Anda di halaman 1dari 14

Formulasi pemupukan berimbang pada tanaman lada di Bangka Belitung

Usman Daras, Iing Sobari dan Juniaty Towaha


Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar

ABSTRAK
Banyak faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya rataan produksi lada di Bangka
Belitung. Dalam upaya meningkatkan hasil lada, sebagian petani telah menggunakan
pupuk N, P dan K, meskipun jumlah dan/komposisi unsur pupuk yang diberikan mungkin
tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pengaruh formula (komposisi) dan dosis pupuk N, P dan K terhadap
petumbuhan dan hasil lada di Babel. Faktor yang diuji adalah komposisi NPK, 3 macam (K1
= NPK12.12.17; K2 = NPK15.15.15; dan K3 = NPK12:8:20), yang masing-masing terdiri
atas 3 taraf dosis pemupukan ( D1 = 1.8, D3 = 2.4, dan D4 = 3.0 kg NPK/ph/th).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3 ulangan dan
ukuran petak 16 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk
sebanyak 1.8 kg per pohon merupakan dosis pemupukan yang cukup memadai untuk
budidaya tanaman lada dewasa (TM) di Wilayah Bangka Belitung. Dosis pupuk tersebut,
25% lebih rendah dari anjuran umum pemupukan 2.4 kg/ph. Penggunaan ketiga macam
komposisi pupuk NPK (15.15.15, 12.12.17 dan 12.8.20) ternyata memberikan pengaruh
sama baik terhadap pertumbuhan dan hasil lada. Dari segi ketersediaan pupuk, jenis
pupuk NPK 15.15.15 adalah yang paling mudah diperoleh di pasar setempat, sehingga
lebih mudah dalam penerapannya pada tanaman. Namun, dengan memperhatikan
karakteristik tanaman lada dan kondisi agroklimat wilayah Babel, maka penggunaan
komposisi pupuk NPK 12.8.20 lebih dianjurkan.
Kata kunci: Lada, pemupukan, formulasi, Bangka Belitung

ABSTRACT
Formulation of balanced fertilizers on black pepper grown in Bangka Belitung.
Many factors believed affect the growth and yields of black pepper in Bangka Belitung. Low in yields
of the crop is partly due to of poor management of the crop, including fertilizer uses. To improve yield
of the crop, farmers commonly use fertilizers eventhough the amounts and kind of nutrients added
might not meet its requirement for optimum growth. A research was established to investigate effects
of fertilizer rate and its composition on the growth and yields of mature black pepper grown at Bangka,
from January to December 2011. Treatments examined were composition of NPK fertilizers, 3 kinds of
NPK (15.15.15, 12.12.17, and 12.8.20), consisting of three fertilizer rates each (1.8, 2.4 and 3.0
kg/tree). The treatments were arranged in randomized block design with 3 replicates and plot size of
16 plants. Results showed that fertilizer rate of 1.8 kg/plant would be adequately amount of fertilizers
should be added to the crop of any NPK compositions examined. The use of NPK15.15.15 would be a
reasonable choice of fertilizer composisiton as tested NPK compositions did not show difference in
growth and yields of the crop significantly, and an easily available fertilizer obtained in the local
market. For long term purpose, the use of NPK 12.8.20 fertilizer would however be recommended in
relation to agro-climatic condition of Babel and characteristics of the crop.
Keywords: Black pepper, fertilization, formulation, Bangka Belitung
1

PENDAHULUAN
Selama 10 tahun terakhir, ada indikasi peran lada Indonesia di pasar
internasional semakin menurun. Hal tersebut diperkirakan berhubungan erat
dengan turunnya luas areal dan produksi tanaman lada Indonesia. Pada tahun
2004 luas areal lada Indonesia masih tercatat sekitar 204.364, kemudian turun
menjadi 191.992 ha tahun 2005, dan turun lagi menjadi 183.082 ha tahun 2008.
Kondisi demikian juga terjadi di provinsi Kep. Bangka Belitung (Babel), salah satu
sentra produksi lada utama, dengan lada putih sebagai produk andalannya. Pada
tahun 2001, luas areal lada di Babel tercatat 64.572 ha, turun menjadi 45.834 ha tahun
2004, dan turun lagi menjadi 40.720 ha tahun 2006 (Distanhut Babel, 2006). Pada tahun
2010, luas areal lada di wilayah tersebut tinggal sekitar 36.961 ha (Ditjenbun, 2011). Adanya
tren penurunan luas areal tanaman lada di Babel juga dilaporkan oleh Irawati et al. (2009).
Banyak faktor, baik secara langsung maupun tidak diperkirakan berkontribusi
terhadap penurunan produksi dan produktivitas lada di Babel. Diantara faktor tersebut,
harga lada yang fluktuatif (terutama ketika harga lada rendah), kegiatan penambangan
timah inkonvensional (TI), dan introduksi kelapa sawit di wilayah Babel sangat berpengaruh
terhadap perilaku petani lada. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah penurunan
kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara, baik jumlah maupun macamnya. Oleh
sebab itu, untuk memperoleh hasil panen lada yang baik petani memberikan unsur hara
tambahan berupa pupuk. Hanya saja, unsur pupuk yang diberikan umumnya terbatas pada
hara makro utama N, P dan K, dengan dosis unsur pupuk tertentu diduga masih jauh dari
kebutuhan tanaman untuk berproduksi optimal.
Indikasi ke arah demikian diperlihatkan oleh masih banyak dijumpai tanaman lada
petani yang memperlihatkan gejala kekahatan unsur hara seperti K, Ca dan Mg (Daras et al.
2012). Di Bangka, petani umumnya melakukan pemupukan tanaman lada dengan dosis
pemupukan relatif rendah, bervariasi dari 0.5 sampai 1.0 kg NPK 15.15.15/pohon/tahun,
bahkan lebih rendah lagi 0.2 kg/pohon/tahun. Dosis tersebut jauh lebih rendah dari dosis
pemupukan yang dianjurkan, yaitu 2.4 kg NPK 12.12.17/pohon/tahun untuk tanaman lada
menghasilkan (TM) di daerah tersebut (Wahid et al, 2005).
Padahal tanaman lada dikenal sebagai tanaman yang membutuhkan hara dalam
jumlah yang banyak, sehingga disebut a high nutrient demanding crop (Mala et al,. 2010).
Peter et al. (2000) melaporkan tanaman lada dewasa mampu menyerap unsur
hara makro dari tanah sebanyak 233.4 g N, 16.8 g P, 171.9 g K, 18.3 g Mg, 75.0
2

g Ca. Di India, petani menggunakan pemupukan 362 - 549 kg N, 206 - 549 kg P 2O5, 228 777 kg K2O and 92 - 137 kg MgO per hektar per tahun (Thangaselvabal et al, 2008).
Tujuan penelitian adalah mendapatkan formula dan dosis pemupukan N, P dan K yang
lebih rasional untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman lada di wilayah
Bangka Belitung.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di kebun lada milik petani di desa Kemuja, Kec.
Mendo Barat, Kabupaten Bangka, mulai bulan Januari sampai Desember 2011.
Tanaman percobaan yang digunakan adalah tanaman lada menghasilkan (TM)
kultivar LDL, berumur 6 tahun. Faktor yang diuji adalah penggunaan komposisi
pupuk NPK, terdiri atas 3 macam, yaitu: K1 = NPK12.12.17; K2 = NPK15.15.15; dan
K3 = NPK12:8:20 dengan 3 taraf dosis pemupukan ( D1 = 1.8, D3 = 2.4, dan D4
= 3.0 kg NPK/ph/th).
Komposisi pupuk NPK 12.12.17 dengan dosis 2.4 kg/pohon merupakan
rekomendasi umum pemupukan tanaman lada menghasilkan (TM) di wilayah
Babel (Wahid, 2005) digunakan sebagai kontrol. Penggunaan komposisi NPK
tersebut diadopsi dari jenis pupuk majemuk NPKMg 12.12.17.2, yang disebut
Rustica Blue Special (RBS), saat ini sudah tidak tersedia lagi di pasaran.
Sedangkan pupuk NPK 15.15.15 adalah jenis pupuk majemuk yang tersedia di
pasaran dan banyak digunakan petani lada. Sementara itu, komposisi NPK
12.8.20 adalah komposisi pupuk majemuk hipotetik atau belum tersedia di
pasaran, diuji efektifitasnya untuk tanaman lada di wilayah Babel. Dengan
memperhatikan karakter tanamannya,

penggunaan komposisi pupuk NPK

12.8.20 diperkirakan akan lebih sesuai untuk digunakan pada tanaman lada
dewasa, khususnya di wilayah Babel. Semua komposisi pupuk NPK yang diuji
tersebut disusun dari pupuk tunggal urea, SP-36 dan KCl, masing-masing sebagai
sumber unsur hara N, P dan K.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3
ulangan dan ukuran petak 16 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap
komponen pertumbuhan vegetatif seperti diamater tajuk, jumlah cabang
sekunder dan tertier, panjang sulur buah contoh, dan komponen generatif
(jumlah malai/cabang, hasil buah/pohon), dan serta status hara tanah tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sehubungan dengan reorganisasi lingkup Badan Litbang Pertanian tahun
2012, kegiatan penelitian ini hanya berlangsung satu tahun anggaran (2011) dari
rencana awal selama tiga tahun. Oleh sebab itu, hasil-hasil penelitian yang
dicapai diperkirakan masih bersifat indikatif. Namun demikian, tren respon
tanaman yang dihasilkan setidaknya dapat menjadi gambaran respon tanaman
lada akibat perlakuan pupuk yang diuji. Kegiatan penelitian serupa diharapkan
dapat dilanjutkan, sehingga diperoleh informasi yang lebih komprehensif,
khususnya mengenai pengaruh komposisi dan dosis pupuk NPK terhadap
produksi dan mutu lada di wilayah Babel.

Pertumbuhan vegetatip
Hasil

analisis

memperlihatkan

menunjukkan

pengaruh

signifikan

bahwa

perlakuan

terhadap

pupuk

beberapa

belum

komponen

pertumbuhan vegetatip tanaman yang diamati (Tabel 1). Namun demikian,


secara umum penggunaan komposisi pupuk NPK 15.15.15 menghasilkan rataan
jumlah cabang tertier, diameter tajuk, panjang sulur buah dan jumlah daun pada
sulur buah lebih besar dibanding komposisi NPK lain yang diuji. Pada komposisi
NPK 15.15.15 dihasilkan rataan nilai tertinggi jumlah cabang tertier 8.27,
diameter tajuk 118.8 cm, panjang sulur buah contoh 66.0 cm, dan jumlah daun
pada

sulur

buah

contoh

39.4

helai.

Perlakuan

komposisi

pupuk

yang

menghasilkan rataan nilai cukup baik berikutnya adalah NPK 12.8.20. Sedangkan
perlakuan komposisi NPK 12.12.17 menghasilkan rataan komponen pertumbuhan
vegetatif yang paling rendah, kecuali komponen jumlah cabang sekunder.
Demikian pula pembedaan dosis pemupukan, juga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap komponen pertumbuhan vegetatif tanaman. Tetapi
ada tren hasil pada komposisi NPK 15.15.15, rataan diameter tajuk dan panjang
sulur buah tertinggi diperoleh pada perlakuan pemupukan 1.8 kg/ph. Sedangkan
pada komponen jumlah cabang

tertier

Tabel 1. Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman


Table 1. Effect of fertilizer on plant vegetative growth
4

Komposisi NPK/dosis
NPK composition/dose

NPK
15.15.15

1.8

Jumlah
cabang
sekunder
Numberl of
secondary
branches

Jumlah
cabang
tertier
Number of
tertiary
branches

Diameter
tajuk
Canopy
diameter
(cm)

Sulur buah
Fruit vine
Panjang
Jumlah
Length
daun
(cm)
Numberl of
leaves

5.23 a

8.06 a

119.5 a

69.0 a

40.6 a

5.63 a

8.46 a

117.6 a

65.6 a

41.6 a

5.73 a

8.30 a

119.3 a

63.4 a

39.3 a

5.53

8.27

118.8

66.0

39.4

5.53 a

5.23 a

113.9 a

53.9 a

29.7 a

5.50 a

8.06 a

118. 7 a

67.3 a

42.4 a

5.96 a

5.73 a

115.3 a

64.9 a

31.6 a

5.66

6.34

115.9

62.0

35.5

5.36 a

8.23 a

126.6 a

62.9 a

42.4 a

5.40 a

6.50 a

119.9 a

57.9 a

34.8 a

5.36 a

7.40 a

107.1 a

61.1 a

40.7 a

5.37

8.04

117.8

60.6

39.3

kg/ph
2.4
kg/ph
3.0
kg/ph
Ratarata

NPK
12.12.17

1.8
kg/ph
2.4
kg/ph
3.0
kg/ph
Ratarata

NPK 12.8.20

1.8
kg/ph
2.4
kg/ph
3.0
kg/ph
Ratarata

dan jumlah daun, rataan nilai tertinggi diperoleh pada dosis pemupukan
sebanyak 2.4 kg/ph. Berdasarkan tren hasil tersebut diperoleh gambaran bahwa
apabila petani lada melakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk
majemuk NPK 15.15.15, maka dosis pemupukan yang cukup rasional adalah
berkisar 1.8 2.4 kg/pohon/tahun. Upaya meningkatkan dosis pemupukan yang
lebih besar (3.0 kg/ph) ternyata tidak diikuti oleh perbaikan pertumbuhan
tanaman, bahkan cenderung memperburuk kondisi tanaman.

Implikasinya,

karena antara penggunaan pupuk dosis rendah dan dosis lebih tinggi tidak
berbeda nyata secara statistik, maka pilihan yang rasional adalah menggunakan
dosis pupuk yang lebih sedikit. Artinya, untuk menghasilkan kualitas atau kondisi
5

pertumbuhan tanaman yang hampir sama baik dapat diperoleh dengan


penggunaan dosis pupuk yang lebih sedikit, sehingga petani lada dapat
menekan biaya produksi lada.
Di wilayah Bangka Belitung, dosis anjuran umum pemupukan lada dewasa
(TM) adalah sebanyak 2.4 kg/pohon/tahun (Wahid et al, 2005). Apabila dosis
anjuran tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi pemupukan lada, maka hasil
penelitian ini memungkinkan petani melakukan penghematan pemakaian pupuk
sebanyak 0.6 kg/ph atau 960 kg/ha (pop. 1600 pohon/ha). Kalau harga pupuk
majemuk NPK 15.15.15 misalnya sebesar Rp 4000/kg, maka akan diperoleh
penghematan biaya produksi berasal dari pupuk sebanyak Rp. 3,84 juta, suatu
pengurangan biaya yang sangat berarti bagi petani lada.
Apabila menggunakan komposisi NPK 12.12.17, hasil penelitian (Tabel 1)
memperlihatkan bahwa dosis pemupukan lada terbaik adalah 2.4 kg/ph. Hal ini
diperlihatkan oleh nilai rataan terbesar 4 dari 5 komponen pertumbuhan
vegetatif tanaman yang diamati, yaitu jumlah cabang tertier, diameter tajuk,
panjang dan jumlah daun sulur buah. Seperti juga pada penggunaan komposisi
NPK 15.15.15, adanya upaya menggunakan dosis pemupukan yang lebih besar
(3.0 kg/ph) dengan komposisi NPK 12.12.17, ternyata tidak diikuti oleh
pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Hasil ini kelihatannya masih konsiten
dengan yang dianjurkan Wahid et al (2005), yaitu sebanyak 2.4 kg/ph/th untuk
tanaman lada menghasilkan di wilayah Babel. Namun demikian, apabila petani
dihadapkan

dengan

keterbatasan

biaya

untuk

penyediaan

pupuk,

maka

penggunaan dosis pupuk yang lebih rendah (1.8 kg/ph) masih menjadi alternatif
pemupukan yang rasional karena pada dosis pemupukan tersebut masih
menghasilkan kondisi pertumbuhan tanaman yang hampir sama baik.
Pada perlakuan komposisi NPK 12.8.20 yang sifatnya hipotetik, ternyata
penggunaanya memberikan respon hasil sedikit lebih baik dibanding dua
komposisi pupuk lainnya. Diperolehnya tren respon positip tanaman lada akibat
perlakuan pupuk NPK dengan proporsi K yang lebih tinggi dibanding N dan K
tampaknya sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini setidaknya ada dua
alasan,

yaitu:

Pertama

tanaman

lada

dikenal

sebagai

tanaman

yang

membutuhkan unsur hara K relatif lebih banyak dibanding unsur makro utama
lain N dan P (Sadanandan et al, 2000: Waard, 1979). Lebih lanjut, dilaporkan
bahwa total jumlah unsur hara N, P dan K yang diambil oleh semua bagian
tanaman lada dewasa (daun, batang, akar dan buah) dari tanah masing-masing
6

adalah 292, 56, 405 kg/ha. Kedua, hasil penelitian Daras et al. (2012) yang
melaporkan bahwa status unsur K tanaman lada di Babel pada waktu
belakangan ini sangat kritis. Di kebun-kebun lada petani banyak tanamannya
yang memperlihatkan gejala kekurangan unsur K dengan kandungan berkisar
0.51% - 1.99% K (Daras et al, 2012). Padahal untuk memperoleh pertumbuhan
tanaman lada yang baik, kandungan K daun optimumnya adalah pada kisaran
1.78 - 2.84% (Sadanandan et al, 1996). Karena karakteristik unsur K bersifat
mobil, maka tanaman lada yang mengalami kekurangan unsur tersebut
meredistribusi (memobilisir) unsur K dari jaringan/daun tua ke jaringan (daundaun) muda yang sedang aktif tumbuh. Oleh sebab itu, munculnya gejala
kekurangan unsur K pertama kali atau dimulai pada daun-daun tua dengan
memperlihatkan daun klorosis, dimulai dari bagian tengah, yang kemudian
berkembang ke bagian pinggir daun. Pada kekurangan unsur K tingkat akut,
bagian pinggir daun menghitam seperti terbakar (Gambar 1).
Pada komposisi pupuk tersebut (NPK 12.8.20), dosis pemupukan terbaik
diperoleh pada tanaman lada yang dipupuk 1.8 kg/pohon. Hal ini diperlihatkan
oleh 4 dari 5 parameter pertumbuhan yang diamati, yang menghasilkan nilai
rataan tertinggi, meskipun juga tidak berbeda nyata dengan dosis pemupukan
yang lebih tinggi. Berdasarkan tren hasil-hasil di atas diperoleh gambaran bahwa
komposisi pupuk NPK manapun yang digunakan untuk tanaman lada dewasa di
Babel,

maka

mendukung

dosis

pemupukan

pertumbuhan

yang

tanaman

dipandang

lada

di

cukup

Babel

memadai

berkisar

1.8

untuk

2.4

kg/pohon/tahun.

Gambar

1. Gejala kekurangan K pada


tanaman lada dewasa (TM) di
Bangka

Figure 1. K deficiency in pepper grown plants

in Bangka
7

Pada komposisi pupuk tersebut (NPK 12.8.20), dosis pemupukan terbaik


diperoleh pada tanaman lada yang dipupuk 1.8 kg/pohon. Hal ini diperlihatkan
oleh 4 dari 5 parameter pertumbuhan yang diamati, yang menghasilkan nilai
rataan tertinggi, meskipun juga tidak berbeda nyata dengan dosis pemupukan
yang lebih tinggi. Berdasarkan tren hasil-hasil di atas diperoleh gambaran bahwa
komposisi pupuk NPK manapun yang digunakan untuk tanaman lada dewasa di
Babel,

maka

mendukung

dosis

pemupukan

pertumbuhan

yang

tanaman

dipandang

lada

di

cukup

Babel

memadai

berkisar

1.8

untuk

2.4

kg/pohon/tahun.
Kalau petani dihadapkan pada keterbatasan biaya untuk penyediaan
pupuk, maka tanaman lada dipupuk sekurang-kurangnya sebenyak 1.8 kg/ph/th.
Sedangkan dari segi komposisi pupuk, penggunaan NPK 12.8.20 dinilai sebagai
komposisi pupuk majemuk NPK yang paling ideal untuk tanaman lada di Babel
dikaitkan dengan status hara tanah dan karakteristik tanamannya. Hanya saja
yang menjadi masalah, setidaknya untuk jangka pendek, bahwa komposisi
pupuk majemuk NPK 12.8.20 sampai saat ini belum tersedia di pasaran. Oleh
sebab itu, sebelum komposisi pupuk tersebut dapat diformulasikan dan tersedia
di pasaran, maka petani dapat meramu majemuk NPK dari pupuk tunggal urea
SP-36, dan KCl, masing-masing sebagai sumber unsur N, P dan K.

Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan generatip.


Seperti pada komponen (parameter) pertumbuhan vegetatip, aplikasi
pupuk juga belum memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap komponen
generatip (Tabel 2). Pada tahun 2011 (panen bulan Juli), adanya variasi hasil
panen lada per pohon berkisar 0.42 0.56 kg lada kering/pohon (Tabel 2, kol.1),
diperkirakan belum sepenuhnya disebabkan atau sebagai reaksi perlakuan
pupuk. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa ketika aplikasi pupuk pertama
diberikan pada bulan Maret/April, tanaman percobaan dalam kondisi sedang
berbuah muda. Dengan alasan ini, maka pemberian pupuk (agihan ke 1) diduga
belum banyak berpengaruh terhadap perolehan hasil lada. Namun hasil panen
tersebut, tetap menjadi informasi yang bernilai untuk digunakan sebagai bahan
evaluasi hasil lada pada tahun panen berikutnya (2012).
Tabel 2. Pengaruh pupuk terhadap komponen generatif tanaman
Table 2. Effect of fertilizers on plant generative component
8

Komposisi NPK/dosis
NPK composition/dose

Hasil lada kering


Black pepper yield
kg/ph (kg/ha)
Juli 2011 (kol 1)

Jumlah malai bunga/sulur buah


contoh
Number of panicles flower / vine
fruit sample
Nop. 2011 (kol.2)

NPK

1.8 kg/ph

0.55 (880)

11.9 a

15.15.15

2.4 kg/ph

0.56 (896)

14.1 a

3.0 kg/ph

0.50 (800)

13.9 a

Rata-rata

0.54 (856)

13.3

NPK

1.8 kg/ph

0.44 (704)

8.0 a

12.12.17

2.4 kg/ph

0.42 (672)

7.3 a

3.0 kg/ph

0.52 (832)

11.5 a

Rata-rata

0.46 (736)

8.9

1.8 kg/ph

0.49 (784)

12.5 a

2.4 kg/ph

0.45 (720)

8.0 a

3.0 kg/ph

0.45 (720)

11.1 a

Rata-rata

0.46 (741)

10.5

NPK 12.8.20

Dalam waktu 3-4 bulan setelah panen lada (Juni/Juli) tahun yang sama
(2011), yaitu sekitar Okt/Nop tanaman lada mulai memasuki musim berbunga
lagi, yang hasil ladanya akan dipanen bulan Juni/Juli 2012. Periode puncak
pembentukan bunga lada biasanya berlangsung sampai Peb/Mar. Dengan
demikian, hasil pengamatan terhadap jumlah malai bunga/sulur buah contoh
(Tabel 2, kol. 2) diperkirakan belum sepenuhnya mencerminkan potensi hasil
lada yang akan dicapai pada musim panen lada tahun 2012. Dengan kata lain,
nilai rataan jumlah malai per cabang (sulur) buah contoh (pengamatan
Nopember 2011) masih merupakan hasil antara yang kemungkinan besar
dapat berubah, karena musim bunga lada masih berlangsung. Namun demikian,
berdasarkan tren perolehan jumlah malai bunga per cabang (sulur) buah contoh
(Tabel 2, kol 2) menunjukkan bahwa penggunaan komposisi pupuk NPK 15.15.15
memberikan respon lebih baik dibanding komposisi pupuk NPK lainnya, dengan
rataan hasil 13.3 malai/sulur buah. Rataan jumlah malai bunga cukup baik
berikutnya (10.5 malai/sulur) diperoleh pada perlakuan komposisi NPK 12.8.20,
dan rataan hasil yang terendah (8.9 malai/sulur) diperoleh pada komposisi NPK
12.12.17.
Sementara itu, pengaruh dosis dari masing-masing komposisi pupuk yang
diuji ternyata memberikan gambaran serupa dengan komponen vegetatip
tanaman.

Pada komposisi pupuk NPK 15.15.15, hasil malai terbanyak (14.1


9

malai/sulur) juga diperoleh pada dosis pemupukan sebesar 2.4 kg/ph. Namun,
sejak hasil malai terbanyak tersebut tidak berbeda nyata dengan hasil malai dari
dosis pemakaian pupuk lebih rendah (11.9 malai/sulur), maka pilihan petani
dapat menggunakan dosis pemupukan yang lebih rendah, yaitu sebanyak 1.8
kg/pohon. Sedangkan dengan penggunaan komposisi pupuk NPK 12.8.20, rataan
hasil malai terbanyak dijumpai pada pemupukan tanaman dengan dosis pupuk
paling rendah (1.8 kg/pohon). Hasil ini tampaknya masih konsisten dengan
pengaruhnya terhadap parameter pertumbuhan vegetatip tanaman. Sementara
itu, pada penggunaan komposisi NPK 12.12.17 hasil terbaik diperoleh pada dosis
penmupukan taraf terbesar (3.0 kg/pohon). Sejak rataan hasil tersebut secara
statsitik tidak berbeda nyata, maka secara ekonomis akan menjatuhkan pilihan
pada penggunaan dosis pupuk yang paling rendah, yaitu sebanyak 1.8 kg/pohon.
Kandungan unsur hara
Berdasarkan

hasil

analisis

beberapa

sifat

kimia

tanah

(Tabel

3)

menunjukkan bahwa tanah Bangka dengan pH 4.2 sedikit di bawah kisaran


optimum. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi lada
yang optimal perlu dilakukan pemberian kapur atau dolomit, sehingga pH tanah
masuk kisaran optimum (4.8 6.25). Sedangkan kandungan C-organik dan N
tanah, masing-masing 2.9 %, dan 1.18 %, masuk kategori cukup. Kondisi
demikian, juga tercermin dari kandungan N daun lada yang cukup tinggi (2.37
%), jauh di atas kisaran optimum 1.06 1.64 % (Tabel 4).
Sementara

itu,

kandungan

unsur

makro

utama

dan

tanah

memperlihatkan nilai yang cukup memadai, karena kedua unsur makro tersebut
masuk kategori kecukupan. Adanya petunjuk bahwa tanaman lada memperoleh
suplai P dan K yang cukup juga tercermin dari kandungan P dan K daun, masingmasing sebesar 0.11 % dan 1.48 %, meskipun nilainya mendekati batas bawah
atau kurang (Tabel 4). Di beberapa kebun lada petani di Bangka petani mulai
memperlihatkan gejala spesifik kekurangan K, yaitu daun tua klorotik pada
bagian sisi luar (Gambar 1). Oleh sebab itu, penggunaan pupuk majemuk NPK
dengan proporsi K relatif lebih tinggi dari unsur N dan/ P sangat dianjurkan.
Table 3. Hasil analisis beberapa sifat kimia tanah Bangka
Table 3. The analysis result of soil chemical properties in Bangka
Karakteristik
Characteristics

Nilai optimum*
Optimum value

Tanah Bangka
Soil in Bangka
10

pH

4.8 6.25

4.2

2.0 7.5

2.9

0.21 0.50**

1.18

12 - 96

8.2

91 286

257.4

C-org (%)
N-total (%)
P-bray (mg/kg)
K_dd (mg/kg)
*) Hamza et al., 2007
**) Puslitanak (1983)

Table 4. Hasil analisis kandungan hara N, P dan K daun lada


Table 4. The analysis result of the content of N, P and K leaf pepper
Unsur hara
Nutrient

Nilai optimum*
Optimum value

Kandungan unsur hara


daun lada Bangka
Nutrient content og
pepper leaf in Bangka

N (%)

1.06 1.64

2.37

P (%)

0.11 0.26

0.11

K (%)

1.18 2.84

1.48

*) Sumber (source): Hamza et al., 2007


Atas dasar hasil-hasil di atas dapat disimpulkan bahwa perlakuan dosis
pemupukan sebanyak 1.8 kg/pohon dengan komposisi pupuk NPK 15.15.15 atau
NPK 12.8.20 cukup memadai untuk mendukung pertumbuhan dan potensi hasil
lada di wilayah Bangka Belitung. Dengan memperhatikan ketersediaan pupuk
(jangka pendek), maka jenis pupuk majemuk NPK 15.15.15 adalah yang paling
mudah diperoleh petani di pasar setempat. Sedangkan untuk tujuan jangka
panjang dengan memperhatikan karakteristik agroklimat wilayah Babel, maka
penggunaan

komposisi

pupuk

majemuk

NPK

12.8.20

lebih

dianjurkan

penggunaanya untuk budidaya lada di wilayah Babel.

KESIMPULAN DAN SARAN


Penggunaan ketiga macam komposisi NPK, yaitu NPK 15.15.15, NPK
12.12.17 dan NPK 12.8.20) belum memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan dan hasil lada. Namun, ada tren pengunaan proporsi
unsur K relatif lebih tinggi dari unsur N dan/ P menghasilkan respon tanaman
yang lebih baik. Dari segi jumlah unsur hara, pemberian dosis pemupukan
sebanyak 1.8 kg/ph/th dipandang cukup memadai untuk budidaya lada di
11

wilayah Babel. Berarti, dosis pupuk tersebut 0.6 kg atau 25% lebih rendah dari
anjuran umum pemupukan tanaman lada di daerah Bangka, yaitu 2.4 kg/ph/th.
Dengan demikian, petani berpotensi mampu menghemat penggunaan pupuk
sekitar 960 kg/ha.
Sejak ketiga komposisi pupuk NPK (15.15.15, 12.12.17 dan 12.8.20) belum
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil lada, maka
penggunaan pupuk NPK 15.15.15 adalah pilihan pupuk majemuk yang paling
rasional karena mudah diperoleh di pasaran setempat. Namun, untuk tujuan
jangka panjang dengan memperhatikan karakteristik agroklimat wilayah Babel,
maka penggunaan komposisi pupuk NPK 12.8.20 lebih dianjurkan.

DAFTAR PUSTAKA
Daras, U., B. E. Tjahjana dan Herwan. 2012. Status hara tanaman lada Bangka Belitung.
Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri 3 (1): 23 - 32
Daras, U, dan D. Pranowo. 2009. Kondisi kritis lada putih Bangka Belitung dan alternatif
pemulihannya.Jurnal Litbang Pertanian, 28 (1): 1 - 6
Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka Belitung. 2006. Data dan Statistik
Perkebunan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia: Lada. Direktorat
Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Hamza, S., V. Srinivasan and R. Dinesh. 2007. Nutrient diagnosis of black pepper (Piper
nigrum L.) gardens in Kerala and Karnataka.Journal of Spices and Aromatic Crops
16 (2): 7781
Irawati, A.F.C., C.A. Wirasti, Herwan, Issukindarsyah,dan M.T.L. Panggabean. 2009.
Pengembangan teknologi budi daya lada ramah lingkungan di Provinsi Bangka
Belitung. Makalah Seminar Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Mala,W.J., I.S. Kumari1, H.A. Sumanasena and C.M. Nanayakkara. 2010. Effective spore
density of Glomus mosseae, Arbuscular Mycorrhiza (AM), for inoculation of rooted
cuttings of Black Pepper (Piper nigrum Linn.).Tropical Agricultural Research Vol.
21(2): 189 - 197
Peter, K. V, V. Srinivasan and S. Hamza. 2000. Nutrient management in spices. Fert. News
45: 1318, 2125, 2728.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. TOR Survei kapabilitas tanah. Proyek Penelitian Pertanian
Menunjang Program Transmigrasi.
Pushparajah, E. 1994. Leaf analysis and soil testing for plantation tree crops. International
Workshop Leaf Diagnosis and soil testing as a guide to crop fertilization. Bangkok,
Thailand.
Sadanandan, A.K. 2000. Agronomic and nutrition of black pepper. In Black pepper (Ed.)
Ravindran, P.N, Harwood Academic Publishers, New Delhi.pp. 163-223.
12

Sadanandan, A.K., B.S. Bhargava and S. Hamza. 1996. Leaf nutrient norms for black
pepper (Piper nigrum L) using DRIS. Journal of Plantation Crops 24 (Suppl): 53-59.
Sadanandan, A.K, K.V. Peter, and S. Hamza. 2002. Role of Potassium Nutrition in
Improving Yield and Quality of Spice Crops in India: 445 466 p
Thangaselvabal, T., C. Gailce Leo Justin and M. Leelamathi. 2008. Black pepper (Piper
nigrum l.): The king of spices, a review. Agric. Rev., 29 (2): 89 98 p
Waard, P.W.F. De. 1969. Foliar diagnosis, nutrition and yield stability of black pepper (Piper
nigrum L.) In Sarawak. Communication No. 58, Royal Tropical Institute, Amsterdam.
The Netherlands. pp. 150.
Wahid, P, D. Manohara, D. Wahyuno, dan A. R. Rivai. 2005. Pedoman Budidaya Tanaman
Lada. Balai Penelitian Tana Lamp. : 1 (satu) eks.
Sukabumi, 25 Juni 2012

Hal

: Bahan Naskah Buletin

Kepada Yth.
Dewan Redaksi Buletin Ristri
13

DiTempat

Dengan hormat,
Bersama ini kami sampaikan 1 (satu) eksemplar dan soft copy naskah yang berjudul
Formulasi pemupukan berimbang pada tanaman lada di Bangka Belitung, untuk
diterbitkan di Buletin Riset Tanaman Industri dan Penyegar.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya, kami sampaikan terimakasih.

Hormat Kami,
Asif

Aunillah,

STP.man Rempah dan Obat, Bogor.

14

Anda mungkin juga menyukai