Anda di halaman 1dari 10

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENGEMBANGAN ARAH

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAN

ANALISIS SISTEM INFORMASI KESEHATAN

KELOMPOK 2:

DYANA RAMBU BANGI (201302012)

ELISABETH DEWI P. (201302014)

GERY FERNANDO TAMBUNAN (201302020)

KATARINA ERLINDA NASRIANI (201302021)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO

SURABAYA

2016

Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Dalam

tugas ini, kami membahas tentang Pengembangan Arah Kebijakan Sistem

Informasi Kesehatan Dan Analisis Sistem Informasi Kesehatan. Dimana ini

merupakan hal penting untuk memahami dan mengetahui tentang penanganan

pasien pada kondisi kedaruratan.

Kami menyadari bahwa materi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, segala pendapat dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk

lebih menyempurnakan tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis

dan pembaca.

Surabaya, 8 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 LatarBelakang..............................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB 2 RESUSITASI JANTUNG PARU.........................................................1
2.1 Pengertian.....................................................................................................1
2.2 Rantaikehidupan(chain survival).................................................................1
2.3 Indikasi.........................................................................................................2
2.4 Tanda- tanda RJP ( ResuistasiJantungParu) yang Efektif............................4
2.5 Komplikasi RJP ( ResuistasiJantungParu)...................................................4
2.6 Langkah langkahResusitasiJantungParu...................................................5
2.7 Fase fase RJP ResusitasiJaantungParusesuaiAlgoritma............................7
2.8 Hal- hal yang perlu di perhatikanselama RJP..............................................13
2.9 BantuanHidupDasarDewasadankualitas CPR: CPR Penolong
TidakTerlatih................................................................................................13
BAB 3 KESIMPULAN.....................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26

1. Pengembangan Arah Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan


Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan yang selanjutnya disebut SIK adalah suatu

sistem terintegrasi yang mampu mengelola data dan informasi publik (pemerintah,
masyarakat dan swasta) di seluruh tingkat pemerintahan secara sistematis untuk

mendukung pembangunan kesehatan.


2. Analisis Sistem Informasi Kesehatan
Analisis situasi sistem informasi kesehatan dilakukan dalam rangka

pengembangan sistem informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan bukanlah

suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian fungsional dari

sistem kesehatan yang dibangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem

informasi dari level yang paling bawah. Misal: sistem informasi kesehatan

nasional dibangun dari himpunan atau jaringan sistem informasi kesehatan

provinsi. Sistem informasi kesehatan dikembangkan dalam rangka mendukung

pencapaian visi dan misi pembangunan kesehatan Indonesia, yaitu Indonesia sehat

2025. Visi dan misi ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Kesehatan (RPJP-K) yang disusun pada tahun 2005 untuk kurun waktu 20 tahun,

dan diuraikan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan

(RPJM-K) yang dievaluasi setiap 5 tahun. RPJM-K yang berlaku sekarang adalah

RPJM-K ke-dua yang berlaku dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dengan visi:

Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Visi ini akan tercapai dengan

baik apabila didukung oleh tersedinya data dan informasi akurat dan disajikan

secara cepat dan tepat waktu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian visi ini

memerlukan dukungan sistem informasi kesehatan yang dapat diandalkan.


Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari

sistem informasi kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang

dikembangkan benar-benar dapat mendukung terwujudnya visi Masyarakat Sehat

yang Mandiri dan Berkeadilan. Analisis situasi yang dilakukan salah satunya

dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yaitu analisis antarkomponen

dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk merumuskan


strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem

informasi kesehatan secara berkelanjutan.


Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari

sistem informasi kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang

dikembangkan benar-benar dapat mendukung terwujudnya visi Masyarakat Sehat

yang Mandiri dan Berkeadilan. Analisis situasi yang dilakukan salah satunya

dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yaitu analisis antarkomponen

dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk merumuskan

strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem

informasi kesehatan secara berkelanjutan.

Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka langkah-


langkahnya adalah:

1. Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak


untuk diatasi secara umum pada semua komponen.

2. Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk


mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada
Langkah 1.

3. Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2)


ke dalam Pola Analisis SWOT seperti berikut.
Gambar 1. Pola Deskripsi dalam Analisis SWOT

Pada waktu mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman


dalam sistem informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan dan
kelemahan merupakan faktor internal yang perlu diidentifikasikan di dalam
sistem, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal yang
harus diidentifikasi dalam lingkungan eksternal sistem. Lingkungan eksternal
suatu sistem informasi kesehatan dapat berupa: pemerintah, masyarakat
luas, stakeholder internal dan eksternal, dan pesaing. Langkah ini dapat
dilakukan secara keseluruhan, atau jika terlalu banyak, dapat dipilah menjadi
analisis SWOT untuk komponen masukan, proses, dan keluaran.
Masukan termasuk fisik dan non fisik. Masukan fisik berupa sumber daya
manusia, pembiayaan, sarana-prasarana, metode, hardware dan software
pendukung, market dan manajemen waktu (7M=man, money, material, methode,
machine, market dan minute). Masukan non fisik berupa data kesehatan.
Proses berupa pengelolaan sistem (data) hingga menjadi informasi, termasuk
tatapamong, manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama.
Keluaran berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model dan media
informasi, publikasi, dan pengguna informasi.
4. Langkah 4: Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang direkomendasikan
untuk menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah,
perbaikan, dan pengembangan program secara berkelanjutan. Analisis untuk
pengembangan strategi pemecahan masalah dan perbaikan/pengembangan
program itu digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Analisis SWOT untuk Pengembangan Strategi
5. Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan
susunlah suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.
Hasil analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan
masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara
berkelanjutan. Jika kekuatan lebih besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik
dari ancaman, maka strategi pengembangan sebaiknya diarahkan kepada
perluasan/pengembangan sistem, sedangkan jika kekuatan lebih kecil dari
kelemahan, dan peluang lebih kecil dari ancaman, maka sebaiknya strategi
pengembangan lebih ditekankan kepada upaya konsolidasi ke dalam, melakukan
penataan sistem dan organisasi secara internal dengan memanfaatkan kekuatan
dan peluang yang ada, dan mereduksi kelemahan di dalam dan ancaman dari
luar. Analisis itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3. Analisis SWOT dan Prioritas Strategi Pengembangan
Langkah-langkah Analisis SWOT di atas dikenal dengan model David (2004),
yaitu matriks Threats-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS), merupakan
perangkat pencocokan yang penting dan dapat membantu pengelola sistem
mengembangkan empat tipe strategi: strategi SO (Strength-Opportunity), strategi
WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-Threats) dan strategi WT
(Weakness-Threats). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci,
merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan matriks TOWS dan
memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang
paling baik.
Strategi SO (Strength-Opportunity), yaitu strategi kekuatan-peluang,
menggunakan kekuatan internal sistem untuk memanfaatkan peluang eksternal
sistem. Strategi WO (Weakness-Opportunity), yaitu strategi kelemahan-peluang,
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang
eksternal. Strategi ST (Strength-Threats), yaitu strategi kekuatan-ancaman,
menggunakan kekuatan sistem untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal. Strategi WT (Weakness-Threats), yaitu strategi kelemahan-
ancaman, merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Contoh penerapan deskripsi SWOT pada sistem informasi kesehatan nasional
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan (tahun 2012) pada Pusat Data
dan Informasi, dan unit-unit lain di Kementerian Kesehatan, serta unit di luar
sektor kesehatan maka diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
dalam sistem informasi kesehatan, seperti tampak dalam tabel di bawah ini. Hasil
deskripsi ini kemudian dianalisis dan selanjutnya dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan rencana jangka menengah pengembangan
dan penguatan sistem informasi kesehatan nasional selanjutnya.
Tabel 1: Deskripsi SWOT

STRENGTH ( KEKUATAN ) WEAKNESSES ( KELEMAHAN )

Indonesia telah memiliki beberapa legislasi SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi)
terkait SIK (UU Kesehatan, SKN, Kebijakan dan dan dikelola berbagai pihak sehingga terdapat
strategi pengembangan SIKNAS dan SIKDA). pulau-pulau informasi.

Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia Legislasi yang ada belum kuat untuk
pada tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. mendukung integrasi SIK.

Infrastruktur teknologi informasi dan Tidak terdapatnya penanggung jawab khusus


komunikasi tersedia di semua Provinsi dan SIK (petugas SIK umumnya masih rangkap
hampir seluruh Kabupaten/kota jabatan).

Indikator kesehatan telah tersedia. Tenaga Pengelola SIK umumnya masih


kurang diakui perannya, pengembangan karir
Telah ada sistem penggumpulan data secara tidak jelas dan belum ada jabatan fungsionalnya.
rutin yang bersumber dari fasilitas kesehatan
pemerintah dan masyarakat. Terbatasnya anggaran untuk teknologi
informasi dan komunikasi khususnya untuk
Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh pemeliharaan.
beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah
Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk Indikator yang digunakan sering kurang
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. menggambarkan subjek yang diwakili.

Diseminasi data dan informasi telah Belum terbangunnya mekanisme aliran data
dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi dan kesehatan baik lintas program (Pusat, Provinsi,
Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.
kesehatan.
Masih lemahnya mekanisme monitoring,
evaluasi dan audit SIK.

Kualitas data masih bermasalah (tidak akurat,


lengkap, tepat waktu)

Penggunaan data/informasi oleh pengambil


keputusan dan masyarakat masih sangat rendah

OPPORTUNITIES ( PELUANG ) THREATHS ( ANCAMAN )

Kesadaran akan permasalahan kondisi SIK Dengan Otonomi daerah, terkadang


dan manfaat eHealth mulai meningkat pada pengembangan SIK tidak menjadi prioritas.
semua pemangku kepentingan terutama pada
tingkat manajemen Kementerian Kesehatan. Rotasi tenaga SIK di fasilitas kesehatan
Pemerintah tanpa perencanaan dan koordinasi
Telah ada peraturan perundang-undangan dengan Dinas Kesehatan telah menyebabkan
terkait informasi dan TIK. hambatan dalam pengelolaan SIK.

Terdapatnya kebijakan perampingan struktur Sebagian program kesehatan yang didanai


dan pengkayaan fungsi, memberikan peluang oleh donor mengembangkan sistem informasi
dalam pengembangan jabatan fungsional sendiri tanpa dikonsultasikan atau
pengelolaan SIK. dikoordinasikan sebelumnya dengan Pusat Data
dan Informasi dan pemangku kepentingannya.
Terdapat jenjang pendidikan informasi
kesehatan yang bervariasi dari diploma hingga Komputerisasi data kesehatan terutama
sarjana di perguruan tinggi. menuju data individu (disaggregate)
meningkatkan risiko terhadap keamanan dan
Para donor menitik beratkan program kerahasiaan sistem TIK.
pengembangan SIK.
Kondisi geografis Indonesia yang sangat
Registrasi vital telah dikembangkan oleh beragam dimana infrastruktur masih sangat
Kementerian Dalam Negeri dan telah mulai lemah di daerah terpencil sehingga menjadi
dengan proyek percobaan di beberapa Provinsi. hambatan modernisasi SIK.

Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas


tunggal penduduk oleh Kementerian Dalam
Negeri yang merupakan peluang untuk
memudahkan pengelolaan data sehingga menjadi
berkualitas.

Kebutuhan akan data berbasis bukti


meningkat khususnya untuk anggaran
(perencanaan) yang berbasis kinerja.

Anda mungkin juga menyukai