PENDAHULUAN
BAB 2
PENILAIAN DAMPAK PASCA BENCANA
2.1 Metode Penilaian Pasca Bencana
Bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia menyebabkan kerusakan
secara signifikan baiksecara fisik, ekonomi maupun sosial pada wilayah dan
kehidupan masyarakat di daerah yangrentan terhadap bencana. Setelah bencana
nasional di Aceh, berbagai upaya mengenaipercepatan respon tanggap darurat dan
upaya pemulihan pasca bencana menjadi perhatianpemerintah dan masyarakat.
Evolusi paradigma dari tanggap darurat kepada penguranganrisiko bencana
kemudian terjadi, ditandai dengan tersusunnya Rencana Aksi PenguranganRisiko
Bencana (RAN-PRB), terbitnya Undang Undang nomor 24 tahun 2007
tentangPenanggulangan Bencana beserta peraturan turunannya, pembentukan
Badan NasionalPenanggulangan Bencana dan tersusunnya peraturan dan pedoman
yang terkait dengan aspekkebencanaan. Pemerintah Pusat telah memasukkan
aspek pengurangan risiko bencana dalamRencana Kerja Pemerintah tahun 2007,
2008 dan rancangan Rencana Kerja Pemerintah tahun2009.
Bencana alam mengakibatkan korban jiwa, luka, cacat fisik, trauma serta
kerugian harta bendabagi korban bencana. Kerusakan fisik akibat bencana dapat
mempengaruhi kinerja pelayananinfrastruktur publik seperti energi, air minum,
sanitasi, transportasi dan komunikasi.Kerusakan fisik pada prasarana dan sarana
sosial seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan,panti sosial dan lainnya
mengakibatkan biaya sosial semakin tinggi. Kerusakan pada prasaranadan sarana
ekonomi
akibat
bencana
dapat
mempengaruhi
produktivitas
sektor
bagi
kegiatan
pemulihan
pasca
bencana.(Tim
koordinasi
P3B
BAPPENAS: 2008)
Metodologi ECLAC (Economic Commission for Latin America and the
Caribbean) diperkenalkan kepada Pemerintah Indonesia oleh komunitas donor
internasional sebagai salah satu instrumen analisa yang telah dikembangkan untuk
menghitung jumlah kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh berbagai jenis
bencana (bencana alam maupun bencana yang terjadi akibat ulah manusia),
Metodologi ECLAC pertama kali dikembangkan oleh Komisi Ekonomi PBB
untuk Amerika Latin dan Karibia pada awal tahun 1970-an , karena di
negaranegara tersebut paling umum terjadi bencana alam seperti banjir,
kekeringan, gempa bumi, tsunami, angin topan, dan letusan gunung berapi) dan
telah dimodifikasi melalui aplikasi selama lebih dari tiga dekade dalam konteks
pasca bencana di seluruh dunia. Berdasarkan pendekatan tersebut diatas, metoda
ECLAC menganalisis tiga aspek utama yaitu:
1) Kerusakan (dampak langsung), merupakan dampak terhadap asset, saham,
properti yangdinilai dengan harga unit penggantian (bukan rekonstruksi) yang
disepakati. Perkiraan ituharus memperhitungkan tingkat kerusakan (apakah
aset masih bisa dipulihkan/diperbaiki,atau sudah sama sekali hancur).
2)
Kerugian (dampak tidak langsung), merupakan proyeksi hambatan
produktivitas akibatasset yang rusak/hilang akibat bencana, seperti potensi
pendapatan yang berkurang,pengeluaran yang bertambah dan lain-lain selama
beberapa waktu hingga aset dipulihkan;berdasarkan nilai saat ini. Kesepakatan
atas periode pemulihan sangat penting, denganpertimbangan bahwa semakin
lama waktu yang diperlukan untuk pemulihan, seperti dalamkasus Aceh,
dampak kerugian akan meningkat secara signifikan.
3) Dampak ekonomi (kadang disebut dampak sekunder) meliputi dampak fiskal,
dampakpertumbuhan PDB, dan lain-lain. Analisis ini juga bisa diterapkan pada
tingkat subnasional.
Metode ini dimaksudkan menyediakan sebuah penilaian awal mengenai
kerusakan dan kehilangan setelah terjadi suatu bencana untuk mengidentifikasi
kebutuhan pemulihan yang segera harus dilakukan ataupun kebutuhan
pembangunan kembali (rekonstruksi) dalam jangka panjang. Dasar konseptual
penilaian adalah sebuah analisa persediaan (stok)/aliran (flow) yang menilai
tiga tujuan dari penilaian tersebut yaitu: (a) menilaikerusakan yang terjadi pada
prasarana dan sarana publik dan non-publik; (b) menilai kerugianyang terjadi dan
dampaknya terhadap masyarakat, daerah dan Negara; serta (c) menilaipengaruh
kerusakan terhadap kelembagaan pemerintahan, sekaligus mengantisipasi
resikoterjadinya konflik, pelanggaran hukum dan penyimpangan. Hal-hal yang
perlu dipahami dan sangat mendasar dalam menyusun penilaian kerusakan dan
kerugian adalah data kerusakan: (Tim koordinasi P3B BAPPENAS: 2008)
1) What: apa yang rusak?
2) Why: apa akibatnya bagi penyelenggaraan pelayanan kebutuhan dasar bagi
masyarakat di wilayah yang terkena dampak bencana?
3) When: kapan saat yang tepat untuk mengumpulkan data kerusakan?
4) Who: siapa yang melakukan verifikasi data kerusakan? Siapa yang disebut
sumber yangsah?
5) Where: dimana data kerusakan dikumpulkan dan diverifikasi?
6) How: Bagaimana mengkoordinasikan proses selanjutnya dalam penilaian
kerusakan dankerugian?
2.3 Data Kerusakan
Uraian berikut ini merupakan langkah awal untuk mencapai pemahaman
bersama tentang what, why, when, who, where dan how dalam penyusunan
penilaian kerusakan dan kerugian. (Tim koordinasi P3B BAPPENAS: 2008)
2.3.1 Apa yang rusak? Apa akibatnya bagi penyelenggaraan pelayanan
kebutuhan dasar bagi masyarakat di wilayah pasca bencana?
1) Data kerusakan adalah data primer, dicatat setelah kejadian bencana
2) Setelah kejadian bencana, pemerintah daerah melalui Satlak dan Satkorlak
mengkoordinasikan langkah tanggap darurat.
3) Masa tanggap darurat; tergantung dari dimensi spasial dampak kerusakan dan
jumlah
4) korban, berlangsung 1-2 bulan. Upaya penyelamatan; tergantung dari daya
tahan hiduprata-rata manusia tanpa air minum, namun umumnya ditetapkan
selama maksimum 2minggu semenjak kejadian bencana.
5) Pada masa tanggap darurat, data jumlah korban dan kerusakan mulai
dikumpulkan, diupdate dan dilaporkan kepada instansi terkait tanggap darurat
6)
3)
masih bergerak.
Data kerusakan fisik telah dikelompokkan sedemikian rupa sehingga
2.3.3 Siapa yang melakukan verifikasi data kerusakan? Siapa yang disebut
sumber yang sah?
1) Sumber statistik yang sah adalah pemerintah (dalam hal ini adalah Kantor
Statistik),asosiasi/lembaga yang diakui pemerintah, dan sumber lain dari
organisasi yang sah.
2) Untuk memudahkan verifikasi, diperlukan basis data termasuk data spasial
3)
kerusakan.
Sesuai kewenangannya, instansi sektoral terkait melaksanakan verifikasi data
kerusakan, untuk kepentingan rehabilitasi/rekonstruksi prasarana yang tercatat
6)
sektor/SKPD
dilakukan
melalui
Badan
perumahan
Prasarana Publik
Transportasi Darat
kerusakan rumah
Jalan: data kerusakan
berdasarkan
10
dan
kemudian
rusak
ringan
dipisahkan
yang
berdasarkan
berdasarkan
nacional,
kabupaten/kota
status
provinsi
dengan
dan
tingkat
digunakan
bersumber
dari
tingkat
sedang
dan
kerusakan
ringan,
data
berat,
yang
ataupun
resmi
dari
data
dan
pengelola
11
prasarana
bidang
ketenagalistrikan:
unit kerusakan jaringan utama dan
jaringan distribusi (secara rinci sesuai
dengan infrastruktur yang terkait
dengan kedua jaringan tersebut),
hingga unit kerusakan jalur distribusi
rumah
tangga
kerusakan
berat
dengan
tingkat
dan
ringan,
resmi
dari
PT.
PLN
(persero).
Data kerusakan meliputi infrastruktur
jaringan utama telekomunikasi dan
jumlah satuan sambungan telepon
dengan tingkat kerusakan berat dan
ringan didasarkan data resmi yang
dikeluarkan
oleh
instansi
yang
12
Sosial
Kesehatanti sosial
ringan
Kerusakan
bangunan
kesehatan
Agama
budaya
dan
bersejarah
kepemilikannya:
dan
pengelolaan
dengan
tingkat
bangunan
bersejarah
dalam
wisata
komersial
(seperti
13
lembaga-
kemasyarakatan
seperti
Pertanian
satuan
kerusakan
dalam
Perikanan
dengan
Industri
Kecil
menengah
ingkat
perikanan
kerusakan
berat,
jenis
industri
ringan
Prasarana
perdagangan
meliputi
perdagangan
pasar-pasar
merupakan
14
tradisional
yang
kepemilikannya
Pariwisata
obyek
pariwisata komersial dengan satuan
unit dan tingkat kerusakan berat,
Lintas Sektor
Lingkungan Hidup
luasan
hektar
Pemerintahan
bangunan-bangunan
pemerintah
adalah
kantor
dan
milik
pelayanan
Keuangan
tingkat
kerusakan
berat,
perbankan
kepemilikan (pemerintah/swasta)
Ketertiban dan keamanan Kerusakan
terhadap
bangunanbangunan TNI/Polri dalam satuan
unit atau m2 denga tingkat kerusakan
berat, sedang, dan ringan
Kerusakan terhadap bangunan-bangunan TNI/Polri dalam satuan unit atau m2
denga tingkat kerusakan berat, sedang, dan ringan.
Langkah 2 Melakukan konfirmasi dan verifikasi data dengan sumbernya
Mengkorfirmasikan data kerusakan dengan Kementerian/Lembaga dan SKPD yang
terkena dampak bencana merupakan bagian yang penting dalam proses penyusunan
perkiraan kerusakan dan kerugian. Kategori kerusakan fisik perlu dikelompokkan secara
sederhana, sehingga proses valuasi menjadi lebih mudah. Dimensi kerusakan perlu
dicantumkan dengan satuan yang jelas, untuk memudahkan valuasi.
15
4) Kerugian pada sektor ekonomi sebagai sumber pendapatan dari pajak dan
retribusi dapatdihitung terhadap potensi berkurangnya pendapatan dan atau
hilang/berkurangnyaproduktivitas dalam jangka waktu tertentu.
16
5) Kerugian pada lintas sektor sebagai sumber pendapatan bukan pajak dapat dihitung
terhadap
potensi
berkurangnya
pendapatan
dan
atau
hilang/berkurangnya
Isi bagian I:
1. Kejadian Bencana
Isu Strategis
Apa penyebab terjadinya bencana?
17
terjadinya bencana?
Jika dibutuhkan, bagaimana kondisi
topografis lokasi?
Berapa jumlah korban jiwa, korban luka-
lokasi bencana?
Berapakah angka keluarga miskin di lokasi
bencana?
Apakah bencana berpotensi untuk terulang
bencana
soial dan
ekonomi
dalam
5. Isu
ketenaran
terhadap
lokasi
waktu
dekat?
Bagaimanakah historis bencana di lokasi
bencana?
Apa saja isu kerentanan yang berpotensi
bencana
menambah
korban
jiwa,
asset
dan
produktivitas?
Apabila historis bencana menunjukkan
Isu strategis
Jumlah penduduk dalam kelompok usia dan
KK dalam wilayahadministrasi dan kepadatan
penduduk.
Jumlah penduduk
miskin
untuk
profil
18
Isi Bagian II
2. Sektor perumahan
Isu strategis
kerentanan
Profil geomorfologi
Jumlah dan jenis bangunan rumah berdasarkan
wilayah
administrasi
dusun/desa/kelurahan
umum,
MCK
dsb)dalam
uraian
tersendiri
Contoh pengisian form lembar kerja, lihat
Lampiran 2
Bagaimana kerusakan pada sektor perumahan?
a. Sumber data:
- Pemerintah Daerah propinsi setempat.
-Sekretariat Posko Bencana Propinsi setempat.
- Sumber lainnya
b. Indikator rusak berat, rusak sedang dan rusak
ringan, lihat lampiran 3. Indikator tingkat
kerusakan juga dapat merujuk pada kriteria
instansi terkait.
c. Satuan yang digunakan adalah unit, yaitu jumlah
rumah yang mengalami kerusakan
lokasibencana?
Dimana
lokasi
yang
sektorperumahan?
Uraian fungsi setiap prasarana publik dan
meliputi:
Transportasi
Jalan dan jembatan
Terminal
jangkauan
pelayanan
di
wilayah
pasca
19
Isi Bagian II
Energi
Pos dan telekomunikasi
Air dan sanitasi
Infrastruktur pertanian
(sektor
infrastruktur
lainnya)
4.
a.
b.
Lampiran 2.
Bagaimana kondisi sarana kesehatan, sarana
pendidikan, dansarana peribadatan sebelum
meliputi:
Perdagangan
Perbankan
(Sektor ekonomi produktif
Isu strategis
Sumber data
Pemerintah Daerah Provinsi Setempat
Sekretariat Posko Bencana provinsi setempat
Sumber lainnya
Indikator tingkat kerusakan juga dapat
masyarakat
setempat)
merugi).
Bagaimana kondisi bank pemerintah/umum
20
Isi Bagian II
6.
Isu strategis
kerusakan sektor ekonomi produktif?
Lintas sektor meliputi kantor pemerintahan dan
sektorkeuangan/perbankan.
Uraian setiap jenis lintas sektor dalam uraian
tersendiri.
Bagaimana
kondisi
sarana
sektorkeuangan
dan
pemerintahan
perbankan
setempat?
Apa isu strategis yang ditimbulkan oleh
21
Isu Strategis
penilaian Metode apa yang digunakan dan aspek-aspek
apa yangdianalisis?
Catatan: pada beberapa kali penyusunan DLA,
metode yang
digunakan adalah metode ECLAC (lihat Bab II
mengenai pemanfaatan metode ECLAC dalam
kerugian
Pengelompokanberdasarkan
statuskepemilikan
Perkiraan
kerusakan
dankerugian tiap-tiap sektor
Rekapitulasi nilaikerusakan
tiap-tiapsektor
pada
masing-masing
lihat Lampiran 2.
Contoh pengisian form lembar kerja untuk
rekapitulasi nilaikerusakan dan kerugian, lihat
3. Rekapitulasi perkiraan
Lampiran 2.
Menjumlahkan
penilaian
kerusakan
dan
kerugian
berdasarkan kepemilikan
kepemilikan
Memperhitungkan prosentasi kerusakan dan
kerugian secaraproporsional
Melakukan analisa kerusakan dan kerugian
berdasarkansektor
dan
status
berdasarkanKepemilikan
Bagian IV, yaitu bagian yang menjabarkan dampak bencana terhadap
perekonomian regional dan nasional. Adapun isi dari bagian ini antara lain :
Isi Bagian IV:
1. Perekonomian Daerah
Isu Strategis:
1. Bagaimana nilai Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) didaerah yang terkena bencana
(per Harga Konstan tahunterakhir)?
2. Bagaimana proyeksi PDRB di tahun
mendatang (sekurangkurangnya2 tahun
mendatang)? Gunakan asumsipertumbuhan
22
lapangan
usahaterhadap
PDRB
(dalam
prosentase)
2. Bila data tenaga kerja pada sektor ekonomi
produktif
tersedia,bagaimana
pengaruh
Isu Strategis
1. Dari analisa nilai kerusakan dan kerugian, isu
strategis
apasaja
yang
perlu
menjadi
pertimbangan?
2. Apasaja yang tindakan prioritas yang perlu
segeradilakukan, serta pembagian kewenangan
2. Rekomendasi
dalam pelaksanaan?
1. Apa saja rekomendasi jangka menengah yang
perludipertimbangkan dalam kerangka
pemulihan pascabencana?
2. Apa saja rekomendasi jangka panjang yang
perludipertimbangkan dalam pembangunan
berkelanjutan didaerah pasca bencana?
23
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Metodologi ECLAC (Economic Commission for Latin America and the
Caribbean) diperkenalkan kepada Pemerintah Indonesia oleh komunitas donor
internasional sebagai salah satu instrumen analisa yang telah dikembangkan untuk
menghitung jumlah kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh berbagai jenis
bencana (bencana alam maupun bencana yang terjadi akibat ulah manusia).
Metoda ECLAC menganalisis tiga aspek utama yaitu, Kerusakan (dampak
langsung), Kerugian (dampak tidak langsung), dampak ekonomi (kadang disebut
dampak sekunder).
24