Anda di halaman 1dari 5

Contoh Kasus/Masalah Dalam Dunia

Perbankan Mengenai Manajemen Proyek


dan Resiko
Siti Masitoh 08.40 No Comments

Contoh Kasus CYBER CRIME dalam Dunia Perbankan


Saat ini terjadi pergeseran pola carding. Kalau dulu mereka lebih mengincar barang-barang
yang mahal dan langka, kini uang yang dicari. Misalnya, kini marak carding untuk
perdagangan saham secara online. Pelaku carding dari Indonesia berfungsi sebagai pihak
yang membobol kartu kredit, dan hasilnya digunakan oleh mitranya di luar negeri untuk
membeli saham secara online. Keuntungan transaksi itu kemudian ditransfer ke sebuah
rekening penampungan, yang kemudian dibagi lagi ke rekening anggota sindikat. Setelah isu
carding mereda, kini muncul bentuk kejahatan baru, yakni pembobolan uang nasabah melalui
ATM atau cracking sistem mesin ATM untuk membobol dananya
Kepercayaan terhadap perbankan tidak hanya terkait dengan keamanan simpanan nasabah di
bank tersebut, tetapi juga terhadap keamanan sistem dan prosedur, pemanfaatan teknologi
serta sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan kepada nasabah.
Salah satu aspek risiko yang hingga kini belum banyak diantisipasi adalah kegagalan
transaksi perbankan melalui teknologi informasi (technology fraud) yang dalam risiko
perbankan masuk kategori sebagai risiko operasional. Secara umum, risiko operasional,
menurut Basel Accord, didefinisikan sebagai kerugian akibat terjadinya kegagalan akibat
faktor manusia, proses, dan teknologi yang menyebabkan terjadinya ketidakpastian
pendapatan bank. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, proses operasional sebagian
besar bank saat ini dilakukan selama 24 jam tanpa mengenal batasan jarak, khususnya bagi
bank-bank yang telah dapat melakukan aktivitas operasionalnya melalui delivery channels,
misalnya ATM, internet banking, phone banking, dan jenis transaksi media elektronik
banking lainnya.
Dengan demikian, ngendalian dan pengawasan operasio- nal harus dilakukan pula secara 24
jam dan harus bersifat menyeluruh. Peng-awasan dan pengendalian operasional ndak dapat
lagi dilakukan dengan metode sample semata untuk memastikan bahwa operasional bank
telah berjalan dengan baik.

Situs Bank Aspal Mengecoh Nasabah


Dunia perbankan dalam negeri juga digegerkan dengan ulah Steven Haryanto, yang
membuat situs asli tetapi palsu layanan perbankan lewat Internet BCA. Lewat situs-situs
Aspal, jika nasabah salah mengetik situs asli dan masuk ke situs-situs tersebut, identitas
pengguna (user ID) dan nomor identifikasi personal (PIN) dapat ditangkap. Tercatat 130
nasabah tercuri data-datanya, namun menurut pengakuan Steven pada situs Master Web
Indonesia, tujuannya membuat situs plesetan adalah agar publik memberi perhatian pada
kesalahan pengetikan alamat situs, bukan mengeruk keuntungan.
Kejahatan terhadap pelayanan perbankan merupakan salah satu bentuk kejahatan yang selama
ini sering terjadi di banyak tempat. Beberapa di antaranya sudah ditangani dengan baik,
namun masih saja terus berulang dengan modus yang bervariasi. Misalnya mulai dari
tindakan perampokan atas petugas bank maupun terhadap nasabah yang baru saja melakukan
transaksi di bank. Di samping itu ada juga tindakan yang mengelabui data perbankan yang
akibatnya merugikan nasabah, termasuk dengan cara mengganggu proses transaksi melalui
pemanfaatan teknologi internet.
Akan tetapi, kini, satu pola pembobolan uang nasabah yang disimpan di bank mulai
menggejala. Bentuknya adalah menyalahgunakan data dalam pemanfaatan anjungan tunai
mandiri (ATM). Kejahatan ini telah membuat nasabah resah. Uang nasabah pun dikuras habis
tanpa sepengetahuan si pemilik tabungan. Peristiwa seperti ini marak terjadi, seperti di
Jakarta dan Bali. Kenyamanan menggunakan mesin ATM pun kini masih melemah. Padahal,
penggunaan transaksi dengan cara seperti ini tujuannya adalah memudahkan nasabah, dengan
memberi rasa aman dan kepraktisan.
Kemudian pihak bank juga mengalami kerugian. Baik kerugian material, juga kerugian
psikologis. Bagaimanapun, bila terus-menerus terjadi kejahatan seperti ini akan berimplikasi
bagi ketidakpuasan nasabah yang pada gilirannya akan mendatangkan ketidakpercayaan
terhadap pelayanan dunia perbankan. Bank tanpa kepercayaan nasabah akan mengalami
kekeringan. Sebab, bukan tidak mungkin para nasabah akan menarik dananya dari bank.
Dunia perbankan secara umum pun akan mengalami ketidaknyamanan. Bagaimanapun jika
kita hendak membangun iklim perbankan yang sehat, untuk kemudian memacu dunia
ekonomi, harus ada pelayanan perbankan yang nyaman dan terpercaya. Itu tugas pemerintah
dan pihak bank. Artinya, dalam setiap pelayanan perbankan, jangan sampai menimbulkan
kerugian terhadap nasabah, meski itu dilakukan oleh orang-orang yang tak bertanggung
jawab, seperti pembobolan ATM milik nasabah. Artinya harus ada tanggung jawab atau
umpan balik dari kepercayaan para nasabah terhadap bank. Dalam kaitan kasus kegiatan

perbankan seperti yang terjadi akhir-akhir ini, kita mendukung langkah pihak Bank Indonesia
yang memerintahkan bank untuk mengganti kerugian yang dialami para nasabah. Dari
informasi yang ada, beberapa peristiwa yang sudah terjadi, kerugian nasabah diperkirakan
mencapai angka 5 miliar rupiah. Belum lagi kerugian yang belum terdeteksi dan belum
dilaporkan. Ke depan, bagi seluruh pemangku kepentingan terhadap dunia perbankan, apakah
itu pihak BI, bank-bank yang ada, dan juga pemerintah, yang penting diutamakan adalah
bagaimana memberikan rasa aman terhadap nasabah. Dan indikasi bank mampu atasi
masalah tersebut adalah masyarakat aman melakukan transaksi termasuk dengan
menggunakan ATM. Masyarakat harus percaya terhadap apa yang ditawarkan bank. Data
nasabah harus terjaga betul. Di samping itu, para nasabah juga diharapkan kehati-hatiannya
dalam menggunakan Kartu Anjungan Tunai Mandiri. Pasalnya, berbagai bentuk kejahatan itu
dilakukan dengan cara skimming data, yaitu pencurian data nasabah yang tersimpan dalam
kartu atau pengintipan nomor identitas personal (PIN).
Analisis Kasus
Cybercrime sebagai kejahatan di bidang komputer
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering diidentikkan sebagai computer crime. The
U.S.Department of Justice memberikan pengertian computer crime sebagai:"any illegal act
requiring knowledge of Computer technology for its perpetration, investigation, or
prosecution". Pengertian lainnya diberikan oleh Organization of European Community
Development, yaitu: "any illegal, unethical or unauthorized behavior relating to the automatic
processing and/or the transmission of data". Andi Hamzah dalam bukunya Aspek-aspek
Pidana di Bidang Komputer (1989) mengartikan cybercrime sebagai kejahatan di bidang
komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara ilegal.
Sedangkan menurut Eoghan Casey Cybercrime is used throughout this text to refer to any
crime that involves computer and networks, including crimes that do not rely heavily on
computer.
Ia mengkategorikan cybercrime dalam 4 kategori yaitu:
1. A computer can be the object of Crime.
2. A computer can be a subject of crime.
3. The computer can be used as the tool for conducting or planning a crime.
4. The symbol of the computer itself can be used to intimidate or deceive.
Polri dalam hal ini unit cybercrime menggunakan parameter berdasarkan dokumen kongres
PBB

tentang

The

Prevention

of

Crime

and

The

Treatment

of

Offlenderes

di

Havana,

Cuba

pada

tahun

1999

dan

di

Wina,

Austria

tahun

2000,

menyebutkan ada 2 istilah yang dikenal :


a. Cyber crime in a narrow sense (dalam arti sempit) disebut computer crime: any illegal
behaviour directed by means of electronic operation that target the security of computer
system and the data processed by them.
b. Cyber crime in a broader sense (dalam arti luas) disebut computer related crime: any illegal
behaviour committed by means on relation to, a computer system offering or system or
network, including such crime as illegal possession in, offering or distributing information by
means of computer system or network.
Dari beberapa pengertian di atas, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum
yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/ alat atau komputer
sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak
lain.
Berdasarkan Motif Kegiatan
Berdasarkan motif kegiatan yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi dua
jenis sebagai berikut :
a. Cybercrime sebagai tindakan murni kriminal
Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan kejahatan yang dilakukan
karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai
sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini adalah Carding, yaitu pencurian nomor
kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Juga
pemanfaatan media internet (webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan.
Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat dimasukkan dalam
contoh kejahatan yang menggunakan internet sebagai sarana. Di beberapa negara maju,
pelaku spamming dapat dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi.
b. Cybercrime sebagai kejahatan abu-abu
Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah abu-abu, cukup sulit
menentukan apakah itu merupakan tindak kriminal atau bukan mengingat motif kegiatannya
terkadang bukan untuk kejahatan. Salah satu contohnya adalah probing atau portscanning. Ini
adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem
operasi yang digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup, dan
sebagainya.
Berdasarkan Sasaran Kejahatan

Sedangkan berdasarkan sasaran kejahatan, cybercrime dapat dikelompokkan menjadi


beberapa kategori seperti berikut ini :
a. Cybercrime yang menyerang individu (Against Person)
Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang
memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa contoh
kejahatan ini antara lain :
Pornografi
Kegiatan yang dilakukan dengan membuat, memasang, mendistribusikan, dan menyebarkan
material yang berbau pornografi, cabul, serta mengekspos hal-hal yang tidak pantas.
Cyberstalking
Kegiatan yang dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan
memanfaatkan komputer, misalnya dengan menggunakan e-mail yang dilakukan secara
berulang-ulang seperti halnya teror di dunia cyber. Gangguan tersebut bisa saja berbau
seksual, religius, dan lain sebagainya.
Cyber-Tresspass
Kegiatan yang dilakukan melanggar area privasi orang lain seperti misalnya Web Hacking.
Breaking ke PC, Probing, Port Scanning dan lain sebagainya.
b. Cybercrime menyerang hak milik (Againts Property)
Cybercrime yang dilakukan untuk menggangu atau menyerang hak milik orang lain.
Beberapa contoh kejahatan jenis ini misalnya pengaksesan komputer secara tidak sah melalui
dunia cyber, pemilikan informasi elektronik secara tidak sah/pencurian informasi, carding,
cybersquating, hijacking, data forgery dan segala kegiatan yang bersifat merugikan hak milik
orang lain.
c. Cybercrime menyerang pemerintah (Againts Government)
Cybercrime Againts Government dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan terhadap
pemerintah. Kegiatan tersebut misalnya cyber terorism sebagai tindakan yang mengancam
pemerintah termasuk juga cracking ke situs resmi pemerintah atau situs militer.
Sumber:bataviase.co.id/detailberita

Anda mungkin juga menyukai