaringan ikat di samping uterus
dikenal sebagai parametrium, yang bergabung dengan fasia ligament transversus
servikalis dan dengan serabut muskulus levator ani. (menurut ilmu bedah
kebidanan).
Sebelum persalinan dimulai, uterus terdiri dari korpus uteri dan serviks uteri. Saat
persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri dan serviks uteri.
Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi
dua bagian, yakni bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang berotot
pasif dan berdinding tipis. Suatu cincin retraksi fisiologi memisahkan kedua segmen
ini. segmen bawah uterus secara bertahap membesar karena mengakomodasi isi
dalam rahim, sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas akomodasinya menurun.
Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong kearah
serviks.
Serviks kemudian menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga
memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina. Sebenarnya, saat turun
serviks ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian terendah janin.
Dasar panggul adalah lapisan itit adalah lapisan otot yang memisahkan rongga
panggul di bagian atas dari ujung perineum di bawahnya. Struktur ini membantu
janin berotasi kearah anterior saat menuruni jalan lahir. Vagina kemudian
mengembang, sehingga memungkinkan janin ke dunia luar. Seperti telah dibahas
sebelumnya, selama masa hamil jaringan lunak vagina berkembang sampai aterm.
Hal ini membuat vagina dapat berdilatasi untuk mengakomodasi janin. ( bobak,
lawdermilk : 2004 ).
2.2
frekuensi (waktu antar kontraksi yaitu, waktu antara awal suatu kontraksi dan awal
kontraksi berikutnya); durasi (lama kontraksi); dan intensitas (kekuatan kontraksi).
(bobak, lawdermilk : 2004 )
2.2.2 klasifikasi kekuatan
a. Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi dan
janin turun. Effacement (penipisan) serviks adalah pemendekan dan penipisan
serviks selama tahap pertama persalinan. Serviks yang dalam kondisi normal
memiliki panjang 2 sampai 3 cm dan tebal sekitar 1cm, terangkat keatas karena
terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim
pada tahap akhir persalinan. Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks yang tipis
saja yang dapat diraba setelah effacement lengkap. Pada kehamilan aterm
pertama
Obstetri : ukuran
pendek daripada
yang menetukan
diagonal (radiografik)
apakan bagian
presentasi dapat
masuk ke pintu atas
Sejati (vera)
(anteroposterior)
> 11 cm (12,5)
(radiograflk)
Bidang tengah
0,5 cm
diameter transversa
(diameter
interspinosa)
8 cm
Pintu bawah
diameter transversa
(diameter
intertuberosa)
b. Kekuatan sekunder
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah,
yakni bersifat mendorong keluar. Wanita merasa ingin mengedan. Usaha
mendorong ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunter yang
sama dengan yang dilakukan saat buang air besar (mengedan). Namun, dalam
usaha mendorong keluar ini, digunakan seperangkat otot dengan jenis yang
berbeda-beda. Otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong
keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan peningkatan tekanan intra abdomen.
Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk
mendorong keluar.
Gambar
21-6
namun,
menghasilkan
penurunan
oksigenasi
janin
dan
berpotensi
pergeseran filamen aktin dan miosin dan membutuhkan adenosin trifosfat dan
kalsium (Hacker et al., 1992). Estrogen meningkatkan pertumbuhan aktin dan
miosin sampai aterm, sel miometrium memiliki aktomiosin yang adeKuat untuk
menyelesaikan proses persalinan. Kontraksi otot halus uterus terutama dipacu
oleh stimulus hormonal dan tidak membutuhkan inervasi seperti yang dibutuhkan
untuk kontraksi otot skeletal. Reseptor untuk oksitosin dan prostaglundin
ditemukan dalam membran sel miometrium. Efisiensi kontraksi uterus difasilitasi
oleh keberadaan kontak sel ke sel, yang dikenal dengan gap junction dalam
jaringan miometrium, yang meningkatkan sinkronisasi kontraksi sel-sel otot
halus. Selama persalinan, jumlah dan ukuran gap juction meningkat.
Prostaglandin diperkirakan memegang peran pengatur utama, PGE2 dan PGF2
merupakan stimulus yang kuat pada kontraksi miometrium. Hormon ini
menyebabkan cepatnya penampakan gap junction miometrium dan menginduksi
perubahan kematangan pada kematangan serviks (Cunningham et al., 1993).
Kontraksi uterus yang efektif juga bergantung pada keadekuatan pertukaran
elektrolit selular kalsium, natrium, dan kalium.
Selama persalinan, uterus dibedakan ke dalam dua bagian, segmen atas dan
bawah uterus. Segmen atas, dikenal sebagai fundus, terdiri atas sel miometrium
dalam konsentrasi terbesar dan bersifat aktif, bagian uterus yang contraktil.
Fungsi fundus adalah untuk mengeluarkan isi uterus. Uterus memperlihatkan
penurunan gradien intensitas kontraksi dari fundus ke bawah. Seiring dengan
kemajuan persalinan, berkembang segmen bawah uterus yang pasif. Pada setiap
kontraksi, serat otot segmen atas tertarik, menjadi lebih pendek saat janin
menurun. Oleh karena itu, segmen atas menjadi lebih tebal. Serat segmen bawah
meregang, dan akhirnya menjadi lebih tipis. Batasan jelas antara segmen uterus
bawah dan atas dinamakan cincin retraksi fisiologis (physiologie rtraction ring).
Derajat ketidaknyamanan yang dialami selama proses persalinan sangat
bervariasi pada setiap individu. Ibu yang mengira akan mengalami nyeri pada
umumnya akan merasa lebih tidak nyaman dibandingkan ibu yang dipersiapkan
untuk menjadikannya sebagai pengalaman positif. Untuk menghilangkan
ketakutan, perawat sebaiknya mengatakan kontraksi uterus sebagai kontraksi,
bukan nyeri. (Reeder, Martin, Griffin-Koniak:2011)
2. Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula
kenaikan nadi dan tekanan darah.
3. Pada janin: petukaran oksigen pada sirkulasi utero plasenta kurang sehingga
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar
karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul-betul terjadi hipoksia yang agak
lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan
denyut jantung janin diatas 160 permenit dan tidak teratur.
Pembagian His dan sifat-sifatnya :
1. His pendahuluan: his tidak kuat dan tidak teratur namun menyebabkan
keluarnya bloody show.
2. His Pembukaan (kala I): menyebabkan pembukaan serviks sampai terjadi
pembukaan lengkap 10 cm, semakin kuat, teratur dan sakit
3. His Pengeluaran / His Mengedan ( kala II): untuk mengeluarkan janin, sangat
kuat, teratur, simetris, terkoordinir dan lama, koordinasi bersama antara
kontraksi otot perut, diafragma dan ligament.
4. His Pelepasan uri (kala III): kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
5. His Pengiring ( kala IV): kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi
pengecilan uterus dalam beberapa jam atau hari.
Kelainan His :
1. Dari uraian di atas dapat diperkirakan akan terjadinya kelainan-kelainan his
bila tidak ada dominasi fundus uteri; tidak ada simetri, hingga tidak terjadi
relaksasi dengan akibat tekanan intrauterin lebih dari 12 mmHg.
2. Persalinan oleh karena his abnormal di sebabkan disfungsi miometrium saja,
tanpa adanya penyempitan panggul, bagian lunak jalan lahir atau serviks sendiri
dalam obsterti dinamakan dysfuncional labor, salah satu penyebab distosia. Pada
banyak kasus distosia di sebabkan oleh his abnormal di temukan antara lain
inersia uteri sekunder; persalinan mulai berjalan lancar sebelumnya, akan tetapi
kemudian his melemah atau menghilang. Hal ini dapat terjadi lebih sering pada
primipara dari pada multipara. Inersia uteri primer jarang di temukan. Biasanya
terjadi pada primigravida, his terasa sakit terus menerus tanpa ada kemajuan
persalinan.
3. Untuk mengenal distosia perlu mengetahui ciri-ciri persalinan normal sebagai
berikut.
a) Persalianan normal biasanya dimulai pada pembukaan rata-rata 2 cm.
b) His makin terasa sakit dan lebih sering timbul, menimbulkan tekanan
intrauterin sekurang-kurangnya 40 mmHg dengan koordinasi yang baik (adanya
simetri) dan kemudian adanya relaksasi antara dua his dengan tekanan
intrauterin antara 6-12mmHg.
c) Pada palapsi yang di lakukan tidak pada tempat dimana badan janin
berada,dapat di raba dinding uterus tearsa tegang tidak dapat di tekan ke dalam,
bila his cukup baik. Antara his pada palapasi dinding uterus mengadakan
relaksasi, tidak sakit di raba dan mudah sekali di tekan ke dalam. Untuk
menentukan apakah his cukup baik diperlukan mengadakan pengawasan 5-6 his
berturut-turut.
d) Pada pemeriksaan dalam sewaktu ada his dapat di temukan porsio menempel
ke bagian besar janin (kepala atau bokong). Sekalian perlu di usahakan menilai
keadaan porsio, ketuban, bagian bawah janin dan turunnya bagian bawah
tersebut. Wajar bila sekalian dapat di niali presentasi bagian bawah janin dan
jalan lahir untuk menentukan apakah persalinan akan berlangsung par vias
naturalis.
e) Bila persalinan berlangsung normal dengan his yang sempurna maka
pembukaan serviks akan berlangsung pada primigravida seperti pada gambar.
2.2.4
secara perlahan tapi pasti sampai sekitar 100 kali per menit pada persalinan kala
II. Frekuensi denyut nadi dapat ditingkatkan lebih jauh oleh dehidrasi,
perdarahan, ansietas, nyeri, dan obat-obatan tertentu, seperti terbutalin.
Karena perubahan kardiovaskular yang terjadi selama kontraksi uterus,
pengkajian paling akurat untuk mengkaji tanda-tanda vital maternal adalah
diantara waktu kontraksi. Pengaturan posisi memiliki efek yang besar pada curah
jantung. Membalikkan posisi wanita bersalin dari miring ke telentang
menurunkan curah jantung sebesar 25% sampai 30%.
B. Sistem Pernapasan
Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak C02 dalam setiap napas.
Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernapasan
meningkat sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat
pertambahan laju metabolik. Rata-rata PaC02 menurun dari 32 mmHg pada awal
persalinan menjadi 20 mmHg pada akhir kala I (Beischer et al., 1986). Menahan
napas saat mengejan selama kala 11 persalinan dapat mengurangi pengeluaran
C02. Masalah yang umum terjadi adalah hiperventilasi maternal, menyebabkan
kadar PaC02 menurun dibawah 16 sampai 18 mmHg (Beischer et al., 1986).
Kondisi ini dapat dimanifestasikan dengan kesemutan pada tangan dan kaki,
kebas, dan pusing. Jika pernapasan dangkal dan berlebihan, situasi kebalikan
dapat terjadi kareria tidal volume rendah. Mengejan yang berlebihan atau
berkepanjangan selama kala II dapat menyebabkan penurunan oksigen sebagai
akibat sekunder dari menahan napas.
C. Sistem Gastrointestinal
Motilitas dan absorpsi gastrointestinal menurun selama persalinan aktif, dan
waktu pengosongan lambung berkurang. Efek ini dapat memburuk setelah
pemberian narkotik. Banyak wanita mengalami mual dan muntah saat persalinan
berlangsung, khususnya
selama fase
transisi pada
kala
I persalinan.
bagian bawah vagina dan perineum. Persepsi nyeri dipengaruhi oleh, berbagai
faktor. Mekanisme nyeri dan metode penurunan nyeri didiskusikan secara
lengkap dalam Bab 23, Nyeri dan ketidaknyamanan juga sangat beragam antara
satu wanita dengan wanita lain. Bagaimanapun juga, sebuah pola respons
umumnya terjadi pada setiap fase dan kala, seperti diuraikan di bawah ini.
Pada awal kala I, selama fase laten, kontraksi pendek dan lemah, 5 sampai 10
menit atau lebih, dan berlangsung selama 20 sampai 30 detik. Wanita mungkin
tidak mengalami ketidaknyamanan yang bermakna dan mungkin dapat berjalan
ke sekeliling secara nyaman diantara waktu kontraksi. Pada awal kala I, sensasi
biasanya berlokasi di punggung bawah, tetapi seiring dengan waktu, nyeri
menjalar ke sekelilingnya, seperti korset/ikat pinggang, sampai , ke bagian
anterior abdomen. Interval kontraksi makin memendek, setiap 3 sampai 5 menit,
menjadi lebih kuat dan lebih lama.
Saat persalinan berkembang ke fase aktif, wanita sering kali memilih untuk tetap
di tempat tidur, ambulasi mungkin tidak lagi terasa nyaman. Ia menjadi - sangat
terpengaruh dengan sensasi didalam tubuhnya dan cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitar. Lama setiap kontraksi berkisar antara 30 sampai 90 detik,
rata-rata sekitar 1 menit.
Saat dilatasi serviks mencapai 8 sampai 9 cm, kontraksi mencapai intensitas
puncak, dan wanita memasuki fase transisi. Fase transisi biasanya pendek, tetapi
sering kali merupakan waktuu yang paling sulit dan sangat nyeri bagi wanita
karena frekuensi (setiap
BAB III
A. KESIMPULAN
Jalan-lahir dibagi atas : bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan
sendi-sendinya (artikulasio), dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringanjaringan, dan ligamen-ligamen.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak, lowdermik, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
Jakarta, EGC.