BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Swine Influensa (flu, hog flu, pig flu) atau influensa babi adalah
penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus
influensa tipe A. Gejala klinis penyakit ini terlihat secara mendadak, yaitu
berupa batuk, dyspneu, demam dan sangat lemah. Penyakit ini dengan
sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu,
umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi
komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian.
Penyakit influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat
itu dunia sedang terdapat wabah penyakit influensa secara pandemik pada
manusia yang menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia. Kasus
tersebut terjadi pada akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan
terjadi wabah penyakit epizootik pada babi di Amerika Tengah bagian utara
yang mempunyai kesamaan gejala klinis dan patologi dengan influensa pada
manusia. Karena kejadian penyakit ini muncul bersamaan dengan kejadian
penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut flu pada babi.
Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkan
dari manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi
dilaporkan terjadi di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan
Afrika pada permulaan tahun 1968.
Sementara itu, di Eropa influensa babi diketahui pada tahun 1950-an,
melanda negara Cekoslovakia, Inggris dan Jerman Barat. Setelah itu, virus
menghilang untuk sementara waktu sampai muncul kembali wabah tahun
1976 di bagian Itali, yang kemudian menyebar ke Belgia dan bagian selatan
Perancis pada tahun 1979. Sejak itu dengan cepat penyakit menyebar ke
negara Eropa lain.
Pada awal tahun 1976 di Amerika Serikat terjadi suatu peristiwa yang
sangat menarik yaitu ditemukannya virus influensa babi yang dapat diisolasi
dari manusia, selanjutnya dapat terungkap bahwa apabila manusia
berhubungan dengan babi sakit, maka akan dapat menjadi terinfeksi dan
menderita penyakit pernapasan akut. Penyakit yang disebabkan oleh virus
klasik influensa babi serotipe H1N1 merupakan penyakit pernapasan pada
babi yang sangat signifikan di Amerika Utaram hampir seluruh Eropa dan
Asia bagian barat, wabah umumnya terjadi pada musim gugur atau musim
dingin. Penyakit tersebut secara klinis tidak terdeteksi di Inggris hingga
tahun 1986. (Karashin, 2000)
Sementara itu, di Australia belum pernah dilaporkan adanya penyakit
baik secara klinis maupun serologis. Dalam waktu 60 tahunan influensa babi
tidak berubah secara signifikan di alam. Karena penyakit pernafasan babi
selain disebabkan oleh virus influensa A juga disebabkan oleh agen lainnya
maka istilah influensa babi diubah menjadi Enzootic pneumonia.
Kerugian yang disebabkan penyakit pernapasan sudah banyak
dilaporkan, virus flu babi merupakan sudah banyak dilaporkan, virus flu
babi merupakan penyakit yang memicu gejala-gejala atau sindrom penyakit
pernapasan komplex. Virus flu babi sebagai penyebab pertama dicirikan
dengan adanya kematian yang rendah, derajat kesakitan tinggi dan
kejadiannya sangat sebentar, jadi virus flu babi dapat dikatakan sebagai
pemicu adanya infeksi bakteri sekunder.
Kerugian ekonomis yang terjadi dikarenakan infeksi virus influensa
yang terus kembali berulang dan karena gejala klinis yang tidak terlihat
akibat adanya respon kekebalan beberapa babi yang akan menjadi sakit
kronis. Pada kelompok ternak dengan kondisi baik akan terlihat babi kerdil
oleh karena laju pertumbuhan bobot badan yang lama sehingga terlambat
untuk dijual. Dilaporkan juga adanya kenaikan kematian anak babi, fertilitas
menurun, terjadi abortus pada kehamilan tua yang dapat diikuti wabah
penyakit pada kelompok ternak yang tidak kebal.
Masuknya influenza babi di Indonesia harus diwaspadai terutama
dengan telah merebaknya kasus avian influenza (AI) pada unggas yang
disebabkan oleh H5N1 sejak bulan Agustus tahun 2003, yang didahului
dengan dilaporkannya influensa pada itik di Indonesia. Virus AI yang
menyerang kelompok unggas disebabkan sub tipe lain, yang berbeda dengan
penyebab kematian pada babi, tapi masih dalam tipe influensa A yang sama.
Virus AI kemungkinan juga dapat menyerang babi. Namun demikian karena
virus AI sangat mudah bermutasi, mungkin saja sangat membahayakan,
tetapi masih belum dilaporkan adanya kematian pada babi. Pada tulisan ini
digambarkan penyakit influensa yang menyerang babi secara umum
berdasarkan kumpulan tulisan mengenai influenza babi. (Landolt, 2003)
1.2. TUJUAN
Mengetahui dan memahami tentang flu babi baik sejarah, definisi,
etiologi, epidemiologi, patogenesis dan patofisiologi, gejala klinis,
pemeriksaan
penunjang,
diagnosis
banding,
dasar
diagnosis,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
Sistem respirasi terdiri dari dua bagian yaitu bagian konduksi dan
bagian pernafasan. Bagian konduksi merupakan saluran yang dilalui udara
yang terdiri dari cavitas nasi, pharynx, larynx, trachea, bronchus dan
bronchiolus. Bagian pernafasan adalah paru-paru yang berisi bronchiolus
respiratorius, ductus alveolaris, saccus alveolaris dan alveoli. Cavitas nasi
berfungsi untuk pernafasan dan penciuman, pharynx berfungsi untuk
pernafasan dan proses menelan sedangkan larynx untuk pernafasan dan
pembentukan suara. Sistem pernafasan ini menyerap oksigen melalui
dinding alveoli dan sekaligus mengeluarkan karbondioksida.
Paru-paru adalah organ pernafasan penting dan pada orang sehat
selalu berisi udara. Paru-paru bayi baru lahir berwarna kemerahan dan
lunak. Bila bayi lahir sebelum bernafas maka paru-paru tidak akan
mengapung bila dimasukkan ke dalam air, tetapi akan tenggelem.
Paru-paru orang dewasa mempunyai permukaan yang berwarna lebih
gelap karena penimbunan partikel debu yang diisap. Paru-paru kanan lebih
besar dan lebih pendek dari pada paru-paru sebelah kiri karena kubah
diaphragma kanan lebih tinggi dan letak jantung lebih ke kiri dalam rongga
thorax. Paru-paru mempunyai sebuah apex, sebuah basis, 3 buah facies yaitu
facies costalis, facies mediastinalis dan facies diaphragmatica dan 3 buah
margo yaitu margo anterior, inferior dan posterior.
Dengan adanya fissura obliqua dan horizontalis, maka paru-paru
kanan terbagi menjadi tiga buah lobi. Fissura obliqua memisahkan lobus
inferior dari lobus medius dan lobus superior, sedangkan fisura horizontalis
memisahkan lobus superior dari lobus medius.
Fisura obliqua pada paru-paru kiri memisahkan lobus superior dari
lobus inferior. Lingula terdapat pada lobus superior paru-paru kiri. Lobus
inferior meliputi bagian besar basis pulmonalis dan bagian posterior paru.
Letak fissura obliqua paru-paru kiri dan kanan kurang lebih sesuai dengan
letak costa VI, sedangkan fissura horizontalis paru kanan berjalan menuju
cartilago costalis IV kanan.
Otot pernafasan intrinsic, otot ini berperan dalam pernafasan dan
melekat pada iga vertebra dan sternum. Jenisnya :
1. M. serratus posterior, superior, dan inferior
2. Mm. intercostalis externus,internus dan intima
3. M. levator costarum
4. M. subcostalis
5. M. Transversus thoracis
Otot ekstrinsik, otot ini untuk pernafasan paksa. Jenisnya :
1. Untuk ekspirasi : M. rectus abdominis, M. oblicuus abdominis eksternus,
M Oblicuus internus, M transverses abdominis, M quadrates lumborum
2. Untuk
inspirasi
Pectoralis
mayor
sternocleidomastoideus, Mm Scaleni.
dan
minor,
Di bawah hidung
terdapat dua pembukaan yang disebut lubang hidung atau nares eksternal.
Bagian internal hidung terdiri dari kavitas (lubang) yang besar di tengkorak
terletak atas dari mulut dan di antara dua kaviti orbital (mata). Bagian dalam
hidung eksternal dan internal dibagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh
pembagi vertikal yang dikenali sebagai septum hidung. Setiap kaviti hidung
mempunyai atap, lantai, dinding lateral dan dinding medial (septum
hidung). Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung.
Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung
internal.
Bulu hidung di dalam kaviti hidung menghalangi debu dan
mikroorganisma dari udara yang masuk dan lapisan mukus yang
memerangkapnya. Sinus venosus yang banyak ke membran mukus
membantu menghangatkan udara yang masuk menjadi hampir sama dengan
suhu badan di samping melembabkannya. Selain itu hidung juga berfungsi
sebagai organ untuk membau karena reseptor bau terletak di mukosa bagian
atas hidung. Hidung juga membantu menghasilkan dengungan (fonasi).
PHARYNX
Pharynx atau tekak terdiri dari tabung berotot kira-kira 12 hingga
13cm panjang. Farinks terletak di depan tulang vertebra servikal, dari dasar
tengkorak ke atas tulang vertebra servikal ke 6 dan berterusan dengan
esofagus. Farinks terdiri daripada otot rangka dan dilapisi oleh membran
mukus. Bagian paling atas farinks dikenali sebagai nasofarinks. Nasofarinks
terletak posterior terhadap kaviti hidung dan berhubung dengannya melalui
pembukaan hidung internal. Setiap dinding lateral mempunyai pembukaan
untuk saluran auditori (pendengaran) yang berhubung dengan telinga
tengah. Dinding posterior banyak mempunyai jaringan limfa yang disebut
adenoid. Bagian tengah farinks pula dikenali sebagai orofarinks dan terletak
posterior terhadap kaviti oral . Di dinding lateral terdapat sekumpulan
jaringan limfa yang dikenali sebagai tonsil palatin dan di anterior pula
tonsil lingual yang terletak pada dasar lidah. Bagian paling bawah farinks
ialah laringofarinks yang terletak posterior terhadap larinks.
Farinks menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga
makanan dan minuman yang ditelan. Selain itu farinks menyediakan ruang
dengungan (resonasi) untuk bunyi percakapan dan jaringan limfa di
dindingnya memberi perlindungan daripada mikrorganisma yang masuk
bersama-sama udara, makanan dan minuman.
LARYNX
Larynx terletak di bagian anterior leher setinggi corpus vertebrae
cervicales III-Vi. Larynx menghubungkan bagian inferior pharynx dengan
trachea. Larynx berfungsi sebagai katup untuk melindungi jalan-jalan udara
dan menjada supaya jalan udara selalu terbuka, terutama sewaktu menelan.
Larynx juga berfungsi sebagai mekanisme fonasi yang dirancang untuk
pembentukan suara.
Kerangka larynx terdiri dari sembilan tulang rawan yang berhubungan
melalui ligamentum dan membrana. Dari sembilan tulang rawan terdapat
tiga yang tunggal (cartilago thyroidea, cartilago cricoidea dan cartilago
epiglotica) dan tiga tulang rawan berpasangan (cartilago arytenoidea,
cartilago cornoculatta dan cartilago cuneiformis).
Gambar 2. Trachea
BRONKUS
Trakea berakhir dengan bercabang kepada bronkus primer kanan dan
kiri pada depan tulang vertebra toraks ke-5. Cabang kanan menghadap ke
paru-paru kanan sementara cabang kiri sebaliknya. Bronkus primer terdiri
dari cincin2 tulang rawan yang tidak lengkap dan dilapisi oleh epitelium
pserdostartum berselia. Apabila bronkus primer masuk ke paru-paru,
bronkus ini pertama-tama bercabang kepada bronkus yang lebih kecil dan
dikenali sebagai bronkus sekunder. Bronkus sekunder akan terus bercabang
kepada cabang-cabang yang lebih kecil, yaitu bronkus tersier yang terbagi
jadi bronkiol. Bronkiol bercabang pula kepada tabung yang lebih kecil yang
dikenali sebagai bronkiol terminal. Trakea dan pencabangan yang berterusan
menyerupai sebatang pohon dengan dahan-dahannya dan selalu dirujuk
sebagai pokok bronkus. Fungsi pokok bronkus adalah menyediakan tempat
lewat bagi udara yang dibawa masuk ke dalam paru-paru dan untuk
mengeluarkan udara. (Moore, 2002)
Definisi
10
Etiologi
Penyebab influensa yang ditemukan pada babi, bersamaan dengan
11
Ketiga tipe virus tersebut mempunyai RNA dengan sumbu protein dan
permukaan virionnya diselubungi oleh semacam paku yang mengandung
antigen haemagglutinin (H) dan enzim neuraminidase (N). Peranan
haemagglutinin adalah sebagai alat melekat virion pada sel dan
menyebabkan terjadinya aglutinasi sel darah merah, sedangkan enzim
neurominidase bertanggung jawab terhadap elusi, terlepasnya virus dari sel
darah merah dan juga mempunyai peranan dalam melepaskan virus dari sel
yang terinfeksi.
Antibodi terhadap haemaglutinin berperan dalam mencegah infeksi
ulang oleh virus yang mengandung haemaglutinin yang sama. Antibodi juga
terbentuk terhadap antigen neurominidase, tetapi tidak berperan dalam
pencegahan infeksi. Influensa babi yang terjadi di Amerika Serikat
disebabkan oleh influensa A H1N1, sedangkan di banyak negara Eropa
termasuk Inggris, Jepang dan Asia Tenggara disebabkan oleh influensa A
H3N2. Banyak isolat babi H3N2 dari Eropa yang mempunyai hubungan
antigenik sangat dekat dengan A/PortChalmers/1/73 strain asal manusia.
Peristiwa rekombinan dapat terjadi, seperti H1N2 yang dilaporkan di Jepang
kemungkinan berasal dari rekombinasi H1N1 dan H3N2. Peristiwa
semacam ini juga dilaporkan di Italy, Jepang, Hongaria, Cekoslowakia dan
Perancis. (Jawetz, 2008)
BEVERIDGE (1977) melaporkan bahwa pada tahun 1935, WILSON
SMITH menemukan virus influensa yang dapat ditumbuhkan dengan cara
menginokulasikannya pada telor ayam berembrio umur 10 hari. Setelah
diuji dalam 2 hari, cairan alantoisnya mengandung virus sebanyak 10.000
juta (1010) partikel karena virus tersebut dapat menyebabkan aglutinasi sel
darah merah, maka dari kejadian tersebut dikembangkan uji HA dan HI.
Teknik ini kemudian digunakan sebagai cara yang termudah untuk
digunakan di laboratorium. Setelah penemuan tersebut banyak para peneliti
tertarik untuk mempelajari virus influensa.
Oleh sebab itu, sekarang banyak ilmu pengetahuan mengenai virus
influensa telah diungkapkan dibandingkan dengan virus lainnya yang
menyerang manusia. Virus influensa selain dapat ditumbuhkan dalam telur
12
Epidemiologi
Epidemi flu babi memiliki potensi menjadi pandemi. WHO
13
sebagian kecil dari infeksi aktual yang terjadi. Sebagian besar orang yang
sakit tidak mencari pengobatan dan tidak melakukan tes untuk mengetahui
strain virus flunya (Dumyati, et al., 2009).
d.
Patogenesis
Mekanisme virus H1N1 yang menyerang sistem pernapasan manusia
dan
14
fragmen
(HA2)
yang
dapat
menyebabkan
virus
melepaskan
Gejala Klinis
Pada kejadian wabah penyakit, masa inkubasi sering berkisar antara 1-
2 hari, tetapi bisa 2-7 hari dengan rata-rata 4 hari. Penyakit ini menyebar
sangat cepat hampir 100% babi yang rentan terkena, dan ditandai dengan
15
16
Diagnosis Banding
Penyakit influensa A pada babi yang ringan akan dapat menjadi parah
karena
penyakit
lain
seperti
Pseudorabies
(Aujeszky's
disease),
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk penunjang diagnosis sangat diperlukan dalam
17
positif untuk antigen H1. Bila dengan pemeriksaan salah satu tersebut
dinyatakan posisitif maka dinyatakan sebagai kasus confirmed atau kasus
pasti.
Pemeriksaan serologi lain adalah pemeriksaan laboratorium antibodi
spesifik pada 1 spesimen serum tertentu untuk virus influenza A (H1). Tetapi
pemeriksaan ini masih belum terlalu sensitif. Bila hasilnya positif masih
dianggap kategori kasus probable (diduga).
Pemeriksaan laboratorium lainnya bukan untuk memastikan adanya
infeksi flu babi. Tetapi hanya sebatas untuk membantu menilai prognosis,
menentukan jenis tindakan serta untuk menyingkirkan diagnosa banding
penyakit lainya. Pemeriksaan rutin tersebut adalah pemeriksaan darah
lengkap (hemoglobin, hitung lekosit, hitung jenis lekosit, trombosit, laju
endap darah), albumin, globulin, SGOT/SGPT, ureum, kreatinin, kreatin
kinase dan analisa gas darah. Pemeriksaan mikrobiologi yang diperlukan
adalah pemeriksaan gram dan basil tahan asam atau kultur sputum dan usap
tenggorokan.
Pemeriksaan skrening cepat dengan hapusan cairan hidung dan swab
tenggorok hanya bisa dilakukan untuk melihat virus tipe A. (Fauci, 2008)
h.
Dasar Diagnosis
Diagnosa klinis umumnya didasarkan pada munculnya beberapa
gejala darurat yang disebabkan oleh virus flu babi. Bila muncul gejalagejala yang bersifat gawat darurat, penderita perlu segera dibawa kerumah
sakit. Pada anak, tanda-tanda gawat darurat tersebut, antara lain
a.
b.
c.
d.
e.
f.
18
a.
b.
c.
d.
e.
i.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Seperti infeksi virus influenza pada umunya, sebagian besar infeksi
virus H1N1 dapat sembuh dalam beberapa hari. Karena itu jika muncul
gejala influenza, penderita disarankan untuk beristirahat dan makanmakanan yang bergizi secara teratur. Suplementasi vitamin atau
meningkatkan konsumsi buah-buahan yang kaya vitamin juga dapat
membantu. Pencegahan infeksi virus ini sebetulnya sederhana, yaitu dengan
menjaga kebersihan diri serta menghindari kontak dengan orang yang sakit.
Sering mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan antiseptic,
terutama setelah batuk atau bersin, serta sebelum makan. Selain itu, jangan
menyentuh mulut, hidung atau mata dengan tangan yang kotor. Untuk
penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofen,
aspirin, ibuprofen atau naproksen. Kepada. anak-anak tidak boleh diberikan
aspirin karena resiko terjadinya komplikasi sindrom reye. Obat lainya yang
biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.
Jika infeksi lebih berat, dapat diberikan obat-obat anti viral. Obat ini
akan meredakan gejala dan mencegah komplikasi seperti pneumonia. Saat
ini pada beberapa Negara tersedia obat-obat anti virus yang efektif.
Khusus untuk kasus flu babi, direkomendasikan pemberian
oseltamivir atau zanamivir. Obat ini sama dengan yang digunakan untuk
penanganan flu burung. obat antiviral tersebut sebaiknya diberikan tidak
19
lama setelah diagnosis flu babi ditegakan. Pemberian obat dilakukan selama
5 hari. Untuk orang dewasa, dosis oseltamivir adalah 75 mg perhari. Karena
efek obat ini pada kehamilan belum diketahui, sebaiknya hati-hati jika
diberikan pada ibu hamil. Namun selama ini belum ada laporan mengenai
efek samping oseltamivir atau zanamivir baik pada ibu hamil maupun bayi
yang kemudian dilahirkan. Bia ada infeksi bakteri skunder dapat diobati
dengan antibiotik. Bila ditemukan kasus infeksi berat perlu segera ditangani
sesuai dengan penanganan standar kasus gawat darurat infeksi saluran
pernapasan. (Davis, 2010)
Non-Medikamentosa
Flu babi dapat menular dengan cepat dari manusia ke manusia.
Kecepatan penularanya sama dengan kasus influenza biasa yang sering
terjadi di beberapa Negara. Virus flu babi telah menyebar diseluruh dunia.
Bahkan WHO telah menyatakan sebagai pandemi fase 6. Oleh karena itu
perlu kewaspadaan dan peran serta kita semua dalam pencegahan dan
penanganan virus flu babi H1N1.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk
pencegahan flu khusunya flu babi H1N1
a. Hindri kontak yang terlalu dekat dengan orang yang sedang flu
b. Biasakan cuci tangan dengan teratur menggunakan air dan sabun
terutama setelah kontak dengan pasien flu atau permukaan benda atau
lingkungan yang mungkin terkontaminasi
c. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan orang
yang sedang flu
d. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan atau rumah
e. Jaga pola hidup sehat dengan makan-makanan bergizi seimbang, istirahat
tidur yang cukup dan olah raga.
f. Hindari Hidup bersama dengan babi
Vaksinasi merupakan pencegahan yang efektif terhadap influenza.
Vaksin influenza terhadap virus influenza manusia tidak efektif mencegah
virus flu babi H1N1. WHO sedang mengembangkan vaksin flu babi H1N1
dan diharapkan dapat mencegah wabah virus flu babi di seluruh dunia.
(Ishatmini, 2009)
20
j.
Prognosis
Secara umum, 80-90% pasien yang menderita flu babi merasakan
gejala yang parah, namun sembuh tanpa komplikasi, seperti pada pasienpasien di Meksiko dan Amerika Serikat. Namun, pasien dewasa muda di
Meksiko memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok lainnya. Pasien immunocompromised juga memiliki outcome
yang lebih buruk dengan angka mortalitas yang tinggi (Davis, 2010).
Masalah yang berkaitan dengan prognosis masih belum jelas. Faktor
confounding yang mempengaruhi prognosis flu babi adalah penyakit ini
mewabah pada akhir musim flu pada umumnya. Karena flu babi adalah
virus baru dan tidak mengikuti pola flu biasa, prognosisnya sangat
spekulatif (Davis, 2010).
21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Swine flu atau flu babi adalah penyakit saluran pernafasan akut pada
babi
yang
disebabkan
oleh
virus
influensa
tipe
berfamili
22
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo F.; Butel, Janet S.; Morse, Stephen A. 2008. Jawetz,
Melnick and Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran. EGC :
Jakarta
[H1N1]
Virus)
online
http://www.medicinenet.com/swine_flu/article.htm
at
diakses
14 Maret 2012.
Dumyati, G.; Dickinson, G.; Perrotta, D.M. 2009. Study Supports Swine Flus
Pandemic
Potential
online
at
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/news/fullstory_83573.html diakses 15
Maret 2012.
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson,
J.L., Loscalzo, J. 2008. Harrison's Principles Of Internal Medicine.
Seventeenth Edition. USA: Mc Graw-Hill Companies Inc.
Ishatmini,drh. dan Setijawati, Drh. 2009. Penyakit Flu Babi. (Fungsional Medik
Veteriner Madya Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Banyumas) :
Purwokerto. ( WWW.BANYUMASKAB.GO.ID)
Karasin A.I., I.H. Brown, S. Carman and C.W.Olsen. 2000. Isolation and
Characterization of H4N6 Avian Influenza Viruses from Pigs with
Pneumonia in Canada. J. of Vir. (74) 19: 9322-9327.
23
Landolt G.A., A.I. Karasin, L.Philips and C.W.Olsen, 2003. Comparison of the
Pathogenesis of Two Genetically Different H3N2 Influenza Virus in Pigs. J.
Of Clin.Microb. (41) 5: 1936-19041
Moore, Keith. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates : Jakarta
Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinis Dasar ed.6. EGC : Jakarta