Anda di halaman 1dari 12

ABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan terdapat banyak sekali makhluk hidup yang beranekaragam.
Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas berdasarkan
organisasi biologisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitasnya.
Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut
disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya
jika suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan
maka keanekaragaman jenisnya rendah (Umar, 2013).
Spesies atau jenis memiliki pengertian individu yang mempunyai persamaan secara
morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter
hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya.
Keanekaragaman hayati tingkat jenis adalah keanekaragaman hayati yang menunjukkan
seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis (Sofyan, 2010).
Keanekaragaman jenis memiliki pengertian berapa jumlah jenis tumbuhan yang
terdapat di dalam satu komunitas. Di alam, kita akan menemukan jenis populasi tumbuhan
tertentu sangat dominan, sedangkan jenis yang lain jarang. Untuk memudahkan pengukuran
tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dibuat hipotesa berdasarkan kerapatan populasi di
dalam komunitas. Misal, dua komunitas tumbuhan sama-sama memiliki 5 jenis tumbuhan
dengan jumlah individu yang sama pula. Komunitas pertama, satu jenis populasi sangat
dominan, empat jenis yang lain sangat jarang. Ini berarti tingkat keanekaragaman jenisnya
rendah. Komunitas kedua, lima jenis populasi memiliki kerapatan yang sama besar. Ini berarti
tingkat keanekaragaman jenisnya tinggi (Indriyanto, 2008).
Pengukuran keanekaragaman jenis di alam sebenarnya sulit. Karena, saat sampel
diperbanyak, keanekaragaman jenis ikut meningkat pula. Metode perhitungan
keanekaragaman jenis yang populer digunakan oleh peneliti yakni indeks Simpson dan alfa.
Setiap metode statistik memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, dalam
penggunaan metode tersebut harus disertakan derajat kepercayaan dan simpangan baku
datanya (Indriyanto, 2008).
Untuk mengetahui bagaimana keanekaragaman jenis suatu komunitas maka
dilakakukanlah percobaan ini untuk menentuka keanekaragaman jenis suatu komunitas
berdasarkan Indeks Simpson dan Indeks Shannon-Wiener.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menentukan keanekaragaman jenis suatu komunitas dengan
berdasarkan pada Indeks Simpson dan Indeks Shannon-Wiener.

2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan


rumus-rumus sederhana dalam menghitung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 April2013, praktikum dalam
laboratorium dilakukan pada pukul 14.00 - 18.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi
Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar dan pengambilan data dilakukan di Canopy, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat
mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan
organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem
organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang
khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup
lainnya(Chiristine, 2013).
Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas
tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama.
Sebaliknya jika suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies
yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah. Keanekaragaman yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi. Komunitas yang
tua dan stabil akan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi. Sedangkan suatu
komunitas yang sedang berkembang pada tingkat suksesi mempunyai jumlah jenis rendah
daripada komunitas yang sudah mencapai klimaks. Komunitas yang memiliki
keanekaragaman yang tinggi lebih tidak mudah terganggu oleh pengaruh lingkungan. Jadi
dalam suatu komunitas dimana keanekaragamannya tinggi akan terjadi interaksi spesies yang
melibatkan transfer energi, predasi, kompetisi dan niche yang lebih kompleks (Umar, 2013).
Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan
lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin dan pegunungan tinggi.
Sementara itu, keanekaragaman yang tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum.
Hutan tropika adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi.
Sementara ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang mempunyai keanekaragaman
yang tinggi, seperti dicontohkan dengan hutan itu mempunyai keanekaragaman yang tinggi
itu stabil. Tetapi ada juga ahli yang berpendapat sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak
selalu berarti stabilitas. Kedua pendapat ini ditopang oleh argumen-argumen ekologi yang
masuk akal, masing-masing ada benarnya dan ada kelemahannya (Rososoedarmo, 1990).
Menurut Pringgoseputro (1998) tingkat keanekaragaman dibedakan menjadi :
1. Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman yang menghasilkan individu-individu dengan
susunan genetik tidak sama dalam satu jenis. Ada ayam bangkok, ayam pelung, ayam buras,
ayam hutan, ayam bekisar, ayam kinatan, ayam katai, ayam kampung, dan ayam cemara. Ada
padi gogo, padi sedane, padi cempaka, padi rakim, padi ketan, padi pelita, padi ciliwung, padi
IR, dan lainnya. Ternyata dalam jenis yang sama masih kita temukan banyak keragaman, baik
dalam bentuk, penampilan, maupun sifat-sifatnya. Berbagai contoh di atas merupakan bukti

terdapat keanekaragaman di dalam lingkup jenis. Seluruh warga sesuatu jenis memiliki
kerangka dasar komponen genetik yang sama. Akan tetapi setiap kerangka dasartadi tersusun
oleh ribuan faktor pengatur kebakaan.
2. Keanekaragaman jenis adalah merupakan variasi organisme yang ada di bumi. Jenis
merupakan suatu organisme yang dapat dikenal dari bentuk atau penampilannya dan
merupakan gabungan individu yang mampu saling kawin di antara sesamanya secara bebas
(tetapi tidak dapat melakukannya dengan jenis lain), untuk menghasilkan keturunan yang
fertil (subur). Jenis itu terbentuk oleh kesesuaian kandungan genetik yang mengatur sifat-sifat
kebakaan dengan lingkungan tempat hidupnya. Karena lingkungan tempat hidup jenis itu
beranekaragam, jenis yang dihasilkannya pasti akan beranekaragam pula. Proses terjadinya
jenis, pada umumnya berlangsung secara perlahanlahan dan dapat memakan waktu ribuan
tahun, melalui perubahan penyesuaian atau evolusi jenis lain yang sudah ada sebelumnya.
Selanjutnya, jenis yang terjadi ini juga mempunyai peluang untuk menjelmakan jenis-jenis
yang lain.
3. Keanekaragaman Ekosistem terjadi karena adanya interaksi antara jenis makhluk hidup yang
bervariasi dengan lingkungan yang beranekaragam. ekosistem merupakan suatu satuan
lingkungan, yang terdiri dari unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk hidup), faktor-faktor
fisik (iklim, air, tanah), dan kimia (keasaman, salinitas) yang saling berinteraksi satu sama
lainnya. Aspek yang dapat digunakan sebagai ciri keseluruhan ekosistem adalah energitika
(taraf trofik atau makanan: produsen, konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran
pelaksana taraf trofik) dan produktivitas (hasil keseluruhan ekosistem). Ekosistem berasal
dari kata oikos: rumah sendiri; systema: terdiri atas bagian-bagian yang utuh atau saling
memengaruhi. Suatu sistem yang dibentuk di suatu daerah di mana komponen makhluk hidup
dengan lingkungannya terdapat hubungan timbal balik atau saling memengaruhi atau sebagai
satu kesatuan yang utuh. Dalam ekosistem terdapat komponen-komponen abiotik, produsen,
konsumen, dan pengurai. Ekosistem terdiri atas perpaduan berbagai jenis makhluk hidup
dengan berbagai macam kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang beranekaragam, maka
jika susunan komponen jenis dan susunan faktor fisik serta kimianya berbeda, ekosistem
yang dihasilkan akan berbeda pula.
Keanakaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk
hidup antar jenis (interspesies) dalam satu marga. Keanekaragaman jenis lebih mudah diamati
daripada keanekaragaman gen. perbedaan antarspesies makhluk hidup dalamsatu marga atau
genus lebih mencolok shingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antarindividu dalam
satu spesies. Misalnya nangka, keluwih, dan sukun ketiganya termasuk dalam genus yang
sama, yaitu Arthocarpus (Resosoedarmo, 1990).
Ada enam faktor yang menentukan perubahan keanekaragaman jenis organisme
dalam satu ekosistem yaitu waktu, heterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, stabilitas
lingkungan dan produktivitas. Selama kurun waktu geologis akan terjadi perubahan keadaan

lingkungan yang mengakibatkan banyak individu yang tidak dapat mempertahankan


kehidupannya, tetapi ada juga kelompok-kelompok individu yang mampu bertahan hidup
terus dalam waktu relatif lama sebagai hasil proses evolusi. Evolusi dapat diartikan sebagai
proses yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat populasi spesies dari waktu ke waktu
berikutnya (Heddy, 1986).
Konsep komunitas cukup jelas, tetapi seringkali dalam penentuan batas dan
pengenalan batas komunitas tidak mudah. Meskipun demikian, komponen-komponen
komunitas ini mempunyai kemampuan untuk hidup dalam lingkungan yang sama di suatu
tempat dan untuk hidup saling bergantung yang satu terhadap yang lain. Komunitas
mempunyai derajat keterpaduan yang lebih tinggi dari pada individu-individu dan populasi
tumbuhan dan hewan yang menyusunnya. Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi
tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup di tempat tersebut, dan
kegiatan komunitas-komunitas ini bergantung pada penyesuaian diri setiap individu terhadap
faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di tempat tersebut (Odum, 1993).
Suatu nan komunitas dapat mengkarakteristikakkan suatu unit lingkungan yang
mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut biotop.
Hamparan lumpur, pantai pasir, gurun pasir, dan unit lautan merupakan contoh biotop. Di
sisni biotop ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop-biotop lain dapat pula dicirikan oleh
unsur organismenya, misalnya padang alang-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai,
dan sebagainya (Heddy, 1986).
Keanekaragaman atau kekayaan jenis dapat diukur dengan berbagai cara, misalnya
dengan indeks keanekaragaman. Suatu tempat dikatakan memiliki keanekaragaman jenis
tinggi bila memiliki kekayaan jenis yang merata, misalnya suatu komunitas dengan 5 jenis
burung yang berjumlah 300 individu, dengan jumlah rata-rata 60 ekor per jenis. Sedang pada
komunitas lain terdapat 5 jenis burung dengan jumlah individu yang sama (300 ekor), tetapi
rata-rata untuk keempat burung yang pertama hanya 15 ekor, sedang jenis burung sisanya 240
ekor. Dari contoh tersebut komunitas yang memiliki rata-rata 60 ekor per jenis burungnya
dianggap lebih beranekaragam dibanding dengan komunitas yang memiliki jumlah jenis yang
tidak merata (Sofyan, 2010).

BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya patok panjang 1 meter, tali,
dan penggaris.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tumbuhan yang terdapat di dalam
plot.

A.
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.

III.3 Metode Kerja


Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
Cara pengambilan data :
Areal yang akan diduga tingkat keanekaragamannya dipilih yaitu di Canopy.
Petak sampel dalam areal tersebut dibuat dengan cara tali dibentangkan sepanjang 30 m
kemudian dalam ukuran 10 x 10 meter dibuat sebuah petak.
Di dalam petak berukuran 10 x 10 m dengan menggunakan patok sebagai penanda kemudian
dibuat lagi petak berukuran 5 x 5m dan 1 x 1 m.
Petak ukuran 10 x 10 m dibuat secara berselang seling lokasinya disepanjang tali sampai
ukuran tali 30 m terpenuhi (3 areal plot).
Jumlah individu dan jenis pada setiap petak sampel dihitung dengan ketentuan pada plot
ukuran 10 x 10 m yang dihitung adalah jenis dan jumlah pohon, plot ukuran 5 x 5 m yang
dihitung adalah jenis dan jumlah semak, dan plot ukuran 1 x 1 m yang dihitung adalah jenis
dan jumlah rumput.
B. Cara kerja di laboratorium :
Data yang diperoleh kemudian dihitung dan dianalisis dengan menggunakan indeks Simpson
dan Indeks Shannon-Wiener.
Hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam kategori yang ada kemudian
diperhatikan berdasarkan parameternya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Pengambilan Data
Tabel Data Vegetasi dengan Menggunakan Metode Jalur Berpetak
No.

Nama Spesies

Family

Jumlah

Poaceae

36

1.

Pennisetum purpureum

2.

Cyperus rotundus

Cyperaceae

3.

Hedyotis corymbosa

Rubiaceae

4.

Artocarpus integra

Moraceae

5.

Averrhoa carambola

Oxalidaceae

6.

Averrhoa bilimbi

Oxalidaceae

7.

Leucaena leucocephala

Fabaceae

8.

Mimosa pudica

Fabaceae

9.

Sida rhombifolia

Malvaceae

10.

Salvia divinorum

Lamiaceae

11.

Lagerstroemia indica

Acanthaceae

12.

Gnetum gnemon

Gnetaceae

Total Individu

59

IV. 2 Analisis Data


IV.2.1 Indeks Keanekaragaman dengan Menggunakan Indeks Shannon-Wiener
Keanekaragaman dapat dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener
( Umar, 2013 ) dengan rumus sebagai berikut :
H = - Pi ln Pi
Pi =
Dimana :

H = Indeks Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu spesies I
N = Jumlah total individu
Kriteria indeks keanekaragaman dibagi dalam 3 kategori yaitu :
H < 1
= keanekaragaman rendah
1 < H < 3
= keanekaragaman sedang
H > 3
= keanekaragaman tinggi
H = - Pi ln Pi
Pi =
== -(-1,41)

= 1,41
1 < H < 3
Keanekaragaman di tempat tersebut sedang.
IV.2.2 Indeks Keanekaragaman dengan Menggunakan Indeks Simpson
Keanekaragaman dapat dihitung dengan menggunakan indeks Simpson (Umar, 2013)
dengan rumus sebagai berikut :
Ds = ( Pi )2
Pi =
I=1
Dimana :
Ds = Indeks Simpson
ni = Jumlah individu spesies (i)
N = Jumlah total individu
Kriteria indeks dominansi dibagi dalam 3 kategori yaitu :
0,01 - 0,30
= Dominansi rendah
0,31 0,60
= Dominansi sedang
0,61 1,0
= Dominansi tinggi
Ds = ( Pi )2
Pi =
I=1
2
= ( ) + ( ) 2+( ) 2+ ( ) 2+ ( ) 2+ ( ) 2+ ( ) 2+( ) 2+( ) 2+( ) 2 +( )2+ ( ) 2

= +

+ + + + + ++
=
= 0,39

Nilai indeks berada 0,31 0,60 berarti dominansinya sedang.


IV.3 Pembahasan
Keanekaragaman adalah keseluruhan variasi makhluk hidup , baik bentuk,
penampilan, jumlah dan sifat, dibedakan atas tiga tingkatan yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman jenis merupakan

karakteristik tingkatan dalam komunitas berdasarkan organisasi bilogisnya, yang dapat


digunakan untuk menyatakan struktur komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan
kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh
sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya
rendah. Untuk mengukur keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas digunakan indeks
Simpson dan Indeks Shannon-Wielner. Indeks Simpson menunjukkan tingkat dominansi
dalam suatu komunitas sedangkan Indeks Shannon-Wielner menunjukkan tingkat
keanekaragaman dalam suatu komunitas. Seperti yang kita ketahui bahwa semakin tinggi
tingkat dominansi maka semakin sedikit keanekaragamannya sehingga kedua indeks ini
saling bertolak belakang, sehingga memudahkan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Canopy diperoleh 12 jenis tanaman yang
terbagi ke dalam 10 family dan dengan jumlah total 59 individu. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan menggunakan Indeks Shannon Wiener dan diperoleh hasil
sebesar 1,41 yang berarti hasil yang ditunjukkan berada diantara satu dan tiga, sehingga
menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman di Canopy sedang. Kemudian dat yang
diperoleh juga dianalisis dengan menggunakan Indeks Simpson untuk melihat dominansinya.
Hasil yang diperoleh setelah melakukan analisis dengan indeks Simpson adalah sebesar 0,39
yang menunjukkan tingkat dominansi dalam komunitas tersebut sedang. Dari analisis melalui
kedua indeks ini, dapat diketahui bahwa keanekaragaman dan dominansi di ekosistem
Canopy tergolong sedang, hal ini sudah sesuai dengan teori dimana ketika dominansinya
sedang maka keanekaragamannya juga sedang karena tidak ada spesies yang mendominansi
areal tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut adalah penyebaran spesies,
dominansi, faktor pembatas, kompetisi, dan adanya predator. Pada komunitas di Canopy
diketahui bahwa tumbuhan bisa berkembang dikarenakan faktor lingkungan yang mendukung
dan tidak adanya predator sehingga beberapa spesies dapat menyebar dalam areal tersebut.
Selain itu melaui analisis indeks Simpson dapat diketahui bahwa sangat sedikit jenis spesies
yang mendominansi tempat tersebut karena dominansinya sedang sehingga menyebabkan
tingkat keanekaragamannya juga sedang, karena apabila dominansi tinggi maka
keanekaragaman rendah, begitupun sebaliknya.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pengujian dengan menggunakanMorisita, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Keanekaragaman jenis dalam komunitas di Canopy berdasarkan indeks Shannon Wiener
adalah sebesar 1,41 yang menunjukkan bahwa keanekaragaman di tempat tersebut tergolong
sedang dan tingkat dominansinya berdasarkan indeks Simpson sebesar 0,39 yang
menunjukkan bahwa tingkat dominansinya sedang.
2. Teknik sampling yang dapat digunakan untuk menentukan keanekaragaman jenis dalam
komunitas adalah dengan menggunakan metode jalur berpetak yang kemudian dianalisis
dengan menggunkan indeks Shannon Wiener dan indeks Simpson.
V.2 Saran
Saran mengenai percobaan ini sebaiknya dalam percobaan ini digunakan meteran dan
juga sebaiknya identifikasi terhadap tanaman yang diamati dilakukan di lokasi pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA
Chiristine. 2013. Tingkat Keanekaragaman dalam Kehidupan.http://www.sentra-edukasi.com. Diakses
pada Sabtu tanggal 27 April 2013 pukul 12.45 WITA.
Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.
Odum, H., 1993. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pringgoseputro, S., 1998. Ekologi Umum. UGM Press, Yogyakarta.
Resosoedarmo, S., 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Sofyan, A. C., 2010. Tingkat Keanekaragaman Dalam Kehidupan.http://www. sentra-edukasi.com.
Diakses pada hari Sabtu tanggal 27 April 2013 pukul 12.30 WITA.

Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai