Anda di halaman 1dari 9

Dampak Bentuk

Pemerintahan Desentralisasi
Pengertian Desentralisasi
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di
definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan
Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan
karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma
pemerintahan di Indonesia.
Desentralisasi di bidang pemerintahan adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat
kepada satuan organisasi pemerintahan di wilayah untuk meyelenggarakan segenap
kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami wilayah tersebut.
Dengan demikian, prakarsa, wewenang,dan tanggung jawab mengenai urusan yang
diserahkan pusat menjadi tanggung jawab daerah , baik mengenai politik pelaksanaannya,
perencanaan, dan pelaksanaannya maupun mengenai segi pembiayaannya. Perangkat
pelaksananya adalah perangkat daerah itu sendiri.
Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan
sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari
pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata
untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien.
Tujuan dari desentralisasi adalah :
1. mencegah pemusatan keuangan;
2. sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
3. Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat local
sehingga dapat lebih realistis.
Desentralisasi dapat dilakukan melalui empat bentuk kegiatan utama, yaitu:
Dekonsentrasi wewenang administratif
Dekonsentrasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen pusat kepada
perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan kewenangan
untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat keputusan.
Delegasi kepada penguasa otorita

Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan manajerial untuk


melakukan tugas tugas khusus kepada suatu organisasi yang secara langsung berada di
bawah pengawasan pusat.
Devolusi kepada pemerintah daerah
Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit pemerintahan di luar
pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu
untuk dilaksanakan secara mandiri. Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih
ekstensif untuk merujuk pada situasi di mana pemerintah pusat mentransfer kewenangan
kepada pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan , keuangan dan manajemen.
Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta
Yang di sebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau privatisasi
adalah menyerahkan beberapa otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab admistrasi
tertentu kepada organisasi swasta.
C. Dampak Positif dan Negatif Sentralisasi
Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi, efek positif yang di berikan oleh sistem sentralisasi ini adalah
perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya pusat saja yang
mengatur perekonomian. Sedangkan dampak negatifnya adalah daerah seolah-olah hanya di
jadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan mengatur kebijakan perekonomiannya masingmasing sehingga terjadi pemusatan keuangan pada Pemerintah Pusat.
Segi Sosial Budaya
Dengan di laksanakannya sistem sentralisasi ini, perbedaan-perbadaan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia dapat di persatukan.Sehingga, setiap daerah tidak saling
menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih menguatkan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang di miliki bangsa Indonesia .
Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan sistem ini adalah pemerintah pusat begitu
dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah telah menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintahan lokal
yang memiliki keunikan dinamika sosial budaya tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu
yang panjang mengakibatkan ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya
mematikan kreasi dan inisiatif lokal untuk membangun lokalitasnya.
Segi Keamanan dan Politik
Dampak positif yang dirasakan dalam penerapan sentralisasi ini adalah keamanan lebih
terjamin karena pada masa di terapkannya sistem ini, jarang terjadi konflik antar daerah yang
dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional Indonesia. Tetapi, sentralisasi juga
membawa dampak negatif dibidang ini. Seperti menonjolnya organisasi-organisasi
kemiliteran. Sehingga, organisasi-organisasi militer tersebut mempunyai hak yang lebih
daripada organisasi lain.

Dampak positif yang dirasakan di bidang politik sebagai hasil penerapan sistem sentralisasi
adalah pemerintah daerah tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat
perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir
seluruhnya oleh pemerintah pusat. Sehingga keputusan yang dihasilkan dapat terlaksana
secara maksimal karena pemerintah daerah hanya menerima saja.
Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya kemandulan dalam diri daerah karena hanya
terus bergantung pada keputusan yang di berikan oleh pusat. Selain itu, waktu yang
dihabiskan untuk menghasilkan suatu keputusan atau kebijakan memakan waktu yang lama
dan menyebabkan realisasi dari keputusan tersebut terhambat.
D. Dampak Positif dan Negatif Desentralisasi
Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem desentralisasi ini dimana
pemerintahan daerah akan mudah untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya,
dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal
maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Seperti yang
diberitakan pada majalah Tempo Januari 2003 Desentralisasi: Menuju Pengelolaan
Sumberdaya Kelautan Berbasis Komunitas Lokal.
Tetapi, penerapan sistem ini membukan peluang yang sebesar-besarnya bagi pejabat daerah
(pejabat yang tidak benar) untuk melalukan praktek KKN. Seperti yang dimuat pada majalah
Tempo Kamis 4 November 2004 ( http://www.tempointeraktif.com ) Desentralisasi Korupsi
Melalui Otonomi Daerah.
Setelah Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, resmi menjadi tersangka korupsi pembelian
genset senilai Rp 30 miliar, lalu giliran Gubernur Sumatera Barat Zainal Bakar resmi sebagai
tersangka kasus korupsi anggaran dewan dalam APBD 2002 sebesar Rp 6,4 miliar, oleh
Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat. Dua kasus korupsi menyangkut gubernur ini, masih
ditambah hujan kasus korupsi yang menyangkut puluhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah di berbagai wilayah di Indonesia, dengan modus mirip: menyelewengkan
APBD.Berikut ini beberapa modus korupsi di daerah :
1. Korupsi Pengadaan Barang dengan modus :
a. Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar.
b. Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender.
2. Penghapusan barang inventaris dan aset negara (tanah) dengan modus :
a. Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
b. Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
3. Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan pangkat, pengurusan pensiun dan
sebagainya.

Modus : Memungut biaya tambahan di luar ketentuan resmi.


4. Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah ibadah, panti asuhan dan
jompo) dengan modus :
a. Pemotongan dana bantuan sosial.
b. Biasanya dilakukan secara bertingkat (setiap meja).
5. Bantuan fiktif
Modus : Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke pihak
luar.
6. Penyelewengan dana proyek dengan modus :
a. Mengambil dana proyek pemerintah di luar ketentuan resmi.
b. Memotong dana proyek tanpa sepengtahuan orang lain.
7. Proyek fiktif fisik
Modus : Dana dialokasikan dalam laporan resmi, tetapi secara fisik proyek itu nihil.
8. Manipulasi hasil penerimaan penjualan, penerimaan pajak, retribusi dan iuran dengan
modus :
a. Jumlah riil penerimaan penjualan, pajak tidak dilaporkan.
b. Penetapan target penerimaan.
Sumber : The Habibie Center
Segi Sosial Budaya
Dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu
daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah akan
dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain.
Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut.
Sedangkan dampak negatif dari desentralisasi pada segi sosial budaya adalah masing- masing
daerah berlomba-lomba untuk menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara
tidak langsung ikut melunturkan kesatuan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri.
Segi Keamanan dan Politik
Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan
Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijaksanaan ini akan bisa meredam
daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa

kurang puas dengan sistem atau apa saja yang menyangkut NKRI). Tetapi disatu sisi
desentralisasi berpotensi menyulut konflik antar daerah. Sebagaimana pada artiket Asian
Report 18 juli 2003 Mengatur Desentralisasi Dan Konflik Disulawesi Selatan
..Indonesia memindahkan kekuasaannya yang luas ke kabupaten-kabupaten dan
kota-kota tingkat kedua pemerintahan daerah sesudah provinsi diikuti dengan
pemindahan fiskal cukup banyak dari pusat. Peraturan yang mendasari desentralisasi juga
memperbolehkan penciptaan kawasan baru dengan cara pemekaran atau penggabungan unitunit administratif yang eksis. Prakteknya, proses yang dikenal sebagai pemekaran tersebut
berarti tidak bergabung tetapi merupakan pemecahan secara administratif dan penciptaan
beberapa provinsi baru serta hampir 100 kabupaten baru.
Dengan beberapa dari kabupaten itu menggambarkan garis etnis dan meningkatnya ekonomi
yang cepat bagi politik daerah, ada ketakutan akan terjadi konflik baru dalam soal tanah,
sumber daya atau perbatasan dan adanya politisi lokal yang memanipulasi ketegangan untuk
kepentingan personal. Namun begitu, proses desentralisasi juga telah meningkatkan prospek
pencegahan dan manajemen konflik yang lebih baik melalui munculnya pemerintahan lokal
yang lebih dipercaya..
Dibidang politik, dampak positif yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian besar
keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya
campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah lebih
aktif dalam mengelola daerahnya.
Tetapi, dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia yang berlebihan di mana
wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta
digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit
untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
E. Otonomi Daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat.
1. Perubahan Otonomi Daerah :
1. Struktur Organisasi Tata laksana
2. pada masa era orde baru dan digantikan dengan era reformasi menimbulkan
perubahan yaitu beralihnya sistem pemerintahan yang awalnya sentralistikotoritarian, beralih pada desentralis-libertarian

3. perubahan otonomi daerah berpengaruh terhadap pemilihan umum, yaitu dari


perubahan cara memilih yang semula dicoblos menjadi dicentang kemudian
ukuran surat suara yang terlalu besar seakan-akan menggambarkan bahwa
pemilu tidak memudahkan masyarakat untuk menentukan siapa yang akan
menjadi pengemban amanah mereka.
4. Dalam masa demokrasi, pemuda tidak hanya turut aktif dalam menyampaikan
aspirasi politik pemuda dalam pemilu namun berpartisipasi dalam
mensosialisasikan esensi pemilu itu sendiri kepada pemuda lainnya yang
berpandangan sempit tentang pemilu seharusnya dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran politik masyarakat pada umumnya, khususnya
pemuda.
5. Dalam kasus perubahan sosial pada institusi pemerintahan, perubahan materi
lebih cepat daripada perubahan non-material, berupa penataan ulang struktur
birokrasi Pemerintah Daerah.
6. Terjadi perubahan pola interaksi dalam mekanisme pemerintahan karena
struktur birokrasi yang terkait satu sama lain. Hal ini terjadi karena adanya
perampingan dinas.
7. Sesudah otonomi mengalami pemecahan dua bidang dari seksi pelayanan dan
rehabilitasi yaitu menjadi seksi penyantunan dan rehabilitasi dan penyaluran
dan pembinaan lanjut.
1. Dasar Hukum Otonomi Daerah :
1. Undang-Undang Dasar
Sebagaimana telah disebut di atas Undang-undang Dasar 1945 merupakan landasan yang
kuat untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Pasal 18 UUD menyebutkan adanya
pembagian pengelolaan pemerintahan pusat dan daerah. Pemberlakuan sistem otonomi
daerah merupakan amanat yang diberikan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Amandemen Kedua tahun 2000 untuk dilaksanakan
berdasarkan undang-undang yang dibentuk khusus untuk mengatur pemerintahan daerah.
UUD 1945 pasca-amandemen itu mencantumkan permasalahan pemerintahan daerah dalam
Bab VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi daerah sendiri tertulis
secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut oleh undang-undang.
2. Ketetapan MPR-RI
Tap MPR-RI No. XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah : Pengaturan,
Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan, serta perimbangan
kekuangan Pusat dan Daerah dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Undang-undang
Undang-undang N0.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah pada prinsipnya mengatur
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas
Desentralisasi. Hal-hal yang mendasar dalam UU No.22/1999 adalah mendorong untuk

pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran


masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Namun, karena dianggap tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah, maka aturan baru pun dibentuk untuk menggantikannya. Pada 15 Oktober 2004,
Presiden Megawati Soekarnoputri mengesahkan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Dari ketiga dasar perundang-undangan tersebut di atas tidak
diragukan lagi bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah memiliki dasar hukum yang kuat.
Tinggal permasalahannya adalah bagaimana dengan dasar hukum yang kuat tersebut
pelaksanaan Otonomi Daerah bisa dijalankan secara optimal.
Wewenang Otonomi daerah : Sesuai dengan dasar hukum yang melandasi otonomi daerah,
pemerintah daerah boleh menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Maksudnya,
pelaksanaan kepemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah masih berpatokan pada
undang- undang pemerintah pusat. Dalam undang undang tersebut juga diatur tentang hak
dan kewajiban pemerintah daerah yaitu :
Otonomi daerah mempunyai hak :
1. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
2. memilih pimpinan daerah
3. mengelola aparatur daerah
4. mengelola kekayaan daerah
5. memungut pajak daerah dan retribusi daerah
6. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
yang berada di daerah
7. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
8. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Kewajiban otonomi daerah :
1. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional,serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
3. mengembangkan kehidupan demokrasi
4. mewujudkan keadilan dan pemerataan
5. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan
6. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

7. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak


8. mengembangkan sistem jaminan social
9. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah
10. mengembangkan sumber daya produktif di daerah
11. melestarikan lingkungan hidup
12. mengelola administrasi kependudukan
13. melestarikan nilai sosial budaya
14. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewajibannya
Pelaksanaan Otonomi Daerah : Tujuh tahun desentralisasi Pemerintahan dan Otonomi daerah
telah dilaksanakan di Indonesia. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke
desentralistik berpengaruh dan berdampak luas pada sendi-sendi kehidupan sosial budaya,
ekonomi, politik dan hukum di masyarakat
Desentralisasi Pemerintahan sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah memiliki tiga tujuan
pokok bersifat politik, administratif dan sosial ekonomi.
Tujuan politik mencakup :
1. Demokratisasi infrastruktur (instrumen) politik melalui partai politik (Parpol)
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Tujuan administratif meliputi
1. embagian urusan pemerintahan, sumber keuangan, penguatan dan pembaruan
menejemen pemerintahan
2. Pembangunan sumberdaya manusia (SDM) aparatur pemerintah lewat pemilihan
kepala daerah (Pilkada)
Tujuan sosial ekonomi :
1. Berusaha meningkatkan indek pembangunan manusia (IPM), kerukunan dan
ketahanan sosial.
Ketiga tujuan yang dicapai oleh desentralisasi pemerintahan memberi penguatan pada
pelaksanaan otonomi daerah. Pemilihan kepala daerah yang demokratis, didukung oleh fungsi
dan peran partai politik dan lembaga legislatif yang kuat dengan membela dan menyuarakan
aspirasi rakyat, kondisi pemerintahan yang baik dan bersih serta didukung oleh kualitas
SDM, kerukunan dan ketahanan sosial yang kokoh, menjadikan pelaksanaan otonomi daerah
memberi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang optimal. Sebab good governance

merupakan faktor pendukung keberhasilan otonomi daerah. Pemerintahan yang memenuhi


kriteria good governance adalah yang :
1. pilihan dan penunjukan pejabatnya kompeten
2. menerapkan prinsip transparansi dalam melaksanakan aspek dan fungsi pemerintahan
di daerah
3. melakukan akuntabilitas secara yuridis terhadap setiap tindakan dam keputusannya
kepada public
4. mampu mendorong partisipasi masyarakat dalam menjalankan pemerintahan
5. harus memiliki kepastian dan penegakan hukum (rule of law) yang jelas
6. menjunjung prinsip kesetaraan dan keadilan bagi seluruh rakyat
Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah memposisikan daerah dan masyarakat
menjadi pelaku mewujudkan kesejahteraan sosial dengan melaksanakan kebijakan publik
melalui pelayanan prima, penegakan aturan hukum dan pemberdayaan masyarakat.
Pelayanan publik harus terjangkau, tepat kebutuhan dan sasaran serta berlangsung efisien
efektif (cepat), karena masyarakat menghendaki pelayanan yang mudah, murah, cepat dan
baik. Artinya pelayanan publik harus dilakukan dengan terencana, terukur sasaran dan
hasilnya, dilakukan oleh aparatur yang kompeten melalui cara, prosedur dan aturan hukum
yang tegas, dan pasti.
Faktor-faktor penting berlangsungnya otonomi daerah ditentukan oleh manusia, seperti
Kepala Daerah dan anggota eksekutif lain serta jajaran legislatif; dan tidak kalah penting
adalah partisipasi masyarakat, yaitu keterlibatan seluruh masyarakat sebagai sistem terhadap
masalah-masalah yang dihadapi dan mencari serta mengusahakan pemecahannya. Kemudian
faktor biaya (keuangan daerah) sangat dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan kebijakan
dan program-programnya. Biaya ini digali dari pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan
daerah, dinas dan dana alokasi umum maupun khusus yang harus diraih dari pemerintah
pusat. Faktor peralatan instrumen berupa perangkat keras (teknologi) dan lunak. Dan
sistem, organisasi, menejemen serta struktur organisasi tata laksana yang cocok dengan
kebutuhan pelayanan masyarakat dan pengelolaan pengembangan daerah.
Sumber:

Anda mungkin juga menyukai