Definisi Lesi
Lesi adalah istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan yang abnormal
pada tubuh. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit sepertitrauma fisik,
kimiawi, dan elektris; infeksi, masalah metabolisme, dan otoimun.
Lesi dapat ditangani dengan pembedahan, seperti pada daerah tertentu pada otakuntuk
menangani epilepsi. Namun tidak semua lesi memerlukan penanganan. Kata lesi diturunkan
dari bahasa Latin yang berarti "cedera".
Klasifikasi Lesi
1. Lesi Primer
N
o
1
Nama
Lesi
Makula
Keterangan
- Titik sampai bercak
- Diameter dari beberapa mm hingga cm
b. Warna
:
Berasal dari
vaskularisasi
Warna
: Merah kecoklatan
Bila ditekan bewarna pucat
Misalnya
:Hiperemia
Gambar Lesi
Papula
Plak
Nodula
Vesikul
a
Bula
Postula
Wheals
10
Tumor
2. Lesi Sekunder
No
Nama Lesi
Keterangan
Gambar Lesi
Erosi
Ulseri
Fisura
Sikatriks
Deskuamasi
Sinus
Herpangina
Reaksi Alergi
Sindrom Steven-Johnson
Pemphigus Vulgaris
Pemphigoid Bullosa
Ulkus Traumatikus
Ulkus Pseudoapthosa
Apthosa Major
Ulserasi Herpetiformis
Sindrom Behcet
Ulkus Granulomatosus
Ulkus Khemoterapeutik
Purpura (Petechiae)
Varikositas (Varix)
Trombus
b. Lesi putih
Definisi
Lesi putih adalah suatu keadaan yang abnormal pada mukosa dimana nampak
klinis berwarna lebih putih, lebih tingi, lebih kasar atau mempunyai tekstur yang
berbeda dari jaringan sekitarnya, dimana keadaan tersebut menggambarkan
peningkatan lapisan keratin, koloni jamur atau lapisan epithelium yang mati.
Etiologi
Etiologi dari lesi putih pada mukosa mulut, antara lain factor local, herediter,
respon autoimun, dan adanya infeksi.
Penyebab factor local yang paling sering adalah tembakau. Tembakau dapat
diisap, dicium, dikunyah-kunyah, atau diletakkan dalam mulut. Pada semua keadaan
tersebut, tembakau mempunyai efek karsinogenik pada mukosa mulut. Tembakau
yang tdak dibakar (dicium, dikunyah, disumbatkan) dapat meninggalkan tanda-tanda
khas di daerah yang biasa disisipi tembakau tersebut. Daerah-daerah posterior umum
dipakai untuk menyumbat atau mengunyah, sedangkan daerah-daerah anterior lebih
disukai untuk mencium bau.
Merokok tampaknya tidak berhubungan dengan peningkatan insiden kanker
mulut bila dibandingkan dengan efeknya pada saluran pernapasan bagian atas.
Merokok, terutama merokok dengan pipa, berhubungan dengan leukoplakia palatum
dan hyperplasia kelenjar mucous yang disebut stomatitis nikotina. Walaupun
kebiasaan ini sendiri bukan merupakan prakanker, tetapi merupakan factor pendorong
dari karsinoma mulut, terutama bibir. Pada beberapa daerah di India, sigaret
digunakan dengan bagian yang menyala di dalam mulut, kebiasaan tersebut
menyebabkan insiden yang tinggi dari kanker palatum. Pada keadaan ini aksi kimia
tembakau diletakkan berkontak erat dengan epithelium mulut, tembakau akan
meneluarkan eek karsinogennya yang tampaknya bersifat kimia.
Kebiasaan mengunyah biasanya terbatas pada satu daerah mulut dan pada
daerah tersebut akan terjadi leukoplakia yang setelah 20 tahun atau lebih akan
berubah menjadi neoplasma, sehingga kebiasaan ini dianggap berhubungan dengan
karsinoma pipih, gingiva rahang bawah, dasar mulut dan lidah, yang lebih jarang
terjadi.
Granula Fordyce
Leukoedema
Leukoplakia
Lesi putih yang berkaitan dengan tembakau
Keratosis Rokok
Stomatitis Nikotin
Karsinoma Verukosa
c. Lesi merah/putih
Macam-macam lesi merah/putih
Lichen Planus
Kandidiasis Oral
isi plak : organisma jamur, debris keratotik, sel radang, epitel deskumasi, bakteri
dan fibrin
3. Hairy Leukoplakia
Hairy leukoplakia (HL), disebut juga oral hairy leukoplakia (OHL) adalah
suatu lesimukosa mulut yang berwarna putih dan berbentuk berkerut atau seperti
rambut. Lesi hampirhanya ditemukan pada tepi lateral dari lidah, tetapi juga dapat
meluas sampai ke dorsal danventral lidah, dan juga pernah ditemukan pada mukosa
bukal dan palatum walaupun sangat jarang.
HL,
sepertiacyclovir, untuk
mengurangi
besar
lesinya
ataupun
4. Lichen Planus
Oral lichen planus (OLP) adalah suatu kondisi inflamatori autoimun kronis
yang berdampak pada tepi mulut, biasanya tampak sebagai lesi berwarna putih. Oral
lichen planus paling sering timbul pada mukosa pipi, tapi juga dapat timbul pada
gingiva, bibir, dan bagian lain dari mulut. Oral lichen planus terkadang juga meliputi
kerongkongan atau esophagus. Walaupun oral lichen planus biasanya muncul pada
usia pertengahan, oral lichen planus dapat muncul pada segala usia. Tahap awal
terjadinya oral lichen planus dapat berlangsung selama mingguan atau bulanan. Akan
tetapi sayangnya, oral lichen planus biasanya berupa kondisi kronis sehingga dapat
bertahan selama beberapa tahun.
Penyebab pasti dari OLP tidak diketahui. Akan tetapi, kemungkinan
berhubungan dengan alergi atau reaksi imun.
Gejala Klinis
Lichen planus tampak mengkilat, benjolan dengan permukaan yang rata
seringkali dengan bentuk angular. Benjolan ini memiliki warna merah keunguan
dengan dilapisi lapisan mengkilat membentuk kerak yang kuat. Penyakit ini dapat
muncul pada kulit bagian mana saja, tetapi sering pada bagian dalam pergelangan
tangan dan kaki, kaki bagian bawah, punggung, dan leher. Pada beberapa individual
dapat terjadi pada mulut, regio genital, rambut, dan kuku. Lapisan yang tebal dapat
muncul, terutama pada tulang kering. Lepuhan jarang terjadi. Benjolan dapat muncul
pada area trauma pada beberapa individual.
Tanda-tanda putih, erythema, erosi, maupun lepuhan yang tampak
mendominasi mukosa bukal, lidah, dan gingiva, walaupun juga muncul di tempattempat lain. OLP timbul pada 1-2 persen populasi umum orang dewasa dan
merupakan penyakit mukosa oral non-infeksius yang paling banyak terjadi
berdasarkan klinik patologi oral dan oral medicine. OLP timbul lebih banyak pada
wanita dibanding pada laki-laki.
Patologi Klinis
Data belakangan ini menunjukkan bahwa OLP adalah penyakit autoimun yang
dimediasi Tsel dimana autositoksik CD8+Tsel memicu apoptosis sel epitel oral. Akan
tetapi, penyebab pasti OLP tidak diketahui. Infiltrasi limfosit dalam OLP disusun
hampir seluruhnya oleh sel T dan terutama sel T dalam epitelium dan yang berdekatan
dengan keratinosit basal yang rusak diaktifkan oleh CD8+limfosit. Garis sel T dan
klondari lesi lichen planus lebih sitotoksik terhadap lesi keratinosit autologous
daripada garis sel T dan klon dari kulit normal penderita lichen planus. Klon sel T
lesional lebih sitotoksik terhadap lesi keratinosit autologous dan keratinosit kulit
normal daripada terhadap sel B autologous. Sebagian besar klon sitotoksik dari lesi
lichen planus adalah CD8+ dan sebagian besar klon non-sitotoksik adalah CD4+.
Aktivitas sitotoksik lesi klon sel T CD8+ sebagian diblok oleh anti-MHC kels I
antibodi monoklonal.
Oleh sebab itu, pembentukan lesi OLP awal, sel T lesional CD8+ dapat
mengenali suatu antigen yang berhubungan dengan MHC kelas I pada lesi keratinosit.
Setelah pengenalan dan aktivasi antigen, sel T CD8+ sitotoksik dapat memicu
apoptosis keratinosit. Aktivasi sel T dan ekspansi klonal lebih lanjut dapat mendasari
ekspresi reseptor V sel T terbatas dengan menginfiltrasi sel T ke OLP.10 Sel T CD8+
yang teraktivasi dapat melepaskan sitokin yang menarik limfosit tambahan kedalam
lesi yang berkembang. Suatu tahap awal pembentukan lesi lichen planus dapat berupa
ekspresi antigen keratinosit, kontak alergen pada material restorasi dental atau pasta
gigi (reaksi hipersensitivitas kontak), trauma mekanis, (fenomena Koebner), infeksi
viral, produksi bakteri atau agen yang tidak teridentifikasi. Antigen lichen planus
tidak diketahui, walaupun antigen dapat berupa peptida sendiri sehingga membuat
lichen planus suatu penyakit autoimun sejati. Peranan autoimunitas pada patogenesis
penyakit didukung oleh banyak ciri autoimun OLP termasuk penyakit kronis, onset
dewasa, predileksi wanita, hubungan dengan penyakit autoimun lainnya, hubungan
tipe jaringan tertentu, depresi aktivitas imun supresor, pada penderita OLP dan adanya
klon sel T autositotoksik pada lesi lichen planus.
Antigen-presenting cells (APC) harus melalui suatu proses diferensiasi
terminal yang disebut maturasi uantuk menstimulasi respon sel T. Stimuli bagi
maturasi APC meliputi trauma mekanis, macam-macam bahan kimia, alergen,
blokade saluran ion, RNA viral, lipopolisakarida bakteri, dan HSPs.11 Oleh karena
itu, lesi oral lichenoid berhubungan dengan trauma mekanis, restorasi dental, bahan
pasta gigi, obat-obatan sistemik, infeksi viral atau produk bakteri dapat menyebabkan
maturasi APC dengan stimulasi sel T lebih lanjut. Pada tahap ini, mekanisme yang
digunakan oleh CD8+ sel T sitotoksik memicu apoptosis keratinosit pada OLP tidak
diketahui. Mekanisme tersebut dapat mengaktifkan kaspase riam yang berakibat
apoptosis keratinosit.
5. ANUG
Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) atau gingivitis ulseratif akut
yang ternekrotisasi merupakan keadaan ynag ditandai dengan timbulnya ulserasi yang
cepat dan terasa sakit pada tepi gingiva dan papila interdental. Penderita biasanya
memiliki bau mulut yang tidak sedap (halitosis).
Penyebab
ANUG
belum
diketahui
tetapi
organisme
anaerob
Pinborg,J.J. ,1994 , Atlas Penyakit Mukosa mulut, Edisi ke 4.Diterjemahkan oleh drg Kartika
Wangsaraharja , Bina rupa Aksara.
Greenberg. M.S et al,2003 Burkets Oral Medicine, 10 ed, , Bc Decker Inc, Hamilton Ontario.
Silverman .S. Jr. 1996, Color Atlas of Oral Manifestations of aids ,2ed, The C.V Mosby , St
Louis, Boston Baltimore.