Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain vaskular.1 Stroke disebabkan adanya
interupsi suplai darah ke otak yang biasanya disebabkan oleh pembuluh darah yang pecah atau
tersumbat oleh gumpalan. Keadaan ini menyebabkan gangguan suplai oksigen dan nutrisi
sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.2
Stroke merupakan masalah neurologis yang serius yang utama di Amerika. Stroke
menyerang 795.000 penduduk Amerika setiap tahunnya dengan 610.000 kasus baru dan 185.000
kasus rekuren.3 Di negara berkembang di mana jumlah penduduknya adalah lebih dari 2/3
penduduk dunia, insiden stroke makin menonjol dan diperkirakan akan terus meningkat.4
Manifestasi klinis pada penderita stroke adalah kelemahan tubuh dan anggota gerak
yang mendadak, mati rasa atau kesemutan pada satu sisi tubuh atau seluruh tubuh, disartria,
nyeri kepala, mual, muntah, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, kejang.3
Rehabilitasi medik penderita stroke adalah usaha yang dapat dilakukan guna
mengembalikan kemampuan pasien stroke secara fisik pada keadaan semula atau setidaknya
mendekati normal seperti sebelum sakit dalam waktu sesingkat mungkin. Prinsip rehabilitasi
medik pada stroke ialah mengusahakan agar sedapat mungkin pasien tidak bergantung pada
orang lain. Dalam penanganan penderita diperlukan adanya satu tim yang terdiri dari
berbagai disiplin keahhlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya. Tim rehabilitasi medik
pasca stroke terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medik, fisioterapis, okupasi terapis,
ortotis prostetis, terapi wicara, sosial-medik, psikolog, dan perawat rehabilitasi.4
Manfaat rehabilitasi pada penderita stroke bukan untuk mengubah defisit neurologis
melainkan menolong penderita untuk mencapai fungsi kemandirian semaksimal mungkin dalam
konteks lingkungannya. Jadi tujuannya adalah lebih

ke arah meningkatkan kemampuan

fungsional daripada memperbaiki defisit neurologis atau mengusahakan agar penderita dapat
memanfaatkan kemampuan sisanya untuk mengisi kehidupan secara fisik, emosional, dan sosial
ekonomi dengan baik.6

Berikut ini disampaikan sebuah laporan kasus seorang penderita dengan hemiparesis
sinistra et causa post stroke non hemoragik yang dirawat di bagian Rehabilitasi Medik RSUP
Prof. DR. R. D. Kandou Manado.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Stroke adalah defisit neurologis yang dikaitkan dengan cedera fokal akut sistem saraf
pusat oleh penyebab vaskular, termasuk infark cerebral, perdarahan intraserebral, dan
perdarahan subarachnoid.1
Menurut World Health Organization (WHO), stroke adalah adanya tanda-tanda
klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain selain vaskuler.3

2. Epidemiologi
Stroke merupakan masalah kesehatan serius yang utama di Amerika Serikat. Stroke
menempati urutan kedua penyebab kerusakan neurologis setelah trauma kepala, di mana
setiap tahunnya terdapat hampir setengah juta kasus baru.2,3
Hasil survey kesehatan rumah tangga di Indonesia melaporkan bahwa proporsi stroke
pada Rumah Sakit yang tersebar di 27 provinsi antara tahun 1984 - 1986 meningkat.Pada pusat
pelayanan penyakit saraf di Indonesia, stroke menduduki tempat teratas penderita rawat inap. Di
provinsi Sulawesi Utara sendiri, prevalensi stroke sebesar 10,4%. Pada tahun 2010 stroke
menempati posisi kedua penyakit terbanyak (kasus baru). Pada tahun 2011 stroke kembali
menempati posisi pertama penyakit terbanyak (kasus baru) dengan jumlah kasus sebanyak 228
kasus.5
3. Etiologi
Beberapa hal yang menyebabkan lesi vaskuler serebral antara lain :
1. Penyumbatan aliran darah otak karena vasospasme langsung dan menimbulkan
gejala defisit atau perangsangan sesuai dengan fungsi daerah otak yang terkena.
2. Penyumbatan aliran darah yang disebabkan oleh thrombus. Akibatnya aliran darah
otak regional tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan darah otak yang terganggu.
3. Penyumbatan aliran darah otak oleh embolus. Sumber embolisasi dapat terletak di
arteri karotis atau vertebralis tapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
4. Lesi daerah otak akibat ruptur dinding pembuluh darah. Penyebab ruptur pembuluh
darah bisa akibat dari suatu stroke embolik, perdarahan lobaris spontan dan
perdarahan intraserebral akibat hipertensi.3
4. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya stroke dibedakan menjadi:
1. Stroke Iskemik
Ada 3 jenis stroke iskemik:
Trombotik Stroke:
Merupakan jenis terbanyak. Penyebabnya

adalah

aterosklerosis

yang

mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah akibat pertumbuhan plak dalam

dinding pembuluh darah.1


Embolik Stroke
akibat terlepasnya embolus dari sumber asal jantung atau dari pembuluh arteri

besar; masuk ke dalam arteri otak.


Lakunar Stroke
terjadi bila pembuluh darah tembus/perforantes dalam otak tersumbat.1
2. Stroke Hemoragik
Penyebab tersering adalah hipertensi. Penyebab lain adalah pecahnya aneurisma.
Stroke hemoragik menduduki 20% dari semua jenis stroke dan penyumbang
terbanyak kematian.1.6
Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke non hemoragik dikelompokkan menjadi :
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
Stroke dengan defisit neurologis yang terjadi dan akan kembali normal dalam 24
jam.
2. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Stroke dengan defisit neurologik lebih dari 24 jam, tapi akan kembali normal dalam
waktu 3 hari.
3. Progessive stroke
Stroke dengan defisit neurologi yang berlangsung secara bertahap menjadi lebih
berat dan jelas dalam beberapa jam atau hari.
4. Completed Stroke
Stroke dengan defisit neurologis stabil dan tidak bertambah lagi sejak saat
serangan.1,6
Klasifikasi stroke Iskemik menurut Bamford:
Lacunar Infarct (LACI)
Sering disebabkan oleh oklusi mikroateromatous pada arteri penetrans yang kecil

dan dalam.
Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)
Diakibatkan oleh oklusi pada arteri karotis interna atau arteri cerebri media.
Posterior Circulation Infarct (POCI)
Biasanya terjadi karena aterotromboemboli pada sistem arteri vertebrobasilaris.1,4
Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
Sering disebabkan oklusi pada arteri karotis interna ipsilateral atau arteri cerebri
media.

5. Faktor Resiko Stroke

Beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan stroke berdasarkan laporan studi
epidemiologi antara lain :
1.
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu : umur, jenis kelamin, ras dan
2.

herediter.
Faktor yang dapat dimodifikasi yaitu : hipertensi, diabetes, lipid, penyakit
jantung, stenosis karotis, TIA, hemosisteinemia dan ateroma aorta, merokok,
obesitas, aktifitas fisik, diet, alkohol dan kontrasepsi hormonal.7

6. Manifestasi Klinik
Stroke non hemoragik biasanya bermanifestasi sebagai:
Kelumpuhan wajah dan anggota gerak.
Terjadi pada saat santai atau terjadi pada pagi hari.
Gangguan sensibilitas daerah yang lumpuh
Disartria.
Adanya riwayat TIA sebelumnya.
Tidak biasanya ditemukan nyeri kepala, muntah, kejang dan kesadaran yang
menurun.
Tidak ditemui adanya tanda rangsangan meningeal.8
Stroke Hemoragik sendiri khas sehingga dapat dibedakan dari stroke non hemoragik.
Gejala klinis yang biasanya ditemui :
Kelumpuhan wajah dan anggota gerak yang mendadak.
Serangan pada saat aktif disertai nyeri kepala yang hebat.
Gangguan sensibilitas daerah yang mengalami kelumpuhan.
Ataksia, disartria.
Mual, muntah.
Gangguan penglihatan.
Gangguan kesadaran, kejang.
Kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan meningeal.8

7. Diagnosis
Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan pemeriksaan
klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan
pemeriksaan radiologis.8
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah

Beberapa pemeriksaan rutin darah dikerjakan untuk mengindetifikasi kelainan sistemik yang
dapat menyebabkan terjadi stroke atau untuk melakukan pengobatan spesifik pada stroke.
Pemeriksaan tersebut adalah kadar gula darah, elektrolit, haemoglobin, angka eritosit, angka
leukosit, KED, angka platelet, waktu protrombin, activated partial thrombopalstin time,
fungsi hepar dan fungsi ginjal.

Pemeriksaan CT-scan kepala dan MRI


Diagnosis baku emas jenis patologis stroke ditegakkan dengan pemeriksaan CT-Scan atau
dengan MRI.
CT Scan berguna untuk menentukan:
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
menyingkirkan lesi non vaskuler

Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan kardiovaskuler klinis dan pemeriksaan 12-lead ECG harus dikerjakan pada
semua penderita stroke. Biasanya dilakukan selama 48 jam sejak kejadian stroke. Kelainan
jantung sering terjadi pada penderita stroke dan penderita dengan kondisi gangguan jantung
akut harus segera ditanggulangi.Fibrilasi atrial, sangat potensial untuk terjadi stroke, dapat
terdeteksi awal. Monitor jantung sering dilakukan setelah terjadi stroke untuk
menyingkirkan aritmia jantung.

Pemeriksaan rontgen thorak


Pemeriksaan fotorontgen thorak adalah pemeriksaan rutin yang harus dikerjakan.

9. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Stroke


Rehabilitasi medik pada penderita stroke adalah usaha yang dapat dilakukan guna
mengembalikan kemampuan pasien stroke secara fisik pada keadaan semula atau setidaknya
mendekati normal seperti sebelum sakit dalam waktu sesingkat mungkin. Rehabilitasi stroke
membantu penderita stroke agar sebisa mungkin kembali ke kehidupan normal dan
mencapai tingkat kemandirian tertinggi yang mungkin dapat diraih.9,10
Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien dengan
rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status
neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik
didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.9,10
Evaluasi Penderita Stroke dari Segi Rehabilitasi Medik

Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang realistik dan
untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut.11
Pemeriksaan penderita meliputi empat bidang evaluasi:
1.
Evaluasi neuromuskuloskeletal
Mencakup evaluasi neurologi secara umum dengan perhatian khusus pada:
Tingkat kesadaran
Fungsi mental termasuk intelektual.
Kemampuan bicara.
Nervus kranialis.
Pemeriksaan sensorik.
Pemeriksaan fungsi persepsi.
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan gerak sendi.
Pemeriksaan fungsi vegetatif.
2.
Evaluasi medik umum
Mencakup sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem endokrin serta sistem
3.

saluran urogenital.
Evaluasi kemampuan fungsional
Meliputi kegiatan sehari-hari (AKS) seperti makan dan minum, mencuci, kebersihan
diri, transfer dan ambulasi. Untuk setiap jenis aktivitas tersebut ditentukan derajat

4.

kemandiriaan dan ketergantungan penderita juga kebutuhan alat bantu.


Evaluasi psikososial-vokasional
Mencakup faktor psikologis, vokasional dan aktifitas rekreasi, hubungan dengan
keluarga, sumber daya ekonomi dan sumber daya lingkungan Evaluasi psikososial
dapat dilakukan dengan menyuruh penderita mengerjakan suatu hal sederhana yang
dapat dipakai untuk penilaian tentang kemampuan mengeluarkan pendapat,
kemampuan daya ingat dan orientasi.

Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke 11,12


Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang
tersisa.Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan
dimulainya rehabilitasi.Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan
luas gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan
masalah emosional.
Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktifitas
kegiatan sehari-hari (AKS).Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah
stabil.Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai

pada 2-3 hari setelah stroke.Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai
10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi :
1. Fisioterapi
a. Stimulasi elektrikal misalnya TENS.
b. Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.
c. Diberikan terapi dingin.
d. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari kekuatan otot.
2. Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam aktifitas kehidupan
sehari-hari (AKS), meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena
belum tentu baik.Dengan alat Bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu
tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan
pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
3. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani
oleh ahli terapi wicara dengan cara:
1 Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan napas, menelan, meniup,
2

latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.


Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-

kata.
Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-

kata.
4. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer
dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain : arm sling, hand
sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic
(AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).
5. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase
psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan.
Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lagi
mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali ke fase yang
telah lewat.Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat
menerima rehabilitasi.
6. Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga, keterangan
tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan
rumah penderita.

10. Prognosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis yaitu :
Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka
pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka kemampuan

memelihara diri akan kembali lebih dahulu.


Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan
adanya: 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu fungsi tangan belum
kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap.11

BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama

: Ny. F L

Umur

: 58 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Motoling

Agama

: Kristen Protestan

Pekerjaan

: PNS

Tanggal pemeriksaan : 19 Juli 2016


Anamnesis (autoanamnesis)

Keluhan utama
Rasa lemah pada anggota gerak sebelah kiri dan bicara pelo.
Riwayat Penyakit Sekarang
Rasa lemah anggota gerak sebelah kiri, juga bicara pelo dialami penderita sejak 1 bulan
yang lalu. Terjadi secara tiba-tiba pada saat penderita sedang duduk santai. Sebelumnya
penderita sudah sempat beberapa kali merasakan rasa berat pada tangan dan kaki jika bekerja
namun masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Setelah serangan, penderita pergi ke
puskesmas dan dirujuk ke RSUP Prof. R. D Kandou Manado dan sempat dirawat inap selama 1
minggu setelah mengalami keluhan tersebut. Tidak didapatkan keluhan mual, muntah, pingsan
dan penurunan kesadaran. Terdapat riwayat susah menelan dan tersedak saat makan, minum.
Tidak ada riwayat penglihatan kabur. Penderita sudah menjalani program rehabilitasi medik
sejak 12 juli 2016. Saat ini penderita masih mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kiri,
bicara pelo masih ada namun sudah lebih baik dari sebelumnya, dan penderita masih
mengeluhkan susah menelan dan kadanag tesedak saat makan dan minum
Buang air besar dan air kecil biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat stroke 1 tahun yang lalu dengan kelemahan anggota gerak kanan.

Riwayat hipertensi (terkontrol menggunakan amlodipin)

Riwayat diabetes mellitus (terkontrol mneggunakan insulin).

Riwayat kolestrol (terkontrol menggunakan simvastatin).

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang sakit seperti ini dalam keluarga .
Riwayat Kebiasaan

Penderita dominan menggunakan tangan kanan dalam melakukan aktivitasnya.

Penderita jarang berolahraga.

Penderita tidak mengkonsumsi rokok dan alkohol.

Penderita mengajar di depan kelas.

Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bekerja sebagai guru.
Biaya pengobatan menggunakan BPJS.

Riwayat Psikologis

Penderita dan keluarga merasa cemas akan penyakit yang dialami.


Penderita memiliki motivasi yang baik untuk sembuh.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum

: Dapat beraktivitas normal tetapi terdapat beberapa keluhan yang


berhubungan dengan sakitnya (Karnofsky Performance Status Scale =
80)

Kesadaran

: Compos mentis
Glasgow Coma Scale (GCS) : Eye4Motoric6Verbal5

Tanda Vital

: Tekanan Darah

: 120/80 mmHg (saat beristirahat/rileks)

Nadi

: 80x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: 36,50C

BB

: 66 kg

TB

: 155 cm

IMT

: 27,5

Kepala

: Normosefal

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, Pupil bulat isokor


3mm/3mm, refleks cahaya +/+ Normal

Telinga

: Sekret tidak ada

Hidung

: Septum tidak ada deviasi, sekret tidak ada

Mulut

: Bibir tidak sianosis, ada deviasi lidah ke kiri, mulut mencong kiri

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax

: Bentuk simetris, retraksi tidak ada

Cor

Pulmo

Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: batas-batas jantung normal

Auskultasi

: bunyi jantung I dan II normal, bising (-)

Inspeksi

: pergerakan simetris

Palpasi

: stem fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

: sonor kanan sama dengan kiri

Auskultasi

suara

Wheezing(-/-)
Abdomen

Inspeksi

: datar

pernapasan

vesikuler,

ronkhi

(-/-),

Ekstremitas

Palpasi

: lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

: Akral hangat, edema (-)

Status Neuromuskuler
Nervus Cranialis

: Nervus I, II, III, IV, V, VI, VIII, XI

dalam batas normal

Kesan nervus VII, IX, X, XII Paresis

Status

Ekstremitas Superior

Ekstremitas Inferior

Dekstra

sinistra

Dekstra

sinistra

Gerakan

normal

menurun

normal

menurun

Kekuatan otot

5/5/5/5

4/4/4/4

5/5/5/5

4/4/4/4

Tonus otot

normal

menurun

normal

menurun

Refleks fisiologis

normal

normal

normal

normal

Refleks patologis

(-)

(-)

(-)

(-)

Protopatik

(+)Normal

(+)menurun

(+)Normal

(+)menurun

Propioseptif

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

Sensibilitas :

Status Otonom : Buang air kecil biasa, buang air besar biasa

Indeks Barthel
Aktivitas

Tingkat Kemandirian

Nilai

Bladder

Kontinensia, tanpa memakai alat bantu.


Kadang-kadang ngompol.
Inkontinensia urin.

10
5
0

10

Kontinensia, supositoria memakai alat bantu.


Dibantu.
Inkontinensia alvi.

10
5
0

10

Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak 10


mengotori baju), boleh berpegangan pada dinding, benda,
memakai bad pan. Dibantu hanya salah satu kegiatan diatas.
Dibantu.
5

10

Kebersihan
diri

Tanpa dibantu cuci muka, menyisir rambut, hias, gosok gigi, 5


termasuk persiapan alat-alat tersebut.
Dibantu.
0

Berpakaian

Tanpa dibantu/dibantu sebagian.


Dibantu.

10
5

Makan

Tanpa dibantu.
Memakai alat-alat makan dibantu sebagian.
Dibantu.

10
5
0

Tanpa dibantu berpindah.


15
Bantuan minor secara fisik atau verbal.
10
Bantuan mayor secara fisik, tetapi dapat duduk tanpa 5
dibantu.
0
Tidak dapat duduk / berpindah.

15

Berjalan 16m di tempat datar, boleh dengan alat bantu 15


kecuali rolling walker, berjalan tanpa dibantu.
Menguasai alat bantunya, memakai cane.
10
Immobile.
5

15

Bowel/BAB

Toileting

Transfer/
berpindah

Mobilitas

Naik
turun Tanpa dibantu.
tangga
Dibantu secara fisik / verbal.
Tidak dapat.

10
5
0

10

Mandi

Tanpa dibantu.
Dibantu.

5
0

10

Total

100

90

Nilai Interpretasi
0-20
25-45
50-75
80-90
100

Ketergantungan Total
Ketergantungan Berat
Ketergantungan Sedang
Ketergantungan Ringan
Mandiri

Pemeriksaan Status Mini Mental State (MMSE)


Aspek

Pemeriksaan

Kognitif

Sekarang ini (tahun, musim, bulan, tanggal, hari) apa ?


Kita dimana ? (negara, propinsi, kota, rumah)

5
5

5
5

Sebutkan 3 objek. Tiap 1 objek 1 detik, pasien disuruh


mengulang nama objek tadi. Nilai satu untuk tiap nama
objek yang benar.

Pengurangan 100 dengan 7 terus menerus. Nilai 1


untuk tiap jawaban yang benar, hentikan setelah 5
jawaban. Atau eja terbalik kata WAHYU. Nilai
diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan,
mis. UYAHW (nilai 2), bila dieja secara terbalik
benar semua UYHAW nilai (5)

Pasien disuruh menyebut lagi 3 objek diatas

pasien disuruh menyebut pensil, arloji


Pasien disuruh untuk mengulang; tanpa bila dan atau
tetapi
Pasien mengikuti perintah ambil kertas itu dengan
tangan kanan Anda, lipatlah menjadi dua, letakkan di
lantai
Pasien disuruh membaca dan mengikuti perintah
PEJAMKAN MATA ANDA
Pasien disuruh menulis secara spontan dibawah ini
Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini

30

28

Registrasi

Perhatian
dan
kalkulasi

Mengenal
kembali
Bahasa

Total

Normal = Nilai

Penilaian :
<24 dianggap terdapat gangguan kognitif
>24 dianggap tidak terdapat gangguan kognitif
Resume
Perempuan 58 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri
dan bicara pelo sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD
120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu badan 36,5 oC . Pada pemeriksaan
nervus cranialis didapatkan kesan paresis N. VII, IX, X, XII. Pada pemeriksaan motorik,
kekuatan otot ekstremitas superior sinistra 4/4/4/4 dan inferior sinistra 4/4/4/4, tonus otot
ekstremitas superior dan inferior sinistra menurun, refleks fisiologis ekstremitas superior dan
inferior sinistra normal. Tidak ditemukan reflex patologis. Terdapat penurunan sensibilitas pada
tubuh sebelah kiri. Indeks Barthel : 90 (ketergantungan ringan). Pemeriksaan MMSE : 28 ( tidak
ada gangguan kognitif ).
Diagnosis
Diagnosis Klinis

: - Hemiparesis sinistra + Paresis N. VII, IX, X, XII + disatria + disfagia


- Hemihipoestesi sinistra

Diagnosis Topis

: Subkortikal

Diagnosis Etiologis

: Stroke Non Hemoragik

Diagnosis Fungsional :

Body function

: Hemiparesis sinistra, disfagia, disatria.

Structure

: Lesi otak kanan

Activity

: Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) seperti


berpakaian dan makan.

Participation

: -

Environment

: Rumah semi permanen 1 lantai terdapat tanjakan 1 buah


anak tangga ke rumah penderita.

Personal Factor
hipertensi, kolestrol, dan DM.

: Perempuan 58 tahun, dengan riwayat stroke 1 tahun lalu,

Problem Rehabilitasi Medik


1. Kelemahan anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas superior sinistra 4/4/4/4 dan
inferior sinistra 4/4/4/4).
2. Gangguan AKS
3. Gangguan menelan / disfagia
4. Gangguan bicara / disatria
5. Penderita ingin secepatnya kembali bekerja.
Penatalaksanaan
Fisioterapi
1. Evaluasi :

Kelemahan anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas superior sinistra 4/4/4/4
dan inferior sinistra 4/4/4/4)

2. Program :

Infra Red anggota gerak kiri superior dan inferior

LGS aktif untuk ekstremitas superior dan inferior kiri


Latihan penguatan otot anggota gerak kiri superior dan inferior
Terapi Okupasi
1. Evaluasi :
Kelemahan anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas superior sinistra 4/4/4/4 dan
inferior sinistra 4/4/4/4)
Gangguan AKS dalam hal makan dan memakai baju.
2. Program :

Latihan peningkatan aktifitas sehari - hari dengan aktivitas dan ketrampilan.

Latihan ketrampilan jari jari tangan kiri.

Ortotik Prostetik
1. Evaluasi
:
Kelemahan anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas superior sinistra 4/4/4/4 dan
inferior sinistra 4/4/4/4)
Program

:-

Psikologi
1. Evaluasi :
Kontak dan pemahaman baik.
Penderita ingin secepatnya kembali bekerja
Pasien memiliki motivasi yang tinggi untuk sembuh
2. Program :

Memberikan dukungan mental dan edukasi pada penderita agar tetap


menyempatkan waktu untuk beristirahat dan refreshing sehingga terhindar dari
tekanan dan stress yang berlebihan

Sosial Medik
1. Evaluasi

Penderita sebagai pegawai negeri sipil

Tinggal di rumah permanen dengan WC jongkok

Biaya perawatan ditanggung BPJS

Biaya hidup sehari-hari cukup

2. Program

Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan berlatih
secara teratur.

Mengadakan evaluasi terhadap lingkungan rumah.

Terapi Bicara
1. Evaluasi :

2.

Kontak dan pemahaman baik

Gangguan artikulasi ( bicara pelo)

Program :

Melatih dan memperkuat otot-otot bicara

Latihan bicara dan artikulasi

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ralph L, Scott EK, Joseph PB, Louis RC, J Connors,Antonio C, et al. An Updated

2.

Definition of Stroke for the 21st Century. Stroke. 2013; 44: 2064-2089.
Wirawan RP. Rehabilitasi Stroke Pada Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Indon, 2009,

3.

59:2; hal. 61-74


Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro Klinis Dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian Rakyat, 1995; 269
302

4.

Brainin M, et all. Poststroke chronic disease management: towards improved


identification

and

interventions

for

poststroke

spasticity-related

complications.

International Journal of Stroke. World Stroke Organization. 2011,6; 4246


5.

Siwi RC. Epidemiologi Stroke. Dalam : Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Regional

6.

II. Perdossi. Manado, 2002.


Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A First Large Prospective Hospital Based

7.

Study of Acute Stroke in 28 Hospitals in Indonesia. Jakarta ; 1996


Walelang TH. Faktor Resiko dan Pencegahan Stroke. Poceeding symposium stroke up

8.

date. Manado. Perdosi, 2001.


Karema W. Diagnosis dan Klasifikasi Stroke. Dalam : Siwi R, Supit W. Et all eds. Stroke
Up Date. Bagian Neurologi / SMF FK UNSRAT / RSUP Manado. Perdossi. Manado,

9.

2002 ; 11.
Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after Sroke. In : Basic Clinical Rehabilitation

Medicine. Philadelphia. Mosby, 1999 ; p. 87-8


10. Walker MF. Stroke Rehabilitation. Nottingham. Rehabil Med; 2007; 39: 193197.
11. Angliadi LS. Rehabilitasi Medik Pada Stroke. Proceeding symposium stroke up date.
Manado. Perdosi, 2001
12. Dobkin BH. Rehabilitation after Stroke. Massachusetts. NEJM. 2005. 352;16; p.1677-84.

Anda mungkin juga menyukai